Anda di halaman 1dari 19

75 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No.

1, hal 75 - 93

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 14 Nomor 1, Juni 2017

PENGARUH KEAHLIAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN KOMITE


AUDIT DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN LABA
(The Impact of Accounting and Finance Expertise of Audit Committee and Board of
Commissioner on Earnings Management)

Anda Dwiharyadi
Politeknik Negeri Padang
anda_dh@yahoo.co.id

Abstract

This study examines whether the proportion of members of the audit committee and board of
commissioner with accounting and/or financial expertise reduces earnings management.
Accounting expertise is separated to financial expertise because accounting expertise is assumed to
be able to cope with more earnings management while financial expertise focuses more on the
financial management of company’s operations. By using panel data, this study finds that the
existence of members of audit committee and board of commissioner with accounting expertise or
financial expertise do not have a negative effect on earnings management. However, the existence
of both expertises on members of board of commissioner reduces earnings management, while that
is not the case for audit committee.

Keywords: audit committee, board of commissioner, accounting expertise, financial expertise,


earnings management

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah proporsi anggota komite audit dan anggota dewan
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi dan/atau keuangan mengurangi terjadinya manajemen
laba perusahaan. Pemisahan keahlian akuntansi dan keahlian keuangan dilakukan karena keahlian
akuntansi diasumsikan lebih mampu mengatasi manajemen laba sementara keahlian keuangan lebih
fokus pada pengelolaan keuangan dalam operasional perusahaan. Dengan menggunakan panel data,
penelitian ini menemukan bahwa anggota komite audit dan anggota dewan komisaris yang
memiliki keahlian akuntansi atau keahlian keuangan tidak berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Namun, keberadaan kedua keahlian ini pada anggota dewan komisaris akan
mengurangi manajemen laba perusahaan sementara tidak demikian dengan hasil pengujian pada
anggota komite audit.

Kata kunci: komite audit, dewan komisaris, keahlian akuntansi, keahlian keuangan,
manajemen laba

PENDAHULUAN Keberadaan komite audit dalam suatu


perusahaan dipandang akan memberikan
Kesadaran atas besarnya peran manfaat bagi perusahaan (Beasley et al. 2000;
pengawasan yang dilakukan oleh komite audit Peasnell et al. 2001; Klein 2002; Farber
memicu para regulator untuk menyoroti 2005). Hal ini disebabkan karena komite audit
pentingnya keberadaan komite audit dalam memiliki peran pengawasan yang merupakan
suatu perusahaan (Badolato et al. 2014). refleksi dari prinsip teori keagenan bahwa
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 76

perusahaan membutuhkan suatu mekanisme (Eisenhardt 1989). Peranan board of director


pengawasan terhadap perilaku oportunistik lebih dominan terlihat pada negara yang
manajer (Beasley et al. 2009; Fama dan mengadopsi model governance continental-
Jensen 1983). european system. Dominasi peran ini
Fungsi pengawasan utama yang disebabkan karena pada negara tersebut,
diberikan kepada komite audit adalah untuk kepentingan investor cenderung tidak
mengawasi proses pelaporan keuangan terlindungi dengan baik sehingga board of
perusahaan (Klein 2002) dalam rangka director atau dalam hal ini dewan komisaris
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan diklaim merupakan salah satu pihak yang
(Beasley et al. 2009; Collier dan Gregory mampu melakukan monitoring terhadap pihak
1996) sehingga komite audit dapat manajemen dalam rangka melindungi
memastikan perlindungan atas kepentingan kepentingan investor (Van Ees et al. 2003).
pemegang saham dalam kaitannya dengan Selain itu, Jensen (1993) berpendapat bahwa
laporan keuangan (Wu et al. 2016). Dengan terdapat tiga faktor yang memengaruhi
demikian, komite audit diharapkan memiliki potensi peranan monitoring oleh dewan
keahlian untuk memahami kompleksitas komisaris, yaitu ukuran dewan komisaris,
pelaporan keuangan serta menilai kualitas komposisi, dan struktur kepemimpinan.
pelaporan keuangan perusahaan (Kalbers dan Dengan demikian, dewan komisaris dianggap
Fogarty 1993). Selain itu, komite audit juga merupakan ‘the ultimate center of control’
diharapkan dapat melakukan pertemuan dari sebuah perusahaan (Mizruchi 1983)
secara aktif dan berkala dengan pihak auditor sehingga dibutuhkan keahlian yang memadai
eksternal dan manajer keuangan perusahaan dalam menjalankan fungsi pengawasannya.
untuk melakukan telaah terhadap laporan Terdapat perbedaan struktur antara
keuangan perusahaan, proses audit, dan keberadaan board of director sebagai organ
pengendalian akuntansi internal (Klein 2002). perseroan dengan organisasi perseroan atau
Selain sebagai garda terdepan dalam tata korporasi yang sama antar negara
kelola perusahaan terkait dengan laporan (Lukviarman 2016). Perbedaan ini disebabkan
keuangan (Trautman 2013), fungsi yang karena Indonesia menganut pola two-tier
melekat pada komite audit ini mengandung board system yang berbeda dengan negara
makna bahwa personel yang menduduki yang juga menganut two-tier board system.
jabatan sebagai komite audit dituntut untuk Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan
memiliki kompetensi dalam bidang tradisi dan sistem hukum yang dianut oleh
pengawasan, akuntansi, dan keuangan. masing-masing negara sehingga berpengaruh
Selain komite audit, board of director terhadap governance system dan governance
juga memiliki fungsi pengawasan terhadap model yang dianut (Beglof 1990 dalam
otoritas manajemen dalam rangka memenuhi Lukviarman 2016). Undang-Undang Nomor
kepentingan pemegang saham (Hitt et al. 40 tentang Perseroan Terbatas mensyaratkan
2007). Board of director, dalam konteks bahwa setiap perusahaan di Indonesia untuk
Indonesia, merupakan padanan dari dewan menganut two-tier board ‘versi Indonesia’
komisaris karena merupakan pihak yang dimana organ dewan komisaris berada di
ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham bawah Rapat Umum Pemegang Saham
dengan tugas utamanya adalah sebagai (General Meeting of Shareholders).
representasi dari pemegang saham Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
(Machfoeds 2006). Secara umum, dewan apakah komite audit maupun dewan komisaris
komisaris merupakan penghubung antara harus memiliki anggota yang memiliki
pemegang saham dengan manajemen (Steiner keahlian di bidang akuntansi agar dapat
dan Steiner 2009 dalam Lukviarman 2016). mengurangi terjadinya tindakan manajemen
Dewan komisaris merupakan mekanisme laba pada perusahaan. Penelitian terdahulu
penting dalam membatasi manager’s self- tentang keahlian komite audit yang dikaitkan
serving behavior ketika tujuan manajer dengan tindakan manajemen laba biasanya
perusahaan tidak sejalan dengan perusahaan menggabungkan antara definisi keahlian
77 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

