Anda di halaman 1dari 7

Kita hanya mampu membuat ramalan terhadap segmen.

Perusahaan dlm roduksi barang dan jasa pasti selalu diliputi need dan want pasar karena org produksi pasti
mau produknya dibeli, dan yg beli pasti pasar maka kita haru smengetahui apa sih yang diinginkan pasar.
Faktor lainnya perusahaan dlm produksi barang yaitu visi misi perusahaan misalnya perusahaan kosmetik
yg mengklaim produknya ramah lingkungan dmn kemasannya dapat di daur ulang

Tahap
 Prepurchase = tahap keinginan membeli. Sesorng akan bnyk dilema, pemikiran, dan pertimbangan.
Beli ga ya, ada produk lain yg lbh murah ga ya. Akakn melibatkan org lain misalnya liat review org.
Kemudian hrs didukung sumber daya yg dipenuhi mislanya uanya ad ga ya. Kemudian baru akan beli
barang dan konsumsi
 Purchase issues = setelah pakai baru muncul puas atau tidaknya konsumen. Kalau tdk puas, dimana sih
tidak puasnya

Konsumen itu bnyk, sifatnya dan pola pikirnya beragam. Mka harus tau pasarnya itu siapa dilihat dari
 Age = ada bayi yg br lahir, batita, balita, remaja. Misalnya produk susu yang diproduksi dispesifikkan
sesuai kebutuhan dari segi usia. Susu untuk usia lansia jangan dibuat terlalu manis karena bs diabetes
 Gender = misalnya shampoo yang dikhususkan untuk cowo seperti Clear Men dimana formulanya
dibuat berbeda sesuai dengan kondisi kulit kepala cowo yang lebih berminyak dari cewe
 Struktur keluarga = apakah pasangan baru menikah atau yag sudah mempunyai anak. Misalnya rumah
utk pasangan baru menikah disediakan rumah simple yang hanya 1 bedroom
 Social class and income = misalnya produksi mobil yg kapasitasnya family atau bnyk. Produksi jg mobil
utk anak muda. Kemudian utk kelas atas atau kelas menengah
 Race & Ethicity = cth MCD yg punya program cita rasa yg disesuakan dengan masing” negara. Misalnya
MCD Indonesia ada menu Rendang, di negara lain berbeda, kalo di India maka yg sesuai dengan cita
rasa India
 Geography = makanan anak gunung berbeda dgn anak pantai. Di gunung bnyk perkebunan sayur
mayur sedangkan di pantai bnyk makanan laut
 Lifestyle = ad yg gaya hidupnya sehat misalnya restoran yg menawarkan menu salad atau vegetarian
 Segmenting by behaviour
 Relationship marketing = Misalnya ketemu SPG produk kemudian diminta data, kalian jadi atau
tidak jadi beli produk tsb, marketing akan selalu kontak kalian atau diinfokan kalu ada produk
baru atau promo diskon
 Database marketing = misalnya pesan tempat makan dimana tmpt mkn tsb ad anak perusahaan
maka anak perusahaan tsb bs menghubungi anda utk menawarkan produk mrk karena
perusahaan tsb saling berrbagi database

Tergantung merek dan kategori produk yg dpt membuat pelanggan pindah”.


Berarti gad pelanggan yg benar” setia dong atau Apostles sejati? Ada, misalnya Fanbase K-POP yg idolanya
melakukan tindakan buruk, namun karena sudah fans banget, jatuh cinta banget maka fans nya akan terus
membela misalnya salah satu member BIGBANG dimana mrk sdh memiliki citra yg buruk namun fans mrk
masih memberi dukungan dan semangat utk melewati hal tersebut

Role Theory
Kita hidup perannya beda” sehingga konsumsi kita berbeda”, misalnya dosen konsumsi spidol utk menulis
di papan tulis namun kalau diruma sbg istri konsumsi sayur yg dimasak utk diberi makan ke suami ga
mungkin konsumsi spidol buat makan
Misalnya sepatu Nike dan Adidas mk konsumen akan lebih mikir mana yg llebih bagus utk saya pakai,
fungsinya sudah dilupakan, taglinenya sdh dilupakan

