STASE GAWAT DARURAT DAN KRITIS RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
TUTI HARTINI I4B019004
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS PURWOKERTO 2020 Stase gawat dan darurat (gadar) merupakan stase yang mengajarkan kepada mahasiswa mengenai keadaan gawat dan darurat sehingga asuhan keperawatan dilakukan pada pasien yang membutuhkan penanganan segera. Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam kehidupan. Stase ini berlangsung selama 4 minggu di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS) dengan pembagian ruangan 2 minggu di ruang IGD, 1 minggu di ruang ICCU, dan 1 minggu di ruang ICU. Dua minggu pertama saya praktik di IGD seperti biasa orientasi ruangan oleh pembimbing klinik mengenai letak-letak penempatan barang di IGD dan pembagian jadwal dinas. Selain itu, diingatkan kembali tentang triage dan beberapa kasus kegawatdaruratan dari mulai menangani dengan sigap dan tindakan apa saja yang harus dilakukan ketika ada pasien yang datang. Hari pertama saya melakukan pengamatan dan melakukan asistensi, hari kedua saya sudah mulai beradaptasi sehingga saya melakukan tindakan secara mandiri dan mencoba untuk memasang infus pada pasien dan berhasil. Hari ketiga dan seterusnya saya mulai bisa melakukan kegiatan dengan maksimal karena di IGD ini mengajarkan banyak hal terutama tindakan seperti memasang infus, memasang kateter urin, memasang NGT, melakukan perekaman EKG, cek GDS, hecting, RJP, memberikan bantuan pernafasan menggunakan ambu bag dan masih banyak lagi. Banyak tindakan baru yang saya lakukan dan pelajari di IGD. Saya juga diajarkan cara memberikan streptase/ fibrinolitik pada pasien STEMI dan mengawasi pemberian dalam 1 jam. Hal yang paling berkesan bagi saya saat praktik di IGD yaitu saya melihat langsung bagaimana tindakan DC shock pada pasien. Melihat bagaimana perawat dan dokter berkolaborasi melakukan tindakan gawat darurat dengan cepat namun tetap tenang. Perawat yang bertugas di IGD ramah dan baik, senang mengajarkan tindakan yang mahasiswa belum bisa dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan tindakan yang belum pernah dilakukan mahasiswa sebelumnya dengan didampingi oleh perawat. Hal tersebut yang membuat banyaknya pengalaman yang saya dapat ketika berpraktik di IGD. Namun, ada beberapa target kompetensi yang belum saya dapatkan di IGD seperti instubasi, RJP, mengitung balans cairan, interpretasi EKG, dan lain-lain. Saya berharap di ruang ICCU atau di ruang ICU mendapatkan kesempatan untuk observasi atau melakukan tindakan tersebut. Minggu ketiga, saya mendapat kesempatan untuk praktik di ICCU atau Intensif Coronary Care Unit RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Hari pertama seperti biasa orientasi ruangan dan perkenalan dengan perawat di ruangan tersebut. Di ICCU kebanyakan pasien yang dirawat adalah pasien-pasien dengan CHF, Stemi, N-Stemi, AMI, Chest pain dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung. Di ruang ICCU banyak sekali hal yang harus dipelajari, setiap tindakan apapun pasti ada dasarnya, seperti membuang urine. Kita tidak hanya asal membuang, kita harus lihat bagaimana warna urine tersebut, baunya, jumlahnya, bagaimana cara menghiung balance cairan, cara menghitung dosis obat, dan sebagainya. Di ruang ini saya mencoba untuk belajar dengan teman saya mengenai cara membaca hasil EKG. Selain menginterpretasikan EKG saya juga belajar banyak tentang kardioversi, defibrilasi serta interpretasi AGD. Di ruang ini saya banyak mendengarkan secara real bunyi suara jantung tambahan yang sebelumnya jarang saya dengarkan, dan ini merupakan pengalaman pertama saya. Saya juga mendapat pengalaman menangani pasien dengan syok kardiogenik. Saya ikut membantu dalam hal begging. Saat begging, saya merasa senang karena teknik yang saya gunakan sudah benar sehingga saturasi oksigen dapat meningkat. Ruang ICCU berdekatan dengan ruang PICU dan perawat disana saling membantu satu sama lain. Saat itu pernah ada pasien henti jantung di ruang PICU, saya dan teman-teman diminta untuk membantu melakukan RJP. Tetapi teknik yang saya lakukan belum sesuai, masih banyak kesalahan, jadi saya hanya melakukan satu siklus. Tak hanya tentang tindakan medis, saya juga mendapati pasien yang sudah dirawat selama satu bulan di ruang ICCU. Keluarga masih tetap setia menemani pasien dan berharap pasien bisa sembuh. Saya juga diajarkan untuk melakukan tindakan secara hati-hati karena walaupun kesadaran pasien menurun, tetapi mereka masih bisa mendengar dan merasakan. Beberapa target pencapaian yang tidak saya temui adalah tindakan toilet bronchial, evakuasi korpus alineum di mata dimana tidak saya temukan di ICCU atau ruangan IGD dan ICU. Minggu keempat, saya praktik di ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Hari pertama seperti biasa orientasi ruangan dan perkenalan dengan perawat di ruangan tersebut. Kami diperkenalkan tentang bagaimana pengoperasian alat-alat di ICU dari yang paling sederhana hingga yang sulit seperti ventilator mekanik serta di ajarkan bagaimana memonitor TTV pasien dan menghitung balance cairan pasien. Tindakan yang biasa dilakukan di ICU seperti memandikan pasien, oral hygiene, melakukan injeksi, menghitung balance cairan, memonitor TTV pasien setiap jam, suction, dan masih banyak lagi. Saya juga diajarkan cara memasang selang pada alat ventilator (SST). Saya juga diajarkan cara ekstubasi atau melepas ETT. Target capaian yang belum tercapai di ruang ICU yaitu melukakan asistensi pemasangan intubasi, saya tidak mendapat kesempatan untuk tindakan tersebut. Pada minggu terakhir, pembimbing klinik melakukan evaluasi dengan melakukan post conference. Selain itu, pembimbing juga memberikan kesempatan kepada kami untuk menanyakan hal-hal yang belum kami ketahui. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu banyak pengalaman yang dapat diambil dari stase gadar ini walaupun hanya 4 minggu. Semua pihak yang terlibat, baik pembimbing akademik, perawat maupun mahasiswa dari institusi lain juga ikut berperan dalam memberikan ilmu yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.