akuntansi dengan keahlian keuangan (seperti: Penelitian ini belum berhasil


Lawrence et al. 2004; Zaman et al. 2011), memberikan bukti empiris bahwa komite
atau menggunakan istilah keahlian keuangan audit dengan keahlian akuntansi berpengaruh
saja (seperti: Xie et al. 2003; Bedard et al. negatif terhadap tingkat manajemen laba
2004). Padahal, untuk mendeteksi tindakan perusahaan. Namun, hasil penelitian ini
manajemen laba, dibutuhkan keahlian berhasil memberikan bukti empiris bahwa
akuntansi yang juga secara spesifik berkaitan keahlian keuangan yang dimiliki oleh komite
langsung dengan siklus pelaporan keuangan. audit maupun dewan komisaris tidak
Sementara itu, keahlian keuangan biasanya berpengaruh terhadap manajemen laba.
lebih fokus pada bagaimana cara mengelola Penelitian ini juga berhasil memberikan bukti
keuangan dalam kegiatan operasional empiris bahwa untuk mengurangi manajemen
perusahaan. Penelitian ini memisahkan antara laba dibutuhkan kolaborasi antara anggota
keahlian akuntansi dan keahlian keuangan komisaris yang memiliki keahlian akuntansi
yang dimiliki oleh komite audit maupun dengan yang memiliki keahlian keuangan.
dewan komisaris dalam kaitannya dengan Namun, hasil yang berbeda diperoleh ketika
manajemen laba perusahaan. pengujian yang sama dilakukan terhadap
Penelitian ini membangun hipotesis anggota komite audit.
bahwa anggota komite audit dan anggota Kontribusi dari penelitian ini adalah: (1)
dewan komisaris yang memiliki keahlian merupakan penelitian pertama yang meneliti
akuntansi berpengaruh negatif terhadap pengaruh keahlian akuntansi yang dimiliki
manajemen laba perusahaan. Sementara itu, oleh komite audit dan dewan komisaris
anggota komite audit dan anggota dewan terhadap manajemen laba perusahaan dengan
komisaris yang memiliki keahlian keuangan memisahkan antara keahlian akuntansi dan
(tidak memiliki keahlian akuntansi) tidak keahlian keuangan; dan (2) merupakan
berpengaruh terhadap manajemen laba. penelitian pertama yang menguji pengaruh
Penelitian ini juga menguji apakah kolaborasi interaksi antara keahlian akuntansi dan
antara anggota komite audit yang memiliki keahlian keuangan yang dimiliki oleh anggota
keahlian akuntansi dengan anggota komite komite audit dan dewan komisaris.
audit yang memiliki keahlian keuangan
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
perusahaan. Pengujian yang sama juga TELAAH LITERATUR DAN
dilakukan untuk angggota dewan komisaris. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Penelitian ini menggunakan data panel
dengan metode pengujian panel least squares Manajemen Laba
(PLS). Data diperoleh dari laporan tahunan Secara umum manajemen laba
perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di merupakan tindakan yang dilakukan melalui
BEI periode 2013-2014 yang bersumber dari pilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai
Datastream dan Eikon. Keahlian akuntansi tujuan tertentu (Scott 2003). Menurut teori
komite audit/dewan komisaris didefinisikan akuntansi positif, manajemen laba dilakukan
sebagai anggota komite audit/dewan komi- dengan beberapa motivasi antara lain: (1)
saris yang memiliki keahlian akuntansi saja memaksimalkan bonus; (2) memenuhi
maupun yang memiliki keahlian akuntansi persyaratan tertentu dalam kontrak hutang,
sekaligus keahlian keuangan. Sementara itu, dan; (3) politik (Watts dan Zimmerman
keahlian keuangan komite audit/dewan 1986). Selain itu, manajemen laba juga
komisaris didefinisikan sebagai anggota dimotivasi untuk memengaruhi kinerja saham
komite audit/dewan komisaris yang memiliki dan penghindaran pajak (Scott 2003).
keahlian keuangan saja, tanpa memiliki Manajemen laba terjadi ketika manajer
keahlian akuntansi. Untuk variabel dependen, menggunakan pertimbangan (judgement)
penelitian ini menggunakan manajemen laba dalam menyusun laporan keuangan dan dalam
dengan model Jones yang dimodifikasi. menata transaksi yang bertujuan untuk
menyesatkan pengguna laporan keuangan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 78

dengan memanipulasi besaran laba (Healey tentang pembentukan dan pedoman


dan Wahlen 1999). Manajemen laba dapat pelaksanaan kerja komite audit menyebutkan
terjadi karena penyusunan laporan keuangan bahwa perusahaan wajib memiliki paling
yang menggunakan basis akrual. Konsep sedikit 1 (satu) anggota komite audit yang
model akrual terdiri dari dua komponen, yaitu berlatar belakang pendidikan dan keahlian di
discretionary accrual dan non-discretionary bidang akuntansi dan keuangan. Dengan
accrual (Healy 1985). Discretionary accrual demikian, anggota komite audit diharapkan
merupakan komponen akrual yang dapat mampu memahami kompleksitas laporan
diatur sesuai dengan diskresi yang dimiliki keuangan, mengevaluasi kebijakan akuntansi,
oleh manajemen. Sementara itu, non- memahami keputusan auditor, dan menilai
discretionary accrual merupakan komponen kualitas pelaporan keuangan (Kalbers dan
akrual yang tidak dapat diatur sesuai dengan Fogarty 1993). Keahlian di bidang keuangan
diskresi manajemen. Dengan demikian, dianggap penting bagi efektivitas komite audit
manajemen laba pada umumnya diproksikan karena dalam penugasannya komite audit
dengan menggunakan discretionary accrual. sangat membutuhkan keahlian di bidang
Scott (2003) menyebutkan bahwa akuntansi/keuangan yang sangat baik (Zaman
tindakan manajemen laba biasanya dilakukan et al. 2011) dalam rangka melindungi
melalui empat pola, yaitu taking a bath, kepentingan pemegang saham (DeFond et al.
income minimization, income maximization, 2005).
dan income smoothing. Namun, secara umum, Beberapa penelitian terdahulu menemu-
teknik manajemen laba yang dilakukan kan bahwa keahlian di bidang keuangan
terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) memanfaatkan mampu membatasi tindakan manajemen laba
peluang untuk membuat estimasi akuntansi; oleh manajemen (Xie et al. 2003; Bedard et
(2) mengubah metode akuntansi; dan (3) al. 2004; Dhaliwal et al. 2010). Temuan ini
menggeser periode biaya atau pendapatan. didukung oleh penelitian lainnya yang
menemukan bahwa komite audit yang
Keahlian Komite Audit dan Manajemen memiliki keahlian di bidang akuntansi/
Laba keuangan mampu mengurangi kecenderungan
Jauh sebelum terjadinya kasus Enron fraud (Lawrence et al. 2004) dan earning
dan Worldcom, Blue Ribbon Committee restatement (Agrawal dan Chadha 2005).
(1999) telah merekomendasikan bahwa Sementara itu, Farber (2005) menemukan
NYSE dan NASD mensyaratkan komite audit bahwa perusahaan yang melakukan fraud atau
yang memiliki keahlian di bidang keuangan. overstate their earnings (DeFond dan
Rekomendasi ini muncul karena pada Jiambalvo 1991) cenderung memiliki jumlah
dasarnya, komite audit dibentuk untuk komite audit yang lebih sedikit.
mengawasi proses pelaporan keuangan dan Beberapa penelitian terdahulu
untuk membatasi pelaporan manajer yang menggabungkan antara keahlian akuntansi
oportunistik (Badolato 2014). Blue Ribbon dengan keahlian keuangan (seperti: Zaman et
Committee (1999) juga menyatakan bahwa al. 2011; Agrawal dan Chadha 2005).
komite audit merupakan ‘the ultimate Sementara itu, pada dasarnya, terdapat
monitor’ dari proses pelaporan keuangan. perbedaan antara keahlian di bidang keuangan
Pernyataan ini sejalan dengan The Sarbanes- dengan keahlian di bidang akuntansi.
Oxley Act of 2002 (SOX) yang menekankan Keahlian akuntansi fokus pada proses
pada pentingnya peranan keahlian komite pelaporan keuangan untuk menghasilkan
audit terhadap peningkatan kualitas pelaporan laporan keuangan yang menggambarkan
keuangan (Badolato et al. 2014), dimana pada kondisi keuangan perusahaan, sedangkan
Section 407 dinyatakan bahwa paling tidak keahlian keuangan biasanya lebih fokus pada
satu dari anggota komite audit harus memiliki bagaimana cara mengelola keuangan dalam
kemampuan akuntansi. Demikian juga halnya kegiatan operasional perusahaan. Sementara
dengan konteks Indonesia, Peraturan Otoritas itu, Bedard dan Gendron (2010) dalam
Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2005 Badolato (2014) menyatakan bahwa masih
79 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

