Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT JENDERAL

Pada hari ini, Senin tanggal 9 April 2018, bertempat di KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
berdasarkan Surat Tugas Inspektur Jenderal Nomor ST-249/IJ/2018 tanggal 20 Maret 2018 tentang
Audit Ketaatan telah dilakukan pembahasan atas hasil pengawasan sebagai berikut:
No Hasil Pembahasan Audit
1. Penerapan SAC-S Belum Didukung Nota Kesepakatan antara KPPBC TMP C Mataram dan
Pengguna Layanan
Dirjen Bea dan Cukai menerbitkan Keputusan Dirjen Bea dan Cukai dengan nomor Kep-169/BC/2012
tentang Penerapan Secara Penuh (Mandatory) Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi (SAC-S) ditetapkan
tanggal 28 November 2012, yang kemudian terdapat penambahan data yang disampaikan dan daftar
kantor yang dijadwalkan pemberlakuan mandatory SAC-S melalui keputusan-keputusan sebagai
berikut:
a. Kep 125/BC/2013 tanggal 21 Oktober 2013
b. Kep-91/BC/2014 tanggal 11 Juli 2014
c. Kep-151/BC/2014 tanggal 12 November 2014
d. Kep-113/BC/2015 tanggal 13 Agustus 2015
e. Kep-189/BC/2015 tanggal 30 Desember 2015
f. Kep-581/BC/2016 tanggal 2 Desember 2016
Berdasarkan KEP-113/BC/2015 tanggal 13 Agustus 2015, KPPBC TMP C Mataram melaksanakan
penerapan SAC-S secara penuh (mandatory) terhitung mulai tanggal 31 Agustus 2015 untuk pelayanan
cukai sebagai berikut:
a. Penetapan tarif cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA);
b. Penyediaan dan pemesanan pita cukai MMEA;
c. Pembebasan cukai;
d. Tidak dipungut cukai;
e. Pemusnahan/pengolahan kembali barang kena cukai;
f. Pengembalian pita cukai rusak atau tidak dipakai;
g. Pemberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat;
h. Pemberitahuan mutasi barang kena cukai;
i. Pemesanan pita cukai secara elektronik;
j. Penyediaan pita cukai secara elektonik;
k. Pemberitahuan pelindung pengangkutan etil alkohol/MMEA yang sudah dilunasi cukainya di
peredaran bebas.
Pada pelaksanaannya, pelayanan dan pengawasan cukai di KPPBC TMP C Mataram telah dilakukan
melalui SAC-S. Baik melalui input data oleh KPPBC TMP C Mataram maupun oleh pengguna layanan.
Berdasarkan aplikasi SAC-S, Pelayanan dan pengawasan cukai yang datanya diinput secara mandiri
oleh pengguna layanan antara lain:
a. Pemberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat
Pada tahun 2017 diketahui bahwa 33 dari 39 pengguna layanan telah melakukan input secara
mandiri pada aplikasi SAC-S. Adapun pengguna layanan tersebut secara terinci sebagaimana
Lampiran I.
b. Pemberitahuan pelindung pengangkutan etil alkohol/MMEA yang sudah dilunasi cukainya di
peredaran bebas.
Selama periode audit, diketahui bahwa 6 dari 14 distributor MMEA telah melakukan input secara
mandiri pada aplikasi SAC-S. Adapun pengguna layanan tersebut sebagai berikut:

No. NAMA PERUSAHAAN

1. UD. Tanpa Nama

Hal. 1 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


2. PT. Bintang Bali Indah (Cab. Lombok)

3. PT. Panca Lombok Niaga

4. PT. Marina Lombok Mandiri

5. PT. Dejavu Berkah Lombok

6. UD. Madju Perkasa

c. Pemberitahuan mutasi barang kena cukai


Pemberitahuan mutasi barang kena cukai pada KPPBC TMP C Mataram hanya untuk mutasi masuk
saja, sehingga pengguna layanan yang input secara mandiri terdapat pada KPPBC Asal.
Atas pelayanan dan pengawasan melalui data yang diinput secara mandiri oleh pengguna layanan
tersebut di atas belum didukung oleh nota kesepakatan yang ditandatangani oleh Kepala Kantor
dengan pengguna layanan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Keputusan Dirjen Bea dan Cukai
tentang Penerapan Secara Penuh (Mandatory) Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi (SAC-S).

Kriteria:
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-113/BC/2015 tanggal 13 Agustus 2015
tentang Penerapan Secara Penuh (Mandatory) Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi (SAC-S)
Diktum KEEMPAT
Kepala kantor sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA wajib:
1) melaksanakan kegiatan pelayanan cukai sebagaimana dimaksud dalam diktum KEDUA
menggunakan SAC-S terhitung mulai tanggal sebagaimana ditetapkan dalam jadwal mandatory.
2) menandatangani nota kesepakatan dengan:
a. Pengusaha pabrik etil alkohol/MMEA/hasil tembakau yang bersedia menyampaikan
pemberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat (CK-4A/CK-4B/CK-4C) secara elektronik,
pemberitahuan mutasi barang kena cukai (CK-5) secara elektronik, penyediaan pita cukai (P3C)
secara elektronik, dan/atau pemesanan pita cukai (CK-1/CK-1A) secara elektronik;
b. Pengusaha tempat penyimpanan dan/atau importir etil alkohol yang bersedia menyampaikan
pemberitahuan mutasi barang kena cukai (CK-5) secara elektronik;
c. Importir MMEA/hasil tembakau yang bersedia menyampaikan penyediaan pita cukai (P3C) secara
elektronik dan pemesanan pita cukai (CK-1/CK-1A) secara elektronik;
d. Penyalur MMEA yang bersedia menyampaikan pemberitahuan pelindung pengangkutan etil
alkohol/MMEA yang sudah dilunasi cukainnya di peredaran bebas (CK-6) secara elektronik,
Sebelum dilakukannya transaksi penyampaian CK-4A/CK4B/CK-4C secara elektronik, CK-5 secara
elektronik, CK-6 secara elektronik, P3C secara elektronik, dan/atau CK-1/CK-1A secara elektronik untuk
pertama kalinya sesuai contoh format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari keputusan Direktur Jenderal ini.

Sebab:
Hal tersebut disebabkan Pejabat terkait kurang memperhatikan keputusan Dirjen Bea dan Cukai
mengenai prosedur penerapan secara penuh SAC-S.

Akibat:
Hal tersebut mengakibatkan adanya potensi ketidakpatuhan PPHT dalam menyampaikan data cukai
secara elektronik.

Rekomendasi:

Hal. 2 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar membuat nota kesepakatan dengan pengguna layanan yang telah menyampaikan data cukai
secara elektronik.

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Rencana Tindak Lanjut KPPBCTMP C Mataram:


Uraian PIC/Owner Batas Waktu

2. Terdapat Ketidaksesuaian antara Pemesanan Pita Cukai (CK-1) dan Pemberitahuan Barang Kena
Cukai Yang Selesai Dibuat (CK-4C) dengan Pencatatan/Pembukuan Milik PPHT
Tim Itjen melakukan uji petik atas kesesuaian CK-1 dengan CK-4C untuk kemudian dilakukan
penelusuran ke dalam pembukuan atau pencatatan milik PPHT. Uji petik dilakukan terhadap PPHT
yang masih aktif melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
a. PT. Tesco Sentosa
Tim Itjen telah melakukan pengujian antara hasil perhitungan saldo awal pencatatan milik pabrik, CK-
1, CK-4C dengan saldo akhir pencatatan milik pabrik (dalam gram). Untuk periode tahun 2017
terdapat selisih lebih pita setara dengan 900.000 gram (360 keping), dengan rincian sebagai berikut:
Saldo
SAWAL SAWAL Saldo akhir
Merek+Jenis Saldo Akhir akhir Selisih
PITA PRODUK CK-1 CK-4C pita (CSKC-
Produksi+HJE+ISI Perhitungan produksi (gram)
(CSKC-3) (CSCK-1) 3)
(CSCK-1)
f = (b+d)-
A B C D E (c+e) G H I = f - (g+h)
BAWANG (Code
0 20.300.000 17.500.000 2,800,000 0
1)TIS02500137500
DUA KEPITING
(Code 0 46.200.000 40.400.000 5,800,000 0
1)TIS02500137500
GAJAH (Code
0 13.300.000 19.060.000 (5,760,000) 0
1)TIS02500137500
KAKAKTUA (Code 18.080.000
0 14.700.000 18.200.000 (3,500,000) 0
1)TIS02500137500
KEPITING (Code
0 16.100.000 16.100.000 - 0
1)TIS02500137500
LOMBOK (Code
0 46.900.000 48.420.000 (1,520,000) 0
1)TIS02500137500
SERIKAJA (Code
0 14.700.000 14.920.000 (220,000) 0
1)TIS02500137500
Jumlah 21.380.000 0 172.200.000 174.600.000 18.980.000 18.080.000 0 900.000

Berdasarkan tabel diatas dan hasil penelusuran terhadap dokumen pencatatan milik pabrik, diketahui
hal-hal sebagai berikut.
i. Pencatatan pita cukai pada CSCK-3 tidak dicatat berdasarkan merk (digabung menjadi satu). Atas
pita cukai dimaksud, diketahui bahwa seluruh pita cukai memiliki HJE dan isi yang sama. Oleh
karena itu, saldo awal pada tabel di atas tidak dipisahkan berdasarkan masing-masing merk.
ii. Terdapat selisih antara CK-1 dan CK-4 dengan nilai absolut 18.980.000 gram. Adanya selisih
tersebut diindikasikan sebagai pelekatan pita cukai pada merk yang berbeda dengan HJE, isi, dan
tarif yang sama. Atas pelekatan merk yang berbeda tersebut, Tim Itjen melakukan konfirmasi
Hal. 3 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


kepada Staf Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis, bahwa atas pelekatan
merk yang berbeda belum diajukan izinnya.
iii. Terdapat selisih lebih pita sejumlah 360 keping atau setara dengan 900.000 gram antara saldo
akhir menurut perhitungan dengan saldo akhir pada CSCK-3. Berdasarkan penelusuran lebih
lanjut, terdapat kesalahan perekaman pada SAC-S tanggal 3 Mei 2017 atas merk Dua Kepiting
dilaporkan jumlah produksi HT sebesar 0 gram, yang seharusnya 900.000 gram sesuai CSCK-1.
b. UD. Mawar Putra
Tim Itjen telah melakukan pengujian antara hasil perhitungan saldo awal pencatatan milik pabrik, CK-
1, CK-4C dengan saldo akhir pencatatan milik pabrik (dalam gram) dengan hasil yang menunjukan
kesesuaian sebagai berikut:

SAWAL Saldo
SAWAL Saldo akhir
PITA Saldo Akhir akhir Selisih
Merek+Jenis Produksi+HJE+ISI PRODUK CK-1 CK-4C pita (CSKC-
(CSKC- Perhitungan produksi (gram)
(CSCK-1) 3)
3) (CSCK-1)
f = (b+d)-
A B C D E (c+e) G H I = f - (g+h)
Cahaya MatahariTIS1402200 0 0 86,880,000 86,880,000 - 0 0 0

c. PD. Sumber Saudara


Tim Itjen telah melakukan pengujian antara hasil perhitungan saldo awal pencatatan pabrik, CK-1,
CK-4C dengan saldo akhir pencatatan milik pabrik (dalam gram), dengan hasil sebagai berikut:

SAWAL Saldo
SAWAL Saldo akhir
PITA Saldo Akhir akhir Selisih
Merek+Jenis PRODUK CK-1 CK-4C pita (CSKC-
(CSKC- Perhitungan produksi (gram)
Produksi+HJE+ISI (CSCK-1) 3)
3) (CSCK-1)
f = (b+d)-
A B C D E (c+e) G H I = f - (g+h)
ANGGURTIS215008 0 0 3.780.000 5.196.000 (1,416,000) 0
2500 (1,416,000)
DAUN TEMBAKAU 0 0 29.456.000 15.550.000 13,906,000 - -
NASIONALTIS2200 13,906,000
0110000
DJAGOTIS2200011 0 0 23.632.000 29.316.000 (5,684,000) - -
0000 (5,684,000)
IKAN MAS 0 0 840.000 1.260.000 (420,000) 0 (420,000)
SUPERTIS2150082
500
IKAN MAS 0 1680.000 1.600.000 80,000 80,000
SUPERTIS2200011
0000
JAGO 0 0 3780.000 1.944.000 1,836,000 0 1,836,000
MATAHARITIS2150
082500
KAPAK 0 0 23.632.000 31.934.000 (8,302,000) 0 0
MASTIS2200011000 (8,302,000)
0
Jumlah 0 0 86.800.000 86.800.000 0 0 0 0

