Anda di halaman 1dari 11

Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

RENCANA TEKNIS PENYALURAN AIR BUANGAN


SISTEM TERPUSAT KABUPATEN KUDUS

Satria Rakhmananda*), Arya Rezagama**), Dwi Siwi Handayani**)


Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
Email: tl.satria@gmail.com

ABSTRAK
Kecamatan Kota Kudus dan Kecamatan Jati di Kabupaten Kudus adalah wilayah dengan
kepadatan penduduk tinggi. Dengan luas lahan yang kecil dan jarak antar rumah
penduduk dekat, dikhawatirkan tangki septik yang ada dalam setiap rumah dapat
menimbulkan pencemaran pada air tanah. Untuk mengatasi potensi permasalahan
tersebut, Pemerintah Kabupaten Kudus telah menyusun dokumen rencana induk
pengelolaan air limbah domestik guna mencegah pencemaran air tanah terjadi. Dalam
dokumen itu direncanakan penyaluran air limbah domestik dengan sistem terpusat,
artinya penyaluran dilakukan melalui jaringan perpipaan (Sewage System). Sistem
penyaluran yang dipilih adalah sistem konvensional. Dengan perencanaan ini,
diharapkan dapat mencegah pencemaran lingkungan dan menciptakan kawasan
penduduk yang sehat dan nyaman.
Kata kunci: kepadatan penduduk tinggi, penyaluran air limbah domestik, sistem
konvensional

ABSTRACT
[Detail Engineering Design of Sewerage in Kudus Regency]. Kota Kudus and Jati
Subdistrict in Kudus Regency are the most populated inhabitant areas of all. The area is
narrow and also the distance between each houses is near. What become the concern is
the septic tank from each house might be causing ground water contamination. To
prevent the potential problems, The Government has arranged master plan document of
domestic wastewater management. One of the plans in the master plan document is to
build sewerage system. Between all alternative systems, the conventional system has been
selected. This detail engineering design is expected to prevent environmental pollution
and to create healthy and comfortable inhabitant area.

Keywords: high populated inhabitant area, domestic wastewater sewerage, conventional


system

Penulis
1 *)
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

PENDAHULUAN mencakup Kecamatan Kota dan


Latar Belakang Kecamatan Jati. Sebagai implementasi dari
Pertumbuhan jumlah penduduk yang rencana induk yang telah dibuat,
tinggi dapat berdampak serius terhadap dibutuhkan juga rencana teknis untuk
daya dukung lingkungan. Dampak ini penyaluran air limbah domestik sistem
harus ditangani dengan baik agar daya terpusat.
dukung lingkungan tidak menurun. Oleh
karena kenaikan jumlah penduduk, Identifikasi Masalah
pemakaian air bersih juga mengalami Identifikasi masalah pada rencana
peningkatan yang berakibat pada teknis penyaluran air limbah domestik
peningkatan jumlah air limbah pula. sistem terpusat adalah :
Pembuangan air limbah tanpa pengolahan 1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi di
terlebih dahulu dapat mencemari Kabupaten Kudus, khususnya
lingkungan. Khususnya sumber-sumber air Kecamatan Kota dan Kecamatan Jati.
baku yang berada di permukaan ataupun di 2. Dengan padatnya jumlah penduduk,
dalam tanah. sistem On-site tidak akan efektif
Sistem peyaluran air limbah domestik menanggulangi pencemaran akibat
secara terpusat belum populer dikenal dan limbah domestik.
diterapkan di kota-kota, salah satunya di
Kabupaten Kudus. Kabupaten Kudus Pembatasan Masalah
memiliki 9 kecamatan yang terbagi Pembatasan masalah pada
menjadi 123 desa dan 9 kelurahan. Jumlah perencanaan rencana teknis penyaluran air
penduduk Kabupaten Kudus sejumlah limbah domestik sistem terpusat meliputi :
791.891 jiwa pada tahun 2013. Jumlah 1. Wilayah perencanaan adalah
penduduk ini terkonsentrasi di Kecamatan Kecamatan Kota dan Kecamatan Jati.
Kota dengan kepadatan penduduk tertinggi 2. Proyeksi penduduk dan debit air limbah
sebesar 8.809 jiwa/km2. Berdasarkan hingga tahun 2034.
Rencana Tata Ruang dan Wilayah 3. Sistem penyaluran yang akan didesain
Kabupaten Kudus tahun 2012-2032, adalah rencana sistem terpusat dari
penetapan kawasan permukiman berada di Rencana Induk Pengelolaan Air Limbah
Kecamatan Kota Kudus, Kecamatan Jati, Dometik Kabupaten Kudus.
Kecamatan Bae, Kecamatan Kaliwungu. 4. Perencanaan penyaluran air limbah
Melihat rencana itu maka akan terjadi sistem terpusat meliputi perhitungan
perubahan penggunaan lahan menjadi debit air buangan, hidrolika perpipaan,
lahan terbangun untuk memenuhi desain utilitas dan pompa, serta rencana
kebutuhan banyak penduduk, antara lain anggaran biaya.
hunian, jasa, warung makan, dan lain-lain
sebagai sarana penunjang kebutuhan. Perumusan Masalah
Adanya peningkatan aktivitas penduduk Berdasarkan latar belakang,
ini akan mengakibatkan penurunan identifikasi, dan pembatasan masalah,
kualitas lingkungan serta membahayakan maka masalah dirumuskan sebagai berikut
kesehatan masyarakat jika tidak ada :
pengelolaan air limbah yang baik. 1. Bagaimana rencana penyaluran air
Untuk mencegah hal di atas terjadi, buangan domestik sistem terpusat di
pemerintah Kabupaten Kudus telah Kabupaten Kudus?
menyusun Rencana Induk Pengelolaan Air 2. Berapa besar rencana anggaran biaya
Limbah Domestik. Di dalam dokumen ini untuk pembangunan sistem penyaluran
terdapat rencana pembangunan penyaluran air buangan domestik di Kabupaten
air limbah domestik sistem terpusat yang Kudus?