ditemukan mixed evidence tentang tipe Keahlian Dewan Komisaris dan


keahlian mana yang memengaruhi financial Manajemen Laba
reporting outcomes. Pendapat ini relatif Tujuan utama dewan komisaris adalah
sejalan dengan Raisbury et al. (2009) yang melakukan pengawasan (supervising) dan
menyatakan bahwa salah satu indikator memberi nasihat (advising) kepada eksekutif
kualitas komite audit adalah keahlian perusahaan (Machfoeds 2006). Aktivitas
akuntansi. Kondisi ini mengindikasikan pengawasan yang dilakukan oleh komisaris
diperlukannya pemisahan antara komite audit ini merupakan upaya untuk mengurangi biaya
yang memiliki keahlian akuntansi dengan keagenan. Dewan komisaris mempunyai
yang memiliki keahlian keuangan untuk tanggung jawab untuk mengawasi proses
memberikan gambaran bahwa keahlian pelaporan keuangan dengan melakukan
akuntansi lebih spesifik berpengaruh terhadap pertemuan secara rutin dengan staf akuntansi
manajemen laba dibandingkan dengan dan auditor eksternal untuk mereviu laporan
keahlian keuangan. Spesifikasi ini berkaitan keuangan, prosedur audit, dan mekanisme
dengan salah satu peran dari komite audit pengendalian internal. Dengan demikian,
yaitu untuk membatasi pelaporan oportunistik investor memandang dewan komisaris
manajer, dimana pelaporan keuangan sebagai elemen penting dalam proses
berkaitan dengan keahlian dalam menganali- penyajian laporan keuangan yang relevan dan
sis dan mengevaluasi laporan keuangan yang reliable (Machfoeds 2006). Kondisi ini
secara umum akan mampu dilakukan oleh menunjukkan bahwa keberadaan dan tindakan
orang yang memiliki pemahaman terkait dewan komisaris merupakan representasi dari
dengan standar akuntansi yang berlaku umum pemegang saham yang diharapkan dapat
di suatu negara. Secara lebih rinci, Trautman melindungi kepentingan dari pemegang
(2013) mengemukakan bahwa ‘audit saham tersebut.
committee financial expert’ didefinisikan Namun, beberapa penelitian terdahulu
sebagai individu yang memiliki: (1) menemukan bahwa keberadaan dewan komi-
pemahaman tentang standar akuntansi yang saris tidak selalu melindungi kepentingan
berlaku umum; (2) kemampuan untuk menilai pemegang saham (Mace 1971). Keberadaan
penerapan berbagai prinsip yang berkaitan dewan komisaris bisa saja menjadi tidak
dengan estimasi akuntansi, akrual, dan efektif bagi perusahaan jika dewan komisaris
pencadangan; (3) pengalaman dalam tersebut tidak memiliki independensi atau
mempersiapkan, memeriksa, menganalisis, tidak memiliki pengetahuan spesifik tentang
atau mengevaluasi laporan keuangan; (4) perusahaan (Rindova 1999). Kadang kala
pemahaman terkait pengendalian internal dan terjadi fenomena dimana dominasi manaje-
prosedur pelaporan keuangan; dan (5) men lebih kuat dibandingkan dengan dewan
pemahaman tentang fungsi komite audit. komisaris sehingga keberadaan dewan
Sementara itu, keahlian keuangan komisaris hanya sebagai hal yang bersifat
berhubungan dengan keahlian spesifik dalam formal, pasif, dan sebagai institusi seremonial
mengelola keuangan. Dengan demikian, dalam mekanisme governance (Bosch 1995).
hipotesis yang diajukan adalah: Bahkan, menurut MacAvoy dan Ira (1999)
H1a: Anggota komite audit yang memiliki dalam Adams et al. (2010), terkadang
keahlian akuntansi berpengaruh komisaris bersifat pasif dan telah berubah
negatif terhadap manajemen laba fungsi menjadi ‘managerial rubber stamps’
perusahaan. yang seharusnya bersifat aktif dan melakukan
H1b: Anggota komite audit yang memiliki monitoring.
keahlian keuangan tidak Namun demikian, secara konseptual,
berpengaruh terhadap manajemen dewan komisaris berperan sebagai externally
laba perusahaan. directed dan internally focused dalam
melaksanakan tugasnya. Masing-masing
fungsi tersebut berhubungan dengan strategic
leadership (Finkelstein et al. 2009). Kondisi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 80

ini menunjukkan bahwa dewan komisaris Institute of Certified Public Accounting


dituntut untuk memiliki keahlian supervisory (AICPA) (1941) dalam Harahap (2003), yang
dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, dimaksud dengan akuntansi adalah suatu seni
efektivitas peran dewan komisaris sebagai pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran
governing board sangat ditentukan oleh dengan cara tertentu dalam ukuran moneter,
keahlian setiap anggota dewan komisaris suatu transaksi, dan peristiwa keuangan
dalam melaksanakan tugasnya secara kolektif termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Dengan
(Bosch 1995). Dalam kapasitas tugasnya demikian, secara intuisi, untuk melakukan
sebagai pihak yang diharapkan mampu monitoring dalam rangka mengurangi
membatasi manager’s self-serving behavior tindakan manajemen laba, dibutuhkan
(Eisenhardt 1989), dimana jika terjadi konflik komisaris yang memiliki keahlian akuntansi
dengan pemegang saham, manajemen akan karena secara spesifik berkaitan langsung
lebih memilih melakukan tindakan sesuai dengan siklus pelaporan keuangan. Sementara
dengan kepentingannya yang cenderung itu, keahlian keuangan secara spesifik
merugikan kepentingan pemegang saham berkaitan dengan pengelolaan keuangan,
(Fama 1980; Fama dan Jensen 1983). bukan proses atau siklus pelaporan keuangan,
Alzoubi dan Selamat (2012) menyata- sehingga diduga hanya anggota komisaris
kan bahwa pemegang saham bergantung pada yang memiliki kemampuan keuangan yang
kemampuan dewan komisaris dan komite mampu mendeteksi tindakan manajemen laba.
audit untuk memantau kinerja manajemen. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan
Sementara itu, Chtourou et al. (2001) juga adalah:
menemukan bukti bahwa manajemen laba H2a: Dewan komisaris yang memiliki
berhubungan dengan praktik tata kelola keahlian akuntansi berpengaruh
perusahaan oleh dewan komisaris dan komite negatif terhadap manajemen laba
audit. Dewan komisaris sebagai puncak dalam perusahaan.
sistem pengelolaan internal perusahaan H2b: Dewan komisaris yang memiliki
memiliki peranan penting dalam aktivitas keahlian keuangan tidak
pengawasan. Secara umum, dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen
ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas laba perusahaan.
pengawasan kualitas informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan. Interaksi antara Keahlian Akuntansi
Pendapat ini sejalan dengan Vafeas (2000) dengan Keahlian Keuangan dan
yang menyatakan bahwa selain kepemilikan Manajemen Laba
manajerial, peranan dewan komisaris Sebagai sebuah tim, baik antara sesama
diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba anggota komite audit maupun antar sesama
dengan membatasi tingkat manajemen laba anggota dewan komisaris, diharapkan terjalin
melalui fungsi monitoring atas pelaporan suatu kerja sama agar mampu menjalankan
keuangan. Oleh karena itu, selain dari peran perannya dengan baik, yang dalam hal ini
komite audit, tanggung jawab kualitas adalah untuk mengurangi manajemen laba
pelaporan keuangan juga terletak pada perusahaan. Menurut Manzoor et al. (2011),
efektivitas peran dari dewan komisaris kerja sama tim merupakan faktor penting
(Prastiti 2013). untuk memperlancar fungsi dari sebuah
Beberapa penelitian terdahulu terkait organisasi. Bahkan, Froebel dan Marchington
dengan kemampuan akuntansi dan keuangan (2005) menemukan bahwa kerja sama yang
belum memisahkan antara keahlian akuntansi dilakukan oleh sebuah tim akan dapat
dan keahlian keuangan, yaitu dengan mengga- menambah keahlian, pengetahuan, dan
bungkan istilah akuntansi dan keuangan kemampuan anggota tim lainnya. Pendapat ini
(seperti: Lawrence et al. 2004; Zaman et al. juga sejalan dengan Jones et al. (2007) yang
2011) atau dengan menggunakan istilah mengemukakan bahwa tim memungkinkan
keahlian keuangan saja (seperti: Xie et al. seseorang untuk bekerja sama, meningkatkan
2003; Bedard et al. 2004). Menurut American keahlian individu, dan memberikan umpan
81 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

balik yang membangun tanpa adanya konflik tahunan perusahaan yang tersedia di
antar individu. Datastream dan profil perusahaan yang
Suatu tim kerja terkadang terdiri dari tersedia di Eikon.
berbagai individu yang memiliki keahlian
yang berbeda-beda. Sundstrom et al. (1990) Model Penelitian
mengemukakan bahwa anggota suatu tim Penelitian ini menggunakan dua model
sering kali merupakan seorang ahli spesialis utama. Untuk menguji hipotesis 1 dan
sehingga sangat penting bagi semua anggota hipotesis 2, model yang digunakan adalah
tim untuk saling bekerja sama dalam sebagai berikut:
menghasilkan output bersama. Masing- DACCit = β0 + β1 KAud_Akit + β2
masing keahlian diharapkan dapat saling KAud_Finit + β3 Kom_Akit + β4
mendukung satu sama lainnya sehingga Kom_Finit + β5 Jum_KAudit +
penugasan yang dilakukan dapat terlaksana β6 Jum_Komit + β7 Assetit + Ɛit
dengan optimal. …………… (1)
Demikian juga halnya dengan tim
komite audit maupun tim dewan komisaris, Untuk menguji hipotesis 3, model yang
dimana masing-masing tim terdiri dari digunakan adalah sebagai berikut:
berbagai keahlian, termasuk keahlian DACCit = β0 + β1 KAud_Akit + β2
akuntansi dan keahlian keuangan. Kolaborasi KAud_Finit + β3 Kom_Akit + β4
dari keahlian akuntansi dan keahlian Kom_Finit + β5 KAud_Akit *
keuangan diharapkan akan mampu mengu- KAud_Finit + β6 Kom_Akit *
rangi tindakan manajemen laba karena Kom_Finit + β7 Jum_KAudit +
menurut Manzoor (2011), sebuah tim dapat β8 Jum_Komit + β9 Assetit + Ɛit
memperluas output yang dicapai oleh individu …………… (2)
melalui kolaborasi. Ketika anggota tim
terlibat dan saling berkolaborasi satu sama Keterangan:
lainnya, maka dapat menemukan solusi DACCit : Nilai absolut dari akrual
terbaik dalam mendeteksi suatu masalah diskresioner (fokus penelitian
(Levine dan Moreland 1990) sehingga ini adalah besarnya pengelola-
menemukan pemecahan masalah yang lebih an laba, bukan arah positif atau
baik Cohen dan Bailey (1999). Dengan negatif)
demikian, hipotesis yang diajukan adalah: KAud_Akit : Rasio komite audit yang
H3a: Interaksi antara keahlian akuntansi memiliki keahlian akuntansi
dan keahlian keuangan yang dimiliki terhadap jumlah komite audit
oleh anggota komite audit KAud_Finit : Rasio komite audit yang
berpengaruh negatif terhadap memiliki keahlian keuangan
manajemen laba perusahaan. terhadap jumlah komite audit
H3b: Interaksi antara keahlian akuntansi Kom_Akit : Rasio komisaris yang memiliki
dan keahlian keuangan yang dimiliki keahlian akuntansi terhadap
oleh anggota dewan komisaris jumlah dewan komisaris
berpengaruh negatif terhadap Kom_Finit : Rasio komisaris yang memiliki
manajemen laba perusahaan. keahlian keuangan terhadap
jumlah dewan komisaris
Jum_KAudit : Jumlah komite audit (ukuran
METODE PENELITIAN komite audit)
Jum_Komit : Jumlah dewan komisaris (ukur-
Sampel Penelitian an komisaris)
Penelitian ini menggunakan data panel Assetit : Log total aset (ukuran perusa-
perusahaan nonkeuangan yang terdaftar pada haan)
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014
sebagai sampel. Data diperoleh dari laporan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 82