Tim Itjen melakukan penelusuran terhadap dokumen pencatatan milik pabrik dan diketahui hal-hal
sebagai berikut.
i. Pencatatan pita cukai pada CSCK-3 tidak dicatat berdasarkan merk (digabung menjadi satu).
ii. Terdapat selisih antara CK-1 dan CK-4 pada masing-masing merk dengan nilai absolut 0 gram.
Selisih tersebut diindikasikan sebagai pelekatan pita cukai pada merk yang berbeda dengan HJE,
Hal. 4 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


isi, dan tarif yang sama. Atas pelekatan merk yang berbeda tersebut, Tim Itjen melakukan
konfirmasi kepada Staf Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis, bahwa atas
pelekatan merk yang berbeda belum diajukan izinnya.
d. UD. Ikhtiar
Tim Itjen telah melakukan pengujian antara hasil perhitungan saldo awal pencatatan milik pabrik, CK-
1, CK-4C dengan saldo akhir pencatatan milik pabrik (dalam gram), dengan hasil sebagai berikut:

SAWA
Saldo
L SAWAL Saldo akhir
Saldo Akhir akhir Selisih
Merek+Jenis PITA PRODUK CK-1 CK-4C pita (CSKC-
Perhitungan produksi (batang)
Produksi+HJE+ISI (CSKC (CSCK-1) 3)
(CSCK-1)
-3)
f = (b+d)-
A B C D E (c+e) G H I = f - (g+h)
SENANGSKT1125400 0 0 792,000 1,025,808 (233,808) 0 0 0
SENANGSKT1 0 0 - 23,424 (23,424) 0 0 0

Tim Itjen melakukan penelusuran terhadap dokumen pencatatan milik pabrik dan diketahui hal-hal
sebagai berikut.
i. CSCK-1 dan CSCK-3 tidak diisi lengkap pada kolom produksi, penerimaan, pengeluaran, dan
saldo.
ii. Terjadi double input atas pelaporan CK-4C pada SAC-S pada bulan November 2017 periode I,
yaitu atas pelaporan yang satu telah sesuai dengan format pelaporan, sedangkan pelaporan
lainnya tidak mencantumkan isi dan HJE sebesar 23.424 batang.
iii. Berdasarkan CSCK-1, UD. Ikhtiar telah berproduksi sejak 26 Juli 2017. Namun melaporkan hasil
produksi pada SAC-S dimulai pada saat bulan Oktober periode I. Tim Itjen melakukan
penyandingan antara CSCK-1 dengan CK-4C pada SAC-S (dalam batang), diketahui bahwa
terdapat perbedaan sebagai berikut:

BULAN CSCK-1 SAC-S SELISIH


Juli 103.885 0 103.885
Agustus 306.331 0 306.331
September 0 0 0
Oktober 440.220 848.700 (408.480)
November 79.392 88.080 (8.688)
Desember 89.028 89.028 0
Jumlah 1.018.856 1.025.808 (6.952)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Terdapat double input CK-4C milik UD. Ikhtiar pada SAC-S;
b. Terdapat kesalahan input CK-4C PT Tesco Sentosa dan UD Ikhtiar pada SAC-S;
c. PT Tesco Sentosa dan PD Sumber Saudara terdapat praktik pemindahlekatan pita cukai terhadap
produk yang merknya berbeda dengan pita cukai dimaksud, namun tarif, HJE, dan isi sama dengan
pita cukai yang dilekatkan, tanpa seizin Kepala KPPBC TMP C Mataram.

Kriteria:
a. Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 sebagaimana diubah terakhir dengan undang-undang Nomor
39 tahun 2007 tentang cukai
Pasal 16
- Ayat (1) Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, atau
penyalur yang wajib memiliki izin … wajib menyelenggarakan pembukuan

Hal. 5 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


- Ayat (2) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi wajib melakukan
pencatatan adalah pengusaha pabrik skala kecil yang wajib memiliki izin, dan pengusaha tempat
penjualan eceran yang wajib memiliki izin.
- Ayat (5) Pengusaha pabrik skala kecil, penyalur skala kecil yang wajib memiliki izin, dan pengusaha
tempat penjualan eceran yang wajib memiliki izin, yang tidak melakukan pencatatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).
Pasal 36
Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur,
pengusaha tempat penjualan eceran, pengguna barang kena cukai yang mendapat fasilitas
pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, yang terhadapnya dilakukan
pemeriksaan, wajib menyediakan tenaga, peralatan, dan menyerahkan buku, catatan, dan/atau
dokumen yang wajib diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.01/2012 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 206.3/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai pada Pasal 137 disebutkan dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136, Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai
menyelenggarakan fungsi:
 huruf b: penelitian pemberitahuan impor, ekspor, dan dokumen cukai;
 huruf i: pelaksanaan urusan pembukuan dokumen cukai;
 huruf j: pelaksanaan urusan pemusnahan dan penukaran pita cukai;
 huruf k: pemeriksaan Pengusaha Barang Kena Cukai, buku daftar dan dokumen yang
berhubungan dengan barang kena cukai;
 huruf l: pelaksanaan pengawasan dan pemantauan produksi, harga dan kadar barang kena cukai.
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.04/2008 tentang Kewajiban Pencatatan Bagi
Pengusaha Pabrik Skala Kecil, Penyalur Skala Kecil Yang Wajib Memiliki Izin Dan Pengusaha
Tempat Penjualan Eceran Yang Wajib Memiliki Izin
Pasal 3 ayat (1) huruf a, “Pencatatan wajib dibuat secara lengkap yang mencerminkan pemasukan,
produksi, dan pengeluaran barang kena cukai yang sebenarnya, untuk Pengusaha Pabrik Skala
Kecil.”
Pasal 3 ayat (2), “Selain ketentuan pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
pengusaha pabrik skala kecil barang kena cukai yang pelunasannya dengan pelekatan pita cukai,
berlaku ketentuan kewajiban pembuatan pencatatan secara lengkap yang mencerminkan
penerimaan, pemakaian dan pengembalian pita cukai yang sebenarnya.”
Pasal 5, “Pencatatan pita cukai wajib dilakukan pada catatan sediaan pita cukai sesuai dengan
contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini.”
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.04/2016 tentang Pemberitahuan Barang Kena Cukai
Yang Selesai Dibuat
Pasal 3 ayat (4), “Pengusaha Pabrik membuat pemberitahuan barang kena cukai yang selesai dibuat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) berdasarkan Pembukuan atau Pencatatan yang
diselenggarakan oleh Pengusaha Pabrik.”
Pasal 10 ayat (1), “Pengusaha Pabrik dapat menyampaikan perbaikan data pemberitahuan barang
kena cukai yang selesai dibuat yang telah disampaikan.”
Pasal 10 ayat (2) huruf b, “Dalam hal perbaikan data pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terkait dengan perbaikan data jumlah produksi, berlaku ketentuan untuk barang kena cukai

Hal. 6 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


berupa hasil tembakau, disampaikan paling lambat pada batas waktu penyampaian pemberitahuan
untuk periode pembuatan berikutnya sebagaimana diatur dalam Pasal 6.”
Pasal 11 ayat (1), “Pengusaha Pabrik Pasal 11 yang tidak menyampaikan pemberitahuan barang
kena cukai yang selesai dibuat sesuai ketentuan Pasal 3 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang cukai.”
Pasal 11 ayat (2), “Pengusaha pabrik yang menyampaikan pemberitahuan barang kena cukai yang
selesai dibuat melewati waktu penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 atau tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 atau Pasal 8, dianggap tidak
memberitahukan barang kena cukai yang selesai dibuat.”
Pasal 11 ayat (3), “Pengusaha Pabrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang cukai.”
e. Peraturan Dirjen Bea Cukai Nomor 46/BC/2016 tentang Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai
Pasal 23 ayat (1), “Pengusaha dapat melekatkan Pita Cukai yang telah direalisasikan dengan CK-
1/CK-1A ke merk lain yang dimilikinya dengan mengajukan permohonan kepada kepala kantor Bea
dan Cukai.
Pasal 23 ayat (3), “Merk lain yang akan dilekati pita cukai, sebagaimana ayat (1), harus memenuhi:
a. Untuk hasil tembakau berlaku ketentuan jenis, tarif, harga jual eceran, dan isi per kemasannya
harus sama dengan yang tertera di pita cukai.
f. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-15/BC/2008 tentang Peningkatan
Pengawasan Pencatatan/Pembukuan Dan Pelaporan Barang Kena Cukai Yang Diwajibkan, dengan
substansi pengaturan diantaranya disebutkan dalam rangka kepentingan pengamanan hak-hak
negara di bidang cukai dan peningkatan pengawasan terhadap pengusaha Barang Kena Cukai,
dengan ini diminta perhatian Saudara untuk hal-hal sebagai berikut:
 meningkatkan pemantauan, pengawasan dan penelitian terhadap kewajiban pengusaha terkait
kegiatan pencatatan/pembukuan serta pelaporan di bidang cukai yang diwajibkan sesuai
ketentuan yang berlaku, diantaranya Surat Pemberitahuan Barang Kena Cukai Selesai Dibuat
(CK-4);
 untuk mengetahui kepatuhan pengusaha dan memastikan kewajiban pencatatan/ pembukuan
telah dilaksanakan sesuai ketentuan, Saudara dapat melakukan pemeriksaan atau penelitian di
lapangan secara periodik maupun insidentil;
 melakukan pembinaan dan penindakan terhadap pengusaha yang melakukan pelanggaran
ketentuan pencatatan/ pembukuan dan pelaporan sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Surat Edaran Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai Nomor SE-10/BC/2017 tentang Pedoman Analisis
Dokumen Cukai Dalam Rangka Kepatuhan Pengusaha Barang Kena Cukai.

Sebab:
Kondisi tersebut disebabkan:
a. Ketidakcermatan pengusaha pabrik dalam melakukan pencatatan atas sediaan pita cukai dan
produksi hasil tembakau terhadap ketentuan yang berlaku;
b. PPHT menyampaikan laporan CK-4C tidak berdasarkan pencatatan/pembukuan yang ada;
c. Ketidakcermatan pengusaha pabrik dalam melaporkan pemindahlekatan pita cukai.

Akibat:
Sebagai akibatnya:
a. Tidak dapat diyakini kebenaran atas laporan yang disampaikan PPHT kepada KPPBC TMP C
Mataram.
b. Ketidakandalan data pada SAC-S dapat berpotensi adanya kekeliruan dalam pengambilan

Hal. 7 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


keputusan yang menggunakan data dimaksud.

Rekomendasi:
Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar:
a. Untuk melaksanakan bimbingan teknis kepada Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau terkait kewajiban
pencatatan dan/atau pembukuan di bidang cukai yang benar dan kewajiban meminta izin kegiatan
pemindahlekatan pita cukai.
b. Melakukan penelitian atas dokumen cukai yang diberitahukan oleh UD Ikhtiar dan PT Tesco sesuai
ketentuan untuk memastikan bahwa laporan yang disampaikan telah mencerminkan keadaan yang
sebenarnya. Apabila terdapat perbedaan atas hasil penelitian, agar dilakukan perbaikan data oleh
PPHT atau pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang cukai.