2
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

Tujuan
1. Merencanakan desain penyaluran air
buangan domestik sistem terpusat di
Kabupaten Kudus. GAMBARAN UMUM WILAYAH
2. Merencanakan anggaran biaya untuk PERENCANAAN
pembangunan sistem penyaluran air Kepadatan Penduduk
buangan domestik di Kabupaten Kudus. Kepadatan penduduk dalam kurun
waktu lima tahun (2009 – 2013) cenderung
mengalami kenaikan seiring dengan
METODOLOGI PERENCANAAN kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun
Tahapan perencanaan adalah sebagai 2013 tercatat sebesar 2.302jiwa setiap satu
berikut : kilo meter persegi. Di sisi lain persebaran
penduduk masih belum merata, dimana
Kecamatan Kota merupakan kecamatan
yang terpadat yaitu 8.790 jiwa per km².
Kecamatan Undaan paling rendah
kepadatan penduduknya yaitu 990 jiwa per
km². Adapun data kepadatan penduduk
Kabupaten Kudus seperti terlihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 1
Kepadatan Penduduk Bruto Menurut
Kecamatan
di Kabupaten Kudus Tahun 2013

Gambar 1.
Diagram Alir Tahapan Perencanaan Sumber : Kudus Dalam Angka, 2014
Rencana Teknis Penyaluran Air
Limbah Sistem Terpusat Kabupaten
Kudus
Kawasan Permukiman
Rencana pengembangan kawasan
permukiman di Kabupaten Kudus
meliputi:
1. Permukiman perkotaan memiliki luas
keseluruhan kurang lebih 9.884 Ha
(sembilan ribu delapan ratus delapan
puluh empat hektar) meliputi:

3
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

a. Kawasan Perkotaan Kabupaten


Meliputi: Sistem pengelolaan air limbah
 seluruh wilayah Kecamatan Kabupaten Kudus di tahun 2033 akan
Kota. memiliki layanan saluran yang mampu
 seluruh Kecamatan Bae. menangani beban air limbah dari sekitar
 seluruh Kecamatan Jati. 8% penduduk kota. Untuk menangani
 sebagian Kecamatan beban tersebut, Kabupaten Kudus akan
Kaliwungu. memiliki satu sistem saluran air limbah
 sebagian Kecamatan Gebog. (SSAL) sebagaimana diuraikan dalam
 sebagian Kecamatan Mejobo. tabel berikut.
b. Ibukota Kecamatan Meliputi:
 Ibukota Kecamatan Undaan; Tabel 2
 Ibukota Kecamatan Dawe.
 Ibukota Kecamatan Jekulo.
 Ibukota Kecamatan Gebog.
 Ibukota Kecamatan Mejobo.
2. Permukiman perdesaan sebagaimana
memiliki luas keseluruhan kurang
lebih 2.653 Ha (dua ribu enam ratus
lima puluh tiga hektar) meliputi
permukiman di luar Kawasan
Perkotaan Kabupaten dan 5 (lima) Ibu
Kota Kecamatan. Daerah Rencana Layanan Limbah
Kabupaten Kudus Tahun 2033
Rencana Induk Pengelolaan AirLimbah Sumber Sumber : BAPPEDA Kabupaten Kudus, 2013
Kabupaten Kudus
Sistem pengelolaan air limbah PERENCANAAN PENYALURAN AIR
Kabupaten Kudus akan dikembangkan BUANGAN
dengan menerapkan kombinasi layanan Berikut adalah citra satelit dari
setempat (on‐site) dan layanan saluran air perencanaan jalur pipa dan cakupan area
limbah (off‐site) yang terdesentralisasi.
Dengan mempertimbangkan kemampuan
dan potensi wilayah kota maka ditetapkan
Target Layanan Air Limbah Kabupaten
Kudus 2033 sebagai berikut:
1. Layanan jamban sehat bagi 100%
penduduk Kabupaten Kudus, baik itu
berupa jamban pribadi maupun jamban
bersama.
2. Layanan penanganan air limbah bagi
14% penduduk Kabupaten Kudus,
dengan komposisi 8% layanan setempat
dan 6% layanan saluran.
3. Layanan penanganan lumpur tinja pelayanan yang menjadi dasar perencanaan
untuk seluruh rumah yang Rencana Teknis.
menggunakan sistem setempat, atau Gambar 2.
70% penduduk Kabupaten Kudus. Citra Satelit Perencanaan Jalur Pipa
(Sumber: Masterplan Pengelolaan dan Cakupan Area Pelayanan
Limbah Kabupaten Kudus, 2014)

4
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

Cakupan Area Pelayanan = 0,11 km2


Luas daerah kelurahan yang terlayani Kepadatan Penduduk = 9.176 jiwa/km2
adalah 7,7 km2 dengan jumlah penduduk Jumlah Penduduk = 0,11 km2 x 9.176
2
71.226 jiwa. Maka kepadatan penduduk jiwa/km
sebesar 9.176 jiwa/km2 = 1.009 jiwa
Penggunaan air bersih (Qam) = 120,71
Kebutuhan Air Bersih liter/jiwa/hari
Berdasarkan data dari PDAM =0,0014
Kabupaten Kudus sebagai penyedia air liter/jiwa/detik
minum kondisi per Desember 2013, a. Debit rata-rata (Qr)
kebutuhan air bersih penduduk terlayani Faktor air buangan rata-rata (fabr) = 50% –
sebesar 204,79 liter/detik. Dengan jumlah 80% (diambil 80%)
penduduk terlayani sebanyak 146.570 Perhitungan debit air buangan rata-rata:
jiwa. Maka kebutuhan air bersih dalam Qr = Qam x fabr x jumlah penduduk
sehari adalah sebagai berikut : = 0,0014 liter/jiwa/detik x 80% x
1.009 jiwa
Kebutuhan Air Bersih per hari = 1,1 liter/detik
= 0,0011 m3/detik
Kapasitas Air Terjual b. Debit Puncak (Qpk)
=
Jumlah Penduduk Terlayani P = Jumlah penduduk dalam 1.000
jiwa
204,79 liter detik = 1.009 jiwa/1.000 jiwa
=
104.570 jiwa = 1,009

5
= 0.0014 liter/jiwa/detik Faktor puncak =
p 0, 2

5
=
= 120.71 liter/jiwa/hari 1,0090,2
Maka dari itu, pada perencanaan ini = 4,99
penulis menetapkan kebutuhan air bersih Qpk = Qr x fpeak
sebesar 120,71 liter/jiwa/hari.
= 0,0011 m3/detik x 4,99
Perhitungan Debit Rencana = 0,00563 m3/detik
Penentuan dimensi sistem PAB dilihat
berdasarkan debit total yang masuk ke c. Debit Minimum (Qmin)
dalam saluran air buangan. Besarnya debit Faktor minimum = 60%
total bergantung pada besarnya debit air Qmin = Qr x fmin
buangan dan debit infiltrasi pada waktu
puncak. Menurut literatur, faktor timbulan = 0,0011 m3/detik x 60%
air buangan berkisar 50%-80% = 0,00068 m3/detik
(Tchobanoglous, 1981).Dalam
perencanaan ini, penulis mementukan
faktor timbulan air buangan adalah 80%. Penentuan Jenis/Bahan dan
Perhitungan Diameter Pipa
Contoh perhitungan pada Pipa Lateral Jenis pipa yang digunakan adalah pipa
A uPVC (unplastized Polyvinyl Chloride)