Bedanya
Positivism = lebih mengutmakan fungsi produk, pemecahan masalah. Misalnya printer dirumah rusak,
maka saya pikir bs nih print diluar dimana harganya masih terjangkau. Tapi kendalanya jd ribet hrs keluar
aplg kalo ada salah print. Maka pemecahan masalahnya adlh beli printer baru

Interpretivism = lebih mengutamakan pengalaman. Misalnya permen Yosan yg sdh lama sekali, saya ingin
beli utk mengenang masa kecil saya. Namun tmn saya beli Alpenlibe utk mengenang masa kecilnya. Karena
tiap org punya pengalaman yg beda”

Bagaimana saya melihat diri saya yang sebenarnya? Konsep ini menjelaskan bahwa bagaimana konsumen
memandang dirinya akan mempengaruhi produk yang dibeli dan digunakannya. Konsumen akan
melakukan penyesuaian antara produk yang dibeli dengan konsep diri yang dimilikinya. Artinya, konsumen
akan menggunakan produk yang memiliki citra merk yang sama dengan citra diri yang dimilikinya.
2. Ideal self-concept
Ideal self-concept sangat terkait dengan harga diri (Self-eteem). Self-esteem adalah sikap positif seseorang
terhadap dirinya sendiri. Orang yang memiliki harga diri yang renda akan berpendapat bahwa dia tidak
akan dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan dengan baik. Sedangkan orang yang memiliki harga
diri yang lebih tinggi percaya akan mampu melaksanakan tugas dengan baik sehingga yakin akan berhasil.
Dia akan termotibasi untuk mengambil risiko karena percaya bahwa akan berhasil.
Looking Glass Self = pemasar meninjau kembali, hrs bs / mampu memposisikan dirinya seakan akan dia
menjadi konsumen (seandainya saya ditawari barang ini, respon saya spt apa, puas atau tidak) dimana
nantinya pemasar bisa mengikuti aliran dari pasar dan menjadi kreatif

Actual self biasnaya sdh terbentuk dr luar. Bagaimana saya memandang diri saya sendiri. Kenapa saya
kulitnya hitam ya?

Enbodied Cognition= bagaimana pikiran mempengaruhi tubuh kita dan sebaiknya. Merupakan suatu
pikiran atas dasar pengetahuan yg kita punya, yg berkaitan erat dengan apa yang akan kita lakukan. Pikiran
yang akan mempengaruhi sikap dan tindakan kita.
Contohnya saya dan teman saya yang di didik dengan cara yang berbeda sehingga misalnya ketika keluar
rumah apa yang saya dan teman saya kenakan akan berbeda. Misalnya saya pakai pakaian simple
sedangkan teman saya pakai pakaian branded

Body Anxiety = kecemasan akan tubuhnya, ketidaknyamanan akan dirinya, kekecewaan akan tampilan
dirinya. Merasa dirinya gemuk, perutnya terlalu buncit
Body Piercing = tindik di segala bagian tubuh misalnya pusar perut. Biasanya dianggap sebai mempercantik
diri, seni. Namun di Indonesia dianggap negatif seperti preman. Pendapat bnyk org berbeda mengenai Tato
dan Body Piercing
Cosmetic Surgery = operasi plastik yang sebenarnya sah-sah saja, namun biasanya ada pro dan kontra
misalnya agama (apakah agama tsb memperbolehkan operasi plastik yang merubah bagian tubuh)

Semantic berhubungan dengan bahasa atau frasa. Tentu sangat make sense bagaimana dalam
mempelajari sesuatu bahasa/frasa/kata-kata memainkan peranan sangat penting.
Sebagai contoh, ketika produk/jasa diarahkan kepada kosumen youth (anak muda) biasa pemasar
mengunakan kata-kata yang tidak terlalu baku atau formal, hal ini untuk memudahkan pemahaman
konsumen, dan agar supaya pesan tersampaikan dengan baik. Misalnya ada suatu iklan rokok
menggunakan tagline "ngak ada loe ngak rame" atau ada sebuah produk olahraga mengunakan "just do it"

