Anda di halaman 1dari 111

Menyusun harga

UK 06 perkiraan
Buku Informasi

Menetapkan Tujuan dan Prioritas


Analisis Pasar

Melakukan Analisis Pasar

Menetapkan Harga Perkiraan

Direktorat Pelatihan Kompetensi


2016
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
PROFIL

Program Pelatihan
Diklat Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa

Buku Informasi
Menyusun Harga Perkiraan

Editor
Seksi Materi Pelatihan LKPP
Direktorat Pelatihan Kompetensi
da

Unit Kompetensi 06
M.749020.006.02
Mu

Versi. 2
31 Januari 2017
B U K U I N FO R M AS I
Berdasarkan SKKNI 2016

Unit Kompetensi 06

menyusun harga perkiraan

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


2016
Materi SKKNI 2016
Unit Kompetensi 06
Menyusun Harga Perkiraan

Disusun Oleh :
Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
Direktorat Pelatihan Kompetensi
Deputi Bidang Pengembangan Pembinaan Sumber Daya Manusia
LKPP

ISBN :

Cetakan I : Jakarta, Penerbit : LKPP RI, 2016


Cetakan II : Jakarta, Penerbit : LKPP RI, 2017

Versi 1 : 31 Oktober 2016


Versi 2 : 31 Januari 2017

Hak Penerbitan pada LKPP


Hak Cipta Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
LKPP

Alamat Penerbit :
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Kuningan
Jakarta Selatan 12940
Indonesia
Telp : (021) 2991 2450
www.portalppsdm.lkpp.go.id
www.lkpp.go.id
K ata P e n ga n ta r

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), pada tahun


2016 telah menyusun materi pelatihan berdasarkan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) 2016 untuk Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebanyak
29 Unit Kompetensi yang dikelompokan dalam 4 Fungsi Kunci, meliputi;
1) Merencanakan Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 6 unit kompetensi;
2) Memilih Penyedia Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 9 unit kompetensi;
3) Mengelola Kontrak dan Swakelola Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 9 unit
kompetensi;
4) Mengelola Logistik, Kinerja dan Risiko sebanyak 5 unit kompetensi.
Materi Pelatihan ini disusun untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya
Manusia di bidang Pengadaan Barang/Jasa baik pada sektor pemerintah maupun
non pemerintah. Materi pelatihan ini juga dapat membantu para peserta, instruktur,
penyelenggara pelatihan dalam melaksanakan kegiatan pelatihan, sehingga dapat
berlangsung secara terencana, terarah, dan efektif.
Semoga materi pelatihan ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan secara
optimal oleh semua pihak terkait dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Dengan demikian kegiatan Pengadaan Barang/
Jasa dapat dilakukan oleh para SDM yang profesional dan menghasilkan Pengadaan
Barang/Jasa yang efektif, efisien dan akuntabel.
Jakarta, Oktober 2016

Kepala Lembaga Kebijakan


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

AGUS PRABOWO
U n i t ko m p e t e n si

Merumuskan Lingkungan & Organisasi PBJ


UK 01 : Menelaah Lingkungan PBJ
UK 02 : Melakukan Penyelarasan Kebijakan PBJ MERENCANAKAN
UK 03 : Merumuskan Organisasi PBJ PENGADAAN
Merencanakan PBJ BARANG
UK 04 : Menyusun Kebutuhan dan Anggaran PBJ JASA
UK 05 : Menyusun Spesifikasi Teknis
UK 06 : Menyusun Harga Perkiraan

Merencanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


UK 07 : Mengkaji Ulang Paket PBJ
MEMILIH UK
UK
08
09
:
:
Memilih Penyedia Barang/Jasa
Menyusun Rancangan Kontrak PBJ
PENYEDIA UK 10 : Menyusun Dokumen PBJ
Mengelola Penyedia Barang/Jasa
PENGADAAN UK 11 : Melakukan Kualifikasi PBJ
BARANG UK 12 : Melakukan Evaluasi Kinerja PBJ
Melaksanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
JASA UK 13 : Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ
UK 14 : Mengevaluasi Dokumen PBJ
UK 15 : Mengelola Sanggahan

Mempersiapkan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


UK 16 : Melakukan Negosiasi
UK 17 : Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ
Mengelola Kontrak Pengadaan Barang/Jasa MENGELOLA
UK
UK
18
19
:
:
Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ
Menyusum Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ
KONTRAK DAN
UK
UK
20
21
:
:
Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ
Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ
SWAKELOLA
UK 22 : Melakukan Penerimaan Hasil Kontrak PBJ PBJ
Melaksanakan PBJ Secara Swakelola
UK 23 : Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
UK 24 : Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola

Mengelola Logistik
MENGELOLA UK 25 : Mengelola Pengiriman
UK 26 : mengelola Persediaan
LOGISTIK, Uk 27 : Mengelola Penyimpanan

KINERJA DAN Mengelola Kinerja dan Risiko


RISIKO UK 28 : Mengelola Kinerja
UK 29 : Mengelola Risiko
BUKU INFORMASI

MENYUSUN HARGA PERKIRAAN

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA
DIREKTORAT PELATIHAN KOMPETENSI
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Jakarta
2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------- 2

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 3


1.1 Tujuan Umum ---------------------------------------------------------------------- 3
1.2 Tujuan Khusus --------------------------------------------------------------------- 3
1.3 Overview ---------------------------------------------------------------------------- 3

BAB II MENETAPKAN TUJUAN DAN PRIORITAS ANALISIS PASAR -------------------- 5


2.1 Analisis Pasar – Overview ------------------------------------------------------ 5
2.2 Penentuan Prioritas Untuk Analisis Pasar ------------------------------------ 21

BAB III MELAKUKAN ANALISIS PASAR ------------------------------------------------------- 27


3.1 Tahap Kegiatan Analisis Pasar ------------------------------------------------- 27
3.2 Persiapan Kegiatan Analisis Pasar --------------------------------------------- 33
3.3 Penilaian Tingkat Persaingan Pasar ------------------------------------------- 46
3.4 Prediksi Perkembangan Pasar ------------------------------------------------- 49
3.5 Market Drivers ------------------------------------------------------------------- 52
3.6 Penilaian Harga ------------------------------------------------------------------ 58
3.7 Segmentasi Pasar --------------------------------------------------------------- 61
3.8 Menilai Segmen Pasar ---------------------------------------------------------- 64

BAB IV MENETAPKAN HARGA PERKIRAAN -------------------------------------------------- 67


4.1 Identifikasi Harga Satuan ------------------------------------------------------- 67
4.2 Harga Perkiraan ------------------------------------------------------------------ 76
4.3 Ketentuan Penetapan Harga Perkiraan --------------------------------------- 87

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 2 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Umum


Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu menyusun harga
perkiraan pada pengadaan barang/jasa melalui analisis pasar.

1.2 Tujuan Khusus


Pada modul ini, peserta akan mempelajari:
1. Menetapkan tujuan dan prioritas analisis pasar
2. Melakukan analisis pasar, yang meliputi kegiatan:
• menyusun rencana kegiatan analisis pasar berdasarkan tahapan kegiatan
analisis pasar;
• menganalisa kondisi pasar;
• menyusun alternatif harga dan produk yang memenuhi spesifikasi teknis.
3. Menetapkan harga perkiraan, yang meliputi:
• mengidentifikasi harga satuan sebagai bagian dari harga perkiraan;
• menyusun harga perkiraan sesuai ketentuan;
• menetapkan harga perkiraan sesuai dengan ketentuan.

1.3 Gambaran Umum


Setelah menyusun rencana kebutuhan barang/jasa, paket pengadaan, dan
spesifikasi barang/ jasa, langkah berikutnya dalam proses pengadaan barang/jasa
adalah menentukan harga perkiraan. Penentuan harga perkiraan ini menjadi salah
satu titik kritis dalam pengadaan barang/jasa. Upaya untuk mendapatkan
barang/jasa secara efektif, efisien dan ekonomis, salah satunya dimulai dari
penentuan harga perkiraan.

Penetapan harga perkiraan secara umum diawali dengan kegiatan analisis pasar.
Pemahaman mengenai pasar diperlukan baik para pelaku pasar yang bertindak
sebagai penjual maupun pembeli. Analisis Pasar bagi pembeli setidaknya akan

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 3 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

mempengaruhi keputusan dalam pengadaan barang dan jasa terkait 3 (tiga)


pertanyaan1.

• pertama, pertanyaan tentang apa yang akan dibeli dan berapa banyak (what
and how much to buy).
• kedua, pertanyaan tentang dimana membelinya (where to buy).
• ketiga, pertanyaan tentang kapan serta bagaimana cara belinya (when and
how to buy).

Penentapan Harga Perkiraan merupakan serangkaian proses analisa kuantitatif


dan berdasarkan data (survei) yang dapat dipertanggung jawabkan untuk suatu
barang / jasa yang akan diakusisi melalui pengadaan barang/jasa. Oleh karena
itu dalam penetapan harga perkiraan setidaknya ada empat landasan kerangka
kerja yang harus dipahami peserta untuk mendapatkan hasil perkiraan harga yang
baik, yaitu adanya prinsip-prinsip penetapan harga, unsur kepatuhan, kompetensi
dan pencapaian tujuan sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 1.

Gambar 1. Landasan kerangka umum dalam Penetapan Harga

Pemenuhan Obyektif Prinsip-prinsip


(Meet Objective) (Principles)

Penetapan
Harga Perkiraan

Kompetensi Kepatuhan
(Competencies) (Compliance)

Pemenuhan obyektif organisasi adalah tujuan utama dari suatu proses


pengadaan barang/jasa yang dituangkan dalam bentuk paket-paket pengadaan
barang/jasa dengan mendeskripsikan kebutuhan dengan jelas seperti :
spesifikasi, waktu, kualitas, kuantitias dan informasi-informasi lainnya.

1
Analysing Supply Markets: Modular Learning System In Supply Chain Management. International Trade Centre (ITC).
Ed. August 2002 / Print. Nov. 2010
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 4 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Prinsip-prinsip dalam penetapan harga dilandasi adanya kejujuran, keadilan,


akuntabilitas, transparansi dan kompetisi sehingga memberikan ruang untuk
mendapatkan harga yang terbaik dari penyedia melalui kompetisi yang sehat dan
perlakuan yang setara.
Kepatuhan dalam penetapan harga harus dilandasi oleh pemikiran bahwa proses
dan hasil yang didapatkan sesuai dengan peraturan, perundang-undagan,
kebijakan yang berlaku baik dalam internal organisasi maupun eksternal
organisasi yang terkait.
Kompetensi adalah persayaratan yang harus dimiliki oleh pelaku perkiraan
harga. Oleh karena itu organisasi diharapkan mensyaratkan pelaku estimator
memiliki keahlian yang dibutuhkan, mempunyai data yang akurat dan
kemampuan membuat spesifikasi kebutuhan yang baik.

Selanjutnya, setelah Bab Pendahuluan ini, dalam Bab 2 akan membahas


mengenai cara melakukan analisis pasar dan seluruh hal terkait analisis pasar.

Dalam Bab 3, selanjutnya akan membahas cara mengidentifikasi harga satuan,


menentukan dan menetapkan harga perkiraan untuk digunakan dalam proses
pengadaan barang/jasa berikutnya.

Buku Informasi UK-06 ini merupakan bagian dari modul pembelajaran pengadaan
barang/ jasa berdasarkan SKKNI No.70, Tahun 2016. Sangat direkomendasikan
bagi para peserta untuk mempelajari kompetensi lain yang terkait dengan
perencanaan pengadaan barang/jasa, seperti Buku Informasi UK 04 dan UK 05,
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap.

Pada bagian akhir modul ini, tersedia :


• Daftar Referensi yang berisikan rujukan literatur terkait
• Glossary yang berisikan istilah yang digunakan dalam modul ini
• Index untuk memudahkan pencarian topik tertentu

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 5 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

BAB II
MENETAPKAN TUJUAN DAN
PRIORITAS ANALISIS PASAR

2.1 Analisis Pasar – Overview


Pada awalnya, istilah 'pasar' mempunyai pengertian yang lebih menekankan
kepada ‘tempat’ di mana barang dan jasa dapat diperjualbelikan. Pasar dalam pengertian
ini merupakan pertemuan para pembeli yang meminta produk atau jasa, serta para
penyedia yang menawarkan produk atau jasa dengan harga tertentu pada kuantitas
tertentu. Pengertian pasar kemudian berkembang sehingga tidak lagi hanya merujuk
kepada tempat. Pasar kemudian dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara
pembeli dan penjual melalui sistem atau prosedur dan institusi tertentu yang
memungkinkan harga barang atau jasa terbentuk dalam suatu mekanisme pertukaran.

Meski tidak ada definisi pasar yang tunggal, suatu pasar dianggap ada ketika
semua kriteria berikut ada secara bersamaan:
• Ada dua pihak atau lebih,
• Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin bernilai bagi pihak lain,
• Masing-masing pihak dapat berkomunikasi, dan
• Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran.