5
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

khusus air buangan. Pipa uPVC jenis ini persyaratan (0,6-3 meter/detik) maka perlu
memiliki beberapa keunggulan yaitu kuat, dilakukan trial and error (coba-coba)
tidak mudah pecah, ringan, tahan lama, hingga memenuhi persyaratan. Nilai slope
dan permukaan halus, serta tahan terhadap pipa yang terpilih setelah dilakukan trial
berbagai bahan kimia ekstrim. Diameter and error adalah 0,0070 m/m. Perhitungan
untuk pipa lateral dan pipa mayor nilai diameter teoritis pipa menggunakan
bervariasi dari 200 mm hingga 600 mm. rumus Manning.
Diameter pipa sistem penyaluran air
buangan dari hulu ke hilir semakin besar Qpeak = 0,00563 m3/detik
sesuai dengan beban air buangan yang n = 0,013
dibawa.
3
Kemudian langkah selanjutnya adalah  Q peak . n  8

menghitung diameter pipa. Dteo =  0.5 


Contoh perhitungan pada Pipa Lateral E.  0,312  S 
Elevasi tanah titik awal (Htawal) = 25 m 3
8
Elevasi tanah titik akhir (Htakhir)= 26 m  0,00563. 0,013 
Jika ditentukan kedalaman pipa ditanam di =  0.5 
tanah sebesar 1 m, maka  0,312  0,0070 
Elevasi pipa titik awal (Hpawal)= 24 m = 0,11 m
Elevasi pipa titik akhir (Hpakhir)= 25 m
Slope tanah Dpasaran = 0,16 m
Htawal  Htakhir Hasil dari perhitungan didapatkandiameter
St =
Panjangsaluran adalah 0,16 m atau 160 mm.
Perhitungan Self Cleaning Velocity
= 25 m  26 m Perhitungan Self Cleaning Velocity
325 m berfungsi sebagai pengecekan kondisi
= -0,003077 m/m aliran perpipaan agar tidak terjadi
Jika nilai slope tanah negatif atau pengendapan. Kecepatan aliran
mendekati nol, maka slope pipa harus disyaratkan 0,6-3 m/dtk.
ditentukan dengan menggunakan nilai dari Contoh perhitungan pada Pipa Mayor 1.
tabel berikut. n pipa = 0,013
Tabel 3 D pipa = 0,16 meter
Slope Minimum untuk Saluran dengan Slope = 0,0070
Aliran Secara Gravitasi D/40,67 x S0,5
Vfull =
n
0,16/40,67 x 0,00700,5
=
0,013
= 0,75 m/detik

Qfull = A x Vfull
= 1 π D2 x Vfull
*Berdasarkan persamaan Manning dengan kecepatan 4
aliran minimum adalah 0,6 m/s 1
Sumber: Hammer dalam Rezagama (2014 : 68) = π 0,162 m x 0,75
4
Namun, jika nilai Self Cleaning m/detik
Velocity masih tidak memenuhi