Instrumental Conditioning
Sejak bangun pagi saya biasanya telah mengunakan sejumlah produk consumer goods, seperti katakanlah
Pepsodent, Clear dan Rexona. Saya gunakan hampir setiap pagi;setiap hari, bahkan karena terlalu sering
saya sering menggunakan produk-produk tersebut tanpa berpikir lagi, menjadi sebuah habit dan otomatis.
Nah! dalam konteks learning, sadar atau tidak sadar terdapat sejumlah produk yang telah masuk dalam
habit kita. Kita mengunakannya tanpa berpikir banyak atau bahkan tak berpikir sama sekali.

Secara logika benar harusnya sesuatu yang familiar justru harusnya lebih gampang diingat. Namun
nyatannya hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi di lapangan.
Misalnya saja berapa dari kita yang sudah tidak notice dengan perubahan atau pertumbuhan adik atau
kakak kita, padahal setiap hari kita saling bertemu di rumah. Atau mungkin teman-teman tidak update
informasi lagi justru terhadap produk-produk yang teman-teman gunakan setiap hari.
Jika konsumen sangat akrab dengan merek atau iklan, mereka mungkin tidak terlalu memperhatikan
pesannya karena mereka tidak percaya bahwa upaya tambahan apa pun akan meningkatkan pengetahuan
mereka.

Coba renungkan kapan teman-teman berkenalan dengan orang baru lalu kemudia beberapa menit
kemudian langsung lupa siapa namanya.
Hal ini terjadi karena terhadap sebuah tahapan yang tidak terbentuk sempurna. Memory gagal terbentuk.

Perceived Risk itu berjalan beriringan dengan Product Involment, atau tingkat minat konsumen pada suatu
produk. Nah, mengenai perceived risk dipahami bahwa konsumen terkadang dalam membeli dia bisa
begitu sangat hati-hati, sebab dia sadar bahwa ada konsekuensi jika dia salah memilih atau membeli
produk/jasa tertentu, maka munculah ketakutannya pada resiko-resiko.

Psychological Risk, ini bisa menyangkut status sosialnya, bagaimana orang menilainya. Dan ini sering
terjadi. Banyak konsumen takut salah membeli sebab tidak mau dianggap bodoh, tidak paham produk,
atau tidak mengikuti trend tertentu.
Bagi produsen kita dapat meminimalisir perceived risk ini dengan product knowledge dan customer
service. Perkenalkan dia cara mengunakannya, benefit dari produk tersebut dan service atau layani dengan
baik, sehingga dia merasa nyaman, diperhatikan dan muncul rasa percaya

Motivasi dan Affect itu dua hal yang berbeda, Motivasi adalah pendorong atau doroang konsumen
melakukan sesuatu dan Affect itu ada hasil ataupun reaksi ketika mereka melakukan sesuatu.
Analoginya Motivasi itu Input, Affect itu Output.
Namun jika pertanyaannya apakah motivasi selalu membawa dampak positif, saya pikir lebih bergantung
pada situasi dan arah perilaku hasil motivasi tersebut. Beberapa konsumen termotivasi untuk hidup
glamor,hedonisme dan ingin selalu uptodate dengan trend terbaru namun ternyata motivasi tersebut tidak
sejalan dengan pendapatan mereka. Akhirnya mengarahkan mereka pada Pinjol atau Pinjaman Online yang
ternyata menjerat mereka pada kredit macet. Ini salah satu dampak negatif.

