Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA TUMOR PARU

KANAN DI RUANG CENDANA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

KELOMPOK 2 :

TUTI HARTINI (I4B019004)


YUNITA ELVANI CHUSNI (I4B01007)
QORI NUR AZIZAH (I4B019008)
IDA MARFU’AH (I4B019017)
NOVI RATNASARI (I4B01018)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA TUMOR PARU KANAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit kanker masih menjadi masalah kesehatan yang serius di
Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
prevalensi kanker di Indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun
terakhir. Pada tahun 2013 sebanyak 1,4 per 1000 penduduk, meningkat
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Angka kejadian tertinggi
pada laki-laki adalah kanker paru sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan pada perempuan,
kasus tertinggi adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Kanker atau biasa disebut dengan tumor ganas atau neoplasma
adalah suatu istilah untuk peyakit dimana sel-sel membelah secara abnormal
tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan disekitarnya (Price & Wilson,
2006). Kanker paru adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya tumor
ganas pada jaringan paru. Kanker paru dikenal sebagai karsinoma pulmoner
atau karsinoma paru (Price & Wilson, 2006).
Kanker paru disebabkan oleh merokok dalam jangka waktu yang
lama, polusi udara dari kendaraan bermotor dan industri, infeksi kronik,
pekerjaan yang menyebabkan kontak dengan zat karsinogen, faktor
makanan, faktor keluarga, dan faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.
Individu dengan kanker paru akan mengalami gejala seperti batuk, sesak
nafas dan mengi, penurunan berat badan yang signifikan, kuku tabuh, mudah
lelah, anoreksia, nyeri dada, nyeri pada tulang, kesulitan menelan, obstruksi
vena cava superior dan beberapa gejala penyebaran bergantung pada tempat
metastasis. Penatalaksaan medis perlu dilakukan untuk mengatasi gejala-
gejala yang timbul. Perawat sebagai tenaga kesehatan turut berkontribusi
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kanker paru.
2. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan asuhan keperawatan ini yaitu untuk memahami
cara menyusun asuhan keperawatan yang benar.

B. ISI
PENGKAJIAN
Tanggal : 23 September 2019
Jam : 11.00 WIB
1. Identitas Klien
Nama : Tn. W
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ganda Suli, Rt 03/02, Kutasari
No.CM : 00292220
Diagnosa Medis : Malignant neoplasm: bronchus or lung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: Batuk, dan pasien mengeluh dahak susah dikeluarkan,
sesak nafas, mual, pusing, lemas, dan gemeter, serta BAB susah dari
semalam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke ruang Cendana pada
tanggal 22 September 2019 pukul 19.51 dengan keluhan sesak nafas,
batuk dan dahak susah dikeluarkan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengatakan “Saya tidak pernah
mengalami sakit seperti saat ini, tetapi dari hasil pemeriksaan lab bahwa
pasien sudah lama menderita tuberculosis.
d. Riwayat penyakit Keluarga: Pasien mengatakan bahwa kelurganya tidak
memiliki riwayat penyakit seperti yang dideritanya.
3. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan pada 5 tahun yang lalu mulai mengalami gejala sesak
nafas yang semakin memberat, sehingga pasien berobat jalan ke
puskesmas dan mulai berhenti merokok selain itu pasien pernah
meminum alkohol. Setelah melakukan pemeriksaan ke puskesmas pasien
mengatakan adanya masalah dibagian paru-parunya.
b. Pola nutrisi Metabolik
Pasien mengatakan nafsu makan tidak ada masalah dan pasien
mengatakan minumnya cukup banyak 7-8 gelas. Selain itu pasien
memiliki riwayat penuruanan berat badan sampai 36 kg dan berat badan
sekarang 54 kg.
c. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB tidak lancar semenjak masuk rumah sakit
sedangkan BAK lancar. Warna urine kuning dan bau khas urine.
d. Pola aktivitas-latihan
Pasien mengatakan setiap hari bekerja sebagai petani dan peternak ayam.
Setelah dirawat di rumah sakit pasien hanya berbaring di tempat tidur
dan duduk.
e. Pola istirahat-tidur
Waktu tidur pasien cukup 6-8 jam. Mulai tidur pada pukul 20.00 WIB.
Pasien mengatakan terbangun sekali pada malam hari karena ingin BAK.
f. Pola kognitif-persepsi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, pasien dapat menjawab
pertanyaan perawat, pasien mengatakan masih belum mengerti tentang
penyakit yang dideritanya.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Identitas diri: Pasien bekerja sebagai petani dan peternak ayam.
Ideal diri: Harapan pasien cepet sembuh sehingga dapat bekerja kembali,
dan pasien tidak ingin merepotkan orang lain.
Gambaran diri: pasien menerima dengan ikhlas dan berlapang dada
terkait penyakit yang dideritanya, namun pasien mengatakan jantungnya
berdebar-debar ketika mendengar suara yang keras sehingga pasien
merasa takut.
h. Pola peran hubungan
Pasien mengatakan tinggal sendiri dirumah karena bercerai dengan
istrinya sekitar 12 tahun yang lalu. Mempunyai 2 anak yang sudah
berkeluarga dan memiliki 3 cucu. Hubungan dengan anaknya baik.
Genogram :