6
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

= 0,0151 m3/detik diameter yang lebih besar, dan jika


kecepatan kurang dari 0,6 m/dtk maka
Qpeak = 0,00563 m3/detik dibutuhkan diameter yang lebih kecil.
QPeak 0,00563m3 /detik
= Perhitungan Volume Galian Pipa
QFull 0,0151m3 /detik
= 0,37 Dalam pelaksanaan pekerjaan,
Penentuan nilai d/D dan Vpeak/Vfull besarnya volume galian pipa dipengaruhi
oleh faktor kemiringan saluran (slope),
sehingga semakin besar slope semakin
besar volume galian tanah dan hal ini akan
menyebabkan biaya investasi semakin
besar. Selain itu, dalam penentuan tinggi
galian pipa harus diketahui beda
tinggi/elevasi tanah dari tiap-tiap node
pipa.
Berikut adalah rumus rumus yang
digunakan dalam perhitungan volume
galian pipa.
1. Kedalaman galian hingga bagian
puncak pipa awal (B1) (m).
diperoleh dari referensi gambar 3. yaitu B1 = Elevasi muka tanah awal –
Grafik Nilai Elemen Geometri dan Elevasi puncak pipa awal
Hidolika dalam Aliran Tidak Penuh. B1 = Ht awal – Hp awal
Gambar 3.
Nilai Elemen Geometri dan Hidolika 2. Kedalaman galian hingga bagian
dalam Aliran Tidah Penuh puncak pipa akhir (B2) (m).
Sumber: Butler & Davies, 2004 : 152 B2 = Elevasi muka tanah akhir –
Elevasi puncak pipa akhir
Dari tabel diperoleh :
B2 = Ht akhir – Hp akhir
d/D = 0,40
3. Kedalaman gali awal (G1) (m).
Vpeak/Vfull = 0,950 G1 = B1 + diameter luar pipa (diameter
Maka, dalam pipa + ketebalan pipa)

VPeak 4. Kedalaman gali akhir (G2) (m).


Vpeak = x VFull G2 = B2 + diameter luar pipa (diameter
VFull dalam pipa + ketebalan pipa)
= 0,950 x 0,75 m/detik 5. Perbedaan ketinggian antara galian
= 0,72 m/detik (memenuhi) awal dan galian akhir (dG) (m).
dG = G1 – G2
Kecepatan aliran pada kondisi Jika dG > 0, maka St> Sp, artinya slope
puncak/peak (Vpeak) harus berada dalam tanah lebih besar dari slope saluran
range kecepatan self cleaning yaitu 0,6 - 3 sehingga dibutuhkan drop manhole apabila
m/dtk sehingga air buangan yang mengalir nilai dG > 0,6 m.
dalam pipa diharapkan belum terjadi Jika dG < 0, maka St< Sp, artinya slope
pembusukan dan bebas dari penyumbatan tanah lebih kecil dari slope saluran dan
sehingga mudah dalam pemeliharaan. Jika jika nilai dG mencapai – 7 m akan
lebih dari 3 m/dtk maka dibutuhkan dibutuhkan pemompaan.

7
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

Jika dG = 0, maka St = Sp, artinya slope  Jika dG = 0, maka St = Sp, artinya


tanah sama dengan slope saluran, kondisi slope tanah sama dengan slope
inilah yang diinginkan. saluran, kondisi inilah yang
6. Lebar galian (CG) (m). diinginkan.
LG = 1,5  Diameter pipa  0,3
6. Lebar galian (LG) (m).
7. Volume galian (VG) (m3). LG = (1,5 x Diameter Pipa) + 0,3
VG = G1  G2   LG  Lpipa  2 (meter)