Involvement jenisnya ada 3 yaitu, bisa dari Produk, bisa dari cara berkomunikasi atau pesan, dan bisa juga
dari pengaruh lingkungan atau situasi.
1. Situational Involvement terjadi ketika konsumen memiliki keterikatan dengan lokasi, tempat, atau
website ketika pada saat dia ingin mengkonsumsi sebuah produk. Produk dan jasa tersebut dapat pada
saat yang tepat ketika dia memang sedang membutuhkan.
Contoh paling baik, misalnya dengan McD. Selalu menggunakan strategi untuk menempatkan store
mereka ditempat strategis, msialnya di Corner, sehingga banyak dilihat orang. Mendesian storenya
dengan sejumlah promo dan jenis produk terbaru, terkadang juga dia mengunakan mobile marketing
untuk SMS atau kase tahu anda tentang promo tertentu.
Bebebrapa lainnya awalnya hanya ingin beli 1 burger namun terpengaruh beli lebih banyak ketika
sampai di storenya karena melihat sejumlah produk terbaru. McD mencoba mempengaruhi kita
dengan membangun situasi yang mendorong kita membeli.
2. Low involment misalnya teman-teman mau beli garam, tak banyak orang kan terlebih dahulu mencari
informasi tentang garam, atau brandnya, atau bagaimana nilainya ketika akan membeli barang. Sebab
biasanya tidak banyak resiko, dan harganya umumnya murah dan garam pada umunya sama-sama
saja. Low Involvement, dapat juga terjadi pada produk-produk yang kita telah gunakan sebagai habit.
Jadi ketika menggunakannya kita tidak lagi banyak berpikir atau termotivasi mencari altenatif lain.
Misalnya juga Odol atau pasta gigi yang anda gunakan, ketika diIndonmaret main ambil aja ketika mau
beli tanpa banyak pertimbangan karena sudah terbiasa karena sudah menjadi habit.
3. High Involvement. Berbeda ketika teman-teman membeli smartphone misalnya atau mobil, tentu
banyak aspek yang akan teman-teman pertimbangkan, karena pertama mahal, terdapat banyak
pilihan, dan jika salah membeli tidak mudah untuk ditukarkan lagi. Jadi ada resiko.

Disclaimer: Involvement ini sangat bergantung pada value dan interest. Misalnya ada juga orang yang
begitu mempertimbangkan ketika membeli garam, misalnya dia harus garam himalaya, misalnya dia sering
memask steak, bisa jadi. Adapula yang tidak terlalu mementingkan smarthphone apa, yang penting bisa
internetan, atau mobil yang penting bisa dipake jalan. tergantung minat dan hobby.
Semakin tinggi keterlibatan (involvement) kita pada sebuah produk, konsekuensinya resikonya besar. atau
pun sebaliknya jika resiko terlalu besar keterlibatan konsumen akan tinggi. Ingat by nature manusia ingin
menghindari resiko. sehingga jika ada resiko kita cenderung mempertimbangkan dan mencari informasi
lebih banyak. Produk-produk yang sudah digunakan sebagai habit, berarti kita telah terbiasa, kita pun
sudah merasa aman dalam menggunakannya.

Benar terkadang kita mengunakan produk akibat konsekuensi dari kebutuhan urgent dilingkungan kita
atau situasi tertentu.Misalnya beli payung ketika hujan. Beli pernak pernik tahun baru atau natal ketika
Desember atau juga beli Bendera ketika 17 Agustus.

Perceptual vigilance menurrut saya mengacu pada rangsangan yang berhubungan dengan kebutuhan kita
saat ini. Orang tersebut akan memperhatikan rangsangan seperti iklan atau laporan berita yang signifikan
bagi mereka. Misalnya, seseorang yang mempertimbangkan untuk membeli merek mobil tertentu lebih
cenderung melihat iklan tentang mobil tersebut daripada seseorang yang netral terhadap merek tersebut.
Contoh lain, Perceptual Vigilance berhubungan juga dengan kebutuhan, misalnya ketika kita sedang lapar
stimulus dari iklan makanan akan lebih mencolok.