Bagaimana cara dan proses terjadinya pembentukan harga oleh para pembeli dan
para penjual sangat ditentukan oleh tingkat kompetisi yang terjadi di dalamnya. Ketika
jumlah penjual maupun pembeli suatu barang atau jasa cukup banyak dan empat kriteria
tersebut terjadi, maka tidak ada satu pihak pun yang dapat menentukan harga. Harga
ditentukan oleh interaksi secara keseluruhan (agregat) diantara mereka. Penjual yang
menawarkan harga lebih tinggi dari para pesaingnya tidak akan dapat menjual
barangnya. Untuk menghindari kerugian, mereka terpaksa menurunkan harga sampai
tingkat tertentu yang dapat mereka terima.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 6 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Pasar dapat dikategorikan sebagai pasar yang bersaing ketika tidak ada satupun
baik pembeli atau penjual yang mempunyai pangsa yang mayoritas yang dapat
mempengaruhi harga. Pasar dikategorikan bersaing ketika para penjual atau pembeli
tidak membuat kesepakatan atau bersekutu untuk menggabungkan kekuatannya
sehingga dapat mempengaruhi harga di pasar. Ketika kondisi tersebut tidak terjadi,
maka dapat terjadi pasar yang bersifat monopoli, oligopoli, monopsoni atau oligopsoni.
Gambaran secara ringkas mengenai berbagai kemungkinan kombinasi kondisi
persaingan pasar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Penawaran (Supply)
Berbagai Kemungkinan Kombinasi
persaingan Pasar Banyak Penjual Sedikit Penjual Satu Penjual
Persaingan
Banyak Pembeli Oligopoli Monopoli
Sempurna
Permintaan Oligopoli / Monopoli
Sedikit Pembeli Oligopsoni
(Demand) Oligopsoni Terbatas
Monopsoni Monopoli /
Satu Pembeli Monopsoni
Terbatas Monopsoni

Keadaan pasar yang berifat monopoli mungkin dapat terbentuk karena sebab-
sebab sebagai berikut:
• Ada satu perusahaan yang menguasai sumber kunci untuk produk yang ditawarkan,
antara lain berupa teknologi atau bahan baku.
• Pemerintah memberikan hak ekslusif untuk menjual produk.
• Skala produksi yang lebih efisien sehingga mampu menjual dengan harga yang
lebih rendah dari para pesaingnya.

Dalam kondisi monopoli, hanya ada satu penjual produk. Biasanya juga tidak tersedia
produk-produk subtitusinya. Harga dan kuantitas barang yang dijual dapat ditentukan
‘sekehendak’ penjual tanpa mempertimbangkan persaingan. Hal ini terjadi karena
kekuatan penjual untuk mempengaruhi pasar sangat besar. Hanya aturan pemerintah
atau kondisi alamiah seperti elastisitas permintaan yang dapat membatasi aksi penjual
yang bersifat monopoli seperti ini.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 7 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Dalam keadaan monopsoni, para penjual harus berkompetisi dengan sesamanya untuk
mendapatkan pembeli agar dapat menutup biaya produksi atau mendapatkan
keuntungan. Dalam kondisi seperti ini keunggulan kekuatan relatif ada di pihak pembeli.
Berbeda dengan kondisi Oligopsoni, keadaan Oligopoli cenderung kurang
menguntungkan bagi pembeli. Dengan jumlah penjual yang relatif sedikit atas jenis
barang atau jasa, membuat mereka dapat membuat kesepakatan sesama penjual untuk
menentukan kuantitas dan harga yang ditawarkan. Pembeli ‘terpaksa’ menerima harga
yang penjual tawarkan karena tidak memiliki banyak pilihan lain seperti halnya keadaan
pasar yang bersaing. Dalam kondisi seperti itu, pembeli harus mengidentifikasi strategi
yang tepat agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.
Beberapa contoh pilihan strategi yang bisa diambil ketika berurusan dengan pasar
monopoli/pasar yang terdistorsi 2
1. Source globally ...................................................................... 1. Mencari sumber secara global
2. Redefine the market that we are dealing with ...................... 2. Mendefinisikan ulang pasar yang disasar
3. Develop another Supplier: Supplier Development ................. 3. Mengembangkan penyedia lain
4. Increase Mutual Dependency ................................................ 4. Meningkatkan ketergantungan yang saling menguntungkan
5. Better information on the supplier ....................................... 5. Mendapatkan informasi yang lebih baik atas pemasok
6. Challenge the ‘reputation’ of the suppliers ........................... 6. Menggali/mempertanyakan 'reputasi' pemasok
7. Non price negotiation variables ............................................ 7. Melakukan negosiasi variabel-variabel lain selain harga
8. Involve other stakeholders .................................................... 8. Melibatkan pemangku kepentingan lain
9. Make ‘In House’ .................................................................... 9. Membuat sendiri (swakelola)
10. Lease not buy ...................................................................... 10. Menyewa (bukan membeli)
11. Timing of purchase .............................................................. 11. Mengatur waktu pembelian
12. Long term contracts ............................................................ 12. Melakukan kontrak jangka panjang
13. Take them over ................................................................... 13. Mengambil alih pemasok (mengakuisisi)
14. Form a procurement consortium ........................................ 14. Membentuk konsorsium pengadaan
15. Does it matter? ................................................................... 15. Menerima kondisi

Era persaingan global yang disertai perkembangan teknologi dan informasi yang
sangat cepat serta perubahan sosial, ekonomi dan budaya membuat kondisi pasar
menjadi sangat dinamis. Perubahan salah satu atau beberapa faktor tersebut secara
langsung atau tidak langsung juga mempengaruhi kondisi pasar. Oleh karena itu,
pemahaman yang memadai mengenai pasar sangat diperlukan baik untuk penjual
maupun pembeli. Untuk tujuan tersebut, diperlukan suatu definisi mengenai pasar
sebagai suatu kerangka konseptual analisis. Berbagai definisi mengenai pasar secara

2
___________. Dealing with Monopolistic and Distorted Supply Markets. CIPS Australasia. 2013. Diunduh dari
https://www.cips.org/Documents/Knowledge/Procurement-Topics-and-Skills/3-Risk-Mitigation/Risk-Analysis-and-
Management/Dealing_with_Monopolistic_and_distorted_Supply_Chains.pdf

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 8 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

umum biasanya mengandung dua dimensi. Yang pertama adalah dimensi produk dan
biasanya baru dikuti dengan definisi mengenai area geografisnya3.

Pemahaman mengenai pasar diperlukan baik para pelaku pasar yang bertindak
sebagai penjual maupun pembeli. Bagi para penjual, kebutuhan analisis pasar antara
lain adalah untuk memahami mengenai:
• bagaimana kondisi persaingan di pasar, apakah terdapat halangan bagi para
pemain baru untuk masuk pasar atau tidak;
• siapa saja dan berapa jumlah calon pembeli yang menjadi target pasar;
• bagaimana preferensi para pembeli terhadap produk atau jasa;
• berapa harga maksimal yang dapat diterima pasar;
• siapa saja dan berapa jumlah para pesaing beserta pangsa pasarnya masing-
masing.
Hasil analisis pasar oleh penjual tersebut, selanjutnya akan dipakai untuk menentukan
strategi yang tepat, agar tujuan memaksimalkan laba dapat tercapai secara efektif.

Berdasarkan tujuannya, bentuk organisasi yang menjadi pembeli di pasar dapat


dibedakan menjadi dua, yaitu organisasi yang bertujuan untuk mencari laba serta
organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Dalam kegiatan yang operasional maupun
investasi, kedua jenis organisasi tersebut biasanya akan memerlukan barang atau jasa
dari pihak lain. Oleh karena itu, kemampuan untuk mencari dan mendapatkan barang
atau jasa yang dibutuhkan dari pihak lain secara efektif dan efisien akan sangat
mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan yang ditetapkan.

Organisasi dihadapkan kepada adanya ketidakpastian akibat perubahan dan


dinamika pasar dimana mereka biasanya bisa mendapatkan barang dan jasa yang
merupakan bahan baku produksi atau kegiatan serta tempat dimana mereka dapat
menjual produk atau jasanya. Salah satu faktor penentu keberhasilan di dunia bisnis
saat ini adalah kemauan dan kemampuan organisasi atau perusahaan untuk
mengantisipasi, menerima dan beradaptasi dengan perubahan, termasuk diantaranya

3
Office of Fair Trading (OFT). Market definition: Understanding Competition Law . Diunduh dari
https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/284423/oft403.pdf
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 9 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

adalah perubahan pasar. Oleh karena itu organisasi perlu memiliki metodologi yang tepat
untuk memahami pasar pasokan dan kemudian menggunakan pemahaman ini untuk
mengambil keputusan pasokan yang lebih baik.

Analisis Pasar bagi pembeli terhadap penawaran (pasokan) setidaknya akan


mempengaruhi keputusan dalam pengadaan barang dan jasa terkait 3 (tiga)
pertanyaan4.

• pertama, pertanyaan tentang apa yang akan dibeli dan berapa banyak (what and
how much to buy).
• kedua, pertanyaan tentang dimana membelinya (where to buy).
• ketiga, pertanyaan tentang kapan serta bagaimana cara belinya (when and how to
buy).

Analisis Pasar dimaksudkan untuk membantu memastikan bahwa tujuan


pengadaan akan dapat dicapai dan bahwa risiko dan peluang yang terkait dengan pasar
pasokan diidentifikasi secara seksama untuk mengembangkan strategi yang tepat.

Beberapa istilah yang mempunyai pengertian yang mirip dengan Analisis Pasar,
antara lain adalah Riset Pasar (Market Research) atau analisis atas pasokan pasar
(supply market analysis). Small Business Administration di Amerika Serikat
mendefiniskan riset pasar sebagai “...the continuous process of collecting and analyzing
data on products, services, business practices and vendor capabilities to satisfy agency
needs”. Riset pasar adalah proses yang berkesinambungan atas pengumpulan dan
analisis data terkait berbagai produk, praktek bisnis dan kemampuan penyedia untuk
memenuhi kebutuhan organisasi. Riset pasar juga dijelaskan lebih lanjut sebagai proses
untuk mempelajari pasar untuk mendapat informasi yang cukup dan relevan dalam
membuat pilihan dan keputusan terkait pengadaan barang dan jasa.
Sementara itu, Office of Government Procurement di Irlandia menyebutkan
bahwa “Supply market analysis is a technique which enables a contracting authority to
understand how a market works, the direction in which a market is heading, the

4
Analysing Supply Markets: Modular Learning System In Supply Chain Management. International Trade Centre (ITC).
Ed. August 2002 / Print. Nov. 2010
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 10 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

competitiveness of a market, the key suppliers and the value that suppliers place on the
contracting authority as a customer.” Analisis atas pasar pasokan adalah teknik yang
memungkinkan otoritas kontrak untuk memahami bagaimana pasar bekerja, arah ke
mana pasar sedang menuju, persaingan yang terjadi di pasar, siapa pemasok kunci serta
bagaimana pemasok menilai perusahaan sebagai pelanggannya.

Sedangkan menurut International Trade Center, analisis pasar juga dapat di


definisikan sebagai proses reviu atas struktur, karakteristik dan kecenderungan dari
penawaran yang ada di pasar untuk produk atau jasa tertentu. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa analisis pasar ini merupakan kegiatan yang penting. Oleh karena itu, jangan
membatasi pertanyaan atau permintaan informasi hanya kepada beberapa pemasok
yang ada atau hanya kepada spesialis yang ada di pasar. Apabila permintaan informasi
atau pertanyaan dilakukan secara terbatas hanya kepada beberapa pemasok, akan
dapat berakibat terhadap kurangnya pemahaman tentang mekanisme pasar.

Analisis Pasar juga menyediakan informasi yang sangat penting untuk


mengembangkan strategi pengadaan yang efektif, dalam konteks perencanaan untuk
pengadaan yang signifikan. Analisis Pasar akan membantu organisasi untuk lebih
memahami tentang:
• produk-produk yang tersedia yang dapat memenuhi kebutuhan
Untuk memenuhi kebutuhan organisasi secara efektif, pasar mungkin telah
menyediakan lebih dari satu jenis produk yang dapat digunakan. Sebagai contoh
adalah meteran listrik. Setidaknya ada dua jenis yang saat ini ada di pasar, yaitu
meteran listrik mekanik serta meteran listrik digital. Masing-masing jenis produk
tersebut mungkin terdiri dari berbagai merek dengan kualitas yang beragam.
Dengan memahami kualitas produk dari tiap merek yang ada, pembeli akan dapat
menentukan berbagai alternatif merek yang dapat diterima. Sementara merek yang
lain mungkin tidak akan dapat diterima karena memiliki kualitas atau teknologi yang
lebih rendah dari kebutuhan efektif. Analisis Pasar juga akan dapat menunjukan
adanya berbagai produk subtitusi yang dapat dijadikan sebagai alternatif.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 11 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

• Siapa sajakah produsen dari produk yang tersedia di pasar


Sebagai contoh, mungkin ada sejumlah pemasok peralatan pelindung keselamatan
kerja (protective equipment) yang tersedia di pasar, tetapi Analisis Pasar mungkin
mengekspos bahwa berbagai jenis atau merek tersebut ternyata dimiliki oleh satu
perusahaan induk. Dalam kondisi normal, perusahaan yang berada dalam suatu
holding, sangat kecil kemungkinan untuk saling bersaing.