Contoh perhitungan pada Pipa Lateral = (1,5 x 0,16) + 0,3 = 0,5 m


A titik A1 ke A2 7. Volume galian (VG) (m3).
Diameter pipa = 0,16 meter
Panjang Pipa = 89 meter VG = G1 - G2   LG  L 
2
1. Kedalaman galian hingga bagian
puncak pipa awal (B1) (m). =  1,2  1,8  x 0,5 x 89
2
B1 = Elevasi muka tanah awal – Elevasi = 71 m3
puncak pipa awal
= 25 meter – 24 meter = 1 meter Penentuan dan Perhitungan Bangunan
Pelengkap
2. Kedalaman galian hingga bagian Pompa
puncak pipa akhir (B2) (m). Pemompaan hanya diperlukan jika
B2 = Elevasi muka tanah akhir – Elevasi perbedaan elevasi tidak memungkinkan
puncak pipa akhir untuk melakukan pengaliran secara
= 25 meter – 23,38 meter = 1,62 gravitasi karena galian tanah yang
meter dibutuhkan sangat dalam (lebih dari 7 m).
Dalam perencanaan ini terdapat penggalian
3. Kedalaman galian di hulu (G1) (m). tanah dengan kedalaman lebih dari 7
G1 = B1 + diameter luar pipa meter, sehingga dibutuhkan pemompaan.
Contoh Perhitungan pompa pada titik
G1 = 1 + (0,16 + 0,006) = 1,2 m
B2 ke titik D1 pada jalur Pipa Mayor D.
4. Kedalaman galian di hilir (G2) (m). Panjang Pipa (Lpipa) = 3 meter
G2 = B2 + diameter luar pipa Diameter pipa (Dpipa) = 200 mm (0,200 m)
G2 = 1,62 + (0,16 + 0,006) = 1,8 m Debit pemompaan (Qab) = 0,0119 m3/detik
(1.028 m3/hari)
5. Perbedaan ketinggian antara galian Jenis pipa = PVC (Nilai C =
awal dan galian akhir (dG) (m). 140 – 150; diambil 150)
dG = G1 – G2 Berat jenis air buangan = 1,2 x 9,774
dG = 1,2 meter – 1,9 meter = -0,6 m Kilo.Newton/m3
Jumlah Bend 90⁰ = 4 buah
 Jika dG > 0, maka St> Sp, artinya
slope tanah lebih besar dari slope Langkah 1: Perhitungan kecepatan aliran
saluran sehingga dibutuhkan drop air dalam pipa
manhole apabila nilai dG > 0,6 m.
 Jika dG < 0, maka St< Sp, artinya
slope tanah lebih kecil dari slope
saluran dan jika nilai dG mencapai – 7
m akan dibutuhkan pemompaan.

8
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

Q  vpipa x Apipa  v 2   P1   v 2   P2 
      Z1  H pompa        Z 2  H L
 2. g      2. g   
2
( ) . (0,200m)  
0,0119m3/detik (vhisap m/ detik)x  
 4  H pompa  Z  H L
vpipa  0,378 m/detik H pompa  5 meter  0,0117 meter
H pompa  5,0117 meter (head pompa minimal)
Langkah 2:Headloss mayor dengan Langkah 6: Perhitungan daya hidraulik
persamaanHazen-Williams pompa
1,85
 151 x Q   L  Debit pemompaan= 0,0119 m3/detik
HLmayor   2,63 
x 
 CxD   1.000 (42,84 m3/jam)
 (151).(0,0119m3 / detik 
1,85 Di pasaran debit pompa yang tersedia
 3m 
HLmayor   2,63
 x   adalah 50 m3/jam (0,83 m3/menit)
 (150).(0,200m)   1.000 A = Faktor jenis motor listrik (0,1 – 0,2)
HLmayor  0,002104meter 0,0021meter Efisiensi pompa (ȵ) = 63% (0,63)
Langkah 3: Perhitungan headlossBend
90⁰ (4 buah)

  v pipa 2  
 h  4 x K x  
  2. g  
 
  (0,378 m / detik ) 2 
 h  4 x 0,33 x  2
 
  ( 2).(9,81 m / detik  Gambar 4.
 h  0,0096 meter Grafik Efisiensi Pompa Ukuran Kecil
Sumber: Noerbambang dan Morimura (2000)
Langkah 4: Perhitungan headloss total
PKeluaran  0,163.  . Q . Hpompa
H Ltotal  H Lmayor  h Bend90   
PKeluaran  0,163 . (11,7288KN) 0,833 m3 /menit5,0117mete
r
H Ltotal  (0,0021  0,0096)meter PKeluaran  7,98Kilowatt
1,34HP
H Ltotal  0,01171 meter PKeluaran  7,98Kilowatt x
1 Kilowatt
PKeluaran  10,69488HP 10,7HP
Langkah 5: Perhitungan head total pompa
Langkah 7 : Perhitungan daya motor
Diketahui
pompa
Beda tinggi pemompaan (Z2 –Z1)= 5 meter P Keluaran x (1  A)
N 
P1 biasanya negatif, diamsumsikan
Motor
 Pompa x  motor 
=0 N 
7,98 Kilowatt x (1  0,2)
Motor
0,63 x 1 
P2 = 0 (tekanan keluaran ke atmosfer) N  15,2 Kilowatt
Motor

Headloss (HL) =0,0117meter


Jadi, daya pompa minimum adalah
Total head pompa dinamis adalah: 15,2Kilowatt (15.200 watt).
Spesifikasi pompa yang digunakan :
Model :CPS15-80 Non-clogging
Submersible Pump
Daya : 15 kW

9
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

Head Maks : 45 meter penyaluran air buangan sistem terpusat


Kabupaten Kudus dapat dilihat pada tabel
Debit : 50 meter3/jam 5. di bawah ini.
Dalam Rencana Teknis ini, terdapat
tiga titik stasiun pompa yaitu pada titik B2 Tabel 5.
pada pertemuan pipa mayor B yang telah Jarak Manhole Berdasarkan Diameter
Saluran

dicontohkan perhitungannya di atas, titik


F1 pada pipa mayor F, dan titik N15 pada
pipa lateral N.