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Rencana Tindak Lanjut KPPBCTMP C Mataram:


Uraian PIC/Owner Batas Waktu

3. Terdapat PPHT ber-NPPBKC Aktif Namun Tidak Melakukan Kegiatan Layanan Cukai Dalam
Setahun Terakhir
Berdasarkan pemeriksaan terhadap kegiatan layanan cukai HT, diketahui bahwa terdapat perusahaan
yang tidak melakukan kegiatan layanan cukai Hasil Tembakau selama 1 tahun sebagai berikut:
a. UD Yuni Artha
Kegiatan layanan cukai HT terakhir yang dilakukan oleh UD Yuni Artha sebagai berikut:
 Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C)
P3C terakhir yang dilakukan UD Yuni Artha yaitu P3C Nomor 000120 tanggal 29 Maret 2017 untuk
P3C awal bulan April 2017.
 Pemesanan Pita Cukai (CK-1)
UD Yuni Artha tidak melakukan pemesanan pita cukai selama tahun 2017. Oleh karena itu, UD
Yuni Artha dikenakan biaya pengganti atas pita cukai yang telah dipesan dengan P3C
sebelumnya. Biaya pengganti tersebut sebesar Rp300.000,00 dan telah dilunasi.
 Produksi
Tidak ada pelaporan produksi yang diberitahukan UD Yuni Artha melalui SAC-S.
b. UD Syeikh Jenar Selaparang
Kegiatan layanan cukai HT terakhir yang dilakukan oleh UD Syeikh Jenar Selaparang sebagai
berikut:
 Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C)
P3C terakhir yang dilakukan UD Syeikh Jenar Selaparang yaitu P3C Nomor 000104 dan 000105
tanggal 6 Maret 2017 untuk P3C awal dan tambahan bulan April 2017.
 Pemesanan Pita Cukai (CK-1)
UD Syeikh Jenar Selaparang tidak melakukan pemesanan pita cukai selama tahun 2017. Oleh
karena itu, UD Syeikh Jenar Selaparang dikenakan biaya pengganti atas pita cukai yang telah
dipesan dengan P3C sebelumnya. Biaya pengganti tersebut sebesar Rp1.020.000,00 dan telah
dilunasi.
 Produksi

Hal. 8 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


Berdasarkan SAC-S, UD Syeikh Jenar Selaparang memberitahukan produksi terakhir pada
periode II bulan Januari 2017 sebanyak 3.163.200 gram, namun tetap melaporkan CK-4C dengan
jumlah produksi nihil sampai dengan Maret 2018.
Tim Itjen melakukan konfirmasi kepada Staf Pelayanan Pabean dan Cukai dan Dukungan Teknis terkait
2 (dua) PPHT dimaksud. Berdasarkan konfirmasi, diperoleh informasi bahwa KPPBC TMP C Mataram
telah melakukan pendekatan persuasif terhadap kedua PPHT dimaksud. Apabila PPHT tidak akan
melakukan kegiatan cukai lagi, disarankan agar mengajukan pencabutan NPPBKC atas permohonan
sendiri.

Kriteria:
a. Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2008 tentang Nomor Pokok Pengusahan Barang
Kena Cukai :
Menteri dapat mencabut NPPBKC dalam hal:
a. Atas permohonan pemegang NPPBKC;
b. Pemegang NPPBKC tidak menjalankan kegiatan di bidang cukai selama 1 (satu) tahun;
c. Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a dan pasal 5 ayat (3) tidak lagi
terpenuhi;
d. Pemegang NPPBKC tidak lagi secara sah mewakili badan hukum atau orang pribadi yang
berkedudukan di luar Indonesia;
e. Pemegang NPPBKC dinyatakan pailit;
f. Tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (3) Undang-undang;
g. Pemegang NPPBKC dipidana berdasarkan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap karena melanggar ketentuan Undang-undang.
b. Pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pemberian,
Pembekuan, Pencabutan, Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai untuk Pengusaha Pabrik
dan Importir Hasil Tembakau.
NPPBKC dicabut dan dinyatakan tidak berlaku kecuali untuk pemenuhan hak-hak keuangan
negara, dalam hal:
a. Atas permohonan pemegang NPPBKC;
b. Pemegang NPPBKC tidak menjalankan kegiatan di bidang cukai selama 1 (satu) tahun;
c. Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) huruf a Undang-undang Cukai
serta Pasal 3 ayat (3) dan pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan ini tidak lagi terpenuhi.
d. Pemegang NPPBKC tidak lagi secara sah mewakili badan hukum atau orang pribadi yang
berkedudukan di luar Indonesia;
e. Pemegang NPPBKC dinyatakan pailit;
f. Tidak dipenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (3) Undang-undang
Cukai;
g. Pemegang NPPBKC dipidana berdasarkan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap karena melanggar ketentuan Undang-undang Cukai;
h. Pemegang NPPBKC melanggar ketentuan pasal 30 Undang-undang Cukai; atau
i. NPPBKC dipindahtangankan, dikuasakan, dan/atau dikerjasamakan dengan orang lain/pihak
lain tanpa persetujuan Menteri Keuangan.

Sebab:
Kondisi tersebut disebabkan KPPBC TMP C Mataram menunggu PPHT tidak melakukan kegiatan
Hal. 9 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


genap 1 tahun.

Akibat:
Sebagai akibatnya atas dua perusahaan yang tidak melakukan kegiatan layanan cukai belum dilakukan
pencabutan NPPBKC.

Rekomendasi:
Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar mengusulkan pencabutan NPPBKC UD Yuni Artha dan UD Syeikh Jenar Selaparang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Rencana Tindak Lanjut KPPBCTMP C Mataram:


Uraian PIC/Owner Batas Waktu

4. Pelaksanaan Penutupan CK-5 Baik Secara Aplikasi (SAC-CK-5) Maupun Pengembalian Dokumen
CK-5 Belum Memadai

Cukai pada dasarnya dikenakan agar dapat membatasi penggunaan obyek cukai secara bebas. Artinya,
dengan pengenaan cukai, Pemerintah bertujuan untuk melakukan kontrol dan pengawasan terhadap
banyaknya obyek cukai yang beredar dan yang dikonsumsi.
Berdasarkan hasil audit atas pengawasan distribusi MMEA berupa mekanisme penutupan CK-5 dapat
disimpulkan bahwa penutupan aplikasi CK-5 (SAC-CK-5) belum memadai. Kondisi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Selama ini proses pengangkutan MMEA yang telah dilunasi cukainya wajib dilindungi dengan
dokumen Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5). Di mana sesuai Pasal 15 Peraturan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Per-2/BC/2015 disebutkan bahwa kantor tujuan wajib
melakukan penutupan pada aplikasi SAC-S atau mengembalikan CK-5 ke kantor pengajuan. Dari
hasil audit terhadap penutupan CK-5 kantor tujuan KPPBC TMP C Mataram, selama periode audit 1
Januari 2016 s.d. 31 Januari 2018 (cut off data per tanggal 6 April 2018) diketahui bahwa jumlah
populasi CK-5 sebanyak 84 data.
Pada aplikasi SAC-S tidak ada menu khusus yang dapat menampilkan keseluruhan CK-5 masuk ke
KPPBC TMP C Mataram, dalam hal ini sebagai kantor tujuan. Dalam SAC-S akan menampilkan
CK-5 yang diterima oleh kantor tujuan jika kantor asal telah menyelesaikan perekaman pengeluaran
barang. CK-5 tersebut akan muncul sebagai notifikasi pada menu “task to do” di kantor tujuan.

b. Untuk mengetahui jumlah CK-5 yang telah ditutup oleh kantor tujuan pada aplikasi SAC-S, Tim Itjen
melakukan pengujian secara uji petik terhadap CK-5 periode 1 Januari 2016 s.d. 31 Januari 2018
dengan penelitian sebagai berikut:

Uraian/Komposisi Jumlah CK-5


Populasi CK-5, dengan rincian: 84
CK-5 yang Tertutup 2
CK-5 batal 1
CK-5 yang Terbuka, dengan posisi: 81

Hal. 10 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


 Selesai rekam di Pemeriksaan Barang 17
 Selesai rekam di Kantor Asal 9
 Belum selesai rekam di Kantor Asal 55

Uraian secara rinci CK-5 dapat dilihat pada Lampiran II.

Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


1) Tidak ada CK-5 yang tertutup.
2) Sebanyak 17 CK-5 yang proses perekaman oleh Petugas Pemeriksa Barang di kantor tujuan
telah selesai, namun Bendaharawan belum melakukan perekaman.
3) Sebanyak 9 CK-5 yang proses perekaman di kantor asal telah selesai, namun Petugas
Pemeriksa Barang di kantor tujuan belum melakukan perekaman.
4) Sebanyak 55 CK-5 yang proses perekaman di kantor asal belum selesai, sehingga atas CK-
5 dimaksud tidak akan dapat ditutup oleh kantor tujuan karena dipastikan kantor tujuan tidak
akan muncul menu “task to do” di aplikasi SAC-S. Menu “task to do” merupakan pengingat
pesan di dashboard SAC-S bagi pejabat/petugas yang wajib menyelesaikan kegiatan.

c. Tim Itjen juga melakukan pengujian atas CK-5 Terbuka berdasarkan fisik dokumen CK-5 yang
diterima KPPBC TMP C Mataram dari Pengusaha penerima MMEA. Selama periode 1 Januari 2016
s.d. 31 Januari 2018, diketahui bahwa dokumen yang ada sejumlah 51 dokumen dari 81 nomor CK-
5 terbuka di aplikasi. Sedangkan pada periode 1 s.d. 28 Februari 2018, KPPBC TMP C Mataram
menerima 3 dokumen dari Pengusaha penerima MMEA. Adapun rinciannya sebagai berikut:
Periode Status SAC-S Jml Status Dokumen Jml
1 Januari 2016 s.d. 31 Selesai rekam di 17 13
Januari 2018 Pemeriksaan Barang
Selesai rekam di Kantor 9 Pemeriksaan BKC di 5
Asal Tujuan
Belum selesai rekam di 55 33
kantor asal
Total 81 Total 51
1 s.d. 28 Februari 2018 Belum selesai rekam di 3 Pemeriksaan BKC di 3
(Tidak diketahui populasinya kantor asal Tujuan
Uraian secara rinci dokumen CK-5 dapat dilihat pada Lampiran III.

Dari tabel tersebut di atas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
1) Pada dokumen CK-5 dimaksud, seluruhnya telah diberikan catatan pemasukan oleh Pejabat Bea
dan Cukai KPPBC TMP C Mataram.
2) Terhadap dokumen CK-5 yang diterima oleh kantor, dimana status SAC-S nya telah selesai
rekam di pemeriksaan barang sejumlah 13 nomor CK-5 dan selesai rekam di kantor asal
sejumlah 5 nomor CK-5 belum dilakukan penutupan secara aplikasi maupun pengembalian
dokumen CK-5 ke kantor asal.
3) Terhadap dokumen CK-5 yang diterima kantor periode 1 Januari 2016 s.d. 28 Februari 2018,
dimana status SAC-S nya belum selesai rekam di kantor asal sejumlah 36 nomor CK-5 belum
dilakukan penutupan dengan cara pengembalian dokumen CK-5 ke kantor asal.
4) Terdapat 30 nomor CK-5 yang tidak ada dokumen fisiknya.

d. Selanjutnya Tim Itjen melakukan konfirmasi terhadap Staf Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai
dan Dukungan Teknis terkait penyelesaian CK-5 baik secara aplikasi maupun dokumen sebagai
berikut:
1) KPPBC TMP C Mataram memeriksa MMEA yang masuk ke dalam daerah pengawasannya
apabila ada pengusaha setempat yang melaporkan CK-5 ke kantor. Setelah dilakukan
pemeriksaan BKC dimaksud, Petugas Bea dan Cukai mencatat pada dokumen CK-5 atas
Hal. 11 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


kesesuaian dokumen dengan BKC. Kemudian Petugas mengarsipkan dokumen CK-5 tersebut,
dan beberapa diantaranya ada yang dilanjutkan melakukan perekaman ke dalam aplikasi SAC-
S. Namun atas CK-5 terbuka secara aplikasi di atas, KPPBC TMP C Mataram belum
menyelesaikan penutupan CK-5 dengan cara mengembalikan CK-5 tersebut kepada KPPBC
tempat CK-5 diajukan.
2) KPPBC TMP C Mataram tidak melakukan monitoring pada aplikasi SAC-S atas notifikasi CK-5
yang muncul pada menu “task to do”.
3) KPPBC TMP C Mataram tidak dapat melihat CK-5 yang masuk ke dalam daerah
pengawasannya secara aplikasi, apabila kantor asal belum menyelesaikan proses
perekamannya.