• Siapa saja pembeli dan/atau konsumen dari produk


Ketika jumlah dan jenis produk yang ada dipasar ternyata terbatas, besar
kemungkinan terjadi persaingan diantara para pembeli untuk memperebutkan
sumber pasokan yang ada dipasar. Analisis Pasar akan dapat menunjukan para
pembeli atau konsumen produk yang dibutuhkan organisasi, yang dapat menjadi
pesaing.

• Bagaimana kondisi persaingan yang ada di pasar


Dengan memperhatikan kecenderungan (trend), serta memeriksa kemungkinan
pesaing untuk masuk atau keluar dari pasar, organisasi dapat membuat keputusan
dan merencanakan secara lebih efektif. Analisis kompetisi memerlukan pemahaman
tentang bagaimana cara para pemasok bersaing di pasar. Para pemasok mungkin
saling bersaing pada:
harga
layanan
distribusi
jenis produk, atau
citra merek (brand image)

Beberapa industri yang terdiri dari pemasok yang menawarkan tingkat produk dan
layanan generik yang sama mungkin akan bersaing pada harga. Industri lain
mungkin melakukan diferensiasi dengan para pesaingnya berdasarkan kualitas,
tingkat layanan dukungan, serta rantai distribusi. Kemungkinan untuk negosiasi
harga dalam kondisi seperti ini biasanya sangat kurang kemungkinanannya. Namun,
kualitas produk mungkin dapat dikompromikan. Jika perusahaan dalam pasar

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 12 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

bersaing didasarkan pada persepsi pembeli atas brand image, organisasi perlu
menyelidiki dengan teliti apakah citra merek tersebut bukan hanya persepsi.

• Jenis saluran-saluran distribusi yang berbeda dalam pasar


Salah satu tujuan Analisis Pasar adalah untuk mengetahui saluran distribusi
(distribution chanel). Dengan Analisis Pasar, organisasi dapat menentukan siapa
pemain utama dalam penjualan/pekerjaan suatu barang/jasa. Jika telah diketahui
sumber utama, maka pemilihan saluran distribusi dilakukan dengan meminimalkan
rantai suplai agar dapat mengurangi biaya secara keseluruhan.
Saluran distribusi merupakan seperangkat praktik atau kegiatan yang diperlukan
untuk memindahkan barang dari produsen hingga ke konsumen. Contoh saluran
distribusi antara lain adalah grosir, situs e-commerce, penjualan menggunakan e-
catalog, konsultan, tenaga penjualan langsung yang menjual melalui telepon,
dealer, jaringan rumah belanja dan pengecer.
Pembelian langsung ke pabrik atau distributor mungkin tidak akan dilayani apabila
jumlah pembelian sangat sedikit. Dalam kondisi seperti ini, saluran distribusi yang
mungkin dapat digunakan adalah melalui retailer atapun e-catalog.

• Berbagai tingkat harga yang ada di pasar serta bagaimana harga tersebut
ditentukan
Harga terbentuk dari interaksi antara penawaran dan permintaan. Ketika pertukaran
terjadi, harga yang disepakati disebut "harga keseimbangan". Perubahan
permintaan ataupun penawaran di pasar akan dapat menyebabkan perubahan
harga keseimbangan. Dengan asumsi bahwa faktor-faktor lainya adalah tetap,
keseimbangan pasar dipengaruhi oleh mekanisme perubahan dalam harga dan
kuantitas.

Proses terjadinya keseimbangan pasar dapat digambarkan dalam ilustrasi atas permintaan dan
penawaran apel berikut.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 13 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Jumlah penawaran seorang petani apel untuk dijual


Penawaran Permintaan
diasumsikan hanya dipengaruhi oleh besarnya harga per buah.
Harga Kuantitas Harga Kuantitas
Semakin tinggi harga per buah apel, semakin besar juga 1.000 100 1.000 1.200
kesediaan seorang petani sebagai penjual untuk menjual 1.250 200 1.250 1.100
produknya. Tabel penawaran berikut menunjukan kondisi 1.500 300 1.500 1.000
1.750 400 1.750 900
tersebut. Ketika harga per buah apel hanya Rp1.000, maka 2.000 500 2.000 800
kuantitas yang ditawarkan 100 buah. Ketika harga apel 2.250 600 2.250 700
meningkat menjadi Rp1.250, maka jumlah yang disediakan 2.500 700 2.500 600
dijual ke pasar juga meningkat menjadi 200 buah dan terus 2.750 800 2.750 500
3.000 900 3.000 400
bertambah hingga mencapai 1.200 buah ketika harganya 3.250 1.000 3.250 300
mencapai Rp3.750 per buah. Bagi penjual, semakin tinggi 3.500 1.100 3.500 200
harga maka semakin besar kesempatan memperoleh total 3.750 1.200 3.750 100
pendapatan yang lebih tinggi. Dalam ilmu ekonomi, manusia diasumsikan selalu berusaha
memaksimalkan utility (termasuk dalam pengertian ini adalah keuntungan/kepuasan).

Kondisi yang sebaliknya terjadi pada individu pembeli. Dengan asumsi “ marginal deminishing
return”, dimana seseorang akan mendapat kepuasan yang semakin menurun atas tiap tambahan
barang/jasa yang dikonsumsi, seorang pembeli akan bersedia mengorbankan pendapatanya
untuk mendapatkan tambahan barang/jasa pada harga yang lebih rendah daripada harga
sebelumnya.

Ilustrasi pergerakan kuantitas yang ditawarkan


oleh penjual dan kuantitas yang diminta oleh
pembeli dapat dilihat pada gambar di samping.

Kurva S (Supply/Penawaran) mempunyai


kemiringan yang semakin naik. Sedangkan Kurva
D (Demand/ Permintaan) mempunyai
kemiringan yang semakin turun.

Pada tingkat harga Rp3.000, pembeli cukup puas


dengan hanya membeli 400 buah apel (A),
sementara sang penjual bersedia menjual
sebanyak 900 buah (B). Dengan kondisi tersebut
terjadi kelebihan penawaran sebesar 500 buah.
Dengan asumsi maksimalisasi utility, sang
penjual akhirnya bersedia menurunkan harga
agar sang pembeli mau menambah jumlah apel bersedia dibeli. Ketika pembeli mengetahu
bahwa harga yang ditawarkan menurun, maka akan bersedia menambah jumlah yang di beli
hingga mencapai titik (C).

Pergerakan dari A dan B ke titik C, diasumsikan hanya dipengaruhi oleh faktor harga. Ketika
yang berubah ternyata bukan harga, maka kurva permintaan (D) dan penawaran (S) akan
mengalami pergeseran. Sebagai contoh, ketika pendapatan seorang pembeli mengalami
peningkatan, maka jumlah uang yang tersedia untuk membeli apel tersebut juga bertambah.
Artinya, pada tingkat harga Rp.3000, (dengan asumsi ceteris paribus: “ yang lain dianggap
tetap”) sang pembeli mungkin bersedia untuk membeli di atas 400 buah. Demikian juga ketika
harga mencapai Rp2.000, pembeli mungkin bersedia membeli di atas 900 unit. Kurva permintaan
(Demand) akan bergeser ke kanan. Demikian juga sebaliknya, bila pendapatan berkurang,
maka Kurva permintaan (Demand) akan bergeser ke kiri. Sedangkan faktor lain yang dapat
membuat kurva penawaran bergesar adalah masalah panen. Bila panen apel melimpah dengan
asumsi permintaan dan faktor lain tetap maka jumlah yang bersedia ditawarkan pada harga

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 14 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Rp3.000 akan diatas kurva permintaan semula, misalnya 1.100 buah apel. Pergeseran Demand
dan Supply diasumsikan selalu sejajar dengan kurva sebelumnya. Bagaimana pengaruh
pergeseran Demand dan Supply dapat dilihat pada gambar berikut.

Terdapat kemungkinan terjadinya tingkatan harga yang berbeda di pasar di mana


individu pembeli dan penjual merasa puas. Harga pasar tersebut merupakan
penjumlahan total (agregat) permintaan dan penawaran. Jumlah secara agregat
akan menciptakan harga keseimbangan pasar.

Gambar berikut akan dapat menunjukan bahwa, peningkatan pendapatan akan


mengeser kurva permintaan ke kanan yang menunjukan peningkatan permintaan
agregat. Dengan asumsi jumlah penawaran tetap, kenaikan tingkat permintaan
agregat tersebut akan menyebabkan keseimbangan pasar berubah yang ditandai
dengan adanya kenaikan harga barang
dari P1 menjadi P2.

Sebaliknya, turunnya jumlah pendapatan


masyarakat akan menyebabkan
turunnya tingkat permintaan yang
ditandai dengan pergeseran kurva
permintaan ke kiri.
Dengan asumsi jumlah penawaran tetap,
penurunan tingkat permintaan akan
menyebabkan keseimbangan pasar
berubah yang ditandai dengan adanya
penurunan harga barang dari P1 menjadi
P2.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 15 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Sementara itu, kenaikan tingkat penawaran


yang antara lain disebakan oleh peningkatan
efisiensi produksi dan kemajuan teknologi
justru akan menurunkan tingkat harga.
Gambar disamping menunjukan pergesaran
kurva penawaran ke kanan akan
menyebabkan penurunan harga dari P1
menjadi P2.
Kondisi sebaliknya terjadi ketika tingkat
penawaran mengalami penurunan yang
antara lain disebabkan oleh kenaikan biaya
bahan baku dan faktor produksi. Pergeseran
kurva penawaran ke kiri akan menyebabkan
kenaikan harga dari P1 menjadi P2.

Dalam kondisi tertentu, pemerintah juga dapat melakukan intervensi terhadap


pasar. Intervensi tersebut dapat dilakukan dengan mempengaruhi harga melalui operasi
pasar untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran atau dengan menetapkan harga
tertinggi (ceiling price) atau harga terendah (floor price).

Meskipun tujuan Analisis Pasar dalam modul ini akan lebih ditekankan kepada
penentuan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan, tidak berarti yang dianalisis
hanyalah harga semata. Informasi lain yang relevan juga perlu didapatkan dan dianalisis
dengan cermat dan seksama. Berikut ini akan diuraikan sebuah contoh yang mendukung
pernyataan diatas.

Contoh Kasus
PPK suatu instansi telah melakukan survey harga di pasar setempat untuk menyusun dan
menetapkan Harga Perkiraan Sendiri atas pengadaan suatu alat pertanian. Survey dilakukan
dengan meminta informasi harga alat tersebut yang memenuhi spesifikasi teknis kepada tiga
penyedia dan menghasilkan data harga sebagai berikut:
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 16 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Merek X di Toko A Merek Y di PT. B Merek Z di CV. C


Harga Rp 13.000.000 Rp 14.000.000 Rp 15.000.000

Berdasarkan data pasar tersebut PPK sebenarnya mempunyai tiga alternatif perhitungan HPS
dengan rincian sebagai berikut:

Alternatif Menggunakan Harga Menggunakan Harga Menggunakan Harga


Terendah Rata-rata Tertinggi
HPS =100 unit x Rp =100 unit x Rp =100 unit x Rp
13.000.000 14.000.000 15.000.000
= Rp1.300.000.000 =Rp1.400.000.000 =Rp1.500.000.000

Perlu disadari bersama, ketentuan pengadaan barang dan jasa pada prinsipnya tidak mengatur
secara rinci bagaimana seharusnya PPK menggunakan data pasar. Oleh karena itu, bila PPK
memilih salah satu diantara ketiga alternatif HPS tersebut, pada dasarnya tidak menyalahi
ketentuan. Namun demikian, alasan PPK untuk memilih salah satu diantara tiga pilihan itulah
yang harus dapat dipetanggungjawabkan.

Apabila PPK tidak memiliki informasi lain yang relevan, kemungkinan besar akan memilih harga
terendah sebesar Rp1.300.000.000.

Pertanyaannya adalah “Apakah pilihan PPK ini sudah tepat?”


