Anda di halaman 1dari 6

Minimalism

Hidup minimalis (minimalism) sudah menjadi tren beberapa tahun terakhir. Beberapa
selebriti juga mulai menerapkan gaya hidup yang satu ini. Contohnya Raditya Dika,
Cinta Laura, dan Amanda Manopo.

Tren hidup minimalis memang bukan hal baru, awalnya konsep minimalis terkenal di
bidang seni dan arsitektur, namun lambat laun melebar menjadi gaya hidup.

Tertarik mencoba gaya hidup yang satu ini? Yuk, cari tahu dulu apa, sih sebenarnya
hidup minimalis (minimalism) itu? Apa manfaatnya dan bagaimana cara
memulainya? Mari kita bahas!

Minimalism itu apa, sih?


Dilansir dari Break The Twitch, minimalism adalah gaya hidup yang berfokus untuk
meminimalkan gangguan yang bisa menghalangi kamu melakukan hal-hal yang
sebenarnya penting.

Menurut Joshua Becker, penulis buku Becoming Minimalist, minimalism adalah


memiliki hal-hal yang membuat kamu bahagia, dan menghilangkan hal-hal
yang tidak. Ini bisa dibilang seperti hidup sederhana. Kita hidup dengan hal-hal
yang kita butuhkan, meskipun nggak banyak tapi berkualitas. Slogan yang terkenal
banget dari konsep minimalis ini adalah less is more. 

Kita, punya sesuatu yang sebenarnya nggak terlalu dibutuhkan, tapi nggak kita
buang. Contoh sederhananya, kumpulan hasil screenshot di HP yang kita pikir
“mungkin nanti bakal dipakai”, tapi kenyataannya dibuka lagi aja jarang apalagi
dipakai. Akhirnya malah bikin penuh memori HP. Itu hal yang nggak terlalu penting,
yang sebenarnya kalau dihapus, memori di HP kita bisa dipakai untuk menyimpan
yang lebih penting. Atau kalau space memori masih banyak, HP kita jadi nggak
gampang ngelag, misal.

Minimalis nggak terbatas di barang saja, ini bisa ke fesyen, media sosial,
penggunaan gadget, dan internet. Karena itu ada juga istilah digital minimalism.

Gaya hidup minimalis sifatnya sangat personal, setiap orang yang menjalankannya
punya penerapan yang berbeda-beda, karena pola pikir dan kebutuhan yang beda
juga.

 
Manfaat gaya hidup minimalis (minimalism)
1. Lebih sehat secara finansial

Minimalism membantu kita lebih tahu mana kebutuhan dan mana keinginan.
Keinginan manusia adalah hal yang nggak akan ada habisnya, sedangkan
kebutuhan adalah sesuatu yang memang harus dipenuhi. Dengan tahu hal ini, kita
akan membeli barang yang kita butuhkan aja.

Kalau perlu ya dibeli, kalau nggak perlu atau cuma lucu tapi nggak tahu fungsinya
apa, nggak dibeli. Ini membantu kita mengurangi sifat konsumtif dan menghemat
pengeluaran. Uang yang ada bisa dipakai untuk hal lain yang bikin kita lebih
bahagia, misalnya untuk melakukan hobi. Atau untuk hal yang benar-benar penting
seperti, tabungan pendidikan anak, asuransi kesehatan, tabungan pensiun, dan
lainnya.

2. Hemat waktu dan energi

Minimalis berarti kita tidak berlebihan memiliki sesuatu. Misalnya, nggak punya
banyak barang berlebih di rumah, artinya kita nggak perlu meluangkan banyak
waktu dan energi untuk mengurus, merapikan, dan membersihkan semua barang
yang ada, kan? Waktu dan energi yang kita punya bisa dipakai untuk hal yang lebih
bermanfaat dan produktif. Misalnya, membaca, olahraga, istirahat, quality time, me
time, dan lainnya.

