Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SURAT EDARAN

NOMOR SE-25/BC/2020

TENTANG

PEDOMAN ANALISIS DOKUMEN CUKAI


DAN PEMERIKSAAN PABRIK HASIL TEMBAKAU

Yth. 1. Para Pejabat Eselon II di Lingkungan Kantor Pusat DJBC


2. Para Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai
3. Para Kepala Kantor Pengawasan Utama Bea dan Cukai
4. Para Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

A. Umum
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan dan upaya meningkatkan kepatuhan
Pengusaha pabrik hasil tembakau melalui penerapan manajemen risiko, dipandang
perlu untuk dilakukan kegiatan analisis dokumen cukai dan pemeriksaan pabrik hasil
tembakau.

B. Maksud dan Tujuan


Surat Edaran ini mempunyai:
1. maksud agar dapat memberikan pedoman kepada Pejabat Bea dan Cukai dalam
melakukan analisis dokumen cukai dan pelaksanaan pemeriksaan terhadap pabrik
hasil tembakau; dan
2. tujuan meningkatkan kepatuhan Pengusaha pabrik hasil tembakau dan
meminimalisir terjadinya pelanggaran ketentuan dibidang cukai.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Surat Edaran ini meliputi:
1. pedoman pelaksanaan analisis dokumen cukai; dan
2. pedoman pelaksanaan pemeriksaan pabrik hasil tembakau.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.04/2008 tentang Pengembalian
Cukai dan/atau Sanksi Administrasi Berupa Denda.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.04/2012 tentang Dokumen Cukai
dan/atau Dokumen Pelengkap Cukai.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.04/2014 tentang Penimbunan,
Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.04/2016 tentang Pemberitahuan
Barang Kena Cukai yang Telah Selesai Dibuat sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.04/2016 tentang Pemberitahuan
Barang Kena Cukai yang Telah Selesai Dibuat.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.04/2016 tentang Pedoman
Pembukuan Di Bidang Kepabeanan dan Cukai.
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.04/2017 tentang Tidak Dipungut
Cukai.
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.04/2018 tentang Tata Cara
Pemberian, Pembekuan dan Pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena
Cukai.
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.04/2018 tentang Pelunasan Cukai.
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.04/2018 tentang Kewajiban
Melakukan Pencatatan Bagi Pengusaha Pabrik Skala Kecil, Penyalur Skala Kecil
yang Wajib Memiliki Izin, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran yang Wajib
Memiliki Izin.
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2020 tentang Perdagangan
Barang Kena Cukai Yang Pelunasan Cukainya Dengan Cara Pelekatan Pita Cukai
Atau Pembubuhan Tanda Pelunasan Cukai Lainnya.
13. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-24/BC/2018 tentang Tata
Cara Pelunasan Cukai.
14. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-08/BC/2019 tentang Tata
Cara Penyampaian, Bentuk, dan Cara Pengisian Data Registrasi Pengusaha
Barang Kena Cukai.
15. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-15/BC/2020 tentang
Pelekatan Pita Cukai.
16. Instruksi Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor INS-03/BC/2018 tentang
Penyusunan dan Pemutakhiran Profil Risiko Pengguna Jasa Kepabeanan dan
Cukai.