Perceptual defense menurut saya mengacu pada orang yang menciptakan penghalang antara dia dan
rangsangan untuk menyaring rangsangan yang mereka anggap mengancam atau tidak menyenangkan
sehingga dia dapat melindungi dirinya dari kesadaran akan hal itu. Misalnya seorang perokok mungkin
menyaring foto paru-paru yang sakit. Ini adalah persepsi selektif tingkat tinggi di mana tindakan kekerasan
tidak terlihat secara akurat atau kata-kata kotor tidak terdengar dengan tepat. Para peneliti mengatakan
bahwa orang dengan perceptual defense tingkat tinggi memiliki dinding persepsi yang kuat yang berfungsi
sebagai mekanisme penyaringan, membuat mereka tidak dapat merasakan rangsangan yang tidak
diinginkan.

Pada tahap Exprosure, stimulus tersebut bisa terjadi dengan disadari ataupun tidak disadari. Misalnya
sebuah lagu di sebuah area perbelanjaan yang diputar terus-menerus lama kelamaan secara tidak sadar
kita ikut bernyanyi atau menjadi hal lagu tersebut.

Sensory marketing adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh pemasar untuk menjangkau konsumen
dengan menstimulasi berbagai panca indera guna membentuk persepsinya.

Semiotics adalah disiplin yang mempelajari korespondensi antara tanda dan simbol dan peran mereka
dalam bagaimana kita menetapkan makna. Brand/produk yang memanfaatkan semiotics yaitu PLN dengan
simbol petir sebagai tanda tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama yang
dihasilkan oleh perusahaan dengan perannya sebagai pembangkitan, penyaluran dan distribusi energi
listrik. Selain itu ada juga produk minuman cap kaki tiga dengan simbol triselon yang bermakna
kemenangan dan progres yang diinterpretasikan sebagai meredakan panas dalam.
Sebenarnya kalau kita lihat bukan cuma pengunaan simbol Petir saja, namun pemilihan warna biru muda
juga merupakan cara PLN membangun identitas dirinya bagi konsumen.

Sebagai penutup persepsi sendiri dalam prakteknya umum diterapkan untuk pengembangan Branding,
pengembangan marek. Branding dari sudut manapun selalu menyangkut persepsi. Bayangkan betapa
banyak perusahan Indonesia yang terkesaran perusahan luar negeri karena kemampuan mereka
membangun persepsi seolah mereka produk luar. Cara mereka memilih nama, memiliki logi dan cara
beriklan. Coba pikirkan brand-brand tersebut, Silverqueen, Polygon, Terry Palmer, Krisbow adalah brand
Indonesia yang mampu mempersepsikan diri mereka berbeda

Dalam tahapannya persepsi manusia atau konsumen bisa sangat terbatas. Keterbatasan ini yang kemudian
bisa membuat konsumen salah menilai mengenai produk/brand tersebut. Banyak juga pemasar yang
memanfaatkan 'bug' atau kelemahan pada proses attention konsumen ini.
Beberapa produk misalnya dari warna sengaja disama-samakan dengan produk lain yang telah terlebih
dahulu berhasil. Misalnya dalam kasus Ayam Goreng cepat saja, banyak yang sengaja mengunakan warna
merah seperti KFC agar supaya dipersepsikan sama. Di produk teknologi juga demikian. Dahulu tidak ada
yang mengunakan perangkat elektronik berwarna putih, putih dianggap tidak ergonomis dan gampang
kotor. Namun Apple menggunakannya dan berhasil, mereka berhasil membangun citra yang kuat antara
Warna putih dan produk mereka. Dan hasilnya berhasil, saat ini banyak sekali brand yang meniru warna
putih tersebut agar supaya dapat dipersepsikan sama.