Model ini akan diuji dengan metode Jones dimodifikasi dengan pertimbangan
Panel EGLS (Cross-Section Random Effects) bahwa model ini memecah total akrual
karena metode ini menggunakan residual menjadi 4 komponen utama sehingga diduga
yang diduga memiliki hubungan antar waktu lebih bisa menangkap terjadinya manajemen
dan antar objek. Selain itu, dengan jumlah laba. Persamaan yang digunakan untuk
unit cross section yang lebih besar dibanding- menghitung non-discretionary adalah:
kan jumlah data time series, estimator random
effects akan lebih kuat daripada estimator TACit/Ai, t-1 = β0 (1/Ai,t-1) + β1 (ΔREVit/
fixed effects (Gujarati 2013). Ai,t-1) + β2 (PPEit/Ai,t-1)+ Ɛit
…………… (3)
Definisi dan Pengukuran Variabel
dimana:
Variabel Dependen TAC : Total akrual
Penelitian terdahulu tentang manajemen Ai,t-1 : Total asset tahun t-1
laba di lingkungan spesifik perusahaan ΔREVit : Pendapatan tahun t dikurangi
biasanya menggunakan model akrual agregat dengan pendapatan tahun t-1
seperti model Jones (1991) dan Dechow et al. PPEit : Property, plant, and equipment
(1995). Penelitian ini menggunakan Model tahun t

Tabel 1
Kriteria Keahlian Akuntansi dan Keahlian Keuangan
Keahlian Akuntansi Keahlian Keuangan
Chief Finance Officer Banker
Accounting Officer Analyst
Chief Accountant Loan officer
Controller Investment Manager
Certified Public Accountant Fund Manager
Chartered Accountant Asset Manager
Financial Officer Treasurer
Head of Accounting Finance Director
Employment of Audit Firm Manager Finance
Vice President Finance
Sumber: Badolato et al. (2014)

Variabel Independen penelitian ini fokus pada kemampuan komite


Variabel independen penelitian ini audit dalam mengatasi manajemen laba.
diukur dengan menggunakan rasio agar dapat Dengan demikian, dua keahlian sekaligus
menunjukkan besarnya komposisi komite yang dimiliki oleh anggota komite audit
audit dan/atau dewan komisaris. Pengukuran (khususnya keahlian akuntansi) diasumsikan
yang digunakan adalah: (1) Komite audit akan mampu mengatasi manajemen laba; (2)
yang memiliki keahlian akuntansi diukur Komite audit yang memiliki keahlian
dengan rasio antara anggota komite audit keuangan yang diukur dengan rasio komite
yang memiliki keahlian akuntansi dan/atau audit yang memiliki keahlian keuangan saja
anggota komite audit yang memiliki keahlian terhadap jumlah komite audit; (3) Komisaris
akuntansi sekaligus keahlian keuangan yang memiliki keahlian akuntansi yang diukur
terhadap jumlah komite audit. Anggota dengan rasio jumlah anggota komisaris yang
komite audit yang memiliki keahlian memiliki keahlian akuntansi dan keahlian
akuntansi sekaligus keahlian keuangan akuntansi sekaligus keahlian keuangan
dimasukkan dalam kelompok ini karena terhadap jumlah dewan komisaris; serta (4)
83 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

Komisaris yang memiliki keahlian keuangan Dengan demikian, ukuran komisaris diukur
yang diukur dengan rasio jumlah anggota dengan jumlah anggota dewan komisaris pada
dewan komisaris yang memiliki keahlian periode berjalan.
keuangan saja terhadap jumlah dewan
komisaris. Ukuran Perusahaan
Kriteria keahlian akuntansi dan keahlian Bhushan (1999) menemukan bahwa
keuangan mengadopsi dari Badolato et al. perusahaan besar cenderung lebih banyak
(2014) yang disajikan pada Tabel 1. dipantau oleh para analis yang merupakan
tekanan tersendiri sehingga manajemen
Variabel Kontrol berupaya untuk menyesuaikan dengan
Penelitian ini mengontrol karakteristik prediksi analis dengan cara melakukan
anggota komisaris dan komite audit yang manipulasi earnings. Hal ini didukung oleh
memengaruhi tata kelola dan dapat hasil penelitian Skinner dan Sloan (2002)
memengaruhi manajemen laba. yang menemukan bahwa perusahaan yang
tidak mampu melampaui prediksi analis akan
Ukuran Komite Audit memperoleh reaksi negatif dari pasar. Dengan
Ukuran komite audit memiliki peranan demikian, diduga bahwa terdapat hubungan
yang sangat penting dalam membatasi positif antara ukuran perusahaan dengan
aktivitas manajemen laba perusahaan. manajemen laba. Ukuran perusahaan diukur
Anggota komite audit dalam jumlah sedikit dengan (log) total aset perusahaan tahun
(kurang dari 3 orang) cenderung tidak efektif berjalan.
(Menon dan Williams 1994). Pendapat ini
sejalan dengan The Blue-Ribbon Committee
(1999) yang merekomendasikan bahwa untuk HASIL PENELITIAN DAN
perusahaan yang terdaftar pada bursa efek PEMBAHASAN
paling tidak memiliki 3 anggota komite audit.
Bahkan, Lawrence et al. (2004) dan Xie et al. Dari 329 perusahaan atau 658 observasi,
(2003) menyatakan bahwa jumlah rata-rata (di luar perusahaan keuangan dan bank)
yang paling ideal untuk komite audit adalah diperoleh data final sejumlah 446 observasi.
antara 3 hingga 4 orang. Beberapa studi Dari sampel yang diuji, tidak terdapat gejala
lainnya juga menemukan hubungan negatif multikolinearitas antar variabel independen
antara ukuran komite audit dengan (Tabel 2).
manajemen laba (seperti: Lin dan Yang 2006; Tabel 3 merupakan statistik deskriptif
Baxter dan Cotter 2009; Lin dan Hwang dari variabel yang menunjukkan bahwa rata-
2010; Fodio et al. 2013). rata perusahaan memiliki 44 persen komite
audit dengan keahlian di bidang akuntansi.
Ukuran Komisaris Secara keseluruhan, sebanyak 81% dari
Board size, dalam hal ini dewan perusahaan sampel memiliki komite audit
komisaris, merupakan fungsi dari monitoring dengan kemampuan akuntansi. Namun,
(Lehn et al. 2003; Linck et al. 2008; Klein ternyata masih terdapat 19% perusahaan yang
2002; Coles et al. 2008) menunjukkan bahwa sama sekali tidak memiliki komite audit
ukuran dewan komisaris yang semakin besar dengan keahlian akuntansi. Namun demikian,
akan lebih efektif dalam melakukan 7% perusahaan memiliki komite audit yang
monitoring terhadap manajer. Argumentasi ini seluruhnya memiliki keahlian di bidang
pada dasarnya sejalan dengan teori keagenan akuntansi (data tidak ditampilkan).
seperti yang ditemukan oleh Donaldson dan Sementara itu, untuk keahlian
Preston (1995) bahwa jumlah dewan keuangan, rata-rata perusahaan memiliki 11%
komisaris yang lebih banyak akan mampu komite audit dengan keahlian keuangan. Data
melakukan monitoring yang lebih baik menunjukkan bahwa hanya 28% dari
terhadap manajer dibandingkan dengan perusahaan sampel yang memiliki komite
jumlah dewan komisaris yang lebih sedikit. audit dengan keahlian keuangan, sementara
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 84