E. Pedoman Pelaksanaan Analisis Dokumen Cukai


1. Pejabat Bea dan Cukai melakukan analisis terhadap dokumen cukai sebagai
langkah deteksi dini untuk mengetahui adanya potensi pelanggaran di bidang cukai.
2. Pejabat Bea dan Cukai melakukan analisis dokumen cukai untuk mengetahui
perbandingan:
a. jumlah pemesanan pita cukai hasil tembakau, dibandingkan dengan jumlah
produksi hasil tembakau yang dipasarkan di dalam negeri (rasio 1);
b. jumlah pemesanan pita cukai untuk jenis hasil tembakau yang dibuat dengan
menggunakan mesin, dibandingkan dengan jumlah pemesanan pita cukai untuk
jenis hasil tembakau yang dibuat tanpa menggunakan mesin (rasio 2);
c. jumlah hasil tembakau yang dimusnahkan/diolah kembali, dibandingkan dengan
jumlah hasil tembakau yang telah dipesankan pita cukainya (rasio 3); dan
d. jumlah pita cukai hasil tembakau yang dikembalikan, dibandingkan dengan
jumlah pita cukai hasil tembakau yang dipesan (rasio 4).
3. Data yang digunakan dalam melakukan analisis dokumen cukai, berasal dari data
yang terdapat pada dokumen cukai, baik dalam bentuk data elektronik atau berupa
tulisan di atas formulir (hardcopy), yaitu dokumen cukai:
a. Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1);
b. Pemberitahuan Barang Kena Cukai Yang Telah Selesai Dibuat untuk Hasil
Tembakau (CK-4C);
c. Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5) tidak dipungut tujuan ekspor;
d. Berita Acara Pemusnahan/Pengolahan Kembali Barang Kena Cukai (BACK-3)
dalam rangka mendapatkan Tanda Bukti Perusakan Pita Cukai (CK-2); dan
e. Berita Acara Pemeriksaan (BACK-1) dalam rangka mendapatkan Tanda Bukti
Penerimaan Pengembalian Pita Cukai (CK-3).
4. Pedoman analisis dokumen cukai, nilai batas atas dan/atau nilai batas bawah, dan
kriteria wajar atau tidak wajar atas hasil analisis dokumen cukai untuk rasio 1, rasio
2, rasio 3, dan rasio 4 tercantum dalam Lampiran I Surat Edaran ini.
5. Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai (Dir TFC) dapat melakukan penyesuaian nilai
batas atas dan/atau nilai batas bawah dari perbandingan sebagaimana dimaksud
pada angka 4, dengan mempertimbangkan perkembangan industri hasil tembakau.
6. Analisis dokumen cukai dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang mempunyai
tugas melakukan penelitian pemberitahuan dokumen cukai dan pemeriksaan
Pengusaha barang kena cukai pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai
(KPUBC) atau pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)
yang mengawasi pabrik hasil tembakau.
7. Pejabat Bea dan Cukai pada KPUBC atau pada KPPBC, melakukan analisis
dokumen cukai:
a. satu kali dalam satu tahun, untuk analisis dokumen cukai sebagaimana
dimaksud pada angka 2 huruf a dan huruf b, paling lambat pada akhir bulan
Maret, untuk analisis dokumen cukai periode Januari sampai dengan Desember
tahun sebelumnya;
b. dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, analisis
dokumen cukai untuk tahun 2021 dilakukan sampai dengan bulan Mei 2021;
c. setiap melakukan penelitian permohonan pemusnahan/pengolahan kembali
barang kena cukai, untuk analisis dokumen cukai sebagaimana dimaksud pada
angka 2 huruf c; dan
d. setiap melakukan penelitian permohonan pengembalian pita cukai, untuk
analisis dokumen cukai sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf d.
8. Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan analisis dokumen cukai menyampaikan
laporan hasil analisis dokumen cukai kepada:
a. Kepala KPUBC dalam hal analisis dokumen cukai dilakukan Pejabat Bea dan
Cukai pada KPUBC; atau
b. Kepala KPPBC dalam hal analisis dokumen cukai dilakukan Pejabat Bea dan
Cukai pada KPPBC.
9. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 8:
a. Kepala KPUBC menyampaikan laporan kepada Dir TFC dan Direktur
Penindakan dan Penyidikan (Dir P2); atau
b. Kepala KPPBC menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah Bea dan
Cukai (Kanwil DJBC) dengan tembusan kepada Dir TFC dan Dir P2.
10. Pejabat Bea dan Cukai melakukan:
a. pemeriksaan pabrik hasil tembakau (pemeriksaan pabrik), dalam hal hasil
analisis rasio 1 dan/atau hasil analisis rasio 2, diperoleh angka rasio tidak wajar;
dan/atau
b. konfirmasi kepada Pengusaha pabrik, dalam hal hasil analisis rasio 3 dan/atau
hasil analisis rasio 4, diperoleh angka rasio tidak wajar.
11. Pejabat Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan pabrik sebagaimana dimaksud
pada angka 10 huruf a, sesuai pedoman pelaksanaan pemeriksaan pabrik
sebagaimana dimaksud pada huruf F.
12. Pejabat Bea dan Cukai melakukan konfirmasi kepada Pengusaha pabrik
sebagaimana dimaksud pada angka 10 huruf b untuk mendapat penjelasan lebih
lanjut dan hasilnya disampaikan kepada Kepala KPUBC atau Kepala KPPBC.
13. Kepala KPUBC atau Kepala KPPBC menggunakan hasil konfirmasi sebagaimana
dimaksud pada angka 12 sebagai masukan dalam pelayanan pengembalian cukai.

F. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pabrik Hasil Tembakau


1. Pejabat Bea dan Cukai melakukan kegiatan pemeriksaan pabrik berupa:
a. pemeriksaan laporan produksi dan pemakaian pita cukai dalam hal hasil analisis
rasio 1 diperoleh angka tidak wajar; dan/atau
b. pemeriksaan kapasitas produksi dalam hal hasil analisis rasio 2 diperoleh angka
tidak wajar.
2. Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan pemeriksaan pabrik selain karena hasil
analisis dokumen cukai sebagaimana dimaksud pada huruf E angka 10, dalam hal:
a. Kepala KPUBC, Kepala KPPBC dan/atau Kepala Kanwil DJBC menganggap
perlu; dan/atau
b. terdapat rekomendasi dari Dir TFC dan/atau Dir P2.
3. Pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang mempunyai
tugas:
a. melakukan penelitian pemberitahuan dokumen cukai dan pemeriksaan
Pengusaha barang kena cukai pada KPUBC atau pada KPPBC; dan/atau
b. pemberian bimbingan teknis, pengendalian, pemberian rekomendasi dan
perijinan, serta evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
cukai pada Kanwil DJBC,
yang mengawasi pabrik hasil tembakau.
4. Pejabat Bea dan Cukai pada Kanwil DJBC dan Pejabat Bea dan Cukai pada KPPBC
sebagaimana dimaksud pada angka 3 melakukan pembahasan untuk menentukan:
a. pabrik yang akan dilakukan pemeriksaan; dan
b. pemeriksaan pabrik akan dikoordinasikan oleh:
1) Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf a; atau
2) Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b.
5. Penentuan pabrik yang akan dilakukan pemeriksaan, mempertimbangkan:
a. besaran angka rasio tidak wajar;
b. ketersediaan sumber daya manusia;
c. profil risiko Pengusaha pabrik;
d. hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada periode analisis sebelumnya; dan
e. informasi lainnya.
6. Pejabat Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan pabrik menggunakan kertas kerja:
a. sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Surat Edaran ini dalam hal
melakukan pemeriksaan laporan produksi dan pemakaian pita cukai; atau
b. sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III Surat Edaran ini dalam hal
melakukan pemeriksaan kapasitas produksi.
7. Pejabat Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan pabrik berdasarkan surat tugas
yang diberikan oleh:
a. Kepala KPUBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat
Bea dan Cukai pada KPUBC;
b. Kepala KPPBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat
Bea dan Cukai pada KPPBC;atau
c. Kepala Kanwil DJBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh
Pejabat Bea dan Cukai pada Kanwil DJBC.
8. Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan pemeriksaan pabrik, menyampaikan
laporan pelaksanaan pemeriksaan pabrik kepada:
a. Kepala KPUBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat
Bea dan Cukai pada KPUBC;
b. Kepala KPPBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat
Bea dan Cukai pada KPPBC; atau
c. Kepala Kanwil DJBC dan Kepala KPPBC, dalam hal pemeriksaan pabrik
dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada Kanwil DJBC.
9. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 8:
a. Kepala KPUBC menyampaikan laporan kepada Dir TFC dan Dir P2;
b. Kepala KPPBC menyampaikan laporan kepada Kepala Kanwil DJBC, tembusan
kepada Dir TFC dan Dir P2; dan
c. Kepala Kanwil DJBC menyampaikan laporan kepada Dir TFC dan Dir P2.
10. Apabila dari hasil pelaksanaan pemeriksaan pabrik ditemukan:
a. selisih jumlah hasil tembakau antara dokumen CK-1 dengan data internal
perusahaan;
b. selisih jumlah hasil tembakau antara dokumen CK-4C dengan data internal
perusahaan;
c. selisih pita cukai antara saldo buku dengan saldo fisik; dan/atau
d. indikasi pelanggaran di bidang cukai lainnya,
Kepala KPUBC, Kepala KPPBC atau Kepala Kanwil DJBC memerintahkan kepada
Pejabat sesuai tugas dan fungsinya untuk melakukan:
a. pemutakhiran data registrasi/profil;
b. bimbingan kepatuhan;
c. pengenaan sanksi administrasi;
d. rekomendasi audit;
e. pengamatan intelijen; dan/atau
f. penindakan di bidang cukai.

G. Penutup
Dengan berlakunya Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini, maka:
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-10/BC/2017 tentang
Pedoman Analisis Dokumen Cukai Dalam Rangka Kepatuhan Pengusaha Barang
Kena Cukai; dan
2. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-22/BC/2019 tentang
Pedoman Monitoring Kegiatan Pabrik Hasil Tembakau,
dinyatakan tidak berlaku lagi.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2020
Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik


Heru Pambudi

Anda mungkin juga menyukai