Untuk menentukan sudah tepat atau tidaknya PPK dalam menetapkan HPS, indikator yang
dipakai seharusnya adalah “apakah HPS tersebut akan dapat menjamin tercapainya tujuan
pengadaan yang dilaksanakan berlandaskan prinsip-prinsip pengadaan atau tidak”.
Sebagai ilustrasi, apabila ternyata harga di Toko A tersebut adalah harga obral untuk
menghabiskan sisa stok barang sejumlah 5 unit karena akan merelokasi tempat usahanya, maka
hampir dapat dipastikan pengadaan barang ini akan gagal.
Jumlah yang diperlukan oleh PPK adalah 100 unit. Ketika HPS ditetapkan Rp13.000.000 per unit,
kedua merek lain tidak akan mau ikut menawar karena harga jual mereka sudah diatas HPS.
Oleh karena itu, meski tujuannnya adalah survey harga untuk penyusunan HPS, PPK ternyata
seharusnya juga mengumpulkan dan menganalisis jumlah barang yang tersedia serta
kemungkinan jumlah penyedia yang ada dipasar agar tujuan pengadaan tercapai secara efektif
dan efisien, transparan, akuntabel, tidak diskriminiatif, terbuka dan bersaing.

Dengan demikian, meski tujuan utama Analisis Pasar di modul ini adalah untuk
penentuan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan, berbagai informasi lain yang
relevan juga perlu dipertimbangkan untuk dikumpulkan dan dianalisis.
Ruang lingkup Analisis Pasar dalam penentuan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan
modul ini, meliputi tahapan:

a. Penyusunan Anggaran pada tahap perencanaan


Nafarin (dalam buku yang berjudul “Penganggaran Perusahaan”) mendefinisikan
anggaran sebagai rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi dalam jangka
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 17 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

waktu tertentu yang dinyatakan secara kualitatif dan umumnya dinyatakan dalam
satuan uang. Anggaran tersebut dapat berfungsi sebagai alat pengawasan dibidang
keuangan yang digunakan oleh perusahaan yang berorientasi pada laba maupun non
laba (termasuk pemerintahan).

Gambar 2 Anggaran Belanja di Perusahaan Manufaktur

Anggaran belanja pada perusahaan manufaktur sebagaimana terlihat pada gambar


di atas disusun dengan mempertimbangkan target pendapatan. Realisasi belanja di
sektor organisasi profit dimungkinkan untuk melampaui jumlah yang dianggarkan
selama jumlah pendapatannya dapat melebihi target yang dianggarkan. Hal ini
sejalan dengan tujuan organisasi profit yang pada umumnya berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan melalui penjualan barang/jasanya secara optimal.
Berbeda dengan sektor swasta, pagu anggaran belanja di sektor pemerintahan
merupakan batas tertinggi untuk pengeluaran yang tidak boleh dilampaui.
Penyusunan anggaran disektor pemerintahan yang tidak tepat dapat mengakibatkan
dua keadaan sebagai berikut:
• Bila perkiraan biaya pekerjaan ditetapkan terlalu rendah, maka besar
kemungkinan proses pelaksanaan pengadaan pada tahap pemilihan akan

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 18 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

mengalami kegagalan karena tidak ada penyedia yang mau rugi dengan
menawarkan barang atau jasa sesuai spesifikasi yang diminta.
• Sebaliknya, penetapan biaya pekerjaan yang terlalu tinggi akan menimbulkan
biaya kesempatan (opportunity cost), mengingat terbatasnya sumber dana untuk
jumlah kebutuhan yang tak terbatas. Sehingga, kebutuhan program dan kegiatan
lain yang sangat dibutuhkan mungkin tidak mendapat alokasi sumber dana akibat
‘mark up’ biaya program dan kegiatan prioritas yang mendapat alokasi anggaran
yang berlebih.

Standar harga yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang seperti Standar Belanja
Masukan bagi instansi pemerintah pusat atau Standar Harga yang ditetapkan Kepala
Daerah bagi instansi di pemerintah daerah, merupakan salah satu data dan informasi
yang akan digunakan dalam analisis pasar. Selain itu, berbagai faktor yang dapat
mengakibatkan perubahan harga seperti perkiraan tingkat inflasi tahun mendatang,
serta faktor eksternal lain perlu diperhitungkan untuk perkiraan harga dalam analisis
pasar tersebut.

Untuk pengadaan barang dan jasa yang tercantum dalam standar harga namun
mempunyai dampak terhadap kinerja atau memiliki nilai pengadaan yang besar, tidak
ada salahnya melakukan perbandingan dengan harga pasar. Bila dari Analisis Pasar
ditemukan adanya harga barang yang besar kemungkinan atau sudah berada di atas
standar harga, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran seharusnya
menginformasikan atau dapat mengusulkan perubahan standar harga tersebut
kepada pihak yang berwenang.

Tidak semua jenis barang atau jasa harus dilakukan Analisis Pasar untuk tujuan ini,
melainkan hanya kepada jenis barang atau jasa yang bersifat prioritas. Bagaimana
tata cara penentuan prioritas akan dijelaskan pada sub bab berikut.
Pada sektor pemerintah, Analisis Pasar tahap ini di lakukan sebelum PA/KPA
menyusun RKA untuk diserahkan kepada DPR/DPRD untuk dibahas.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 19 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

b. Penetapan Harga Perkiraan


Dalam pengadaan barang dan jasa di organisasi profit, sangat penting untuk dapat
menentukan harga yang tepat. Oleh karena itu, pejabat bagian pengadaan harus
memiliki referensi. Salah satu referensi yang dapat digunakan adalah harga yang
diperoleh berdasarkan perhitungan menggunakan metode harga perkiraan ( Owner
Estimate). Penyusunan harga perkiraan ini melalui proses analisis yang dilakukan
secara profesional dan hasilnya disahkan oleh manajer atau eksekutif yang memiliki
otoritas untuk melakukan hal tersebut.

Owner Estimate bagi organisasi profit berfungsi sebagai acuan dalam melakukan
evaluasi atas harga penawaran barang dan jasa yang diajukan oleh Pemasok, dengan
tujuan untuk mendapatkan harga penawaran yang wajar, dapat
dipertanggungjawabkan, dan dapat dilaksanakan oleh rekanan sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam kontrak. Di sektor organisasi profit, harga perkiraan
tersebut dapat dilampaui dengan persetujuan pejabat yang berwenang selama
memiliki alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Akan tetapi, pada sektor pemerintahan, harga perkiraan pada tahap persiapan
pengadaan adalah Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang akan digunakan sebagai batas
tertinggi harga penawaran dari calon penyedia yang dapat dinyatakan lulus, serta
untuk menilai kewajaran harga satuan dalam kontrak harga satuan atau gabungan
lumpsum harga satuan.

Berikut ini adalah dua resiko yang mungkin terjadi apabila penetapan HPS di sektor
pemerintahan dilakukan secara kurang cermat:
✓ Apabila HPS yang ditetapkan terlalu rendah, besar kemungkinan pengadaan akan
mengalami kegagalan karena semua penawaran penyedia berada di atas HPS
sehingga tidak ada satupun yang dapat ditetapkan sebagai pemenang.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 20 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

✓ Dan sebaliknya, apabila HPS yang


ditetapkan terlalu tinggi, terdapat
kemungkinan terjadinya kerugian
negara apabila pihak berwenang
menemukan adanya perbuatan
melawan hukum baik yang
disengaja maupun tidak
disengaja. Tuduhan adanya
penggelembungan harga atau
mark up sangat mungkin terbukti apabila HPS yang ditetapkan melebihi harga
pasar tanpa ada penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk menghindari kedua resiko tersebut, penyusunan HPS harus didasarkan kepada
metode yang yang dapat dipertanggungjawabkan serta berdasarkan data yang
relevan, aktual dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, Analisis Pasar tahap ini
seharusnya dilakukan menjelang proses pemilihan penyedia barang dan jasa.

Sedangkan harga perkiraan ahli (estimate engineer’s) bukan merupakan pokok


bahasan dalam modul ini. Harga perkiraan ahli (EE) merupakan perhitungan biaya
untuk suatu paket pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh konsultan perencana
atau orang yang memiliki kemampuan dalam menghitung biaya suatu pekerjaan
konstruksi. Penyusunan EE merupakan tanggung jawab konsultan dan bukan
merupakan salah kompetensi yang semestinya dimiliki oleh pengelola pengadaan.
Pejabat yang berwenang dapat menggunakan EE yang dibuat konsultan tersebut
untuk menyusun dan menetapkan HPS.

2.2 Penentuan Prioritas Untuk Analisis Pasar


Meski memiliki manfaat yang sangat banyak, harus disadari bahwa Analisis Pasar
dapat memakan waktu yang cukup lama serta menelan biaya yang cukup tinggi. Dengan
demikian, tidak semua pengadaan/pekerjaan memerlukan Analisis Pasar yang lengkap,

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 21 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

mendalam dan komprehensif. Analisis Pasar yang komprehensif semestinya diterapkan


secara selektif dan hanya dilakukan terhadap kondisi-kondisi berikut:
• Pengadaan item barang/jasa yang belum pernah dilaksanakan
(pengadaan baru/perdana). Bila organisasi/perusahaan tidak memiliki
pengetahuan/informasi yang cukup terkait barang/jasa yang akan dibeli, sudah
semestinya memberikan waktu dan upaya yang lebih dibandingkan untuk
pengadaan lainnya yang bersifat berulang.
• Adanya jeda waktu yang relatif lama dengan Analisis Pasar yang pernah
dilakukan. Jika Analisis Pasar yang terakhir ternyata telah cukup lama dilakukan,
saat ini mungkin saatnya untuk dimutakhirkan (update).
• Perubahan pasar dan teknologi yang relatif cepat. Untuk beberapa jenis
produk/jasa, situasi pasar mungkin tidak berubah dalam jangka waktu yang lama
karena teknologi yang relatif sederhana dan stabil. Jika demikian, Analisis Pasar
tidak perlu sering atau terlalu mendalam dilakukan. Di lain pihak, pasar untuk
produk/jasa yang bersifat tidak menentu/cepat berubah, baik karena sifat
produknya ataupun karena perubahan teknologi yang sangat cepat, memerlukan
Analisis Pasar yang sering dan berkelanjutan. Sebagian besar produk dan jasa pada
umumnya terletak diantara kedua kondisi tersebut.
• Besarnya jumlah belanja. Produk yang akan dibeli dengan jumlah uang yang
besar memerlukan prioritas yang tinggi. Melalui Analisis Pasar yang mendalam akan
dapat diidentifikasi peluang untuk melakukan pengadaan dengan biaya yang lebih
efisien.
• Besarnya dampak terhadap organisasi. Untuk beberapa jenis pengadaan,
jumlah besar maupun sedikit, sama pentingnya buat organisasi karena dapat
sangat berpengaruh terhadap penilaian kinerja organisasi. Selain biaya, masalah-
masalah yang terkait dengan kualitas, ketersediaan, waktu tunggu, dan dukungan
penyedia, juga sangat penting buat organisasi. Contoh kasus ini adalah komponen-
komponen penting dan suku cadang peralatan utama serta garansi atas peralatan
dan mesin. Ketersediaan pelat kendaraan bermotor, blangko BPKB di Kepolisian
serta blangko-blangko di Dinas Kependudukan juga sangat berpengaruh terhadap
pelayanan.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 22 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk membantu menentukan prioritas
pengadaan adalah dengan Supply Positioning Model. Model ini direpresentasikan
dengan 2 (dua) sumbu yaitu X dan Y yang memiliki arti sebagai berikut :
• Sumbu X merepresentasikan nilai
pengadaan atau pembelian pertahunnya.
Nilai ini bergantung pada volume dan harga
dan umumnya berlaku prinsip Pareto.
Menurut prinsip pareto, 80% paket
pengadaan barang/jasa (umumnya, paket-
paket kecil) nilainya hanya mewakili 20%
dari total nilai pengadaan. Sedangkan 20%
paket pengadaan barang/jasa (paket) mewakili 80% dari total nilai pengadaan.

Catatan: Untuk menentukan batas besarnya nilai pengadaan per tahun dapat dilakukan dengan
mempelajari nilai pembelian sebelumnya kemudian menentukan batasan rendah, sedang dan
tinggi. (Untuk sektor pemerintahan, contoh batasan yang dapat diambil berdasarkan jenis-jenis
perjanjian adalah adalah Rp10 juta, 50juta, dan Rp200juta)

• Sumbu Y memperlihatkan tingkat resiko/dampak barang/jasa yang akan diadakan


terhadap organisasi/instansi. Semakin tinggi posisi sumbu Y, semakin besar
dampak/resiko/pentingnya barang/jasa tersebut terhadap organisasi/instansi.

Catatan: Untuk menentukan tinggi/rendahnya dampak atau risiko barang/jasa terhadap


organisasi/instansi dapat dilakukan dengan membuat skala dampak atau risiko (misal dari 1 s/d
10) barang/jasa tersebut dengan kriteria yang disepakati secara internal. Contoh lain adalah
dengan membagi menjadi empat kategori dampak yaitu Tinggi, Sedang, Rendah, dan Dapat
Diabaikan.