72% perusahaan memiliki komite audit yang pilkan). Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan
tidak memiliki keahlian keuangan sama aturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
sekali. Kondisi yang menarik adalah bahwa Keuangan bahwa paling tidak satu orang
secara rata-rata, sejumlah 19% komite audit anggota komite audit harus memiliki keahlian
perusahaan tidak memiliki keahlian akuntansi di bidang akuntansi dan keuangan.
maupun keahlian keuangan (data tidak ditam-

Tabel 2
Analisis Korelasi Antar Variabel
DACC KAud_Ak KAud_Fin Kom_Ak Kom_Fin Jum_KAud Jum_Kom Asset VIF
DACC 1.00
KAud_Ak -0.05 1.00 1.23
KAud_Fin -0.06 0.30 1.00 1.12
Kom_Ak -0.05 0.26 0.09 1.00 1.21
Kom_Fin -0.09 0.12 0.13 -0.16 1.00 1.10
Jum_KAud 0.12 -0.14 -0.03 -0.14 -0.03 1.00 1.10
Jum_Kom 0.43 -0.06 -0.03 -0.06 -0.13 0.26 1.00 1.43
Asset 0.57 0.02 -0.08 -0.21 -0.10 0.18 0.51 1.00 1.46
Keterangan:
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite audit dengan
keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian
keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. Jika nilai
korelasi antar variabel < 0.9 atau VIF < 10: tidak ada gejala multikolinearitas.

Tabel 3
Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Dev
Variabel Dependen
DACC 446 2.04 6.77 0.47 0.84
Variabel Independen
KAud_Ak 446 0.00 1.00 0.44 0.29
KAud_Fin 446 0.00 1.00 0.11 0.19
Kom_Ak 446 0.00 0.67 0.11 0.16
Kom_Fin 446 0.00 0.67 0.12 0.16
Variabel Kontrol
Jum_KAud 446 2.00 5.00 3.08 0.39
Jum_Kom 446 2.00 12.00 4.53 1.77
Asset 446 5.55 11.02 9.11 0.84
Keterangan:
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite audit
dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian
keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. Nilai
discretionary accrual pada penelitian ini merupakan nilai yang sudah diabsolutkan.

Sementara itu, untuk dewan komisaris, keahlian keuangan, yaitu sebesar 12%.
rata-rata perusahaan memiliki 11% anggota Berbeda dengan komite audit, tidak satupun
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi, dari perusahaan sampel yang seluruh anggota
hampir sama dengan komisaris yang memiliki dewan komisarisnya memiliki keahlian
85 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

akuntansi. Justru yang menarik adalah bahwa walaupun dari persentase terlihat relatif besar,
secara rata-rata 35% dari anggota dewan jika dilihat dari sisi jumlah personel,
komisaris tidak memiliki keahlian akuntansi sebenarnya rata-rata jumlah anggota komite
maupun keahlian keuangan (data tidak audit yang memiliki keahlian akuntansi
ditampilkan). Namun demikian, kondisi ini hanyalah 1 orang saja. Besarnya persentase
relatif wajar karena peraturan Otoritas Jasa tersebut akibat jumlah anggota komite audit
Keuangan tidak mengatur apakah dewan keseluruhan rata-rata adalah 3 orang di tiap
komisaris harus memiliki keahlian akuntansi perusahaan. Jumlah komite audit ini adalah
dan/atau keahlian keuangan, sepanjang jumlah minimal yang disyaratkan oleh aturan
anggota dewan komisaris tersebut mampu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Belum
memahami laporan keuangan. berpengaruhnya keahlian akuntansi dan
keahlian keuangan terhadap manajemen laba
Pengaruh Keahlian Komite Audit dengan salah satunya diduga karena penempatan
Manajemen Laba anggota tim komite audit yang memiliki
Hipotesis 1a pada penelitian ini keahlian akuntansi dan keuangan hanya untuk
menduga bahwa komite audit dengan keahlian memenuhi regulasi yang ada (Khomsiyah et
akuntansi berpengaruh negatif terhadap al. 2005). Temuan ini tidak sejalan dengan
tingkat manajemen laba. Nilai p-value sebesar Chang dan Sun (2009) yang menemukan
0,187 dengan koefisien -0,207 pada Tabel 4 bahwa jika perusahaan memiliki paling tidak
menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik satu orang anggota komite audit dengan
tidak mendukung hipotesis. Hal ini berarti keahlian akuntansi, maka akan dapat
bahwa komite audit yang memiliki keahlian mengurangi manajemen laba. Demikian juga
akuntansi tidak berpengaruh terhadap dengan temuan Nelson dan Devi (2013) yang
manajemen laba perusahaan. Jika dilihat dari menyatakan bahwa keberadaan keahlian
komposisi keahlian, rata-rata perusahaan akuntansi pada tim komite audit akan
memiliki 44% komite audit yang memiliki mengurangi manajemen laba perusahaan.
keahlian di bidang akuntansi. Namun,

Tabel 4
Analisis Regresi Model 1
Variabel Prediksi Coefficient Sig.
Variabel Independen
KAud_Ak - -0.2070 0.1871
KAud_Fin - -0.0093 0.9667
Kom_Ak - 0.4308 0.1281
Kom_Fin - 0.0265 0.9182
Variabel Kontrol
Jum_KAud -0.0243 0.8228
Jum_Kom 0.0866 0.0016***
Asset 0.4882 0.0000***
Keterangan:
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi;
KAud_Fin: komite audit dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian
akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian keuangan; Jum_KAud: jumlah komite
audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. *** signifikan tinggi (1%),
** signifikan (5%), * signifikan moderat (10%). Variabel dependen: discretionary
accrual; R Square: 0.258; Adjusted R Square: 0.246; F Stat: 21.81

Salah satu penyebab tidak didukungnya keahlian akuntansi dan keuangan yang
hipotesis ini kemungkinan karena kriteria digunakan sebagian besar menggunakan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 86

pengalaman yang dimiliki oleh masing- sedikit ini bukanlah jumlah yang memadai
masing komite audit/komisaris. Sementara untuk melakukan monitoring terhadap
itu, penelitian ini belum mempertimbangkan aktivitas manajemen laba sehingga penelitian
lamanya pengalaman yang dimiliki oleh ini menemukan bahwa komisaris dengan
seorang anggota komite audit maupun keahlian akuntansi tidak berpengaruh
anggota dewan komisaris. Perlunya dipertim- terhadap tindakan manajemen laba.
bangkan lamanya pengalaman ini karena Kedua, kriteria keahlian akuntansi yang
menurut Schmidt et al. (1986) bahwa lamanya digunakan dalam penelitian ini sebagian besar
pengalaman seseorang merupakan faktor mengacu pada pengalaman seseorang
penting dalam menentukan kinerja. dibidang akuntansi. Namun, penelitian ini
Hipotesis 1b pada penelitian ini yang belum memasukkan unsur lamanya penga-
menduga bahwa anggota komite audit yang laman yang dimiliki oleh dewan komisaris
memiliki keahlian keuangan tidak dalam menggeluti dunia akuntansi. Menurut
berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba Schmidt et al. (1986), pengalaman merupakan
perusahaan dapat dibuktikan dengan p-value faktor penentu utama dari kinerja seseorang.
yang disajikan pada Tabel 4 (0,967). Hasil ini Sementara itu, Chi et al. (1982) menyatakan
memberikan gambaran bahwa keahlian bahwa ‘keahlian’ juga berkenaaan dengan
keuangan pada dasarnya memang lebih fokus pemahaman prosedural yang lebih baik dan
pada pengelolaan keuangan, bukan pada pengetahuan yang lebih baik tentang kondisi
proses pencatatan hingga menghasilkan dimana prosedur yang tepat harus diterapkan.
output laporan keuangan. Sementara itu, Orang yang memiliki pengalaman pada area
tindakan manajemen laba secara spesifik spesifik tertentu akan memiliki daya ingat
berkaitan dengan siklus akuntansi dalam yang lebih baik terhadap area tersebut
menghasilkan laporan keuangan. Dengan sehingga kemampuan untuk mendeteksi
demikian, komite audit yang hanya memiliki kesalahan yang terjadi juga cenderung akan
keahlian keuangan saja diduga relatif kurang meningkat (Murphy dan Wright 1984).
memahami secara utuh tentang tindakan Ditambah lagi dengan pernyataan Cook
manajemen laba perusahaan. (1960) yang menyatakan bahwa orang dengan
latar belakang sebagai akuntan yang sukses
Pengaruh Keahlian Komisaris dengan paling tidak telah menjalani masa tugas
Manajemen Laba minimal selama 4 tahun. Sementara itu,
Hipotesis 2a menduga bahwa komisaris pengalaman akuntansi yang dimiliki oleh
yang memiliki keahlian akuntansi anggota dewan komisaris bisa jadi sangat
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba beragam dan kurang dari 4 tahun sehingga
perusahaan. Hasil pengujian pada tabel 4 (p- belum memadai untuk dapat melakukan
value = 0,128) menunjukkan bahwa keahlian monitoring terhadap kemungkinan terjadinya
akuntansi yang dimiliki oleh dewan komisaris aktivitas manajemen laba. Belum mempertim-
tidak mengurangi tingkat manajemen laba bangkan lamanya pengalaman anggota dewan
perusahaan. Hasil yang tidak mendukung komisaris sekaligus merupakan salah satu
hipotesis ini dapat dijelaskan dengan argumen keterbatasan dari penelitian ini.
berikut. Pertama, jika dilihat dari rata-rata Demikian juga dengan hasil pengujian
jumlah anggota komisaris yang memiliki hipotesis 2b yang menunjukkan hasil yang
kemampuan akuntansi, 11% merupakan sama, dimana anggota dewan komisaris yang
angka yang relatif sedikit. Sementara itu, memiliki keahlian keuangan tidak
studi terdahulu menemukan bahwa jumlah berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba
dewan komisaris yang besar cenderung akan perusahaan (p-value = 0,918). Hasil yang
menurunkan tingkat manipulasi laporan mendukung hipotesis 2b ini menunjukkan
keuangan (Beasley 1996) apalagi jika anggota bahwa keahlian keuangan yang dimiliki oleh
dewan komisaris tersebut memiliki keahlian dewan komisaris tidak mampu mengurangi
di bidang akuntansi. Secara intuisi, jumlah aktivitas manajemen laba perusahaan. Hal ini
komisaris dengan keahlian akuntansi yang sesuai dengan asumsi penelitian ini bahwa
87 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