3. Mengurangi stres

Melihat hidup orang lain dan membandingkan dengan milik kita nggak akan ada
habisnya. Misalnya, temanmu selalu punya handphone keluaran terbaru tapi kamu
nggak. Perasaan iri dan pengen bisa jadi muncul. Tapi dengan gaya hidup
minimalis, kita bisa mengurangi rasa ingin memiliki yang bisa bikin stres.
Sebenarnya, kita bisa beli handphone terbaru juga, tapi kira-kira seberapa butuh sih
kita sama handphone baru itu? Apakah benar-benar butuh atau untuk mengikuti
tren? Jangan sampai setelah beli malah jadi menyesal dan tambah stres. 

4. Menambah space untuk hal penting

Menyortir barang-barang yang nggak terlalu penting bisa menambah space atau


ruang untuk hal yang lebih penting. Contohnya, dengan membersihkan tumpukan
barang di kamar, kamu jadi punya space untuk bergerak lebih bebas dan istirahat
dengan nyaman. Atau membersihkan meja belajar/kerja dari barang-barang nggak
penting bisa bikin kamu kerja di meja yang lebih luas dan nyaman. Kamu juga nggak
terdistraksi dengan tumpukan barang yang ada dan jadi fokus dengan pekerjaan,
dan contoh lainnya.

5. Berkesempatan untuk berbagi pada sesama

Dalam proses decluttering, kamu akan menemukan barang-barang yang memang


sudah rusak dan tidak bisa dipakai, atau barang-barang yang masih bagus tapi
nggak terpakai. Kalau yang rusak, bisa kamu buang. Tapi yang masih layak, bisa
kamu sumbangkan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Ini bisa
menambah perasaan bahagia karena barang-barang yang menumpuk dan tidak
terpakai di rumahmu, ternyata bisa jadi bermanfaat banget buat orang lain.

 
6. Baik untuk lingkungan

Orang-orang dengan gaya hidup minimalis, biasanya mementingkan kualitas


dibanding kuantitas. Mereka akan membeli produk dengan kualitas terbaik dan bisa
dipakai dalam waktu yang lama. Contohnya, beli baju yang timeless dan slow
fashion. Harga baju fast fashion memang lebih murah, dan dibuat dari bahan
dengan kualitas rendah sehingga lebih cepat rusak. Selain itu, fast fashion kurang
ramah lingkungan. Dilansir dari Business Insider, limbah pewarna tekstil adalah
pencemar air terbesar ke 2 di dunia.

Tips memulai hidup minimalis

Ternyata, gaya hidup minimalis punya banyak manfaat, ya. Terus bagaimana cara
memulainya? Berikut 7 cara yang bisa kamu coba!

1. Decluttering

Sederhananya, decluttering adalah memilah-milah barang. Mana yang masih bisa


digunakan, mana yang jarang digunakan, mana yang sudah nggak bisa digunakan.
Barang yang masih dapat dan sering digunakan bisa disimpan. Sedangkan barang
yang sudah rusak dibuang, barang yang masih layak pakai tapi nggak dibutuhkan
lagi bisa dijual atau disumbangkan. Intinya kita memilih mana yang mau disimpan
dan mana yang mau disingkirkan. 

Untuk mempermudah decluttering, kamu bisa pakai aturan 90/90. Apakah saya
sudah menggunakan barang ini selama 90 hari terakhir? Atau, apakah saya akan
menggunakan ini 90 hari ke depan? Kalau jawabannya nggak, berarti kamu nggak
terlalu membutuhkan barang tersebut.

2. Merapikan rumah secara rutin

Untuk menjaga barang-barang tetap bersih, rapi, dan terawat, kamu harus
merapikan rumah secara rutin. Ini juga bisa membantu kita memastikan kalau nggak
ada penumpukan barang-barang yang nggak perlu. Kalau ada, kita bisa segera
menguranginya.