Kriteria:
Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor Per-2/BC/2015 tanggal 13 Februari 2015 tentang
Tata Cara Penimbunan, Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai, antara lain
menyatakan bahwa:
Pasal 15 ayat (1)
Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5) harus diselesaikan pada SAC-S atau diterima
kembali oleh Kantor tempat dokumen Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5) diajukan,
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah jangka waktu pengangkutan barang kena cukai.
Lampiran II butir 1.1.G.
Pejabat pada Seksi Pabean dan Cukai/Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai/ Eksi Pelayanan
Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis/ Subseksi Perbendaharaan dan Pelayanan Kantor yang
mengawasi tempat tujuan/tempat penimbunan terakhir:
1. memonitor CK-5 yang masuk di wilayah pengawasannya berdasarkan aplikasi SAC-S dalam hal
kantor yang mengawasi tempat tujuan/tempat penimbunan terakhir sudah menerapkan SAC-S atau
berdasarkan berita tentang pengeluaran dan pengankutan barang kena cukai yang diterima melaui
email, faksimili atau media elektronik lainnya dari Kantor yang mengawasi tempat asal, dalam hal
kantor yang mengawasi tempat tujuan/tempat penimbunan terakhir belum menerapkan SAC-S.
3. Dalam hal status cukai pada CK-5 “sudah lunas”:
a. Menerima CK-5 yang telah diberikan catatan pemasukan barang kena cukai oleh Pengusaha
Tempat Tujuan
Lampiran II butir 1.1.H.3
Pejabat yang mengawasi pemasukan barang kena cukai di tempay tujuan/tempat penimbunan terakhir
3. Melakukan pemeriksaan barang kena cukai;
4. Menuangkan hasil pemeriksaan dan/atau pembukaan segel, tanggal pemasukan, dan identitas
semua alat angkut pada CK-5 kolom K (Catatan Hasil Pemeriksaan Pemasukan BKC di Tempat
Tujuan/Tempat Penimbunan Terakhir);
5. Melakukan perekaman pada SAC-S paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pemeriksaan dan/atau
pembukaan segel; dan
6. Mengirimkan CK-5 yang telah diberikan catatan pemeriksaan dan/atau pembukaan segel kepada
Pejabat pada Seksi Pabean dan Cukai/Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai/Seksi Pelayanan
Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis/Subseksi Perbendaharaan dan Pelayanan Kantor yang
mengawasi tempat tujuan/tempat penimbunan terakhir
7. Lampiran II butir 1.1.I.1
Pengusaha Tempat Tujuan/Tempat Penimbunan Terkahir Barang Kena Cukai memberitahukan kepada
Pejabat pada Seksi Pabean dan Cukai/Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai/Seksi Pelayanan
Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis/Subseksi Perbendaharaan dan Pelayanan yang
mengawasi jika barang kena cukai telah sampai di tempat tujuan/tempat penumbunan terakhir sesuai
CK-5 yang melindungi pengangkutan.
Lampiran II butir 1.1.G.3.c

Sebab:
Hal tersebut disebabkan oleh:
Hal. 12 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


a. Pengusaha tidak patuh melaporkan atas CK-5 yang diterima kepada KPPBC TMP C Mataram;
b. Petugas Bea dan Cukai tidak melakukan penyelesaian CK-5 secara aplikasi maupun pengembalian
dokumen CK-5 ke kantor asal.
c. Tidak ada menu khusus pada aplikasi SAC-S bagi kantor tujuan untuk melihat CK-5 yang dikirim ke
daerah pengawasannya.

Akibat:
Kondisi tersebut mengakibatkan:
KPPBC TMP C Mataram tidak dapat melakukan monitoring atas BKC MMEA yang masuk ke dalam
daerah pengawasannya sehingga tidak dapat diketahui secara pasti jumlah BKC MMEA yang
seharusnya masuk ke dalam daerah pengawasannya.

Rekomendasi:
Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar:
a. Melaksanakan Program Pembinaan Keterampilan Pegawai (P2KP) sebagai bagian dari proses
pembinaan kepada pejabat/pegawai untuk menambah kompetensi serta disiplin kerja terkait
mekanisme penutupan CK-5 di aplikasi SAC-S;
b. Melakukan penutupan CK-5 terhadap 51 nomor CK-5 baik secara aplikasi dan/atau melakukan
pengembalian dokumen CK-5 ke kantor asal;
c. Melakukan penelitian terhadap 30 nomor CK-5 yang tidak ada dokumen fisiknya melalui konfirmasi
kepada Pengusaha penerima BKC MMEA dan/atau koordinasi dengan kantor asal;
d. Mengusulkan kepada Direktorat Teknis dan Fasilitas Cukai dan Direktorat Informasi Kepabeanan
dan Cukai untuk menyediakan menu khusus pada aplikasi SAC-S bagi kantor tujuan pengiriman
CK-5.

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Rencana Tindak Lanjut KPPBC TMP C Mataram:


Uraian PIC/Owner Batas Waktu

5. Empat Penyalur Belum Pernah Menyampaikan Pemberitahuan Pelindung Pengangkutan MMEA


Yang Sudah Dilunasi Cukainya di Peredaran Bebas dan Laporan Pengangkutan MMEA kepada
KPPBC TMP C Mataram
Berdasarkan data rekapitulasi perusahaan/badan usaha dengan NPPBKC yang terdaftar pada KPPBC
Tipe Madya Pabean C (TMP C) Mataram diketahui ada 14 (empat belas) berstatus sebagai Penyalur
BKC berupa MMEA, terdiri atas:
No Nama Penyalur NPPBKC Kep NPPBKC
1 Toko Bintang Indah 0803.5.2.0005 KEP-488/WBC.12/KPP.MP.03/2014
2 UD Tanpa Nama 0803.5.2.0006 KEP-696/WBC.12/KPP.MP.03/2014
3 UD Marina 0803.5.2.1009 KEP-428/WBC.12/KPP.MP.03/2015
4 PT Bintang Bali Indah (Cab Lombok) 0803.5.2.1020 KEP-1119/WBC.12/KPP.MP.03/2015
5 PT Panca Lombok Niaga 0803.5.2.1063 KEP-522/WBC.12/KPP.MP.03/2016
6 PT Marina Lombok Mandiri 0803.5.2.1077 KEP-861/WBC.12/KPP.MP.03/2015
7 PT Dejavu Berkah Lombok 0803.5.2.1079 KEP-1102/WBC.12/KPP.MP.03/2015
8 PT Vinshana Pancaniaga Perkasa 0803.5.2.1082 KEP-1368/WBC.12/KPP.MP.03/2015
Hal. 13 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


9 PT Artha Niaga Mandiri 0803.5.2.1083 KEP-1483/WBC.12/KPP.MP.03/2015
10 PT Sari Tirtha Mandiri 0803.5.2.1100 KEP-1600/WBC.12/KPP.MP.03/2016
11 UD Madju Perkasa 0803.5.2.1123 KEP-1472/WBC.12/KPP.MP.03/2017
12 PT Djembank Utama Jaya 0803.5.2.1125 KEP-1510/WBC.12.KPP.MP.03/2017
13 UD Ida Market 0803.5.2.1129 KEP-522/WBC.13/KPP.MP.03/2017
14 UD Tri Putri 0803.5.2.1131 KEP-574/WBC.13/KPP,MP.03/2017
Sebagaimana ketentuan yang berlaku, pengangkutan MMEA dari Penyalur ke tempat lain wajib
dilindungi dengan Dokumen Cukai berupa CK-6 serta wajib menyampaikan laporan pengangkutan
MMEA setiap bulan kepada Kepala Kantor yang mengawasi.
Tim memperoleh penjelasan dari Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis (Seksi
PKC-DT) mengenai pelaksanaan penyampaian dan penyelesaian CK-6 pada KPPBC TMP C Mataram,
secara ringkas sebagai berikut:
 Penyampaian CK-6 oleh Penyalur dilakukan secara elektronik melalui Portal Pengguna Jasa atau
secara manual dalam bentuk formulir CK-6;
 Secara elektronik, Penyalur yang sudah memiliki akses menginput data CK-6 pada SAC-S di
Portal Penguna Jasa. SAC-S akan memberikan penomoran CK-6 setelah data CK-6 divalidasi
oleh sistem;
 Secara manual, Penyalur mengisi data pengangkutan pada formulir CK-6 dalam rangkap 3 (tiga).
Pihak Penyalur sudah memiliki template formulir CK-6 yang dibutuhkan. Penyalur akan
menghubungi Seksi PKC-DT KPPBC TMC C Mataram untuk mendapatkan nomor dan tanggal
CK-6. Seksi PKC-DT memberikan nomor dan tanggal CK-6 berdasarkan Buku Penomoran CK-6
Manual Distributor MMEA. Lembar CK-6 untuk KPPBC TMP C Mataram baru diserahkan oleh
Penyalur saat menyampaikan rekapitulasi CK-6 secara bulanan.

Tim kemudian melakukan analisis atas kesesuaian dengan dokumen dan/atau data CK-6 yang tersedia
dan dikelola oleh KPPBC TMP C Mataram untuk periode 1 Januari 2016 s.d. 28 Maret 2018. Dokumen
dan/atau data CK-6 yang diperoleh di KPPBC TMP C Mataram adalah berupa data elektronik yang
bersumber dari SAC-S dan dokumen berupa formulir CK-6.
Berdasarkan analisis atas dokumen dan data CK-6 tersebut ditemukan kondisi sebagai berikut:
a. CK-6 berupa data elektronik yang bersumber dari SAC-S merupakan CK-6 dari 6 (enam)
penyalur, yakni:
1) UD Tanpa Nama;
2) PT Bintang Bali Indah;
3) PT Panca Lombok Niaga;
4) PT Marina Lombok Mandiri;
5) PT Dejavu Berkah Lombok; dan
6) UD Madju Perkasa.
b. CK-6 berupa formulir sesuai Buku Penomoran CK-6 Manual Distributor MMEA berasal dari 10
(sepuluh) penyalur, yakni:
1) PT Djembank Utama Jaya;
2) UD Tanpa Nama;
3) PT Bintang Bali Indah;
4) PT Panca Lombok Niaga;
5) PT Marina Lombok Mandiri;
6) PT Dejavu Berkah Lombok;
7) PT Vinshana Pancaniaga Perkasa;
8) PT Artha Niaga Mandiri;
9) PT Sari Tirtha Mandiri; dan
Hal. 14 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


10) UD Madju Perkasa
c. Kewajiban Laporan Pengangkutan Etil Alkohol MMEA yang telah disampaikan penyalur adalah
sebagai berikut:
Periode Pelaporan (bulan)
No Nama Penyalur
2016 2017 s.d Maret 2018
1 UD Tanpa Nama Maret s.d Desember Januari s.d Desember Januari s.d Maret
2 PT Bintang Bali Indah Januari s.d Desember Januari s.d Desember Januari s.d Maret
Januari s.d Maret
3 PT Panca Lombok Niaga Januari s.d Desember Januari s.d Maret
Mei s.d Desember
4 PT Marina Lombok Mandiri Januari s.d Desember Januari s.d Desember Januari s.d Maret
5 PT Dejavu Berkah Lombok Mei s.d Desember Januari s.d Desember Januari s.d Maret
6 UD Madju Perkasa - Oktober s.d Desember Januari s.d Maret
7 PT Djembank Utama Jaya - - Januari s.d Maret

d. Empat penyalur lain yang tidak pernah melaporkan CK-6 ke KPPBC TMP C Mataram adalah
sebagai berikut:
1) Toko Bintang Indah;
2) UD Marina;
3) UD Ida Market; dan
4) UD Tri Putri
Terhadap penyalur yang tidak pernah melaporkan CK-6 dan belum menyampaikan kewajiban laporan
pengangkutan etil alkohol MMEA belum dilakukan monitoring khusus untuk mengetahui kepastian tidak
adanya kegiatan distribusi MMEA oleh penyalur.

Kriteria:
a. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun
1995 tentang Cukai
Pasal 27 ayat (2)
Pengangkutan barang kena cukai tertentu, walaupun sudah dilunasi cukainya, harus dilindungi
dengan dokumen cukai
Pasal 27 ayat (4)
Setiap orang yang tidak memenuhi ketentuan tentang pengangkutan barang kena cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.04/2014 tentang Penimbunan, Pemasukan,
Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai.
Pasal 11 ayat (1)
Pengangkutan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya, dari penyalur ke tempat lain di
peredaran bebas, berupa minuman mengandung etil alcohol dengan kadar berapapun dalam
jumlah lebih dari 6 (enam) liter wajib dilindungi dengan dokumen Pelindung Pengangkutan Etil
Alkohol/Minuman Mengandung Etil Alkohol yang Sudah Dilunasi Cukainya di Peredaran Bebas (CK-
6).
Pasal 11 ayat (2) huruf b
Pengangkutan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya, dari tempat penjualan eceran ke
tempat lain di peredaran bebas, yang terdiri dari minuman mengandung etil alkohol dengan kadar
lebih dari 5% (lima perseratus) dalam jumlah lebih dari 6 (enam) liter, wajib dilindungi dengan
dokumen CK-6.