keahlian keuangan lebih fokus pada Dalam hal ini, anggota komisaris yang
pengelolaan keuangan dalam operasional memiliki keahlian akuntansi akan ‘berbagi’
perusahaan, sementara manajemen laba lebih dengan anggota dewan komisaris lainnya
identik dengan keahlian akuntansi karena seperti keahlian di bidang kemampuan dasar
menurut Scott (2003), manajemen laba strategi, kemampuan analitikal, komunikasi,
merupakan tindakan yang dilakukan melalui politik, termasuk keahlian dalam interpretasi
pilihan kebijakan akuntansi. Namun laporan keuangan. Berdasarkan argumentasi
demikian, kebutuhan atas keahlian akuntansi tersebut, penelitian ini juga menguji apakah
dan keuangan bagi dewan komisaris bukan interaksi antara komite audit/anggota dewan
hanya untuk mengurangi manajemen laba, komisaris yang memiliki keahlian akuntansi
tetapi juga diperlukan untuk berbagai dengan komite audit/anggota dewan
kebutuhan pengawasan dewan komisaris komisaris yang memiliki keahlian keuangan
lainnya seperti untuk pengawasan manajemen berpengaruh terhadap manajemen laba
risiko, audit internal, audit eksternal, dan perusahaan.
bentuk pengawasan lainnya. Hasil dari Tabel 5 menunjukkan bahwa
interaksi dari komite audit yang memiliki
Pengaruh Interaksi Keahlian Akuntansi keahlian akuntansi dan yang memiliki
dan Keahlian Keuangan dengan keahlian keuangan berpengaruh terhadap
Manajemen Laba manajemen laba (p-value = 0,095). Namun,
Tenner dan Detoro (1992) dalam yang menarik adalah bahwa koefisien regresi
Poernomo (2006) mengemukakan bahwa menunjukkan tanda positif yang berarti bahwa
kerja sama tim merupakan pekerjaan yang kerja sama kolektif antara komite audit yang
dilakukan secara bersama-sama untuk memiliki keahlian akuntansi dengan komite
mencapai tujuan bersama. Pendapat ini audit yang memiliki keahlian keuangan justru
menggambarkan bahwa suatu penugasan akan akan meningkatkan manajemen laba. Hasil ini
dapat dijalankan dengan baik jika penugasan tidak sejalan dengan Felo et al. (2003) yang
tersebut dilaksanakan secara bersama-sama menemukan bahwa persentase anggota ko-
dengan suatu tim yang solid. Demikian juga mite audit yang memiliki keahlian akuntansi
halnya dengan komite audit yang merupakan atau manajemen keuangan berhubungan
sebuah tim yang tentunya memiliki tujuan positif dengan kualitas pelaporan keuangan.
yang sama walaupun terkadang memiliki latar Penulis menduga bahwa arah hubungan
belakang yang berbeda, termasuk latar yang berlawanan dengan hipotesis ini
belakang pendidikan dan pengalaman. kemungkinan disebabkan oleh salah satu dari
Sebagai sebuah tim, komite audit akan beberapa hal berikut. Pertama, masih belum
‘tenggelam’ dalam sebuah proses ‘belajar’, efektifnya komite audit dalam melaksanakan
dimana setiap anggota komite audit akan tugas dan fungsinya dalam mengawasi proses
saling berbagi ilmu dan pengalaman sesuai pelaporan keuangan perusahaan (Klein 2002)
dengan kompetensi masing-masing yang pada untuk dapat memastikan perlindungan atas
akhirnya akan meningkatkan kemampuan kepentingan pemegang saham dalam
setiap anggota komite audit. Pendapat ini kaitannya dengan laporan keuangan (Wu et al.
sejalan dengan Hackman (1991) yang menya- 2016). Kedua, adanya upaya dari komite audit
takan bahwa pengalaman suatu kelompok untuk membuat nilai perusahaan menjadi
kerja akan meningkatkan kemampuan lebih baik demi kesejahteraan investor.
individual dari anggota kelompok tersebut Ketiga, belum efektifnya fungsi komite audit
pada masa datang. karena masih adanya pembentukan komite
Demikian juga dengan dewan audit yang memiliki keahlian akuntansi dan
komisaris. Lukviarman (2016) menyatakan keahlian keuangan hanya didasarkan pada
bahwa pengalaman yang dimiliki oleh regulasi yang berlaku (Khomsiyah 2005;
seorang dewan komisaris dapat bermanfaat Prastiti dan Wahyu 2013). Keempat,
sebagai keunggulan tambahan dari pengeta- pengklasifikasian keahlian akuntansi dan
huan bagi anggota dewan komisaris lainnya. keahlian keuangan yang digunakan dalam
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 88

penelitian ini belum mempertimbangkan tesis, hasil penelitian ini setidaknya mampu
jangka waktu pengalaman yang dimiliki oleh menunjukkan bahwa keberadaan keahlian
anggota komite audit. Lamanya pengalaman akuntansi dan keahlian keuangan dalam tim
seorang anggota komite audit diharapkan komite audit memiliki pengaruh terhadap
mampu meningkatkan kompetesinya untuk manajemem laba. Kemampuan tim dalam
melaksanakan fungsinya dengan lebih baik. memahami praktik manajemen laba tersebut
Pendapat ini sejalan dengan Schmidt et al. disebabkan karena kombinasi dari kemam-
(1986) bahwa lamanya pengalaman seseorang puan dalam memahami pengelolaan keuangan
merupakan faktor penting dalam menentukan dan pelaporan keuangan.
kinerja. Walaupun tidak mendukung hipo-

Tabel 5
Analisis Regresi Model 2
Variabel VIF Prediksi Coeff Sig.
Variabel Independen
KAud_Ak 1.33 - -0.2756 0.0892*
KAud_Fin 8.48 - -0.9543 0.1210
Kom_Ak 1.44 - 0.6349 0.0391**
Kom_Fin 1.46 - 0.2139 0.4694
KAud_Ak*KAud_Fin 9.14 - 1.5251 0.0953*
Kom_Ak*Kom_Fin 1.51 - -3.0545 0.0926*
Variabel Kontrol
Jum_KAud 1.10 -0.0149 0.8903
Jum_Kom 1.46 0.0938 0.0006***
Asset 1.46 0.4864 0.0000***
Keterangan:
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite
audit dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris
dengan keahlian keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset:
asset perusahaan. KAud_Ak*KAud_Fin: interaksi antara komite audit keahlian akuntansi dengan
keahlian keuangan; Kom_Ak*Kom_Fin: interaksi komisaris keahlian akuntansi dengan keahlian
keuangan. *** signifikan tinggi (1%), ** signifikan (5%), * signifikan moderat (10%). Variabel
dependen: discretionary accrual; R Square: 0.268; Adjusted R Square: 0.253; F Stat: 17.81. VIF < 10:
tidak terjadi gejala multikolinearitas