Tn. W

Keterangan:

= tinggal serumah

= meninggal

= perempuan

= laki-laki
i. Pola toleransi stres-koping
Pasien mengatakan anak berperan penting dalam membantu mengatasi
masalah yang dihadapi pasien.
j. Pola nilai-keyakinan
Pasien mengatakan agama yang dianut oleh pasien adalah Islam dan
pasien selama menjalani perawatan lebih sering berdoa dan pasrah dalam
menghadapi penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: sedang
b. Tingkat kesadaran: composmentis GCS= E: 4, V :5, M:6
c. TB: 160 cm
d. BB: 54 kg
e. IMT : 21,09
f. TTV : TD: 140/90 mmHg
Nadi: 100 x / menit
Pernapasan: 28 x/menit
Suhu: 36,50°C
g. Kepala : rambut beruban, tidak berketombe.
- Mata : Kelopak mata tidak ada radang, bentuk simetris, terdapat
reflek kedip, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sklera mata non
ikterik, gerakan mata ritmis, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba keras.
- Hidung : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada
obstruksi, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tetapi terpasang
selang oksigen.
- Telinga : Daun telinga simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran
baik, tidak ada serumen, tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan dan kartilago lentur.
- Mulut dan Faring : Bibir tidak sumbing, bibir tidak sianotis, bibir
tampak kering, gigi berlubang, tidak ada lesi pada bibir, kadang
terlihat nafas dari mulut, tidak terdapat plak gigi, gusi tidak berdarah,
tidak ada radang pada tonsil, lidah tampak bersih, dan tidak terdapat
stomatitis.
h. Leher
- Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada massa, leher
simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan trakea dan
tidak ada peningkatan JVP.
i. Thorak
- Kondisi dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi dinding dada,
tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri tekan, suara paru redup pada paru
kanan dan sonor pada paru kiri, terdapat bunyi tambahan berupa
ronchi.
j. Jantung
- Iktus kordis tidak tampak, teraba point of maximal impuls, perkusi
jantung pekak dan tidak redup, suara jantung terdengar normal sinus
rytm, frekuensi jantung normal (60-100x/menit).
k. Abdomen
- Inspeksi: bentuk perut simetris, warna kulit tidak kemerahan/ tidak
ada lesi.
- Palpasi: tidak terdapat asites, tidak ada nyeri tekan, pemeriksaan
hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, renalis tidak teraba.
- Auskultasi: bising usus normal (12 kali/menit).
- Perkusi: suara perut timpani.
l. Ekstremitas
- Atas: gerakan ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada
kelemahan gerak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, kekuatan
otot baik, kulit bewarna merah dan tidak sianosis, tidak ada nyeri
tekan, kapilari refill <2 detik, tidak ada lesi, turgor kulit elastik (< 2
detik), akral hangat, tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm.
m. Genetalia: Berjenis kelamin laki-laki, tidak terdapat hemoroid.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hemoglobin 13,2 g/dL 11,2-17,3
Leukosit H 15560 U/L 3800-10600
Hematokrit L 38 % 40-52
Eritrosit 5,0 10ᶺ6/Ul 4,4-5,9
Trombosit 353.000 /uL 150.000-440.000
Basofil 0,2 % 0-1
Batang 1,3 %
Segmen 95,3 %
Eosinofil 0,2 % 2-4
Limfosit L 2,1 % 25-40
Monosit L0,9 % 2-8
Neutrofil 96,6 %
MCV L 77,4 fL 80-100
MCH 26,7 pg/cell 26-34
MCHC 34,5 % 32-36
MPV 9,7 fL 9,4-12,4
Albumin L 3,03 g/dL 3,40-5,00
SGOT 25 U/L 15-37
SGPT 26 U/L 16-63
Ureum darah 27,58 mg/dL 14,98-38,52
Kreatinin darah 0,99 mg/dL 0,70-1,30
Glukosa sewaktu 154 mg/dL ≤200
Natrium L 131 mEq/L 134-146
Kalium L 3,0 mEq/L 3,4-4,5
Klorida L 85 mEq/L 96-108