Hal. 15 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


Pasal 11 ayat (3)
Pengangkutan barang kena cukai sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) wajib dilaporkan
kepada Kepala Kantor yang mengawasi penyalur atau tempat penjualan eceran setiap bulan paling
lambat pada hari kesepuluh bulan berikutnya dengan menggunakan formulir laporan pengangkutan
etil alkohol/minuman yang mengandung etil alkohol yang sudah dilunasi cukainya di peredaran
bebas sesuai dengan contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkaan dari Peraturan Menteri ini
c. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-2/BC/2015 tentang Tata Cara Penimbunan,
Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai
Pasal 11 ayat (1)
Pengangkutan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya, dari penyalur ke tempat lain di
peredaran bebas, berupa minuman mengandung etil alcohol dengan kadar berapapun dalam
jumlah lebih dari 6 (enam) liter wajib dilindungi dengan dokumen Pelindung Pengangkutan Etil
Alkohol/Minuman Mengandung Etil Alkohol yang Sudah Dilunasi Cukainya di Peredaran Bebas (CK-
6).
Pasal 11 ayat (2) huruf b
Pengangkutan barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya, dari tempat penjualan eceran ke
tempat lain di peredaran bebas, yang terdiri dari minuman mengandung etil alkohol dengan kadar
lebih dari 5% (lima perseratus) dalam jumlah lebih dari 6 (enam) liter, wajib dilindungi dengan
dokumen CK-6.
Pasal 11 ayat (3)
Pengangkutan barang kena cukai sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) wajib dilaporkan
kepada Kepala Kantor yang mengawasi penyalur atau tempat penjualan eceran setiap bulan paling
lambat pada hari kesepuluh bulan berikutnya dengan menggunakan formulir laporan pengangkutan
etil alkohol/minuman yang mengandung etil alkohol yang sudah dilunasi cukainya di peredaran
bebas sesuai dengan contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 226/PMK.04/2014 tentang Penimbunan, Pemasukan, Pengeluaran, dan
Pengangkutan Barang Kena Cukai.

Sebab:
Kondisi tersebut disebabkan belum dilakukan monitoring secara periodik terhadap penyalur yang tidak
pernah melaporkan CK-6 dan belum menyampaikan kewajiban laporan pengangkutan etil alkohol
MMEA untuk mengetahui kepastian tidak adanya kegiatan distribusi MMEA oleh penyalur.

Akibat:
Kondisi tersebut mengakibatkan peredaran dan penjualan MMEA yang dilakukan oleh 4 (empat)
Penyalur tidak diketahui.

Rekomendasi:
Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar melakukan pemeriksaan lapangan untuk mengetahui ada tidaknya kegiatan usaha penyaluran
MMEA yang selama periode Tahun 2016 sampai dengan 31 Maret 2018 bagi Toko Bintang Indah dan
UD Marina dan selama periode sejak berlakunya NPPBKC sampai dengan 31 Maret 2018 bagi UD Ida
Market dan UD Tri Putri serta mengenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan yang
berlaku apabila berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan ditemukan pelanggaran ketentuan tentang
pengangkutan barang kena cukai.

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Hal. 16 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit

Rencana Tindak Lanjut KPPBC TMP C Mataram:


Uraian PIC/Owner Batas Waktu

6. Terhadap TPE MMEA yang belum memiliki NPPBKC tidak dapat dikenakan sanksi administrasi
berupa denda
Berdasarkan data Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) yang telah ditetapkan di
KPPBC TMP C Mataram diketahui ada 161 (seratus enam puluh satu) NPPBKC yang telah terdaftar
dan berlaku di wilayah pelayanan dan pengawasan KPPBC TMP C Mataram, yang terdiri dari:
a. 14 (empat belas) NPPBKC dengan jenis usaha Penyalur MMEA;
b. 104 (seratus empat) NPPBKC dengan jenis usaha Tempat Penjualan Eceran (TPE) MMEA; dan
c. 43 (empat puluh tiga) NPPBKC dengan jenis usaha Pabrik Hasil Tembakau.
Selain itu terdapat 14 (empat belas) surat keputusan pencabutan NPPBKC pada tahun 2016 dan 2017,
yang terdiri dari:
a. 11 (sebelas) Surat Keputusan Pencabutan NPPBKC Sebagai Pengusaha Tempat Penjualan
Eceran MMEA pada tahun 2017;
b. Satu Surat Keputusan Pencabutaan NPPBKC Sebagai Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau pada
tahun 2017; dan
c. Dua Surat Keputusan Pencabutaan NPPBKC Sebagai Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau pada
tahun 2016.
Data NPPBKC yang berlaku dan NPPBKC yang telah dicabut pada KPPBC TMP C Mataram terlampir
(Lampiran IVa, IVb, IVc, IVe)

Terhadap data NPPBKC tersebut, Tim Itjen melakukan sampel pengujian kesesuaian NPPBKC dengan
jenis usaha TPE MMEA dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang cukai.
Pengujian dilakukan dengan cara melakukan pengamatan TPE yang berlokasi di daerah Gili
Trawangan, Kabupaten Lombok Utara. Pemilihan Gili Trawangan sebagai lokasi pengamatan
dilatarbelakangi daerah tersebut merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan
mancanegara yang membutuhkan MMEA sebagai bagian dari konsumsi. Menurut data NPPBKC,
terdapat 27 (dua puluh tujuh) TPE MMEA yang berlokasi di Gili Trawangan (Lampiran IVd). Hasil
pengamatan tim di lokasi, terdapat kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima) outlet yang menjual
MMEA Golongan A, B, dan C. Outlet – outlet tersebut bervariasi berupa hotel/penginapan,
restaurant/café, dan toko/warung.

Selain dari hasil pengamatan, Tim Itjen juga melakukan pemeriksaan atas data laporan CK-6 yang
bersumber dari SAC-S. Data laporan CK-6 menunjukkan adanya distribusi (penjualan) MMEA oleh
penyalur ke tempat penjualan eceran dan perorangan, yang menggunakan identitas berupa KTP atau
NPWP. Data CK-6 juga menunjukkan adanya distribusi MMEA ke tempat penjualan eceran dengan
NPPBKC yang sudah tidak berlaku.

Atas hasil pengamatan dan data laporan CK-6 tersebut, Tim Itjen melakukan diskusi dengan Pejabat
KPPBC TMP C Mataram terkait kondisi perbedaan jumlah TPE dibandingkan dengan NPPBKC TPE
yang teregistrasi, dan diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Dalam wilayah KPPBC TMP C Mataram masih ditemukan tempat penjualan eceran MMEA yang
belum memiliki NPPBKC;

Hal. 17 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


b. Penelitian sementara pada awal tahun 2018 yang pernah dilakukan oleh KPPBC TMP C Mataram
terkait lokasi penjualan eceran MMEA mendata ada sebanyak 205 (dua ratus lima) outlet
penjualan MMEA di Gili Trawangan, yang diindikasikan tidak memiliki NPPBKC dan belum
mengajukan permohonan untuk memperoleh NPPBKC;
c. Tempat penjualan eceran tersebut tidak memiliki NPPBKC dan belum mengajukan permohonan
untuk memperoleh NPPBKC dilatarbelakangi masalah pemenuhan izin tempat penjualan
minuman beralkohol izin usaha perdagangan minuman beralkohol dari Pemerintah Daerah
setempat serta ketidakpahaman atas ketentuan NPPBKC bagi TPE MMEA;
d. Terhadap tempat penjualan eceran yang NPPBKC-nya sudah tidak berlaku, TPE tidak dapat
mengurus perpanjangan NPPBKC karena tidak terpenuhinya aturan izin tempat usaha dan izin
usaha perdagangan minuman beralkohol telah lebih dahulu daluwarsa dan tidak diberikan
perpanjangan izin oleh Pemerintah Daerah setempat.
e. Sanksi administrasi berupa denda cukai terhadap tempat penjualan eceran MMEA yang tidak
memiliki NPPBKC belum dapat dilakukan secara menyeluruh karena memperhitungkan analisis
risiko ketidaktertagihan;
f. Dalam rangka pengawasan dan upaya preventif, tempat penjualan eceran tersebut hanya
diperbolehkan mendapatkan pasokan MMEA dari penyalur yang terdaftar di KPPBC TMP C
Mataram dan pihak penyalur wajib menyampaikan CK-6 dengan mencantumkan identitas berupa
KTP dan NPWP dari pengusaha tempat penjualan eceran dimaksud.

Untuk memperoleh pemahaman terhadap kondisi tersebut, Tim Itjen melakukan penelaahan atas
ketentuan Pemerintah Daerah setempat terkait pengawasan, pengendalian peredaran dan penjualan
minuman beralkohol. Tim mendapatkan 3 (tiga) Peraturan Daerah (Perda) dari masing-masing situs
resmi Pemerintah Daerah yang berlaku di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten
Lombok Utara, dengan ringkasan pengaturan antara lain sebagai berikut:

Peraturan Daerah Kota Mataram Perda Kabupaten Lombok Barat Perda Kabupaten Lombok Utara
Nomor 2 Tahun 2015 Nomor 1 Tahun 2015 Nomor 6 Tahun 2010
Peraturan Walikota Mataram Peraturan Bupati Lombok Utara
Nomor 18 Tahun 2015 Nomor 19 Tahun 2010
Beberapa pokok pengaturan: Beberapa pokok pengaturan Beberapa pokok pengaturan:
a) Setiap perusahaan yang a) Penjual minuman beralkohol a) Setiap perusahaan yang
melakukan kegiatan peredaran, terdiri dari: melakukan kegiatan
perdagangan dan/atau penjualan  Penjual langsung adalah yang pengadaan, pengedaran
minuman beralkohol wajib melakukan penjualan dan/atau penjualan minuman
memilik izin, yang meliputi: minuman beralkohol kepada beralkohol wajib memiliki ITP-
 Untuk lokasi yang konsumen akhir untuk MB
dimohonkan sebagai tempat diminum langsung di tempat b) Klasifikasi ITP-MB terdiri dari:
penjualan minuman yang telah ditentukan;  Gol. A: Hotel & Restoran
beralkohol, mengajukan Surat  Pengecer minuman  Gol. B: Diskotik, Pub, Bar
Izin Tempat Usaha Minuman beralkohol adalah yang dan Karaoke
Beralkohol (SITU-MB); melakukan penjualan  Gol. C: Klab Malam
 Untuk pengecer dan penjual minuman beralkohol kepada c) ITP-MB berlaku 3 (tiga) tahun
langsung minuman beralkohol konsumen akhir dalam bentuk dan harus mendaftar ulang
golongan B dan C kemasan di tempat yang telah setiap tahun;
mengajukan Surat Izin Usaha ditentukan. d) Kegiatan pengadaan,
Perdagangan Minuman b) Penjualan langsung hanya pengedaran dan/atau
Beralkohol (SIUP-MB); diizinkan menjual minuman penjualan minuman beralkohol
 Untuk pengecer minuman beralkohol golongan A, golongan Golongan B dan/atau C wajib
beralkohol golongan A B, dan/atau golongan C di tempat memiliki Surat Izin Usaha
mengajukan Surat tertentu, yaitu hotel berbintang; Perdagangan Minuman
Keterangan Pengecer bar termasuk pub dan klab Beralkohol (SIUP-MB);
Hal. 18 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