Hipotesis 3b yang menyatakan bahwa dalam mendeteksi suatu masalah (Levine dan
interaksi antara keahlian akuntansi dan Moreland 1990) atau pemecahan masalah
keahlian keuangan yang dimiliki oleh anggota yang lebih baik (Cohen dan Bailey 1999).
dewan komisaris berpengaruh negatif Secara umum, hasil ini mendukung
terhadap manajemen laba perusahaan dapat studi yang dilakukan oleh Vafeas (2000) yang
terdukung dengan hasil statistik dimana p- menemukan bahwa selain kepemilikan
value bernilai 0,92 dengan koefisien -3,05. manajerial, dewan komisaris juga diharapkan
Hasil ini menunjukkan bahwa kerja sama memiliki peran dalam meningkatkan kualitas
yang dilakukan oleh sebuah tim akan dapat laba dengan membatasi tingkat manajemen
menambah keahlian, pengetahuan, dan laba melalui fungsi monitoring atas laporan
kemampuan anggota tim lainnya (Froebel and keuangan. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
Marchington 2005). Selain itu, sebuah tim dewan komisaris sebagai elemen penting
akan dapat memperluas output yang dicapai dalam proses penyajian laporan keuangan
oleh individu (Manzoor et al. 2011) melalui yang relevan dan reliable (Machfoeds 2006)
kolaborasi untuk menemukan solusi terbaik dan diharapkan memiliki kapasitas untuk
89 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

membatasi self serving behavior telah dapat keahlian keuangan untuk mengurangi
berfungsi sebagaimana mestinya sebagai tindakan manajemen laba perusahaan.
representasi dari pemegang saham. Beberapa keterbatasan penelitian ini
adalah bahwa: pertama, sampel yang
digunakan relatif terbatas (2 tahun). Selain
SIMPULAN karena masih banyak data yang tidak lengkap,
hal ini dilakukan untuk menghindari
Penelitian ini belum berhasil memberi- terjadinya serial auto correlation karena masa
kan bukti empiris bahwa baik komite audit jabatan komite audit dan dewan komisaris
maupun dewan komisaris yang memiliki berlangsung untuk beberapa periode. Namun,
keahlian akuntansi berpengaruh negatif akibatnya variasi data menjadi relatif kecil.
terhadap tingkat manajemen laba perusahaan. Kedua, keterbatasan sampel juga menjadi
Namun, temuan yang menarik adalah ketika pertimbangan bahwa tidak dilakukan analisis
komite audit dengan keahlian akuntansi per industri sehingga penelitian ini belum bisa
diinteraksikan dengan komite audit dengan mengidentifikasi perbedaan pola manajemen
keahlian keuangan, hasilnya justru menunjuk- laba pada tiap industri. Ketiga, penelitian ini
kan pengaruh positif terhadap manajemen semata-mata menggunakan kriteria keahlian
laba. Walaupun hasil ini tidak sesuai dengan akuntansi dan keahlian keuangan dari
hipotesis, namun setidaknya telah berhasil Badolato (2014) dan belum mempertimbang-
memberikan bukti empiris bahwa keberadaan kan lamanya pengalaman yang dimiliki oleh
keahlian akuntansi dan keahlian keuangan komite audit maupun anggota dewan
dalam tim komite audit memiliki pengaruh komisaris. Sementara itu, menurut Schmidt et
terhadap manajemen laba perusahaan al. (1986), lamanya pengalaman merupakan
meskipun berpengaruh positif. faktor penting yang menentukan kinerja
Namun, hasil yang relatif berbeda seseorang.
diperoleh ketika anggota dewan komisaris Untuk pengembangan penelitian terkait
yang memiliki keahlian akuntansi diinteraksi- dengan keahlian akuntansi dan keahlian
kan dengan anggota dewan komisaris yang keuangan oleh anggota komite audit dan
memiliki keahlian keuangan. Hasil menunjuk- anggota dewan komisaris, maka disarankan
kan bahwa kerja sama antara anggota dewan bagi penulis selanjutnya untuk: pertama,
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi memperoleh akses data yang lebih luas untuk
dengan yang memiliki keahlian keuangan memperoleh sampel yang lebih besar
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba sehingga dapat digunakan untuk mengidenti-
perusahaan. Hasil ini memberikan bukti fikasi pola manajemen laba tiap industri.
bahwa fungsi dewan komisaris sebagai pihak Kedua, mengembangkan kriteria keahlian
yang melakukan monitoring atas laporan akuntansi dan keahlian keuangan serta
keuangan akan dapat berjalan dengan baik mempertimbangkan lamanya pengalaman
ketika terdapat interaksi antara dewan yang dimiliki oleh komite audit maupun
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi dewan komisaris. Selain itu, mempertimbang-
dengan dewan komisaris yang memiliki kan latar belakang sebagai akademisi juga
keuangan. menarik untuk dilakukan mengingat dalam
Penelitian ini juga berhasil memberikan konteks Indonesia, terdapat sejumlah
bukti empiris bahwa keahlian keuangan baik perusahaan yang memiliki anggota komite
yang dimiliki oleh komite audit maupun audit dan dewan komisaris yang memiliki
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap latar belakang sebagai akademisi.
manajemen laba. Hasil ini menguatkan
dugaan bahwa keahlian keuangan saja tidak
mampu mengurangi manajemen laba perusa-
haan. Dengan demikian, memang diperlukan
kolaborasi antara keahlian akuntansi dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 90

DAFTAR PUSTAKA Bosch, H. 1995. The director at Risk:


Accountability in the Boardroom.
Adams, R. B., B. E. Hermalin, and M. S. Australia: Pitman Publishing.
Weisbach. 2010. The Role of Boards Bhushan, R. 1999. Firm Characteristics and
Director in Corporate Governance: A Analyst’s Following. Journal of
Conceptual Framework and Survey. Accounting and Economics, 11, 255–
Journal of Economic Literature, 48 (1), 274.
58-107. Chi, M, R. Glaser, and E. Rees. 1982.
Agrawal, A. and S. Chada. 2005. Corporate Expertise in problem solving. In
Governance and Accounting Scandals. Advance in the psychology. Stenberg:
The Journal of Law and Economics, 48 Hillsdale, NJ.
(2), 371-406. Chtourou, S. M, J. Bedard, L. Courteau. 2001.
Alzoubi, E. S. S. and M. H. Selamat. 2012. Corporate Governance and Earnings
The Effectiveness of Corporate Management. Working Paper, SSRN.
Governance Mechanisms on Cohen, S. G. and D. E. Bailey. 1999. What
Constraining Earning Management: Makes Teams Work: Group
Literature Review and Proposed Effectiveness Research from the Shop
Framework. International Journal of Floor to the Executive Suite. Journal of
Global Business, 5 (1), 17-35. Management, 23 (3), 239-290.
Badolato, P. G., D. C. Donelson, and M. Ege. Collier, P., & Gregory, A. 1996. Audit
2014. Audit Committee Financial Committee Effectiveness and the Audit
Expertise and Earnings Managements: Fee. European Accounting Review, 5,
The Role of Status. Journal of 177-198.
Accounting and Economics, 58 (2-3), Coles, J. L., Daniel, N.D., & Lalitha, N. 2008.
208-230. Boards: Does One Size Fit All? Journal
Baxter, P. and J. Cotter. 2009. Audit of Financial Economics, 87 (5), 329-
Committee and Earnings Quality. 256.
Accounting and Finance, 49 (2), 267- Cook. John. W. 1960. Public Accounting
290. Experiences for Private Accountant.,
Beasley, M.S., Carcello, J. V., Hermanson, The Accounting Review., 35 (1), 93-95.
D.R., Lapides, P.D. 2000. Fraudulent Dechow, P.M., Sloan, R.G., Sweeney, A.P.
financial Reporting: Consideration of 1995. Detecting Earnings Management.
Industry Traits and Corporate The Accounting Review, 70, 193–225.
Governance Mechanisms. Accounting DeFond, M.L, Hann, R, N, & Hu, X. 2005.
Horizons, 14, 441–454. Does the Market Value Financial
Beasley, M., Carcello, J., Hermanson, D., & Expertise on Audit Committees of
Neal, T. 2009. The audit committee Board of Directors? Journal of
oversight process. Contemporary Accounting Research, 43, 153-193.
Accounting Research, 26, 65-122. DeFond, M.L., Jiambalvo, J. 1991. Incidence
Bedard.J., Chtourou, S. M., Courteau., L. and Circumstances of Accounting
2004. The Effect of Audit Committee Errors. The Accounting Review, 66,
Expertise, Independence and Activity 643–656.
on Aggressive Earnings Management. Dhaliwal, D., Naiker, V., Navissi, F. 2010.
Auditing: A Journal of Practise and The Association Between Accruals
Theory, 23, 13-35. Quality and the Characteristics of
Blue Ribbon Committee. 1999. Report and Accounting Experts and Mix of
Recommendations of the Blue-Ribbon Expertise on Audit Committee.
Committee on Improving the Contemporary Accounting Research,
Effectiveness of Corporate Audit 27, 787-827.
Committees. NYSE and National Donaldson, T., & Preston, L., E. 1995. The
Association of Securities Dealers. Stakeholder Theory of the Cooperation:
91 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

Concepts, Evidence and Implications. Implications for Standard Settings.