b. Hasil pemeriksaan MSCT Scan Thorax


- Trachea: tampak tertarik ke kanan, bronkus kanan tertarik ke
superior dan menempel ke arteri pulmonalis.
- Paru kanan: corakan vaskuler meningkat, terdapat lesi isodens
(massa yang harusnya tidak ada) pada lobus superior paru kanan
dengan air bronchogram di dalamnya batas tak tegas tapi ireguler.
Lesi tampak menarik trakea ke kanan.
- Paru kiri: corakan vaskuler meningkat. Tampak fibrotic line pada
segmen1/2.
- Tampak limfadenopati pada upper paratracheal kanan dan subcarina.
- Tampak efusi pleura kanan minimal.
c. Hasil pemeriksaan EKG adalah normal.
6. Terapi
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm
- Injeksi ranitidine 2x50 mg IV
- Injeksi metilprednisolon 2x62,5 mg IV
- Nebu combivent per 8 jam
- PO paracetamol 3x500 mg
- PO N-asetilsistein 3 x 200 mg

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Sekresi yang tertahan Ketidakefektifan bersihan
- Pasien mengeluh jalan nafas
batuk,
- Pasien mengeluh
dahak susah
dikeluarkan
- Pasien mengeluh
sesak nafas,
DO:
- Tanda-tanda vital :
tekanan darah :
140/90 mmHg, RR :
28 x/menit
- Pasien tampak
kesusahan dalam
mengeluarkan sekret
saat batuk
- Pasien terpasang
nasal kanul dengan
aliran 5 L
- Pasien tampak sesak
nafas
- Terdapat suara nafas
tambahan berupa
ronkhi di paru
bagian kanan
- Produksi sputum
berlebh dengan
warna kuning,
kental, dan pekat

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO ETIOLOGI PROBLEM DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Sekresi yang Ketidakefektifan Ketidakefektifan bersihan jalan napas
tertahan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
ditandai dengan pasien mengeluh batuk,
dahak susah dikeluarkan, dan sesak nafas,
tekanan darah : 140/90 mmHg, RR : 28
x/menit, pasien tampak kesusahan dalam
mengeluarkan sekret saat batuk, pasien
terpasang nasal kanul, tampak sesak nafas,
terdapat suara nafas tambahan berupa ronkhi di
paru bagian kanan, produksi sputum berlebh
dengan warna kuning, kental, dan pekat

ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC : Status pernafasan: kepatenan jalan NIC : Airway
bersihan jalan nafas - 0410 Management
napas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Posisikan pasien a. Bunyi napas ronki
dengan sekresi 3x24 jam, maka diharapkan adanya jalan napas untuk indikasi akumulasi
yang tertahan yang bersih untuk pertukaran udara, dengan memaksimalkan secret/ketidakmam
ditandai dengan kriteria hasil: ventilasi. puan
pasien mengeluh b. Identifikasi membersihkan
batuk, dahak susah No. Indikator Awal Akhir kebutuhan jalan napas
dikeluarkan, dan bantuan sehingga otot
sesak nafas, 1. Irama 2 3 pernapasan. aksesori digunakan
tekanan darah : pernafasan c. Beri bantuan dan kerja
140/90 mmHg, RR 2. Frekuensi 2 3 jalan napas pernapasan
: 28 x/menit, pasien pernapasan melalui oral atau meningkat.
tampak kesusahan 3. Batuk 1 2 nasofaringeal. b. Pengeluaran sulit
dalam d. Hilangkan sekret bila sekret banyak,
mengeluarkan 4. Suara nafas 2 3 dengan sputum berdarah
sekret saat batuk, tambahan meningkatkan akibat kerusakan
pasien terpasang 5. Akumulasi 1 2 batuk atau paru atau luka
nasal kanul, tampak sputum melalui suction. bronchial yang
sesak nafas, e. Ajarkan cara memerlukan
terdapat suara nafas Keterangan: batuk efektif. evaluasi/inter-
tambahan berupa 1 = Berat f. Auskultasi suara vensi lanjut .
ronkhi di paru 2 = Cukup berat pernapasan. c. Meningkatkan
bagian kanan, 3 = Sedang g. Beri pengobatan ekspansi paru,
produksi sputum 4 = Ringan nebulizer ventilasi maksimal,
berlebh dengan 5 = Tidak ada ultrasonik. dan peningkatan
warna kuning, h. Beri humidifier gerakan sekret agar
kental, dan pekat atau oksigen. mudah dikeluarkan.
i. Posisikan pasien d. Mencegah
untuk obstruksi/aspi-
meringankan rasi. Suction
dispneu. dilakukan bila
j. Pantau status pasien tidak
respirasi atau mampu
oksigenasi. mengeluarkan
sekret.
e.Membantu
mengencerkan
sekret sehingga
mudah dikeluarkan.
f. Mencegah
pengeringan
membran mukosa.
g. Menurunkan
kekentalan sekret,
lingkaran ukuran
lumen
trakeabronkial,
berguna jika terjadi
hipoksemia pada
kavitas yang luas.
h. Pemantauan status
respirasi atau
oksigenasi
dilakukan untuk
memonitor adanya
tanda-tanda
kelainan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO HARI/ JAM DX IMPLEMENTASI RESPON