Dalam kenyataannya selalu terhadap Gap antara ideal-self dan real-self. Untuk itu pemasar akan selalu
mencoba mengeksploitasi gap tersebut dengan penyediaan solusi berupa produk/jasa.
Sebagai-misal, sebagai lelaki saya memiliki konsep ideal-self untuk terlihat maskulin, berani, dan
kompetitif, namun pada kenyataannya atau real-self saya, terkadang saya menilai diri saya jauh dari
kondisi tersebut, misalnya saya minder, terkadang dianggap lemah oleh lawan jenis, atau tidak diandalkan
oleh teman sebaya saya.
Nah! produsen motor sport berusaha menjual realita baru bahwa dengan mengunakan produk mereka,
saya bisa mencapai konsep ideal saya sebagai seorang lelaki yang maskulin dan berani. Mereka mendesain
produk mereka dengan desain kokoh dan mesin yang powerful sehingga dapat berlari kencang, lengkap
dengan iklan yang menonjolkan unsur maskulinitas, misalnya potret lelaki yang sedang menunggangi
motorm dengan jaket kulih, berotot, agak brewok, dan mengunakan kaca mata hitam misalnya, kemudian
mereka melengkapaling dengan unsur sensual lagi, misalnya adanya wanita sexy dalam iklan yang
terpesona dengan pria tersebut.

Pertama itu Self-Image= Persepsi ini menjelaskan kenapa orang-orang dapat berperilaku berbeda dalam
berbagai situasi. Dikampus bisa sangat tangguh namun dirumah ternyata sangat manja kepada mama-
papa, misalnya.
Kedua, Extended Self= Persepsi ini menjelaskan kenapa orang sering kali mengunakan jabatan, latar
belakang keluarga sebagai bagian dari identitasnya. makanya disebut extended karena perpanjang dari diri
kita, yang tidak melekat.
Ketiga, Altering Self, nah ini pertanyaan Audrey, persepsi ini menjelaskan mengapa banyak orang ingin
memoditifikasi tubuh atau dirinya. Jasa-jasa kosmetik memang bermain besar dalam memanfaatkan
persepsi ini. Persepsi ini menjelaskan mengapa ada orang yang menyukai Costplay, menyukai Haloween,
bergaya seperti tokoh idola mereka, atau bahkan yang pernah saya temukan meniru gaya hewan.

Mengenai tipuan, ini menarik. Secara konkret sebenarnya hampir semua yang dilakukan marketing adalah
berusaha merubah apa yang disebut tipuan menjadi sebuah kenyataan.
Tipuan tidak akan lagi disebut tipuan jika banyak orang atau semua orang mempercayai tipuan tersebut.
Bahkan sebuah kebenaran tidak akan menjadi benar jika tidak ada yang mempercayainya. Tugas marketing
membangun promosi, branding, dan produk yang tetap sehingga dapat membangun kepercayaan
konsumen.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dark side of consumer. Misalnya untuk konsumen yang
kecanduan internet atau bermain game. Yang dilakukan pemerintah China yaitu membatasi remaja di
bawah 18 tahun hanya boleh bermain game satu jam sehari, yakni pada pukul 8-9 malam selama akhir
pekan dan hari libur resmi. Kemudian para pengguna game online harus mendaftar dengan kartu ID atau
memberikan identitas asli. Hal ini dilakukan agar anak-anak tidak berbohong mengenai usia mereka. Selain
itu, perusahaan yang menyediakan layanan game online dilarang memberikan penawaran layanan apa pun
pada anak di bawah umur di luar jam yang sudah ditentukan.

1. Ds
2. Cds
3. Ego-defensive function
4. Knowledge function = seorng konsumen akan melakukan sikap kalau mrk sdh memiiki pengetahuan yg
mendasari. Cthnya penggunaan obat yg memiliki informasi dosis sesuai umur, efek samping. Informasi
makanan kalau alergi maka ga beli makanan tsb

ABC Model
Affective = melakukan sesuatu sikap atas dasar perasaan
Behaviour = Sikap yg dilandasksan suatu tindakan
Congnition = pengetahuan, suatu sikap ditindaklanjuti atas dasar pengetahuan org tsb