Academy of Management Review, 20 Accounting Horizons, 13, 365-383.
(1), 65-91. Hitt, M.A., Hoskisson, R.E, DAN Ireland, R.
Eisenhardt, K.M. 1989. Agency Theory: An D. 2007. Management of Strategy;
Assessment and Review. Academy of Concept and Cases. China: Thompson
Management Review, 14 (1), 57-74. South-Western.
Fama, E.F. 1980. Agency Problem and Jensen, M.C. 1983. The Modern Industrial
Theory of the Firm. Journal of Political Revolution and The Failure of Internal
Economy, 88 (2), 288-307. Control Systems. Journal of Business,
Fama, E.F., Jensen, M.C. 1983. Separation of 48 (3), 831-880.
Ownership and Control. Journal of Law Jensen, M. 1993. The Modern Industrial
and Economics, 26, 301- 325. Revolution, Exit and The Failure of
Farber, D. 2005. Restoring Trust After Fraud: Internal Control Systems. Journal of
Does Corporate Governance Matter? Finance, 48, 831–880.
The Accounting Review, 80, 539–561. Jones, J. 1991. Earnings Management During
Finkelstein, S., Hambrick, D.C. and Cannella, Import Relief Investigation. Journal of
A.A. 2009. Strategic Leadership; Accounting Research, 29, 193–228.
Theory and Research on Executives, Jones, A., Richard, B., Paul, D., Sloane, K.,
Top Management Teams, Boards. and Peter, F. 2007. Effectiveness of
Oxford-UK: Oxford University Press. Teambuilding in Organization. Journal
Fodio, M. I., J. Ibikunle, and V. C. Oba. 2013. of Management, 5 (3), 35-37.
Corporate Governance Mechanisms and Kalbers, L. P. and Fogarty, T. J. 1993. Audit
Reported Earnings Quality in Listed Committee Effectiveness; an Empirical
Nigerian Insurance Firms. International Investigation of the Contribution of
Journal of Finance and Accounting, 2 Power. Auditing: A Journal of Practice
(5), 279-286. and Theory, 12, 24-49.
Froebel, P., and Marchington, M. 2005. Klein, A. 2002. Audit Committee, Board of
Teamwork Structures and Worker Director Characteristics and Earnings
Perception: A Cross National Study in Management. Journal of Accounting
Pharmaceuticals. International Journal and Economics, 33, 375–400.
of Human Resources Management, 16 Khomsiyah, Azzam Jasin dan Muammar
(2), 256-276. Aditya. 2005. Karakteristik Komite
Gujarati Damodar. N., Dawn C. Potter. 2013. Audit dan Pengungkapan Info.
Dasar-dasar Ekonometrika Edisi 5, Konferensi Nasional Akuntansi: Peran
Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Akuntan dalam Membangun Good
Empat. Corporate Governance. 1-18.
Hackman, J.R. 1991. Work teams in Lawrence J. Abbott, Susan Parker, and Gary
organization: An orienting an orienting F. Peters. 2004. Audit Committee
framework. In J. R., Hackman (ed.) Characteristics and Restatements.
Groups that work (and those that AUDITING: A Journal of Practice &
don’t): 1-14. San Fransisco: Jossey- Theory: March 2004, 23 (1), 69-87.
Bass. Lehn, K., Patro, S., Zhao, M. 2003.
Harahap, S. S. 2003. Teori Akuntansi, Edisi Determinants of the Size and Structure
Kelima. Jakarta: PT Raspindo. of Corporate Boards, 1935–2000.
Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Working paper, University of
Schemes on Accounting Decisions. Pittsburgh.
Journal of Accounting and Economics, Levine, J. M., & Moreland, R.L 1990.
7, 85-107. Progress in Small Group Research.
Healey, P. & Wahlen, J. 1999. A Review of Annual Review of Psychology, 41, 585-
Earning Management Literature and Its 634.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 92

Lin, J., J. Li, and J. Yang. 2006. The Effect of Peasnell, K.V., Pope, P.F., Young, S. 2001.
Audit Committee Performance on The Characteristics of Frms Subject to
Earnings Quality. Managerial Auditing Adverse Rulings by the Fnancial
Journal, 21 (9), 921-933. Reporting Panel. Accounting and
Lin, J. W. and M. I. Hwang. 2010. Audit Business Research, 31, 291–311.
Quality, Corporate Governance, and Poernomo Eddy. 2006. Pengaruh Kreativitas
Earnings Management: A Meta- dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja
Analysis. International Journal of Manajer Pada PT. Jesslyn K Cakes
Auditing, 14 (1), 57-77. Indonesia Cabang Surabaya. Jurnal
Linck, J., Netter, J., Yang, T. 2006. A Large Ilmu-ilmu ekonomi, 6 (2), 102-108.
Sample Study on Board Changes and Prastiti, Anindyah dan Wahyu, Meiranto.
Determinants of Board Structure. 2013. Pengaruh Karakteristik Dewan
Journal of Financial Economics. Komisaris dan Komite Audit Terhadap
Forthcoming. Manajemen Laba. Diponegoro Journal
Lukviarman, N. 2016. Corporate of Accounting, 2 (4), 1-12.
Governance. Menuju Penguatan Rainsbury, Elizabeth A., Michael Bradbury,
Konseptual dan Implementasi di Steven F. Cahan. 2009. The Impact of
Indonesia. Solo: Adicitra Intermedia. Audit Committee Quality on Fnancial
Machfoeds Mas’ud. 2006. Board Duties. Reporting Quality and Audit Fees.
Jakarta: Lembaga Komisaris dan Journal of Contemporary Accounting
Direktur Indonesia. and Economics, 5 (1), 20-33.
Mace, M. 1971. Directors: Mith and Reality. Rindova. V.P. 1999. What Corporate Boards
Boston: Harvard Business School Press. Have to Do with Strategy: A Cognitive
Manzoor. Sheikh Raheel., HafizUllah., Murad Perspective. Journal of Management
Husein., Zulqarnain Muhammad Studies, 36 (37), 953-975.
Ahmad. 2011. Effect of Teamwork on Sarbanes-Oxley Act of 2002. 2002.
employee performance., International http;//commdics.
Journal of Learning & Development. 1 house.gov/reports/107/h3763.pdf
(1), 110-126. Schmidt, F., J. Hunter and A. Outerbridge.
Menon, K. and J. D. Williams. 1994. The Use 1986. Impact of Job Experience and
of Audit Committees for monitoring, Ability with Job Performance: Test of
Journal of Accounting and Public Three Hypothesis. Journal of Applied
Policy, 13 (2), 121-139. Psychology, 71, 432-439.
Mizruchi, M.S. 1983. Who Control Whom? Scott, William R. 2003. Financial Accounting
An Examination of the Relation Theory’ 3rd edition. New Jersey:
Between Management and Boards of Prentice Hall.
Directors in Large American Skinner, D., Sloan, R. 2002. Earnings
Corporations. Academy of Management Surprises, Growth Expectations and
Review, 8 (4), 426-435. Stock Returns or Don’t Let an Earnings
Murphy, G and J. Wright. 1984. Changes in Torpedo Sink Your Portfolio. Review of
Conceptual Structure with Expertise: Accounting Studies, 7, 289–312.
Differences between Real World Sundstrom, E., DeMeuse, K., & Futrell, D.
Experts and Novices. Journal of 1990. Workteams: Aplication and
Experimental Phsycology: Learning, Effectiveness. American Phsycologist,
Memory, and Cognition, 10, 144-155. 45 (2), 120-33.
Nelson S. P. and S. Devi S. 2013. Audit Trautman J Lawrence. 2013. Who Qualifies
Committee Experts and Earnings as an Audit Committee Financial Expert
Quality. Corporate Governance: The Under SEC Regulations and NYSE
International Journal of Business in Rules? DePaul Business & Commercial
Society, 13 (4), 335-351. Law Journal, 11 (2), 207-235.
93 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93

Van Ees, H., Postma, T.JBM, Srerken, E. Decisions Prior to Failure. The British
2003. Board Characteristics and Accounting Review, 48, 240-256.
Performance in the Nedherlands. Xie, B. Davidson, W., Dadalt. P. 2003.
Eastern Economic Journal, 29 (1), 41- Earnings Management and Corporate
58. Governance: The Role of the Board and
Watts, Ross L and Jerold L. Zimmerman. The Audit Committee. Journal of
1986. Positive Accounting Theory, Corporate Finance, 9, 295-316.
Eaglewood Cliefs. New Jersey: Prentice Zaman., M., Hudaib, M., & Haniffa, R. 2011.
Hall. Corporate Governance Quality, Audit
Wu Chloe Yu-Hsuan, Hwa-Hsien Hsu, Jim Fees and Non-Audit Services Fees.
Haslam. 2016. Audit Committees, Non- Journal of Business Finance and
Audit Services, and Auditor Reporting Accounting, 38, 165-197.

Anda mungkin juga menyukai