TANGGAL
1. Selasa, 10.30 Dx 1 Airway Management
24 September (3140)
2019 1. Membantu klien 1.
Pasien
memposisikan mengikuti
semifowler untuk instruksi
memaksimalkan perawat
ventilasi dengan baik
2. Mengidentifikasi 2. Pasien
kebutuhan bantuan mengatakan
pernafasan pasien membutuhkan
3. Memberi bantuan jalan terapi oksigen
nafas melalui 3. Pasien
nasofaringeal dengan mengatakan
memberikan terapi lebih nyaman
oksigen dengan nasal menggun akan
canul untuk mengurangi terapi oksigen
sesak nafas karena mampu
4. Mengajarkan pasien mengurangi
mengenai cara batuk sesak nafas
efektif dan4. Pasien
mempraktekannya memperhatika
n informasi
dari perawat
dengan baik
dan mampu
melakukan
batuk efektif
dengan cukup
baik karena
dahak yang
dikelarkan
cukup banyak.
10.40 Dx 1 Mengukur kesimentrisan Pasien dapat
ekspansi paru dengan cara bekerja sama
melakukan palpasi dengan baik

11.45 Dx 1 Memberikan pengobatan Pasien mengikuti


nebulizer ultrasonic untuk instruksi perawat
mengurangi sesak nafas dengan baik dan
kooperatif.
16.30 Dx 1 1. Memantau status 1. Pasien
respirasi untuk mengatakan
mengetahui masih
perkembangan lumayan sesak
pernafasan pasien nafas, RR=
2. Mendengarkan suara 28x/menit
pernafasan pasien 2. Terdengar
3. Mengingatkan pasien suara ronkhi
untuk melakukan batuk basah di paru
efektif bagian kanan
3. Pasien
mendengarkan
instruksi
perawat
dengan baik
19.45 Dx 1 1. Memantau status 1. Pasien
respirasi untuk mengatakan
mengetahui sesaknya
perkembangan mulai
pernafasan pasien menurun,
2. Memposisikan pasien RR= 26
untuk mengurangi x/menit
dispneu dengan cara 2. Pasien
posisi tidur miring ke melakukan
kanan perintah
dengan
kooperatif
20.30 Dx 1 Memonitor suara nafas Pasien tampak
tambahan seperti ngorok tertidur dengan
atau mengi saat tertidur ngorok dan
terkadang
terdengar suara
mengi
Rabu, 11.30 Dx 1 1. Memantau status 1. Pasien
25 September respirasi untuk mengatakan
2019 mengetahui sesak
perkembangan nafasnya
pernafasan pasien mulai
2. Memberikan menurun
pengobatan nebulizer 2. Pasien
ultrasonic untuk kooperatif
mengurangi sesak nafas selama
dilakukan
proses
penguapan
13.30 Dx 1 Mengingatkan dan Pasien melakukan
mendampingi pasien untuk batuk efektif
melakukan batuk efektif secara mandiri
dengan cukup
baik dibuktikan
dengan
pengeluaran
dahak kental dan
pekat berwarna
kekuningan
19.45 Dx 1 Memantau status respirasi Pasien
untuk mengetahui mengatakan sesak
perkembangan pernafasan nafas meningkat
pasien ketika miring ke
kiri
Kamis, 26 10.10 Dx 1 1. Memantau status 1. Pasien
September respirasi untuk mengatakan
2019 mengetahui sesak nafas
perkembangan sudah semakin
pernafasan pasien berkurang
2. Mengajarkan cara dibuktikan
melakukan fisioterapi dengan RR 25
dada x/menit
2. Pasien dibantu
oleh perawat
mengikuti
fisioterapi
dada dengan
baik dan
kooperatif
13.30 Dx 1 Menginstrusikan pasien Pasien
untuk melakukan batuk mempraktekan
efektif batuk efektif
degan baik secara
mandiri
17.10 Dx 1 Mengecek alat yang Air dalam
digunakan untuk terapi humidifier masih
oksigen (memantau air terisi cukup dan
dalam humidifier) pasien terlihat
nyaman dengan
terapi oksigen
yang terpasang
19.15 Dx 1 1. Mengukur RR untuk 1. Pasien
mengetahui mengatakan
perkembangan nafas sesak nafas
pasien sudah
2. Mengingatkan kembali berkurang RR
untuk melakukan batuk pasien adalah
efektif ketika susah 25x/menit
mengeluarkan dahak 2. Pasien
mendengarkan
dan
memahamiinst
ruksi perawat
dengan baik.