Distribusi barang/jasa pada supply positioning model, jika dikelompokkan dengan


mempertimbangkan risiko/dampaknya terhadap organisasi/instansi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 23 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Keterangan: T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah, D=Dapat Diabaikan

Barang yang termasuk pada kelompok T (Tinggi) adalah barang yang memiliki
tingkat prioritas yang tinggi, baik dari sisi nilainya yang tinggi dan tingkat risiko/dampak
barang/jasa tersebut dalam mencapai tujuan organisasi/instansi. Tingkat prioritas ini
semakin menurun pada barang/jasa pada kelompok S, R dan D.
Berikut ini adalah contoh tabel penentuan prioritas pada pembangunan gedung
dan sarana Badan Diklat di suatu pemerintah daerah.
TABEL 2
CONTOH PENENTUAN PRIORITAS

No Uraian Unit Harga Satuan Jumlah expenditure Impact

11 Gedung Kelas dan Lab 1 X 8,000,000,000 = 8,000,000,000 4 High 4 High


1 Katering 75,000 X 100,000 = 7,500,000,000 4 High 4 High
23 Cleaning Service 12 X 50,000,000 = 600,000,000 3 Middle 4 High
18 Layar Utk LCD 12 X 10,000,000 = 120,000,000 2 Low 4 High
9 LCD 10 X 10,000,000 = 100,000,000 2 Low 4 High
22 Air Conditioner (split) 1 PK 15 X 4,000,000 = 60,000,000 2 Low 4 High
12 Meja Lab Komputer 30 X 1,500,000 = 45,000,000 1 Neglect 4 High
13 Kursi 30 X 750,000 = 22,500,000 1 Neglect 4 High
3 Penjilidan Modul 45,000 X 75,000 = 3,375,000,000 3 Middle 3 Middle
5 Komputer PC 50 X 15,000,000 = 750,000,000 3 Middle 3 Middle
24 Jaringan 1 X 750,000,000 = 750,000,000 3 Middle 3 Middle

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 24 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

No Uraian Unit Harga Satuan Jumlah expenditure Impact

17 Listrik 12 X 50,000,000 = 600,000,000 3 Middle 3 Middle


25 Aplikasi/Sistem e-Proc Lab 1 X 400,000,000 = 400,000,000 3 Middle 3 Middle
28 Genset 1 X 350,000,000 = 350,000,000 3 Middle 3 Middle
29 Tas 3,000 X 100,000 = 300,000,000 3 Middle 3 Middle
30 Seminar Kit 3,000 X 100,000 = 300,000,000 3 Middle 3 Middle
16 ATK 6,000 X 50,000 = 300,000,000 3 Middle 3 Middle
4 Komputer Server 2 X 110,000,000 = 220,000,000 3 Middle 3 Middle
2 Penyusunan Modul 15 X 10,000,000 = 150,000,000 2 Low 3 Middle
31 Mesin Foto Copy 2 X 40,000,000 = 80,000,000 2 Low 3 Middle
27 Operating System 50 X 800,000 = 40,000,000 1 Neglect 3 Middle
7 Printer Laser 5 X 3,000,000 = 15,000,000 1 Neglect 3 Middle
6 Printer Deskjet 5 X 1,500,000 = 7,500,000 1 Neglect 3 Middle
21 Lift 1 X 1,090,000,000 = 1,090,000,000 3 Middle 2 Low
19 Pemanas Air Kamar Mandi 10 X 80,000,000 = 800,000,000 3 Middle 2 Low
26 Tempat Parkir 1 X 300,000,000 = 300,000,000 3 Middle 2 Low
20 Pintu Otomatis 1 X 250,000,000 = 250,000,000 3 Middle 2 Low
8 Notebook 10 X 7,500,000 = 75,000,000 2 low 2 Low
10 UPS 10 X 2,000,000 = 20,000,000 1 Neglect 2 Low
14 Meja Biro 10 X 1,500,000 = 15,000,000 1 Neglect 2 Low
15 Kursi Eksekutif 10 X 1,000,000 = 10,000,000 1 Neglect 2 Low
32 Pengecatan tembok 1 X 20,000,000 = 20,000,000 1 Neglect 1 Neglect

Pengelompokkan nilai pengadaan misalnya dapat dilakukan sebagai berikut. Nilai


pengadaan sampai dengan Rp 50 juta diabaikan. Nilai pengadaan diatas Rp 50 juta
sampai dengan Rp 200 juta, dimasukkan kategori kecil. Nilai pengadaan diatas Rp 200
juta sampai dengan Rp 5 miliar adalah kategori sedang. Nilai pengadaan diatas Rp 5
miliar dikategorikan tinggi.

Sementara itu, dampak terhadap organisasi terhadap kinerja dalam contoh ini
juga dibagi menjadi empat, yaitu tinggi, sedang, rendah, dan dapat diabaikan. Kriteria
pengelompokan dampak ini harus dibuat secara tertulis dan direviu oleh pihak yang
kompeten sebelum ditetapkan. Contoh kriteria dampak tersebut adalah sebagai berikut:
• Dampak tinggi: kinerja organisasi sangat terganggu akibat program atau kegiatan
tidak dapat berjalan apabila produk barang/jasa dimaksud tidak tersedia secara
efektif

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 25 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

• Dampak sedang: kinerja cukup terganggu, meski program atau kegiatan masih
dapat berjalan apabila produk barang/jasa dimaksud tidak tersedia, namun output
prioritas ataupun outcome kemungkinan besar tidak tercapai secara efektif.
• Dampak rendah: kinerja relatif tidak tergangggu karena program atau kegiatan
masih dapat berjalan meski produk barang/jasa dimaksud tidak tersedia, dan masih
tersedia alternatif pengganti.
• Dampak dapat diabaikan: program atau kegiatan masih dapat berjalan secara
normal meski produk barang/jasa dimaksud tidak tersedia.

Distribusi barang/jasa pada supply positioning model, dapat dikelompokkan


sebagaimana gambar berikut di bawah ini.

Keterangan: T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah, D=Dapat Diabaikan

Pengadaan barang yang merupakan prioritas pertama adalah pembangunan Gedung


Kelas dan Lab (No.1) serta pengadaan Katering (no.11) karena memiliki nilai pengadaan
yang tinggi (diatas Rp 5 miliar) serta memiliki dampak yang juga besar terhadap
organisasi. Sementara itu Pengecatan tembok (no.32) merupakan pekerjaan yang
memiliki nilai pengadaan kecil (di bawah Rp 50 juta) serta tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian, Pengadaan yang ‘harus’
dilakukan survey dan Analisis Pasar menurut contoh tersebut adalah nomor
1,11,18,22,9,12,13, 3,5,17 dan seterusnya.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 26 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Catatan
Khusus untuk tujuan pembuatan HPS, Analisis Pasar atas harga barang/komponen
setempat dilakukan terhadap seluruh rencana barang/jasa yang akan diadakan, kecuali
untuk pengadaan yang direncanakan akan dilakukan dengan metode pengadaan
langsung menggunakan bukti pembelian.
Sedangkan untuk Tujuan penyusunan anggaran, informasi harga didapatkan dari
standar harga yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Apabila standar harga
tidak mencantumkan batas tertinggi untuk harga barang/jasa tersebut, data pasar
setempat atau data lainnya perlu dicari dan didapatkan.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 27 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

BAB III
MELAKUKAN ANALISIS PASAR

3.1 Persiapan Kegiatan Analisis Pasar


Sebelum memulai kegiatan Analisis Pasar, langkah persiapan yang seharusnya
dilakukan adalah:
• Mendefinisikan secara jelas tujuan dan elemen Analisis Pasar
• Mengidentifikasi sumber-sumber data dan informasi yang potensial
• Menentukan model Analisis Pasar
• Menguraikan kegiatan kunci serta menyusun jadwal untuk menyelesaikan Analisis
Pasar.
• Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk mendukung analisis seperti
SDM, biaya, serta sarana dan prasarana

Ketidakjelasan penetapan tujuan dapat mengakibatkan pemborosan waktu dan


sumber daya. Seperti telah diuraikan di bab sebelumnya, tujuan Analisis Pasar yang
dibahas dalam modul ini adalah untuk menentukan besarnya total perkiraan biaya
pekerjaan dalam penyusunan anggaran dan penyusunan HPS. Karakteristik kedua
perkiraan biaya tersebut sangat berbeda. Perkiraan biaya pekerjaan pada saat
penyusunan anggaran tidak sedetil struktur dan komponen biaya pekerjaan pada saat
menyusun HPS. Oleh karena itu, elemen data pasar yang dikumpulkan dan analisisnya
juga berbeda. Agar efektif dan efisien, hanya data yang relevan dengan tujuan saja yang
seharusnya dikumpulkan dan kemudian dianalisis.

Berikut ini contoh tujuan dan komponen Analisis Pasar.


Tujuan / Komponen
RKA Menentukan perkiraan Harga Barang/Jasa ditahun pelaksanaan Anggaran (T + 1)
Jenis-jenis produk yang ada di pasar
Penyedia-penyedia potensial yang ada dipasar
Standar Harga yang ditetapkan pihak berwenang
Harga pasar dan faktor yang mempengaruhi harga
HPS Menentukan Harga wajar Barang atau Jasa saat pelaksanaan ( T )
Jenis produk dan/atau komponen pekerjaan yang ada di pasar

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 28 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Penyedia komponen/barang potensial yang ada dipasar


Harga komponen pekerjaan dan/atau harga barang
Harga pada Kontrak-kontrak sejenis

Untuk menentukan harga perkiraan biaya pekerjaan pada tahap perencanaan,


informasi yang dikumpulkan masih bersifat global. Sebagai ilustrasi, untuk menyusun
anggaran pembangunan gedung kantor satu lantai, informasi minimal yang perlukan
adalah rencana luas bangunan serta perkiraan harga bangunan per-meter2. Apabila
rencana luas bangunan adalah 100 m2, dan data historis menunjukan biaya total
bangunan dengan spesifikasi yang sama per m2 adalah Rp5 juta, maka perkiraan
anggaran yang diperlukan adalah sebesar Rp500 juta. Total nilai anggaran tersebut
sudah termasuk perencanaan, pengawasan, konstruksi serta biaya administrasi umum.

Sementara itu, perkiraan biaya pekerjaan untuk tujuan penyusunan HPS


dilakukan dengan merinci (breakdown) kegiatan perencanaan, pengawasan serta
konstruksi menjadi sub pekerjaan hingga komponen bahan, upah dan alat yang
diperlukan. Analisis Pasar tahap ini adalah untuk menentukan harga satuan komponen-
komponen tersebut. Nilai masing-masing kegiatan adalah perkalian harga satuan
komponen pekerjaan dengan volume. Harga perkiraan atas pekerjaan adalah
penjumlahan seluruh nilai kegiatan.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 29 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Jenis / Informasi yang Dicari/Dikumpulkan dan Dianalisis


Informasi Penyusunan Anggaran Penyusunan HPS
Barang Jenis-jenis barang yang ada dipasar, siapa saja Harga Barang dan rincian harga
penyedia (termasuk lokasi penyedia) serta Harga Komponen-komponen penunjang
Barang sampai siap digunakan dan masih dapat supaya barang siap digunakan, al:
bersifat global biaya instalasi dan pengetesan
Konstruksi Berbagai metode kerja/penggunaan bahan yang Harga komponen-komponen
ada dipasar (misal pilihan: beton normal 28 hari pekerjaan yang meliputi: upah,
kering vs beton cepat kering 10 jam), siapa saja bahan dan alat
penyedia (termasuk lokasi) serta Nilai Kontrak
berdasarkan luas bangunan agar dapat menentukan
Harga kontrak rata-rata per meter 2
Jasa Jenis-jenis paket dan metode yang tersedia di pasar, Harga komponen-komponen
Lainnya siapa saja penyedia (termasuk lokasi penyedia) pekerjaan yang meliputi: upah,
serta Nilai Kontrak berdasarkan volume pekerjaan bahan dan alat
untuk menentukan Harga Kontrak rata-rata per unit
yang menjadi pemicu biaya, spt: jumlah orang
untuk katering dan luas lantai untuk cleaning
service.
Konsultansi Pekerjaan sejenis yang pernah dilakukan oleh Harga komponen-komponen
organisasi lain, penyedia-penyedia yang dinilai pekerjaan yang meliputi biaya
mampu serta Nilai kontrak untuk pekerjaan yang personil dan non personil
sejenis

Jadi, ketika tujuan Analisis Pasar telah ditetapkan secara jelas, maka jenis data
dan informasi yang relevan serta berbagai alternatif sumbernya dapat diidentifikasi
secara tepat. Ada banyak sumber berbeda dan metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi mengenai pasar pasokan. Sumber-sumber data dan informasi
tersebut antara lain namun tidak terbatas dari:
internet,
Yellow Pages,
publikasi asosiasi dan organisasi industri,
panduan pembelian (buyer’s guides), brosur-brosur dan iklan,
data dan berkas pemasok tahun-tahun sebelumnya,
rekan, pemasok dan jaringan pelanggan,
koran, jurnal, buletin, majalah dan publikasi instansi pemerintah baik pusat maupun
daerah,
spesialis Analisis Pasar, dan
kontak dengan penyedia saat ini atau penyedia potensial.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 30 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Contoh Report dari Internet :

Sumber: http://www.strategyr.com/MarketResearch/Industrial_Valves_Market_Trends.asp

Berbagai data dan informasi yang dikumpulkan belum memiliki nilai dan manfaat
apabila bila belum diolah dan dianalisis dengan tepat. Meski banyak model Analisis Pasar
yang dapat digunakan, modul ini hanya akan membahas dua jenis model yang
dipandang relevan dengan tujuan menentukan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan,
yaitu Supplier Perception Model serta Supply Chain Analysis.