3. Belanja sesuai kebutuhan

Minimalis beda sama pelit. Kita tetap bisa beli barang dan jasa apa saja sesuai
kebutuhan dan memastikan kalau yang kita beli nggak akan berakhir sia-sia.
Kadang, kita melihat barang yang packaging atau desainnya bagus dan tertarik
untuk beli. Padahal, bisa jadi sebenarnya kita nggak butuh, kita nggak tahu
fungsinya apa, dan kita nggak tahu itu akan dipakai atau tidak. Beli barang lucu
boleh, tapi tetap perhatikan fungsionalnya juga, ya.

 
4. Utamakan kualitas daripada kuantitas

Agar barang bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama, maka kita harus membeli
produk dengan kualitas yang baik. Jadi kita nggak perlu melakukan pembelian
berulang karena kualitas yang kita beli kurang dan jadi lebih cepat rusak, misalnya.

5. Kurangi ikatan emosi terhadap barang

Sebagian dari kita, kadang merasa punya ikatan emosi terhadap barang. Misalnya,
boneka masa kecil, surat-surat lucu waktu kuliah dulu, dompet dari mantan, dan
lainnya yang punya kenangan tersendiri. Ikatan emosi terhadap barang ini membuat
kita jadi punya perasaan sayang untuk menyingkirkannya.
Padahal, barang tersebut jarang dilihat, nggak dipakai lagi, dibiarkan menumpuk di
gudang, tapi sayang untuk dibuang. Coba kurangi perasaan ‘sayang untuk dibuang’
terhadap barang, kalau barang-barang itu sebenarnya nggak esensial lagi, lebih baik
dibuang atau disumbangkan aja biar nggak memenuhi ruang.

6. Mengatur isi lemari pakaian

Setiap mau keluar rumah, sering banget bingung mau pakai baju yang mana, saking
banyaknya pilihan. Akhirnya yang dipakai baju itu lagi baju itu lagi, yang lainnya
nggak dipakai. Coba rapikan dan atur kembali lemari pakaianmu, pilih baju yang
kira-kira nggak akan kamu pakai lagi lalu singkirkan untuk dijual atau disumbangkan.
Lemari yang teratur dan nggak terlalu banyak tumpukan baju, bikin kita jadi lebih
gampang buat memilih hari ini mau pakai baju apa.

7. Terapkan prinsip mengganti, bukan menambah

Beli barang baru tentu saja boleh, apalagi kalau memang penting dan butuh. Tapi
jangan sampai berlebihan dan menyebabkan penumpukan. Biar nggak menumpuk,
kamu bisa menerapkan prinsip ganti bukan menambah. Misalnya, mau beli sepatu
lari baru. Di rumah, kamu sudah punya 2 pasang dan yang satunya sudah jarang
dipakai. Kalau kamu mau beli sepatu baru, maka sepatu yang jarang dipakai itu lebih
baik disingkirkan dulu, ya biar nggak numpuk.
 

Minimalis beda dengan pelit


Hidup minimalis bukan berarti pelit, ya, bukan berarti kamu nggak bisa beli apa yang
kamu suka. Bukan soal mahal atau murah, tapi tentang menyimpan apa yang
esensial menurut kita dan membuang yang nggak esensial. Hidup minimalis bukan
berarti hidup dalam keterbatasan, tapi hidup dalam kesadaran. Sadar apa yang
penting, apa yang bikin kita bahagia, dan apa yang bernilai buat kita. Kalau dirasa
ada hal yang nggak penting dan malah merugikan, singkirkan dan ganti dengan
sesuatu yang lebih bermanfaat

Itu dia pembahasan tentang gaya hidup minimalis (minimalism), mulai dari definisi,
manfaat dan tips untuk memulainya. Semoga bermanfaat ya buat kamu. Oh iya,
kamu bisa belajar banyak tentang pengembangan diri dengan ikut kelas di Skill
Academy. Pilihan kelasnya ada banyak banget. Instruktur yang kompeten dan video
belajar yang asik bikin belajar jadi lebih maksimal. Langsung kepoin kelas-kelasnya
aja, lagi banyak promo menarik!

Anda mungkin juga menyukai