Golongan A (SKP-A); malam, diskotek dan karaoke e) SIUP-MB berlaku 3 (tiga) tahun
 Untuk penjual langsung dewasa; dan restoran dengan dan dapat diperpanjang;
minuman beralkohol Tanda Talam Kencana dan Talam f) Permohonan SIUP-MB baru
golongan A mengajukan Selaka dan hanya boleh menjual mensyaratkan ITP-MB;
Surat Keterangan Penjual minuman beralkohol golongan A, g) Perpanjangan SIUP-MB
Langsung Golongan A B, dan/atau C untuk langsung melampirkan NPPBKC.
(SKPL-A) diminum di tempat wisata yang
b) Yang dimaksud dengan Pengecer memenuhi persyaratan sesuai
Minuman Beralkohol, adalah peraturan perundang-undangan di
yang melakukan penjualan bidang Kepariwisataan.
minuman beralkohol kepada c) Pengecer minuman beralkohol
konsumen akhir dalam bentuk hanya diizinkan menjual minuman
kemasan di tempat yang beralkohol golongan A, B,
ditentukan; dan/atau C secara eceran dalam
c) Yang dimaksud Penjual kemasan di tempat tertentu
Langsung Minuman Beralkohol, sebagaimana dimaksud dalam
adalah yang menjual minuman huruf b);
beralkohol kepada konsumen d) Bupati dapat menetapkan tempat
akhir untuk diminum langsung di lainnya bagi Penjualan Langsung
tempat yang telah ditentukan untuk diminum dan Pengecer
d) Salah satu persyaratan untuk menjual minuman
pengajuan SIUP-MB baru beralkohol golongan B dalam
melampirkan SITU-MB; kemasan yang mengandung
e) Salah satu persyaratan rempah-rempah, jamu, dan
perpanjangan SIUP-MB adalah sejenisnya dengan kadar ethanol
melampirkan foto copy NPPBKC paling banyak 15% sesuai dengan
f) Minuman Beralkohol golongan A, kondisi daerah;
golongan B dan golongan C, e) Penjualan langsung minuman
hanya dapat dijual di tempat- beralkohol golongan B dan C
tempat tertentu sesuai peraturan wajib memiliki SIUP-MB;
perundang-undangan di bidang f) Salah satu persyaratan
kepariwisataan: permohonan SIUP-MB adalah
 Hotel dengan golongan kelas dilengkapi dengan ITP-MB;
bintang 3, bintang 4 dan g) Salah satu persyaratan
bintang 5 perpanjangan SIUP-MB oleh
 Restoran dengan Penjual Langsung (Hotel
penggolongan bintang 3 dan Berbintang, Restoran, Bar
restoran yang menjadi termasuk Pub dan Klab Malam,
fasilitas penunjang hotel dan Karaoke Dewasa) harus
termaksud dilengkapi NPPBKC;
 Bar/rumah minum yang h) Setiap badan usaha yang
menjadi fasilitas penunjang melakukan kegiatan usaha
hotel termaksud; penjualan minuman beralkohol
 Hiburan malam seperti klab golongan A, B dan golongan C
malam, diskotek dan pub wajib memiliki Izin Tempat
g) Minuman beralkohol hanya dapat Penjualan Minuman Beralkohol
dijual secara eceran oleh (ITP-MB) dari Bupati atau Pejabat
pengecer pada: yang ditunjuk.
 Toko Bebas Bea; dan i) Salah satu persyaratan
 Tempat tertentu lainnya yang perpanjangan ITP-MB adalah
ditetapkan Walikota. dilengkapi dengan NPPBKC;
h) Perusahaan yang melanggar j) SIUP-MB dan ITP-MB berlaku
ketentuan perizinan dikenai sejak diterbitkan keputusan
sanksi administrasi berupa dengan jangka waktu 3 (tiga)
peringatan tertulis, berupa tahun dan dapat diperpanjang;
teguran yang tidak menghentikan k) Pengusaha yang melanggar
dan meniadakan hak berusaha ketentuan sebagaimana dimaksud
perusahaan dalam Pasal 17, Pasal …dst,

Hal. 19 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


dikenakan sanksi administrative
berupa:
 peringatan tertulis;
 penutupan sementara usaha;
 penutupan usaha; dan
 pencabutan izin usaha.

Berdasarkan uraian permasalahan tempat penjualan eceran MMEA di wilayah KPPBC TMP C Mataram
dan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang cukai serta pengaturan Pemerintah
Daerah terkait pengawasan, pengendalian peredaran dan penjualan minuman beralkohol, terdapat
beberapa hal yang sepatutnya dipertimbangkan:
a. Bahwa BKC yang ada di tempat penjualan eceran MMEA idealnya merupakan BKC yang telah
dilunasi cukainya, dimana kewajiban cukai terutangnya telah diselesaikan pada tingkat
Pengusaha Pabrik MMEA dan/atau Importir MMEA;
b. Izin usaha perdagangan yang dipersyaratkan dalam perolehan NPPBKC sepenuhnya merupakan
kewenangan otonomi Pemerintah Daerah dengan masa berlaku paling lama 3 (tahun) dan dapat
diperpanjang. Ketentuan tentang NPPBKC mengatur masa berlaku selama 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang. Perbedaan masa berlaku tersebut berpotensi menimbulkan benturan
kewenangan pengaturan pada saat salah satu izin telah daluwarsa dan tidak dapat diperpanjang
kembali;
c. Pemerintah daerah juga mensyaratkan pemenuhan izin terkait lokasi yang digunakan sebagai
tempat penjualan eceran oleh pelaku usaha untuk dapat mengajukan permohonan izin usaha
perdagangan;
d. Permohonan baru (awal) izin usaha perdagangan minuman beralkohol oleh Pemerintah Daerah
tidak mensyaratkan adanya NPPBKC, sehingga dapat diartikan pengusaha dapat melakukan
penjualan eceran MMEA setelah memperoleh izin usaha perdagangan tanpa harus memiliki
NPPBKC.

Kriteria:
a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007
Pasal 14 ayat (1) huruf e
Setiap orang yang akan menjalankan kegiatan sebagai pengusaha tempat penjualan eceran wajib
memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai dari Menteri
Pasal 14 ayat (1a)
Kewajiban memiliki izin untuk menjalankan kegiatan sebagai penyalur atau pengusaha tempat
penjualan eceran berlaku untuk etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol
Pasal 14 ayat (7)
Setiap orang yang menjalankan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tanpa memiliki izin
dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp200.000.000,00
Pasal 14 ayat (8)
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah

b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2008 tentang Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
Pasal 2 ayat (1) huruf e
Setiap orang yang menjalankan kegiatan sebagai Pengusaha Tempat Penjualan Eceran wajib
memiliki NPPBKC
Hal. 20 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


Pasal 2 ayat (2)
Kewajiban memiliki NPPBKC untuk menjalankan kegiatan sebagai Penyalur atau Pengusaha Tempat
Penjualan Eceran hanya berlaku untuk Penyalur atau Pengusaha Tempat Penjualan Eceran barang
kena cukai berupa etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol.
Pasal 3 ayat (5)
Dikecualikan dari kewajiban untuk memiliki NPPBKC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
diberikan kepada Pengusaha Tempat Penjualan Eceran minuman mengandung etil alkohol dengan
kadar paling tinggi 5%
Pasal 8 ayat (2)
NPPBKC untuk Penyalur atau Pengusaha Tempat Penjualan Eceran berlaku selama 5 (lima) tahun
sejak diterbitkannya keputusan pemberian NPPBKC dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
yang sama.
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian NPPBKC, pembekuan NPPBKC, pencabutan
NPPBKC, dan pemusnahan barang kena cukai sehubungan pencabutan NPPBKC, diatur dengan
Peraturan Menteri.

c. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman
Beralkohol
Pasal 4 ayat (4)
Minuman Beralkohol hanya dapat diperdagangkan oleh pelaku usaha yang telah memiliki izin
memperdagangkan Minuman Beralkohol sesuai dengan penggolongannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 ayat (1) dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan.
Pasal 7 ayat (1)
Minuman Beralkohol golongan A, golongan B, dan golongan C hanya dapat dijual di:
a. hotel, bar, dan restoran yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan di
bidang kepariwisataan;
b. toko bebas bea; dan
c. tempat tertentu selain huruf a dan b yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pemberian, Pembekuan,
dan Pencabutan NPPBKC Untuk Pengusaha Pabrik, Importir, Penyalur dan Pengusaha Tempat
Penjualan Eceran MMEA
Pasal 2 ayat (1)
Setiap orang yang akan menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik, importir, penyalur, atau
pengusaha TPE wajib memiliki NPPBKC.
Pasal 2 ayat (2) huruf c
Dikecualikan dari kewajiban untuk memiliki NPPBKC sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada pengusaha TPE dengan kadar MMEA paling tinggi 5% (lima persen)
Pasal 3 ayat (1)
Sebelum mengajukan permohonan memiliki NPPBKC, pengusaha pabrik, importir, penyalur, atau
pengusaha TPE terlebih dahulu harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada kepala
kantor yang mengawasi untuk dilakukan pemeriksaan lokasi, bangunan, atau tempat usaha.
Pasal 3 ayat (2)

Hal. 21 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


Permohonan pemeriksaan lokasi, bangunan, atau tempat usaha, paling sedikit harus dilampiri
dengan:
a. salinan/fotokopi SIUP-MB;
b. salinan/fotokopi izin usaha industri atau tanda daftar industri, kecuali untuk penyalur dan
pengusaha TPE;
c. gambar denah lokasi, bangunan, atau tempat usaha;
d. salinan/fotokopi izin yang diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat berdasarkan undang-
undang mengenai gangguan.
Pasal 4
Setelah dilakukan pemeriksaan lokasi, bangunan, atau tempat usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, pengusaha pabrik, importir, penyalur, atau pengusaha TPE harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Menteri Keuangan u.p. kepala kantor yang mengawasi sesuai
contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 5 ayat (4)
Pengusaha TPE yang mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus
memiliki:
a. IMB dari pemerintah daerah setempat;
b. izin yang diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat berdasarkan undang-undang mengenai
gangguan;
c. izin usaha perdagangan dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
perdagangan;
d. izin atau rekomendasi dari instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang tenaga kerja;
e. Nomor Pokok Wajib Pajak;
f. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian Republik Indonesia, apabila pemohon
merupakan orang pribadi;
g. kartu tanda pengenal diri, apabila pemohon merupakan orang pribadi; dan
h. akta pendirian usaha, apabila pemohon merupakan badan hukum.
Pasal 5 ayat (5)
Dalam hal pengusaha pabrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyalur sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), atau pengusaha TPE sebagaimana dimaksud pada ayat (4), bukan
pemilik bangunan, selain harus melampirkan IMB juga harus disertai dengan surat perjanjian
sewa-menyewa yang disahkan notaris untuk jangka waktu paling singkat 5 (lima) tahun.
Pasal 9 ayat (2)
NPPBKC untuk penyalur atau pengusaha TPE MMEA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

e. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32/M-DAG/PER/5/2016 tentang Perubahan Ketiga Atas


Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol
Pasal 14 ayat (1)
Penjualan Minuman Beralkohol untuk diminum langsung di tempat hanya dapat dijual di:
a. hotel, bar, dan restoran yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan di
bidang kepariwisataan;
b. tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
Pasal 14 ayat (2)

Hal. 22 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


Penjualan Minuman Beralkohol secara eceran hanya dapat dijual oleh pengecer, pada:
a. Toko Bebas Bea; dan
b. tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Pasal 14 ayat (3)
Selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Minuman Beralkohol Golongan A juga dapat dijual di
supermarket dan hypermarket.
Pasal 18 ayat (1)
Setiap Perusahaan yang bertindak sebagai IT-MB, Distributor, Sub Distributor, Pengecer, atau
Penjual Langsung yang memperdagangkan Minuman Beralkohol golongan B dan golongan C
wajib memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP-MB)
Pasal 18 ayat (3)
Pengecer yang hanya menjual Minuman Beralkohol golongan A wajib memiliki Surat Keterangan
Pengecer Minuman Beralkohol golongan A (SKP-A)
Pasal 18 ayat (4)
Penjual Langsung yang hanya menjual Minuman Beralkohol golongan A wajib memiliki Surat
Keterangan Penjual Langsung Minuman Beralkohol golongan A (SKPL-A)
Pasal 19 ayat (1) huruf d
SIUP-MB untuk Pengecer dan Penjual Langsung berlaku untuk setiap satu gerai atau outlet
Pasal 19 ayat (2)
SKP-A atau SKPL-A berlaku untuk setiap satu gerai atau outlet
Pasal 24
SIUP-MB, SKP-A dan SKPL-A berlaku sesuai dengan surat penunjukan dengan jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang

Sebab:
Kondisi tersebut disebabkan:
a. Persyaratan izin usaha perdagangan dalam rangka permohonan izin NPPBKC untuk pengusaha
tempat penjualan eceran MMEA yang diatur saat ini mempunyai implikasi benturan kewenangan
dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat terkait peredaran dan penjualan minuman
beralkohol; dan
b. Ketidaktahuan pengusaha tempat penjualan eceran terkait kewajiban memiliki NPPBKC

Akibat:
Kondisi tersebut berpotensi mengakibatkan risiko ketidakpastian hukum dalam upaya mengenakan
sanksi administrasi berupa denda terhadap pengusaha tempat penjualan eceran MMEA yang belum
memiliki NPPBKC secara menyeluruh.