Manhole dan Drop Manhole Sumber : Analisis Penulis (2015)


Jarak antar Manhole pada perencanaan
ini disesuaikan dengan referensi yang KESIMPULAN
tercantum dalam tabel Dalam perencanaan sistem penyaluran
Tabel 4. air buangan domestik Kabupaten Kudus
Jarak Manhole Berdasarkan Diameter dapat diambil beberapa kesimpulan
Saluran sebagai berikut :
Sumber : Hadjosuprapto (2000 : 84) 1. Sistem yang diterapkan dalam
perencanaan penyaluran air buangan
Manhole juga ditempatkan pada setiap adalah sistem konvensional. Luas
perubahan kemiringan pipa, diameter pipa daerah pelayanan adalah 7,7 km2 dan
dan perubahan arah aliran, baik vertikal sistem ini akan melayani 71.481 jiwa
maupun yang horizontal serta setiap atau 6,34% dari total penduduk
pertemuan/percabangan saluran. Kabupaten Kudus pada akhir tahun
Manhole yang digunakan dalam perencanaan yaitu tahun 2034.
perencanaan ini adalah manhole precast Tingkat pelayanan mencapai 100%
dengan spesifikasi beton K250 dengan untuk penduduk yang berada di daerah
varian diameter 300 mm, 400 mm, dan 500 pelayanan. Panjang total pipa utama
mm. Jumlah total manhole precast yang adalah 6,9 kilometer dengan diameter
direncanakan adalah 214 buah. 160 hingga 500 milimeter. Kemudian
Drop Manhole pada perencanaan ini jenis pipa yang direncanakan adalah
diperlukan untuk mencegah pipa keluar pipa PVC khusus air limbah.
dari tanah karena perbedaan elevasi yang
2. Total rencana anggaran biaya
lebih tinggi daripada slope yang
terhitung dari perencanaan ini adalah
direncanakan. Titik Drop Manhole
sejumlah Rp 42.520.000.000,00.
terdapat di G5 dan G8 pada pipa lateral G
serta I2 pada pipa lateral I. Selengkapnya
dapat dilihat gambar 8 dan 10 pada SARAN
lampiran B. Saran yang dapat penulis berikan
adalah penyusunan dokumen rencana
Rencana Anggaran Biaya induk perlu dibuat dengan data yang lebih
Rekapitulasi perhitungan rencana komprehensif, agar tidak ada perubahan
anggaran biaya pembangunan sistem desain dalam penyusunan rencana detail.

10
Tersedia online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 2 (2016)

DAFTAR PUSTAKA
Darmasetiawan, Martin. 2004. Sarana
Sanitasi Perkotaan. Jakarta:
Ekamitra Engineering.
Departemen Pemukiman Prasarana dan
Wilayah. 2003. Pedoman
Pengelolaan Air Limbah Perkotaan
Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Kementrian Pekerjaan Umum.
2011. Materi Bidang Air Limbah.
Hardjosuprapto, Masduki. 2000.
Penyaluran Air Buangan volume II.
Bandung: ITB
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No
112 Tahun 2003 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
Mara, Duncan. 2004. Domestic
Wastewater System in Developing
Countries. USA: Earthscan.
Metcalf & Eddy. 2004. Wastewater
Engineering Treatment and Reuse.
Singapore: McGraw Hill.
Metcalf & Eddy. 1981. Wastewater
Engineering: Collection and
Pumping of Wastewater. New
York: McGraw Hill.
Rezagama, Arya. 2014. Buku Ajar
Penyaluran Air Buangan.
Semarang: Jurusan Teknik
Lingkungan Undip.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar
Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:
UI Press.
Qasim, Syed R. 1985. Wastewater
Treatment Plant (Planning, Design,
and Operation). CBS College
Publishing. USA.

11

Anda mungkin juga menyukai