Selain menyusun jadwal kegiatan secara detil, pihak yang mempunyai


kewenangan juga seharusnya memperkiraan jumlah kebutuhan sumber daya manusia,
dana serta sarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pengumpulan data dan
Analisis Pasar tersebut. Tidak hanya pegawai internal, kegiatan tersebut juga dapat
melibatkan pegawai eksternal dan pihak swasta apabila diperlukan. Perkiraan biaya dan
sarana juga harus dipersiapkan sebelum kegiatan dilaksanakan.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 31 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Semakin rinci dan mendalam analisis data pasar dilakukan, semakin banyak
jumlah sumber daya manusia dan dana yang diperlukan. Keputusan harus didasarkan
kepada asas manfaat dan biaya. Jangan sampai biaya yang dikeluarkan lebih besar
daripada manfaat yang diperoleh.

Catatan: Penentuan Pihak Yang Berwenang dalam analisis pasar di Instansi


Pemerintah
Dalam tataran praktis, mungkin ada yang berpendapat bahwa Pengguna
Anggaran atau Pejabat Pembuat Komitmen merupakan pihak yang ‘harus’ melakukan
survey dan Analisis Pasar. Namun demikian, apabila dibaca secara seksama, Peraturan
Presiden tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah tidak secara tegas mengatur
tentang siapa pihak yang ‘seharusnya’ melakukan survey dan Analisis Pasar. Peraturan
yang berlaku tersebut hanya mengatur Pengguna Anggaran sebagai pihak yang
berwenang untuk menyusun anggaran serta Pejabat Pembuat Komitmen yang
berwenang untuk menetapkan HPS, bukan mengatur tentang siapa yang mengumpulkan
dan menganalisis data pasarnya. Namun demikian, tidak ditemukan juga suatu klausul
yang melarang mereka untuk melakukan survey dan Analisis Pasar.

Dengan demikian, baik Pengguna Anggaran maupun Pejabat Pembuat Komitmen


pada dasarnya dapat melakukan survey dan Analisis Pasar sendiri, atau menggunakan
data/informasi yang telah dikumpulkan oleh pihak lain selama mereka yakin bahwa
data/informasi tersebut diperoleh dari proses yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pertimbangan manfaat dan biaya semestinya perlu mendapat perhatian dalam
memutuskan pilihan tersebut setelah pertimbangan tentang efektivitas.
Sentralisasi proses pengumpulan data dan Analisis Pasar yang dilakukan secara
berkala, secara teori dan praktek merupakan salah satu pilihan yang diyakini akan dapat
menghemat biaya secara total bila dibandingkan dengan tiap SKPD/satuan kerja dan
PPK yang melakukan survey dan analisisnya sendiri. Di lingkungan pemerintah daerah,
hal tersebut mungkin cenderung mendapat pembenaran secara logika, mengingat
jumlah kegiatan yang dapat mencapai ratusan hingga ribuan dalam satuan kerja/SKPD.
Dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi yang dimiliki,
pilihan satuan kerja atau unit yang mungkin dapat dianggap terbaik untuk melakukan

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 32 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

survey dan analisis data pasar secara berkala adalah Unit Layanan Pengadaan (ULP).
Apabila, ULP dapat menyediakan data dan informasi harga yang mutakhir (up to date),
maka setiap PA/KPA yang berwenang menyusun anggaran dan PPK yang mempunyai
kewajiban menetapkan HPS, akan dapat memperoleh data yang seragam dan relatif
lebih efisien. Selain itu, harga satuan dalam anggaran dan HPS suatu barang atau jasa
di berbagai satuan kerja tidak akan mengalami perbedaan yang signifikan.

Jadi, tidak ada satupun ketentuan yang berlaku saat ini yang secara tegas
menyebutkan apakah survey dan Analisis Pasar dilakukan secara sendiri-sendiri atau
dilakukan secara terpusat. Setiap pilihan, pada dasarnya tidak dilarang ataupun
diperintahkan oleh ketentuan. Pilihan yang tepat adalah menggunakan alternatif yang
dapat mencapai tujuan secara efektif, tidak melanggar ketentuan, dan efisien dalam
penggunaan sumber daya.

Berbeda dengan sektor pemerintahan yang cenderung kaku dan harus mengikuti
ketentuan tertentu, sektor organisasi profit memiliki fleksibilitas dalam menentukan
struktur dan pendelegasian kewenangan untuk melakukan Analisis Pasar. Pihak-pihak
yang dapat diberikan kewenangan untuk melakukan Analisis Pasar pada sektor
organisasi profit secara umum dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya.

3.2 Tahap Kegiatan Analisis Pasar


Berdasarkan urutan proses yang dilakukan, tahapan kegiatan Analisis Pasar ini
dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu tahap mendapatkan Informasi Pasar dan
kemudian diikuti dengan tahap Menganalisis Informasi Pasar.

3.2.1 Mendapatkan Informasi Pasar


Berbagai informasi yang diperlukan untuk Analisis Pasar dapat diperoleh dari
berbagai sumber dan beragam jenis serta berbagai cara mendapatkannya.
Tingkat keakuratan Analisis Pasar sangat ditentukan oleh data yang dimiliki. Data
primer dari market intelegent yang terpercaya adalah sumber yang akurat, tetapi
mungkin perlu mengeluarkan biaya yang relatif mahal. Jadi seberapa besar toleransi

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 33 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

terhadap bias informasi dibandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan oleh
organisasi menjadi faktor penentu dalam hal ini. Salah satu langkah untuk mengurangi
bias adalah dengan melakukan riset (research) yang berkelanjutan serta mengelola data
dan informasi hasil riset dengan baik.

Bias Harga Hasil Survey Pasar


Survey pasar atas harga untuk jenis barang/pekerjaan tertentu mungkin sangat
heterogen. Sebagian besar harga mungkin berada di kisaran rata-rata dan sebagian kecil
biasanya berada di jauh di bawah rata-rata atau bahkan jauh di atas rata-rata. Apabila
jumlah data cukup banyak, variasi harga tersebut tetap dapat dimasukan sebagai data
yang akan diolah. Dalam kondisi seperti itu, organisasi/instansi dapat menggunakan
harga rata-rata sebagai nilai yang diambil sebagai hasil akhir dalam pertimbangan untuk
pengambilan keputusan.
Keputusan berbeda mungkin harus diambil ketika jumlah data yang diperoleh relatif
sedikit. Jika harga yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tersebut dimasukan dalam
proses pengolahan, hasil akhir simpulan harga pasar mungkin bersifat bias. Namun
demikian, sebelum mengeluarkan data dari proses pengolahan, pihak yang berwenang
dalam analisis pasar seharusnya berusaha mencari informasi tambahan yang dapat
menjelaskan mengapa kondisi tersebut terjadi. Mungkin harga yang ditawarkan oleh
satu penyedia tersebut sangat rendah karena sedang melakukan cuci gudang persedia
(stock) lama, hendak relokasi/ganti usaha atau mungkin kualitas barangnya tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Dengan informasi tersebut, pihak yang berwenang dapat mengeluarkan harga yang bias
tersebut dalam proses pengolahan, namun dengan tetap mempertahankannya didalam
dokumen data-data yang diperoleh. Dengan dokumen tersebut, pihak lain yang
berwenang akan dapat melakukan evaluasi apakah keputusan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak.

Jenis Data Analisis Pasar


Berdasarkan jenisnya, data untuk Analisis Pasar dapat dibedakan menjadi:
• Data primer
Data primer merupakan data yang di peroleh secara langsung dari sumber datanya.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 34 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Keunggulan data ini adalah dari sisi keandalannya. Sedangkan kelemahan utama
adalah pada lamanya jangka waktu pengumpulan serta besarnya biaya yang harus
dikeluarkan.

• Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
survei. Data ini telah dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode
baik secara komersial maupun non komersial. Data sekunder merupakan data yang
sudah tersedia dari hasil survei, analisis atau penelitian pihak lain. Kelemahan data
ini adalah dari sisi keandalan dan relevansinya. Sedangkan keuntungan utama adalah
kecepatan waktu pengumpulan dan biaya yang cenderung relatif lebih murah.

Sumber Data Analisis Pasar


Berdasarkan sumbernya, data untuk Analisis Pasar dapat dibedakan menjadi:
• Data internal
Data internal instansi merupakan data terkait berbagai produk, praktek bisnis dan
informasi terkait penyedia yang diperoleh dari dalam instansi/organisasi berdasarkan
data historis, baik berupa data pelelangan maupun kontrak-kontrak periode
sebelumnya, termasuk hasil pemeriksaan dari pihak yang berwenang.

• Data eksternal
Data eksternal instansi instansi/organisasi merupakan data tentang berbagai produk,
harga dan kuantitas, praktek bisnis dan informasi lain yang berkaitan dengan
penyedia, yang diperoleh dari luar instansi. Data eksternal ini dapat berupa data
primer maupun sekunder.

Penetapan jenis dan sumber data survei pasar yang akan didapatkan sangat
tergantung kepada tujuan dan elemen yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan rentang waktu dan biaya yang tersedia. Prinsip biaya-manfaat
seharusnya mendapat perhatian utama dalam memilih jenis dan sumber data. Pilihan
apapun atas jenis dan sumber data diperkenankan selama manfaat yang diperoleh akan
melebihi biaya yang dikeluarkan dan yang paling penting telah tersedia anggarannya
dalam anggaran. Pada umumnya, biaya untuk mendapatkan data primer lebih tinggi
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 35 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

dibandingkan biaya mendapatkan data sekunder, sementara biaya mendapatkan data


eskternal juga cenderung lebih tinggi dari data internal.

Dengan demikian, urutan ideal pengumpulan data untuk Analisis Pasar adalah
dimulai dari usaha mendapatkan data sekunder terlebih dahulu. Data sekunder tersebut
ada dua jenis, yaitu data sekunder yang sudah ada di instansi serta data sekunder yang
berada di luar instansi/organisasi. Apabila dari penelusuran dapat disimpulkan bahwa
data sekunder yang diperlukan tersebut tidak tersedia, barulah dilakukan pencarian data
langsung dari sumbernya.

Cara Perolehan Data Untuk Analisis Pasar


Data dan informasi dengan berbagai jenis dan sumber yang akan digunakan
ketika melakukan Analisis Pasar dapat diperoleh dengan cara yang berbeda. Berikut ini
dua kelompok besar cara mendapatkan data tersebut.

• Permintaan formal atas Informasi (Formal Request for Information)


Permintaan formal informasi (A Request for Information atau RFI) adalah alat untuk
mengumpulkan informasi pasar pasokan dan intelijen sebagai bagian dari Analisis
Pasar yang menggunakan format tertentu yang telah disiapkan oleh instansi. Meski
disebut formal, permintaan formal (RFI) ini tidak mengharuskan persetujuan secara
formal (otorisasi) dari pejabat yang berwenang.
Penggunaan kuesioner merupakan contoh bentuk permintaan formal. Kelemahan
cara ini adalah pembatasan terhadap informasi yang mungkin dapat diberikan lebih
banyak dan detil oleh pihak lain karena kekuranglengkapan pertanyaan dalam
kuesioner.
Cara ini lebih tepat digunakan ketika ada unsur ketidakpastian dalam hal usulan
program/kegiatan atau pasar, atau dalam bidang bisnis yang belum cukup
berkembang. Cara ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang unik atau
kompleks, di mana informasi publik dalam hal solusi pasar atau hal-hal yang bersifat
teknis yang tersedia sangat sedikit.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 36 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

• Pendekatan bebas untuk pengumpulan informasi


Pendekatan ini mendorong pihak yang berwenang untuk menggunakan cara yang
lebih fleksibel atau pendekatan yang kurang preskriptif dalam mengumpulkan
informasi pasar. Cara ini tidak menggunakan format tertentu serta tidak membatasi
jenis informasi yang dikumpulkan. Cara ini mengatasi kelemahan cara formal
sebagaimana telah diuraikan dimuka. Permintaan informasi bisa berubah atau
berkembang disesuaikan dengan kondisi yang ada. Cara ini terutama lebih tepat
untuk pengadaan yang memiliki kompleksitas atau nilai pengadaan yang besar.
Untuk pengadaan yang bersifat berulang atau rutin, informasi pasar semestinya
dikumpulkan secara berkelanjutan dan tidak hanya selama tahap Analisis Pasar
formal yang biasanya terjadi pada saat dimulainya proses pengadaan. Hal tersebut
memungkinkan untuk meningkatkan pemahaman substantif atas dinamika pasar.
Selain itu, pihak yang berwenang juga dapat mempertimbangkan untuk
mengunjungi pemasok (visit), menyelidiki solusi potensial yang mungkin muncul
atas kebutuhan instansi/organisasi serta tetap up-to-date dengan munculnya tren
atau isu-isu di pasar. Apabila diperlukan, diskusi dapat dilakukan dengan pemasok
potensial mengenai berbagai masalah, kekhawatiran atau hambatan pengadaan
kepada pemasok agar mampu merespons secara efektif untuk pengadaan dimasa
yang akan datang.