Rekomendasi:
Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar:
a. Menugaskan Seksi terkait untuk melakukan penelitian dan pendataan secara komprehensif terhadap
tempat penjualan eceran dalam wilayah KPPBC TMP C Mataram yang belum memiliki NPPBKC
serta mengidentifikasi kendala pemenuhan izin NPPBKC;
b. Melaksanakan sosialisasi kepada para pelaku usaha peredaran dan penjualan MMEA di wilayah
KPPBC TMP C Mataram tentang ketentuan perundang-undangan di bidang cukai khususnya terkait
perizinan NPPBKC dan kewajiban yang timbul bagi pemilik NPPBKC;
c. Membuat analisis risiko atas upaya pengenaan sanksi administrasi berupa denda terhadap tempat
Hal. 23 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


penjualan eceran yang belum memiliki NPPBKC dan menyampaikan hasil analisis tersebut kepada
Kepala Kanwil DJBC Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dan/atau Direktur Teknis
dan Fasilitas Cukai DJBC untuk dimintakan pendapat serta melaksanakan pengenaan sanksi
administrasi berupa denda terhadap pengusaha tempat penjualan eceran MMEA yang belum
memiliki NPPBKC sesuai hasil analisis dimaksud;
d. Menyampaikan kondisi dan permasalahan terkait tempat penjualan eceran MMEA serta
mengusulkan perlunya kajian atas persyaratan izin NPPBKC bagi pengusaha tempat penjualan
eceran MMEA kepada Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai DJBC

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Rencana Tindak Lanjut KPPBC TMP C Mataram:


Uraian PIC/Owner Batas Waktu

7. Terdapat Informasi Peredaran MMEA Golongan A Yang Ditujukan Untuk Kawasan Bebas Dengan
Menggunakan Dokumen CK-6
Berdasarkan data CK-6 yang bersumber dari SAC-S ditemukan informasi MMEA Golongan A dalam
kemasan yang mencantumkan tulisan Kawasan Bebas. CK-6 tersebut diberitahukan penyalur atas
nama UD Tanpa Nama dengan tujuan tempat penjualan eceran, dengan rincian sebagai berikut:

Dokumen Pengangkut (CK-6) Tempat Tujuan


Jml Jns Nama Jns
Nomor Tanggal Jenis Barang Satuan No Identitas Alamat
Barang Pengguna Pengguna Identitas
Premium Whisky
Cola Black Jack
Pengusaha 3172010408 Gili
015492 10/09/2017 (Kawasan Bebas) 16,5 liter Gili Mart KTP
TPE 810012 Trawangan
@275 ml,
Kadar 4.8%
Premium Whisky
Cola Black Jack
Pengusaha 3172010408 Gili
015840 19/09/2017 (Kawasan Bebas) 6,6 liter Gili Mart KTP
TPE 810012 Trawangan
@275 ml,
Kadar 4.8%
Premium Whisky
Dsn Gili
Cola Black Jack
Pengusaha Bintang 16.624.426. Trawangan,
016548 04/10/2017 (Kawasan Bebas) 29,7 liter NPWP
TPE Prima 9-915.000 Gili Indah -
@275 ml,
Pemenang
Kadar 4.8%
Premium Whisky Madati
Cola Black Jack Shop
Pengusaha 5208055010 Gili
016574 04/10/2017 (Kawasan Bebas) 33 liter (Kadawati KTP
TPE 740002 Trawangan
@275 ml, Madati
Kadar 4.8% Kadri )
Premium Whisky
Cola Black Jack
Pengusaha 3172010408 Gili
016584 04/10/2017 (Kawasan Bebas) 42,9 liter Gili Mart KTP
TPE 810012 Trawangan
@275 ml,
Kadar 4.8%
Premium Whisky Dsn Gili
Cola Black Jack Trawangan,
Pengusaha Bintang 16.624.426.
017088 16/10/2017 (Kawasan Bebas) 16,5 liter NPWP Gili
TPE Prima 9-915.000
@275 ml, Indah -
Kadar 4.8% Pemenang
Mix Max Vodka Pengusaha Bintang 16.624.426. Dsn Gili
017088 16/10/2017 16,5 liter NPWP
Exotic Blue TPE Prima 9-915.000 Trawangan,

Hal. 24 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


(Kawasan Bebas) Gili
@275 ml, Indah -
Kadar 4.8% Pemenang
Premium Whisky Jalan Raya
Cola Black Jack UD Senggigi
Pengusaha 2661184729
017094 16/10/2017 (Kawasan Bebas) 3,3 liter Waroeng NPWP Batu Layar
TPE 06000
@275 ml, Bonita Lombok
Kadar 4.8% Barat
Premium Whisky
Cola Black Jack
Pengusaha 3172010408 Gili
017098 16/10/2017 (Kawasan Bebas) 16,5 liter Gili Mart KTP
TPE 810012 Trawangan
@275 ml,
Kadar 4.8%
Premium Whisky Jl. Pejanggik
Cola Black Jack Toko No. 66,
Pengusaha
017770 31/10/2017 (Kawasan Bebas) 23,1 liter Prana NPPBKC 803421034 Pajang
TPE
@275 ml, Jaya Barat,
Kadar 4.8% Mataram
Premium Whisky Jalan Raya
Cola Black Jack UD Senggigi
Pengusaha 2661184729
017792 31/10/2017 (Kawasan Bebas) 3,3 liter Waroeng NPWP Batu Layar
TPE 06000
@275 ml, Bonita Lombok
Kadar 4.8% Barat
Premium Whisky Dsn Gili
Cola Black Jack Trawangan,
Pengusaha Bintang 16.624.426.
017953 04/11/2017 (Kawasan Bebas) 49,5 liter NPWP Gili
TPE Prima 9-915.000
@275 ml, Indah -
Kadar 4.8% Pemenang
Premium Whisky
Cola Black Jack
Pengusaha 3172010408 Gili
021088 02/01/2018 (Kawasan Bebas) 16,5 liter Gili Mart KTP
TPE 810012 Trawangan
@275 ml,
Kadar 4.8%
Premium Whisky
Cola Black Jack
Pengusaha 3172010408 Gili
022071 24/01/2018 (Kawasan Bebas) 9,9 liter Gili Mart KTP
TPE 810012 Trawangan
@275 ml,
Kadar 4.8%
Berdasarkan informasi CK-6 tersebut dapat diketahui bahwa UD Tanpa Nama mendistribusikan kepada
4 (empat) TPE, yang mana satu TPE atas nama Toko Prana Jaya telah ditetapkan pencabutan
NPPBKC-nya dengan Surat Keputusan Pencabutan NPPBKC Sebagai Pengusaha Tempat Penjualan
Eceran Nomor: KEP-620/WBC.13/KPP.MP.03/2017 tanggal 31 Desember 2017. Sementara 3 (tiga)
TPE lainnya belum memiliki NPPBKC.

Tim melakukan penelusuran melalui internet dengan menggunakan mesin pencari situs Google.co.id
untuk memperoleh informasi produsen Premium Whisky Cola Black Jack. Berdasarkan hasil pencarian
Google.co.id, Premium Whisky Cola Black Jack diproduksi oleh PT Perindustrian Bapak Djenggot di
Tangerang.

Kriteria:
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.04/2012 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.04/2017 tentang Tata Laksana Pemasukan dan
Pengeluaran Barang Ke dan Dari Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Pembebasan Cukai
Pasal 103 ayat (1)
Terhadap barang kena cukai dari Pabrik di tempat lain dalam Daerah Pabean yang dimasukkan ke
Kawasan Bebas, dapat diberikan pembebasan cukai.
Pasal 106 ayat (2)
Terhadap barang kena cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan tulisan
“Khusus Kawasan Bebas” disertai dengan penyebutan wilayah Kawasan bebas tempat peredaran
barang kena cukai berdasarkan Surat Keputusan Badan Pengusahaan Kawasan pada kemasan
Hal. 25 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


penjualan ecerannya menggunakan format sesuai dengan contoh tercantum dalam Lampiran VIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 108
Barang Kena Cukai untuk kebutuhan konsumsi penduduk di Kawasan Bebas tidak dapat dikeluarkan
dari Kawasan Bebas
Pasal 112
Dalam hal ditemukan peredaran barang kena cukai dengan tulisan “Khusus Kawasan Bebas” di luar
Kawasan Bebas, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusaha yang telah mendapatkan izin usaha dari Badan Pengusahaan Kawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 102 ayat (2) dan Pengusaha Pabrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103
ayat (2) dan Pasal 104 ayat (2) bertanggungjawab atas pelanggaran tersebut;
b. Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai (d/h Direktur Cukai) atas nama Direktur Jenderal menyampaikan
permintaan kepada Badan Pengusahaan Kawasan untuk melakukan pencabutan terhadap
keputusan mengenai penetapan jumlah dan jenis barang kena cukai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 102 ayat (5), Pasal 103 ayat (4), dan Pasal 104 ayat (3);
c. Dalam hal pencabutan terhadap keputusan penetapan jumlah dan jenis barang kena cukai
sebagaimana tersebut pada huruf b belum ditetapkan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tidak
melayani pengeluaran barang kena cukai dari Pabrik yang bersangkutan ke Kawasan Bebas.

Sebab:
Kondisi tersebut disebabkan KPPBC TMP C Mataram belum melakukan monitoring dan analisis baik
secara berkala dan/atau sewaktu-waktu terhadap dokumen cukai yang disampaikan oleh Pengusaha
BKC.

Akibat:
Akibatnya terdapat peredaran MMEA yang tidak seharusnya pada tempat/kawasan yang telah
ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Rekomendasi:
Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar melakukan pemeriksaan terhadap UD Tanpa Nama terkait laporan CK-6 yang di dalamnya
terdapat informasi MMEA Golongan A dengan tulisan Kawasan Bebas. Apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, maka dilakukan penindakan sesuai ketentuan
perundang-undangan di bidang Cukai,

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Rencana Tindak Lanjut KPPBC TMP C Mataram:


Uraian PIC/Owner Batas Waktu

8. Terdapat 10 Transaksi Ekspor yang Belum Selesai Rekonsiliasi antara PEB dengan Outward
Manifest (BC 1.1)
Berdasarkan pemeriksaan terhadap kegiatan ekspor pada KPPBC TMP C Mataram diketahui hal-hal
sebagai berikut:

Hal. 26 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


1. Kegiatan ekspor pada KPPBC TMP C Mataram selama tahun 2017 tercatat sebanyak 62 transaksi.
Diketahui bahwa 56 transaksi dengan nilai devisa sebesar USD 297.777 telah berstatus respon
NPE, sedangkan 6 transaksi lainnya berstatus PEB Batal.
2. KPPBC TMP C Mataram melakukan proses rekonsiliasi antara PEB dan BC 1.1 menggunakan
sistem/CEISA Eksport. Namun berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut, terdapat 10 transaksi yang
tidak berhasil direkonsiliasi secara sistem, dengan rincian data sebagai berikut:
NO. PEB TGL PEB NPWP NAMA PERUSAHAAN URAIAN BARANG
000003 10/01/2017 806539128915000 SAKEENA LOBSTER/PANULIRUS SP
000004 11/01/2017 641754742915000 BINTANG PASIR FISH
000004 11/01/2017 641754742915000 BINTANG PASIR INVERTEBRATA
000004 11/01/2017 641754742915000 BINTANG PASIR CRUSTACEAN
000004 11/01/2017 641754742915000 BINTANG PASIR MOLLUSCA
000012 04/04/2017 013969654911001 PT BIMA SAKTI INDUK TIRAM MUTIARA
MUTIARA DALAM KEADAAN HIDUP
000014 18/04/2017 08.422.366.8-911.000 - KALUNG MUTIARA
000014 18/04/2017 08.422.366.8-911.000 - BOX/ LOOSE MUTIARA
000015 22/04/2017 312448459911000 LOMBOK INSTITUTE LIBERTY XL-2 VANGUARD
OF FLIGHT EDITITION AIRCRAFTWITH
TECHNOLOGY EFIS GARMIN 430
VHF/VOR/GPS
000025 10/07/2017 021784400915000 BIBIT UNGGUL L. SHRIMP VANNAMEI
BROODSTOCK
000027 24/08/2017 021784400915000 BIBIT UNGGUL L VANNAMEI BROODSTOCK
000035 12/10/2017 013969654911001 PT BIMA SAKTI INDUK KERANG MUTIARA
MUTIARA DALAM KEADAAN HIDUP
000062 30/12/2017 027206440911000 PT. GINTA CANTALOUPE MELON
JASMININDO
LOGISTICS

Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Pejabat Bea dan Cukai KPPBC TMP C Mataram,
ketidakberhasilan rekonsiliasi secara sistem dapat dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya ekspor
melalui barang bawaan penumpang.

