Pasal 120 Perpres No. 54/2010 Jo. Perpres No. 35/2011 Jo. Perpres No. 70/2012 mengatakan
bahwa Penyedia Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu
sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan
denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian
Kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
Kemudian yang dimaksud dengan bagian kontrak adalah bagian pekerjaan yang tercantum di
dalam syarat-syarat kontrak yang terdapat dalam rancangan kontrak dan dokumen kontrak.
Penyelesaian masing-masing pekerjaan yang tercantum pada bagian kontrak tersebut tidak
tergantung satu sama lain dan memiliki fungsi yang berbeda, dimana fungsi masing-masing
bagian kontrak tersebut tidak terkait satu sama lain dalam pencapaian kinerja pekerjaan.
Lebih jauh, berdasarkan Peraturan LKPP No. 14/2012 besarnya denda kepada Penyedia atas
keterlambatan adalah sebagai berikut:
1. 1/1000 (satu perseribu) dari harga bagian Kontrak yang tercantum dalam Kontrak dan
belum dikerjakan, apabila bagian pekerjaan dimaksud sudah dilaksanakan dan dapat
berfungsi; atau
2. 1/1000 (satu perseribu) dari harga Kontrak, apabila bagian barang yang sudah
dilaksanakan belum berfungsi.
Mengenai tata cara pembayaran denda lebih lanjut akan diatur di dalam Dokumen Kontrak.
Untuk lebih jelas mengenai perubahan tersebut berikut adalah tabel perbandingan ketentuan
Pasal 120 dalam Perpres No. 54/2010 dan Perpres 70/2012:
Catatan:
1. Berdasarkan tabel perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa pada rezim Perpres No.
54/2010 ditentukan bahwa besarnya keterlambatan adalah 1/1000 dari harga kontrak atau
bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui besarnya Jaminan
Pelaksanaan. Lebih lanjut, Pasal 70 Ayat (4) menentukan besarnya Jaminan Pelaksanaan
sebagai berikut:
untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh perseratus) sampai
dengan 100% (seratus perseratus) dari nilai total HPS, Jaminan Pelaksanaan adalah
sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak; atau;
untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai
total HPS , besarnya Jaminan Pelaksanaan 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.
HPS merupakan kependekan dari Harga Perkiraan Sendiri yang besarnya ditetapkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) (Pasal 66 Ayat (1) Perpres No. 54/2010 Jo. Perpres No.
35/2011 Jo. Perpres No. 70/2012)
Ketentuan mengenai besarnya denda maksimal sebesar 5% dapat dilihat juga pada Pasal 93
ayat (1) butir a Perpres No. 54/2010 yang intinya menentukan bahwa PPK dapt memutuskan
kontrak secara sepihak apabila denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan
Penyedia Barang/Jasa sudah melampaui 5% dari nilai kontrak. Dalam hal ini Pasal 93 Perpres
No. 54/2010 dapat diartikan bahwa denda keterlambatan paling besar adalah sebesar 5% dari
nilai kontrak, apabila sudah melampaui 5% tersebut maka PPK dapat memutuskan kontrak
secara sepihak.
PPK merupakan kependekan dari Pejabat Pembuat Komitmen, yaitu pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa (Pasal 1 angka 7 Perpres No.
54/2010 Jo. Perpres No. 35/2011 Jo. Perpres No. 70/2012)
2. Pasal 120 Perpres No. 70/2012 hanya menentukan besarnya denda keterlambatan yaitu
sebesar1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak untuk setiap hari
keterlambatan. Sementara untuk maksimal denda keterlambatan itu sendiri tidak ditentukan.
Dasar Hukum:
Denda keterlambatan proyek perhari = 1/1000 x nilai kontrak jika proyeknya besar maka
cukup banyak yang harus dibayar. kita tahu bahwa yang namanya proyek terlambat itu bisa
dibilang sering terjadi, apalagi jika pelaksananya kurang menguasai manajemen proyek atau
kurang disiplin dalam bekerja, meskipun demikian banyak juga faktor lain yang diluar
kendali sehingga menyebabkan pelaksanaan proyek harus terlambat. Nah.. berikut ini
peraturan atau pasal-pasal yang menyebutkan tentang denda keterlambatan pengadaan barang
dan jasa, juga disertai dengan contoh perhitunganya
Jika mengacu pada perpres 54 tahun 2010 yang menyatakan bahka kita akan kena pinalti
apabila dendanya melebihi 5% dari nilai kontrak.
5% x Rp.300Milyar = Rp.15Milyar
Denda yang harus dibayar Rp.13,5 Milyar tidak melebihi dari 5% dari nilai kontrak (
Rp.15Milyar) berarti kita wajib membayar denda dan berhak untuk tidak terkena pemutusan
kontrak secara sepihak.
Lalu apakah kita harus membayar denda begitu saja? tentu saja tidak, ada beberapa trik yang
bisa dilakukan agar kita mendapatkan tambahan waktu sehingga tidak terkena denda, salah
satu contohnya adalah membuat “Rekap jumlah hujan untuk meminta tambahan waktu
pelaksnaan proyek” semoga mencerahkan