Contoh Best Practice


Selain standar harga tertinggi yang ditetapkan oleh Bupati, dan disusun sebelum tahun
anggaran yang merupakan lampiran Surat Edaran kepala daerah untuk Penyusunan
RKA, Pemerintah Kabupaten Maros juga secara berkala melakukan survey pasar untuk
berbagai jenis barang/jasa yang meliputi: Barang habis pakai, Aset/barang modal, Jasa
Sewa, dan Jasa tenaga. Tujuannya adalah untuk menyediakan data survey kepada PPK
pada saat menyusun HPS. PPK dapat melihat harga pasar setempat untuk barang yang
akan diadakan di situs http://siaga.maroskab.go.id/barang/view katalog/aset. Secara
total, biaya survey di level Kabupaten tersebut diyakini akan lebih efisien bila dibanding
total biaya bila setiap PPK atau PA/KPA melakukan survey harga secara sendiri-sendiri.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 37 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

3.2.2 Menganalisis Informasi Pasar


Setelah memperoleh data dan informasi yang diperlukan, tahap berikutnya adalah
proses pengolahan data, dan dilanjutkan dengan analisis data dan informasi pasar
tersebut.

Pengolahan Data dan Informasi Pasar


Pengolahan data dan informasi pasar merupakan proses untuk memberikan
konteks terhadap fakta, text, jumlah, angka, agar mempunyai makna yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini
tidak harus serumit atau sekompleks penelitian pada umumnya. Proses ini meliputi
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 38 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

kegiatan pengakumulasian, penyortiran serta pengelompokan jenis data dan informasi


untuk memudahkan proses analisis.

Kegiatan ini dimulai dengan melakukan input data dan informasi yang telah
dikumpulkan ke database baik menggunakan program yang berupa spreadsheet atau
pun yang lain. Meski tidak dilarang, penggunaan aplikasi semacam Microsoft World untuk
pengolahan data ini tidak disarankan, karena data harus dipindahkan ke program lain
pada saat melakukan pengakumulasian, pengelompokan, penyortiran serta pengolahan
lain yang diperlukan. Berikut ini adalah contoh instrumen pengolahan data dalam bentuk
spreadsheet yang memungkinkan untuk pengelompokan, pengurutan, penjumlahan dan
sebagainya.

Produk Type Merek Watt Garansi Garansi Harga Instalasi dan


Spare Kompres material
part or
AC Split 1 PK CS-YN09RKJ Panasoni 840 1 Tahun 3 Tahun Rp3.330.000 Rp 300.000
c
AC Split 1 PK FTNE25JEV Daikin 690 1 Tahun 3 Tahun RP2.943.000 Rp 550.000
AC Split 1 PK T09NLA LG 630 1 Tahun 3 Tahun RP3.045.000 Rp 350.000
AC Split 1 PK AR09JRFLA Samsung 750 1 Tahun 3 Tahun RP2.683.000 Rp 500.000
W
AC Split 0,5 AR05JRFLA Samsung 360 1 Tahun 3 Tahun RP2.483.000 Rp 500.000
PK W
AC Split 0,5 AH-A5SEY Sharp 390 1 Tahun 3 Tahun RP2.473.000 Rp 450.000
PK
... ... ... ... ... ... ... ...

Contoh tabel diatas menunjukan pengelompokan data AC sesuai spesifikasi


outputnya. AC split 1 PK dengan ½ PK dikelompokan secara terpisah untuk memudahkan
analisis. Harga AC dan biaya instalasi juga dapat dijumlahkan dengan rumus untuk
mendapatkan total harga terpasang. Analisis dapat dilakukan dengan melakukan
pengurutan baik daya input maksimal maupun total harga, disesuaikan dengan tujuan
Analisis Pasar.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 39 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Analisis Data dan Informasi Pasar


Setidaknya ada dua model Analisis Pasar yang perlu diperhatikan yang relevan
tujuan modul ini, baik perkiraan biaya pekerjaan dalam tahap penyusunan anggaran
maupun penyusunan HPS, yaitu: Supplier Perception Model5 Serta Supply Chain Analysis
dan analisis harga dan biaya (cost and price analysis). Sedangkan untuk tujuan
penyusunan anggaran disektor pemerintahan, salah satu metode analisis tambahan
yang dapat dilakukan adalah analisis menggunakan standar harga.

a. Supplier Perception Model


Strategi yang diterapkan penyedia sangat tergantung kepada bagaimana mereka
memandang instansi/organisasi selaku pembeli. Ada empat kategori penyedia
memandang atau menganggap pembeli yaitu: nuisance (pengganggu), exploitable
(dapat dieksploitasi), develop (berkembang) dan core (inti), yang digambarkan dalam
matriks 2 x 2.

Sumbu vertikal menunjukan daya tarik atau atractiveness instansi/organisasi bagi


pemasok/supplier. Beberapa contoh daya tarik ini adalah sebagai berikut:
• Jumlah dan nilai pengadaan yang diprediksi akan semakin berkembang
• Ketepatan dan kemudahan proses/sistem pembayaran
• Bagi Instansi pemerintah, tidak mungkin bangkrut
• Budaya antikorupsi, tidak adanya keharusan kick back atau biaya pelicin
Sumbu horizontal menunjukan besarnya nilai pengadaan.

5
Supplier Perception Model dalam beberapa literatur juga sering disebut sebagai Supplier Preferencing
Model. “The Seller’s Perception Matrix, sometimes known as Supplier Preferencing, allows buyers to gain
an appreciation of the supplier’s perception of their organisation as a customer in the overall market”.
lihat https://www.springtideprocurement.com/campaigns/download-sellers-perception-matrix/
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 40 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Ketika instansi/organisasi sebagai pembeli


dipandang oleh penyedia sebagai nuisance,
akan sangat sulit bagi pembeli untuk
mendapat perhatian dari penyedia dalam
pencapaian ‘win-win solution’. Sedangkan
bila pembeli dipandang sebagai develop
exploitable atau core, penyedia
kemungkinan akan bersedia memberikan
‘kompensasi’ tertentu untuk bagi pembeli
untuk mau bekerja sama. Salah satu yang mungkin diberikan adalah berupa diskon
harga.
Data sekunder mungkin tidak menyediakan informasi seperti ini. Oleh karena itu, cara
untuk mendapatkan data ini adalah dengan langsung melakukan survey kepada
beberapa penyedia potensial di daerah namun tidak pernah mau memasukan
penawaran kepada instansi.

b. Supply Chain Analysis serta analisis biaya dan harga


Rantai pasokan terdiri dari semua elemen atau organisasi yang terlibat dalam proses
menciptakan barang atau jasa dari input melalui produksi, distribusi dan pemasaran
hingga pengguna akhir. Organisasi-organisasi tersebut berbagi hubungan menjadi
pelanggan sekaligus pemasok ke beberapa organisasi lainnya. Rantai pasokan perlu
diteliti untuk mengidentifikasi elemen yang memberi nilai tambah pada setiap tahap
serta untuk mengidentifikasi elemen pasokan yang rentan.
Tiap tahap dalam rantai pasokan menambahkan biaya ke dalam harga barang atau
jasa saat sebagai kompensasi terhadap nilai (value) yang mereka tambahkan ke
pengembangan, distribusi atas proses penjualan.

Instansi/organisasi perlu melakukan identifikasi di level mana dari rantai pasokan


mereka seharusnya atau dapat bertransaksi, apakah di level manufaktur, distributor
atau retail. Jika volume pembelian instansi/organisasi dan pengeluaran terlalu kecil
atau terlalu besar, instansi/organisasi mungkin hanya dapat mengakses tahap atau
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 41 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

elemen pasokan tertentu. Manufaktur tertentu, misalnya, biasanya menolak untuk


menjual dibawah jumlah tertentu.

Analisis perbandingan harga perlu dilakukan apabila instansi/organisasi dapat


mengakes minimal dua saluran rantai pasokan, misal ditingkat pengecer dan
distributor atau supplier dari pengecer. Beberapa komponen biaya ditingkat distributor
atau supplier dari pengecer yang perlu diidentifikasi dan mungkin ditambahkan antara
lain adalah:
• Biaya pengepakan
• Biaya pengiriman
• Biaya asuransi
• Pajak masukan dan pajak keluaran atas PPN
• biaya overhead dan keuntungan, bila instansi/organisasi bermaksud mencari
penyedia lain yang potensial.

Berikut ini adalah ilustrasi analisis harga barang yang dilakukan oleh sebuah instansi
di Kota Makasar. Pihak yang bertanggung jawab di instansi tersebut mendapatkan
kondisi dimana hanya ada satu penyedia yang menyediakan barang yang sesuai
dengan spesifikasi teknis di lokasi tersebut. Untuk mendapatkan informasi penyedia
lain, instansi mengumpulkan data melaui data sekunder atau data primer bila data
sekunder tidak tersedia.

Perbedaan harga secara kasar menunjukan jumlah yang cukup besar yaitu
Rp 201.600.000 dilokasi dan Rp180.000.000 di Jakarta. Sebelum mengambil
keputusan, pihak yang bertanggung jawab di instansi harus memastikan bahwa
perbandingan tersebut adalah setara untuk jenis dan kualitas barang. Informasi
berikutnya yang harus dipastikan adalah apakah harga tersebut sudah termasuk pajak
pertambahan nilai (PPN) atau atau belum termasuk PPN.
Bila harga distributor sebesar Rp180.000.000 sudah termasuk PPN, dan harga retail
setempat 201.600.000 belum termasuk PPN, maka analisis biaya berikutnya adalah
pada biaya-biaya untuk membawa barang dimaksud dari Jakarta ke Kota Makasar
serta PPN untuk harga retail setempat. Dengan asumsi bahwa menurut UU pajak,

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 42 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

PA/KPA seharusnya bertransaksi hanya dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP) maka
pada perhitungan harga perkiraan, pajak masukan perlu di keluarkan.

Harga distributor di Jakarta 180.000.000 Harga retail setempat 201.600.000


+ biaya pengepakan 700.000
+ biaya pengiriman 3.000.000
+ biaya asuransi 1.000.000
184.700.000
+ overhead dan keuntungan
(misal 15%) 27.705.000
212.405.000
- pajak masukan (16.363.636)
+ pajak keluaran 21.240.500 + pajak keluaran 20.160.000
Harga perkiraan sampai lokasi 217.281.864 Total Harga Retail 221.760.000

Dari contoh analisis di atas, pihak yang berwenang di instansi/organisasi seharusnya


dapat melihat dengan jelas perbedaan harga dan struktur biaya yang melandasinya.
Keputusan menggunakan data harga berdasarkan distributor atau retail kemungkinan
besar dipengaruhi oleh kondisi sebagai berikut:
• Bila barang yang direncanakan akan dibeli sangat sedikit jumlahnya, kecil
kemungkinan instansi/organisasi dapat melakukan transaksi dengan distributor
karena mereka mungkin menetapkan batas belanja minimal.
• Bila barang yang direncanakan akan dibeli sangat banyak jumlahnya, selisih harga
keduanya cukup besar sehingga tidak dapat diabaikan. Total perbedaan harganya
adalah sebesar @Rp4.478.136 dikalikan dengan volume pengadaan.