Kriteria
Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: PER-32/BC/2014
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: PER-
29/BC/2016 tentang Tata Laksana Kepabeanan di Bidang Ekspor
Pasal 34 ayat (1) : “Terhadap PEB yang telah disampaikan ke Kantor Pabean pemuatan dilakukan
rekonsiliasi dengan outward manifest yang telah didaftarkan ke kantor pabean pemuatan.
Pasal 34 ayat (2) : “Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mencocokkan
beberapa elemen data, yaitu:
a. Nomor dan tanggal PEB; dan
b. Nomor dan jumlah kemasan dalam hal tidak digunakan peti kemas.
Pasal 34 ayat (4) : “Pada Kantor Pabean pemuatan yang dalam sistem pelayanan kepabeanannya
menggunakan sistem PDE kepabeanan atau media penyimpanan data elektronik untuk pelayanan
ekspor dan manifest, kegiatan rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan
oleh pejabat bea dan cukai yang menangani manifest dengan menggunakan sistem komputer

Hal. 27 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


pelayanan.
Pasal 34 ayat (6) : “ dalam hal rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) terdapat
elemen data yang tidak cocok, pejabat bea dan cukai yang menangani manifest melakukan penelitian
lebih lanjut.

Sebab:
Kondisi tersebut disebabkan kekurangcermatan petugas dalam melaksanakan rekonsiliasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Akibat:
Akibatnya terdapat PEB yang belum dapat diyakininya penyelesaian kegiatan ekspornya.

Rekomendasi:
Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar:
a. Menginstrusikan kepada kepala seksi yang membawahi pejabat yang menangani manifes untuk
melakukan pengawasan melekat.
b. Menugaskan seksi terkait melakukan penelitian guna memastikan bahwa kegiatan ekspor telah
selesai.

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Rencana Tindak Lanjut KPPBC TMP C Mataram:


Uraian PIC/Owner Batas Waktu

9. Perizinan Senjata Api Dinas pada KPPBC TMP C Mataram belum diperbarui
Berdasarkan data Laporan Persenjataan di Lingkungan KPPBC TMP C Mataram bulan Februari 2018,
diketahui bahwa KPPBC TMP C Mataram belum melakukan perbaruan Izin Penguasaan Pinjam Pakai
dan Izin Penggunaan Senjata Api atas 12 senjata api, 10 buah jenis Pistol P3A Kaliber 7.65mm dan 2
buah jenis SBC1 Kaliber 222, dengan rincian sebagai berikut:
JENIS KALIBER SENJATA BERLAKU KONDISI JUMLAH
NO
JENIS KALIBER NO. SENJATA NO. BUKU PAS S/D BAIK RUSAK AMUNISI

BPSA/NTB-189- Tajam :
Senjata Api Bahu AH.CZ.00851 16-08-2017 √
a/VIII/2012 500 Butir
1 SBC1 Kaliber 222
(5.56mm) BPSA/NTB-190- Karet :
AH.CZ.00852 16-08-2017 √
a/VIII/2012 80 Butir

BPSA/NTB-179-
AG.Q.002572 16-08-2017 √
Senjata Api a/VIII/2012
Genggam Pistol
2 BPSA/NTB-180-
(P-3A) Kaliber AG.Q.002573 16-08-2017 √ Tajam :
7.65mm a/VIII/2012
BPSA/NTB-181-
AG.Q.002574 16-08-2017 √ 300 butir
a/VIII/2012

Hal. 28 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


BPSA/NTB-183-
AG.Q.002575 16-08-2017 √
a/VIII/2012
BPSA/NTB-182-
AG.Q.002576 16-08-2017 √
a/VIII/2012
BPSA/NTB-177-
AG.Q.002577 16-08-2017 √
a/VIII/2012
BPSA/NTB-176-
AG.Q.002578 16-08-2017 √ Karet :
a/VIII/2012
BPSA/NTB-175-
AG.Q.002579 16-08-2017 √ 270 Butir
a/VIII/2012
BPSA/NTB-174-
AG.Q.002580 16-08-2017 √
a/VIII/2012
BPSA/NTB-178-
AG.Q.002581 16-08-2017 √
a/VIII/2012

Selama ini Pejabat atau Petugas KPPBC TMP C Mataram dalam pelaksanaan patroli dan operasi
pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan
cukai menggunakan senjata api dimaksud, namun Izin Penguasaan Pinjam Pakai Senjata Api (Kartu
Kuning) dan Izin Penggunaan Senjata Api sudah tidak berlaku lagi.

Kriteria
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyatakan dalam:
Pasal 9
(1) Pejabat Bea dan Cukai dan Kapal Patroli dapat dilengkapi dengan Senjata Api Dinas dengan
tujuan untuk menunjang pelaksanaan tugasnya berdasarkan Undang-undang.
(2) Pejabat Bea dan Cukai dan Kapal Patroli sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memiliki
izin penguasaan pinjam pakai.
(3) Izin penguasaan pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan oleh Direktur
Jenderal atas kuasa Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) Izin penguasaan pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berlaku untuk seluruh
Daerah Pabean.

b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perizinan,
Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Nonorganik Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan Peralatan Keamanan yang Digolongkan Senjata Api bagi
Pengemban Fungsi Kepolisian Lainnya, menyatakan dalam:
Pasal 13
Izin penguasaan pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf e dilaksanakan dengan
prosedur:
a. pemohon mengajukan permohonan izin penguasaan pinjam pakai kepada Kepala Kepolisian
Daerah melalui Direktur Intelijen Keamanan dan membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan melampirkan:
1. surat permohonan;
2. surat perintah tugas dari pimpinan Polsus/PPNS/Satpol PP/Satpam;
3. fotokopi buku pas senjata Api atau kartu izin kepemilikan;
4. fotokopi Kartu Tanda Anggota Polsus/Satpam atau keputusan pengangkatan sebagai
PPNS/Satpol PP;
5. fotokopi surat keterangan mahir menggunakan senjata api atau peralatan keamanan yang
digolongkan senjata api dari Polri;
6. fotokopi surat keterangan kesehatan dari dokter Polri;
Hal. 29 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


7. fotokopi surat hasil tes psikologi dari Polri;
8. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
9. fotokopi surat keterangan catatan kepolisian; dan
10. pasfoto berwarna dasar merah ukuran 2x3 (dua kali tiga) dan 4x6 (empat kali enam) masing-
masing 4 (empat) lembar.
Pasal 22
(1) Buku pas berlaku 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan dan dapat dilakukan
pembaharuan.
(2) Buku pas wajib didaftarkan ulang pada Kepolisian Daerah setempat setiap tahun.
(3) Buku pas dapat dilakukan pembaharuan, dan diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
habis masa berlakunya.
Pasal 24
(1) Izin penguasaan pinjam pakai Senjata Api Nonorganik TNI/Polri, Amunisi dan Peralatan
Keamanan, berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan;
(2) Izin penguasaan pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
perpanjangan dan diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum habis masa berlakunya.

c. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 113/PMK.04/2017 tentang Penggunaan


Senjata Api Dinas Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyatakan dalam:
Pasal 4
(1) Pejabat Bea dan Cukai dan/atau Kapal Patroli yang dilengkapi dengan Senjata Api Dinas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wajib memiliki:
a. Izin Penguasaan Pinjam Pakai; dan
b. Izin Pengangkutan/Penggunaan Senjata Api Dinas.
(2) Izin Penguasaan Pinjam Pakai sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a diterbitkan oleh:
a. Menteri Pertahanan atas rekomendasi Panglima TNI untuk senjata api standar militer; atau
b. Kepala POLRI, sesuai dengan kewenangannya untuk senjata api standar non militer dan
Peralatan Keamanan.
(3) Izin Pengangkutan/Penggunaan Senjata Api Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berlaku ketentuan:
a. untuk senjata api standar militer, pemberian izin mengikuti ketentuan yang berlaku di
lingkungan Kemhan dan/atau TNI; atau
b. untuk senjata api standar non militer dan Peralatan Keamanan, diterbitkan oleh Direktur
Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 5
(1) Pejabat Bea dan Cukai dapat diberikan Izin Pengangkutan/Penggunan Senjata Api Dinas
standar non militer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b dalam hal memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. berumur paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun dan berumur paling tinggi 60 (enam puluh)
tahun;
c. memiliki keterampilan dalam merawat, menyimpan, mengamankan, dan menggunakan
senjata api;
d. menguasai ketentuan tentang senjata api;
e. mendapatkan rekomendasi dari atasan langsung; dan
f. telah memiliki Izin Penguasaan Pinjam Pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)

Hal. 30 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

No Hasil Pembahasan Audit


huruf b.
(2) Izin Pengangkutan/Penggunaan Senjata Api Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Izin Pengangkutan/Penggunaan Senjata Api Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan format tercantum dalam Lampiran Huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Sebab:
Kondisi tersebut disebabkan belum diperpanjang Buku Pas Senjata Api sebagai syarat penerbitan Izin
Penguasaan Pinjam Pakai, dimana Izin Penguasaan Pinjam Pakai tersebut merupakan syarat
penerbitan Izin Penggunaan Senjata Api Dinas.

Akibat:
Akibatnya terdapat pemanfaatan senjata api oleh petugas yang tidak memiliki surat izin penguasaan
pinjam pakai senjata api dapat menimbulkan permasalahan hukum.

Rekomendasi:
Tim Inspektorat Jenderal merekomendasikan kepada Kepala KPPBC Tipe Madya Pabean C Mataram
agar berkoordinasi dengan Kapolda Mataram terkait perpanjangan Buku Pas Senjata Api (BPSA) dan
pengurusan Surat Izin Penguasaan Pinjam Pakai senjata api. Selanjutnya menerbitkan Surat Izin
Penggunaan Senjata Api Dinas.

Tanggapan KPPBC TMP C Mataram:

Rencana Tindak Lanjut KPPBC TMP C Mataram:

10. Informasi Lainnya: Rencana Penghapusan Barang Milik Negara berupa 3 Senjata Api Dinas Jenis
Revolver
Dalam Laporan Persenjataan KPPBC TMP C Mataram bulan Februari 2018, terdapat 3 senjata api
dinas jenis revolver nomor 872189, 872190 dan 872191 dalam kondisi rusak. Bahwa dalam proses
penyelesaian penanganan senjata api dinas tersebut adalah dengan dimusnahkan yang memerlukan
rekomendasi dari Kepolisian Daerah dan Izin dari Kapolri melalui Kepala Badan Intelijen Keamanan
Polri. Sehubungan hal tersebut, Kepala KPPBC TMP C Mataram telah melakukan permohonan
pemeriksaan senjata api dinas milik KPPBC TMP C Mataram dengan nomor surat S-
273/WBC.13/KPP.MP.0301/2018 tanggal 21 Februari 2018 untuk selanjutnya diproses sebagai Berita
Acara Hasil Pemeriksaan.
Apabila sudah mendapatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan dimaksud, KPPBC TMP C Mataram agar
segera melanjutkan membuat surat permohonan izin pemusnahan kepada Kapolri melalui Kepala
Badan Intelijen Keamanan Polri dengan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017.

Hal. 31 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL

Mataram, 9 April 2018

Menyetujui,
Kepala KPPBC TMP C Mataram Pengendali Mutu

M. Budi Iswantoro Erwin Silaen


NIP 19710905 199201 1 001 NIP 196104211988021001

Kepala Seksi Kepatuhan Internal Ketua Tim

Dimas Pratama Ose Puji Nurhayat


NIP 19830124 200412 1 003 NIP 19881009 201012 2 004

Hal. 32 dari 32
Berita Acara Pembahasan Hasil Pengawasan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram

Anda mungkin juga menyukai