Hierarchies of Effects
1. Cognition -> Affect -> Behaviour
Misalnya mau beli HP maka lakukan pertama Congnition yaitu cari informasi mengenai berbagai jenis HP
kemudian Affect yaitu mana yg lebih disukai berdasarkan informasi yg didapat tadi (mana yg lbh gampang
dibawa, warna mana yg saya mau). Kemudian behaviour yaitu lakukan tindakan pembelian
2. Cognition -> Behaviour -> Affect
Dimana pertama org cari informasi mengenai produk yg diinginkan kemudian setelah dapat informasi
langsung beli barang tsb yg bisa jadi karena didukung financial yg kuat. Kemudian muncul rasa sedikit
menyesa di akhir (kenapa saya ga beli yg B saja ya padahal perbedaan harganya hanya 1 jt tapi lbh bagus)
3. Affect -> Behaviour -> Cognition
Pertama muncul rasa ingin beli (Affect) biasanya hedonisme kemudian langsung beli (Behaviour). Di akhir
baru Cognition dimana mempertanyakan kenapa saya beli ini ya, buat apa saya beli ini

Levels of Commitment
1. Internalization = seseorg ketika ditutup matany, namun ia ttp bs tahu apa yg dia senangi. Misalny org dpt
merasakan yg mana yg pepsi jika mata nya ditutup, dia bs tau scr mendetail.
2. Identification
3. Compliance

Persuasi = bagaimana cara mempengaruhi konsumen mrk


1. Recoprocity = Produsen menawarkan suatu hal ketika konsumen sdh menunjukkan sikap positif.
Misalnya ketika seorng sdh berlangganan maka akan dapat benefit misalnya free bacon. Misalnya para
influencer yg mengadakan giveaway buat followersnya tujuanny utk meningkatkan logaritma mrk krn akan
bnyk follower, komen, like baru
2. Scarcity = suatu produk / jasa yg jarang jumlahnya yg harganya mahal, utk menarik konsumen
3. Authority = misalnya mau ketemu sama ahli kecantikan dari produk tsb, pemiliknya merupakan org
expert / ahli maka konsumen mau ketemu utk konsultasi
4. Consistency = erat kaitannya dgn CSR, dimana konsumen aware atau memiliki pandangan positif trhdp
produk tsb
5. Liking = sesuatu yg diinginkan atas dasar suka
6. Consensus = jk org ingin melihat pendapat org lain trlbh dahulu misalnya e-commerce ada rating,
reviews

Permission marketing = misalnya kalau instal software baru ada banyak persetujuan atau persyaratan yg
harus diklik atau dicentang” yg biasanya bnyk dan tidak kita baca, malah lngsng setujui. Disuruh masukin
email agar mrk bs email kita mengenail event yg mrk adakan, produk baru dan sebagainya

Medium pada model komunikasi traditional = media komunikasi seperti tv, radio yg hanya berasal dari 1
media saja

Yg lbh terupdate bedanya pada mediumnya yaitu communication medium yang bisa berasal dari bnyk
medium

Sumber informasi
1. Source Credibility = dari sumber terpercaya. Di internat ada bnyk sumber misalnya blogspot (ga
terpercaya karena bnyk org bs nulis apa saja) mending buka kompas.com yg terpercaya
2. Source Attractiveness = Biasanya ada sosok yg menarik, yg membintangi iklan bkn artis tapi menarik, ada
jg iklan yg gad orgnya tapi colorful pake grafis yg bkin menarik/lagunya menarik
3. Star power = ada sosok bintang. Misalnya iklan parfum bintang iklannya BTS, MCD keluarin BTS Meal
4. Non-human Endorsers = misalnya iklannya tokoh kartun atau tokoh lainnya

Emotional vs Rational
Sex Appeal = misalnya iklan AXE dimana perempuan akan lbh tertarik jika pria wangi pake parfum AXE
Humor Appeals = misalnya iklan shampoo rambut ada iklannya pertama gambar rambut singa yg blm pake
shampoo lebat dan berantakan kemudian stlh pke shampoo lngsng lurus kinclong
Fear appeals = ada pesan misalnya jangan minum kemudian mengemudi dgn ilustrasi gmbr kaki dan kaki
palsu

Anda mungkin juga menyukai