EVALUASI
NO WAKTU DX EVALUASI
1. Kamis, Ketidakefektifan bersihan Subjektif :
26 September 2019 jalan napas berhubungan - Pasien melaporkan sesak nafas sudah
dengan sekresi yang berkurang
tertahan - Pasien melaporkan sudah mulai bisa untuk
mengeluarkan dahak
Objektif :
- Suara ronkhi basah pada paru bagian kanan
sudah mulai menurun
- Nafas pasien sudah mulai terlihat normal tidak
sesesak saat hari pertama masuk.
- RR = 25x/menit
- Pasien dapat melakukan batuk efektif dengan
baik ditandai dengan keluarnya sekret
Assesement :
Masalah status pernafasan teratasi sebagian dengan
kriteria hasil :
No. Indikator Awal Tujuan Sekarang
1. Irama 2 3 3
pernafasan
2. Frekuensi 2 3 3
pernapasan
3. Batuk 1 3 3
4. Suara 2 3 2
nafas
tambahan
5. Akumulasi 1 2 2
sputum

Planning :
- Lanjutkan pemberian terapi batuk efektif dan
fisioterapi dada
- Lanjutkan pemberian infus NaCl 0,9% 20 tpm
- Lanjutkan pemberian injeksi ranitidine 2x50
mg IV
- Lanjutkan pemberian injeksi metilprednisolon
2x62,5 mg IV
- Lanjutkan pemberian nebu combivent per 8
jam
- Lanjutkan pemberian PO paracetamol 3x500
mg
- Lanjutkan pemberian N-asetilsistein 3x200
mg

C. KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan adalah serangkaian tindakan atau proses
keperawatan yang diberikan kepada seorang pasien pada sebuah pelayanan
kesehatan, dengan cara mengikuti aturan dan kaidah-kaidah keperawatan dan
berdasarkan pada masalah (diagnosa) yang sedang dihadapi seorang pasien serta
kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk merawat pasien tersebut. Asuhan
keperawatan diatas membahas tentang pasien yang menderita penyakit tumor
paru kanan. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Intervensi yang
dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah management airway dan
memonitor pernapasan. Terapi yang digunakan berupa terapi farmakologi dan
non farmakologi. Terapi farmakologi berupa infus NaCl 0,9% 20 tpm, injeksi
ranitidine 2x50 mg IV, injeksi metilprednisolon 2x62,5 mg IV, nebu combivent
per 8 jam, PO paracetamol 3x500 mg dan PO N-asetilsistein 3 x 200 mg.
Sedangkan untuk terapi non farmakologinya berupa batuk efektif dan fisioterapi
dada. Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, sebagian masalah
pernafasan dapat teratasi dengan baik. Intervensi tetap dilanjutkan sampai pasien
membaik secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M. 2016, Nursing Interventions


Classification (NIC) 6th Indonesian Edition, Singapore : Elsevier.

Herdman, T & Heather, 2015, Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Ed. 10, Jakarta : EGC.

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2016.
Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Indonesian Edition, Singapore :
Elsevier.

Price, A. Sylvia & Wilson, Lorraine Mc. Carty, 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, Jakarta: EGC.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018, Diakses September 2019.

Anda mungkin juga menyukai