Sedangkan Komponen-komponen biaya yang harus diperhitungkan untuk barang


impor, antara lain adalah:
• Pajak import (BM, PPN, PPh);
• Biaya Storage di pelabuhan (Penumpukan, Lift On, Behandel, Administrasi,
monitoring, plugging);
• Biaya Pelayaran untuk tebus D/O diantaranya freight charge, THC, Doc Fee,
Cleaning Fee, Jaminan Kontainer;

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 43 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

• Lift off, cleaning, administrasi, Demmurage/detention, serta Biaya Repair


Container, dll.
Ilustrasi Perhitungan Biaya Impor
Suatu perusahaan yang bergerak di industri cat, melakukan impor bahan baku (raw material) berupa MP
Cresol dari Tiongkok. Pelabuhan pengiriman barang adalah dari Shanghai Port. Rincian biaya sampai
dengan wilayah paben dipelabuhan tujuan adalah sebagai berikut:
CIF FOB
JENIS BARANG QTY KG
Harga Jumlah (USD) Harga Jumlah (USD)
MP Cresol 64.000 1,47 94.080,00 1,33 85.101,76
Kurs USD Rp13.121 -
TOTAL FOB (USD) USD 85.101,76
TOTAL FOB Rp 1.116.620.244,35
FREIGHT ( F ) 10 % Rp 111.662.024,44
C&F Rp 1.228.282.268,79
Insurance ( I ) 0.5% Rp 6.141.411,34
CIF NilaiPabean Rp 1.234.423.680,00 Rp 1.234.423.680,13
BM 5% Rp 61.721.184,00 Rp 61.721.184,01
C I F + BM NilaiImpor Rp 1.296.144.864,00 Rp 1.296.144.864,14
PPN 10% Rp 129.614.486,40 Rp 129.614.486,41
PPh 22 Imp 2.5% Rp 32.403.621,60 Rp 32.403.621,60
Total Biaya sampai Pelabuhan Indonesia Rp 1.458.162.972,00 Rp 1.458.162.972,16

Sedangkan rincian biaya penanganan di pelabuhan tujuan sampai ke gudang perusahaan bila jumlah
kontainer yang digunakan berjumlah 4 buah adalah sebagai berikut:

Description Qty Curr Rate Amount (IDR)

Terminal Handling Charge (At Cost) 1 IDR 5.072.549,00 5.072.549,00


Delivery Order Fee 1 IDR 313.500,00 313.500,00
Penumpukan 1 IDR 1.892.880,00 1.892.880,00
Lift Off(At Cost) 4 IDR 363.000,00 1.452.000,00
Payment Term: COD SubTotal 8.730.929,00
VAT(PPN) -
GrandTotal 8.730.929,00

Additional Handling Charge 1 IDR 750.000,00 750.000,00


Handling 1 IDR 350.000,00 350.000,00
Biaya Kirim 4 IDR 2.050.000,00 8.200.000,00
Administration Fee 1 IDR 100.000,00 100.000,00
Monitoring DG Cargo 1 IDR 300.000,00 300.000,00
Payment Term: COD SubTotal 9.700.000,00
VAT(PPN) 970.000,00
GrandTotal 10.670.000,00

Dengan demikian total harga MP Cresol sampai dengan gudang perusahaan adalah
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 44 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

= Rp1.458.162.972,00 + Rp8.730.929,00 + Rp10.670.000,00


= Rp1.477.563.901,00 atau Rp23.086,94/Kg.

c. Analisis Standar Harga


Biaya Standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi
satu unit atau sejumlah tertentu produk selama suatu periode tertentu. Ada dua
komponen biaya standar, yaitu: standar fisik yang merupakan standar kuantitas dari
input per unit output, serta standar harga yang merupakan biaya standar atau tarif
standar per unit input. Harga standar bahan baku digunakan untuk menilai kinerja
pekerjaan bagian pembelian serta mengukur dampak kenaikan atau penurunan harga
bahan baku terhadap laba perusahaan. Standar harga disektor organisasi profit bukan
merupakan batas tertinggi belanja yang tidak boleh dilampaui. Hanya saja, apabila
biaya aktual yang dibayarkan melebihi standar, maka terjadi varian harga yang tidak
menguntungkan. Kelebihan harga tersebut akan mempunyai pengaruh tidak
menguntungkan atau mengurangi laba perusahaan.
Harga yang dipakai sebagai harga standar tersebut dapat berupa:
• Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar
• Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk
jangka waktu satu tahun.
• Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.

Dalam ilmu ekonomi, pemerintah juga dapat ikut menentukan harga pasar sebagai
salah satu kebijakan fiskal. Dalam pengadaan barang dan jasa, pemerintah juga dapat
membuat standar harga sebagai salah satu komponen anggaran berbasis kinerja.
• Bagi instansi pemerintah pusat, standar acuan harga selain bangunan adalah
Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Masukan, Peraturan
Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Keluaran, dan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Standar Struktur Biaya. Namun demikian, peraturan menteri
keuangan juga menyebutkan bahwa dalam rangka penyusunan RKA-K/L, untuk
kegiatan yang belum ditetapkan standar biayanya, pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dapat menggunakan satuan biaya masukan lainnya yang
antara lain didasarkan pada:

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 45 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

a. harga pasar; dan


b. satuan harga yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/ instansi
teknis yang berwenang.

• Bagi instansi daerah, standar acuan harga adalah standar harga satuan yang
diterbitkan oleh kepala daerah yaitu Bupati/Walikota/Gubernur.

• Untuk rencana anggaran pembangunan gedung menggunakan Standar harga


satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung negara yang ditetapkan
secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh bupati/walikota setempat,
khusus untuk provinsi DKI jakarta ditetapkan oleh gubernur (Permen PU no 45
tahun 2007).

Untuk penetapan biaya barang/jasa/pekerjaan dalam penyusunan anggaran di sektor


pemerintahan, analisis pertama adalah dengan melakukan identifikasi apakah sudah
ada standarnya atau belum. Apabila sudah ada standar harga, maka pihak yang
berwenang di instansi wajib menggunakan harga dalam standar tersebut. Sedangkan
bila barang/jasa/pekerjaan atau komponen pekerjaan belum ada standarnya, maka
pihak yang berwenang di instansi wajib menyusun anggaran berdasarkan harga pasar
atau informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

3.3 Penilaian Tingkat Persaingan Pasar


Pasar yang bersaing terjadi ketika tidak ada satupun pembeli atau penjual yang
mempunyai pangsa pasar yang dominan yang dapat mempengaruhi harga. Selain itu,
para pembeli dan penjual juga tidak menggambungkan kekuatannya untuk
mempengaruhi pasar. Ketika kondisi ini tidak terjadi, pasar mungkin berada dalam
keadaan monopoli, monopsoni, oligopoli atau oligopsoni. Keadaan yang cenderung tidak
menguntungkan bagi pembeli adalah ketika pasar dalam kondisi monopoli atau oligopoli
dimana penjual atau para penjual yang merupakan kartel dapat mempengaruhi harga
pasar. Harga yang terjadi dalam kondisi seperti itu kemungkinan besar berada diatas
tingkat harga yang semestinya terjadi ketika pasar dalam kondisi bersaing. Dalam

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 46 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

kondisi seperti itu, pihak yang berwenang dalam pengadaan seharusnya


mengidentifikasi langkah-langkah antisipasi atau langkah alternatif agar harga barang
atau jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan tupoksi tidak lebih mahal dari yang
semestinya.

Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi ketersediaan


barang/jasa yang bersifat substitusi atas barang/jasa yang berada dalam kondisi
monopoli. Berapa jenis barang/jasa yang ada di pasar beserta jumlah penyedia yang
potensial diidentifikasi secara cermat. Berbagai pilihan dianalisis kelebihan beserta
kekurangannya, baru kemudian diidentifikasi harganya. Pilihan lain adalah dengan
melakukan analisis apabila kegiatan akan dilakukan secara swakelola. Rencana anggaran
disusun setelah komponen-komponen kegiatan ditentukan dengan menggunakan
standar atau harga pasarnya.

Informasi utama yang perlu dikumpulkan dan dianalisis adalah mengenai berapa
jumlah penyedia dan berapa jumlah pembeli untuk barang atau jasa yang akan dianalis
pasarnya beserta pangsa pasarnya. Namun demikian, kondisi saat ini mungkin belum
memungkinkan untuk pihak yang berwenang di instansi/organisasi memperoleh data
atau informasi tersebut dari sumber-sumber yang bersifat sekunder. Dinas atau instansi
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi terkait, mungkin tidak memiliki data dan
informasi yang diperlukan untuk tujuan ini. Demikian juga publikasi yang dilakukan oleh
lembaga non pemerintah, baik lembaga penelitian maupun media masa, mungkin masih
sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, untuk pengadaan barang atas jasa yang
bernilai sangat besar, dianjurkan kepada pihak yang berwenang dalam pengadaan untuk
menggagas penelitian kondisi pasar di wilayahnya melalui suatu kegiatan khusus yang
dianggarkan dalam RKA.

Dalam jangka pendek, informasi kondisi persaingan pasar ini mungkin dapat
diperoleh dari data internal organisasi dan kemudian dilanjutkan dengan penelusuran
data dan permintaan informasi kepada pihak lain baik wawancara secara langsung atau
melalui telepon, surat maupun email. Berikut ini adalah ilustrasi tujuan analisis serta
langkah-langkah penelusuran data dan informasi yang dapat dilakukan.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 47 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Untuk pekerjaan pengaspalan jalan disuatu provinsi di luar jawa dan sumatera
yang mempunyai total anggaran yang cukup besar, Pengguna Anggaran suatu instansi
pemerintah daerah ingin mengetahui kondisi persaingan pasarnya karena diduga terjadi
kartel. Beberapa kali pelelangan proses pelelangan mengalami kegagalan karena nilai
HPS yang dianggap oleh penyedia terlalu rendah. Hal ini terungkap dari pertanyaan para
penyedia saat pemberian penjelasan. Ketika instansi melakukan revisi dan menaikan
total HPS, proses pelelangan ulang akhirnya berhasil mendapatkan pemenang.
Langkah-langkah survei dan analisis instansi adalah sebagai berikut:
1. Data penyedia yang mengikuti pelelangan serta yang menjadi pemenang dan
menandatangani kontrak pekerjaan selama lima tahun terakhir dikumpulkan. Data
ini diperoleh dari berita acara hasil pelelangan serta data kontrak selama kurun
waktu 5 tahun terakhir di instansi yang bersangkutan. Hasil identifikasi menunjukan
adanya lima nama penyedia yang selalu menjadi pemenang dalam kegiatan yang
bernilai diatas Rp2,5 milyar, yaitu PT. A, PT. B, PT. C, PT. D dan PT. E.
2. Data mengenai jumlah penyedia yang ada di provinsi yang bukan merupakan usaha
kecil dan mampu melaksanakan pekerjaan berusaha dicari melalui dinas teknis
terkait atau asosiasi yang ada di wilayahnya. Hasil penelusuran menunjukan ada
lebih dari lima belas nama badan usaha yang memiliki kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan sejenis. Diantara nama-nama perusahaan itu, terdapat
beberapa yang pernah ikut mendafar pelelangan namun tidak pernah menang
karena gugur di evaluasi teknis serta harga penawaran yang relatif tinggi.

3. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, seluruh nama penyedia yang pernah
mendaftar termasuk yang dari luar provinsi, serta beberapa penyedia lainnya
dimintakan informasi mengenai alasan mereka tidak pernah ikut mendaftar, atau
tidak memasukan penawaran meski sudah mendaftar serta penyedia yang selalu
kalah dalam pelelangan. Sebagai contoh, hasil wawancara langsung lewat telepon,
surat dan atau email menunjukan fakta bahwa bahan baku aspal, kerikil, koral, atau
aspal hotmix sesuai spesifikasi yang diminta tidak dapat diakses oleh mereka. Para
pemilik usaha bahan baku tersebut sudah membuat perjanjian terbatas hanya
kepada lima perusahaan yaitu PT. A, PT. B, PT. C, PT. D dan PT. E. Demikian juga
terhadap perusahaan penyewaan alat-alat berat. Kondisi tersebut tidak

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 48 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

memungkinkan penyedia dari luar provinsi ikut bersaing dalam pengadaan atas
pekerjaan pengaspalan jalan meski di provinsi lain mereka mempunyai kinerja yang
baik dengan harga yang kompetitif.

4. Simpulan dari analisis persaingan pasar tersebut adalah terbukti adanya kartel dalam
penyediaan bahan baku dan penyewaan alat yang akhirnya memaksa instansi
menaikan HPS.

Berdasarkan hasil analisis persaingan pasar tersebut, pihak yang berwenang di


instansi dapat mempertimbangkan berbagai strategi supaya total harga pekerjaan
menjadi lebih wajar dan memungkinkan persaingan secara adil dan sehat. Beberapa
strategi yang dapat ditempuh antara lain adalah mengadukan permasalahan kartel
tersebut kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) atau memecah paket
pekerjaan yang semula satu menjadi tiga paket, yaitu:
1) paket penyediaan bahan baku,
2) paket penyewaan alat, serta
3) paket pekerjaan pengaspalan menggunakan bahan baku dan alat paket 1 dan 2.

3.4 Prediksi Perkembangan Pasar


Upaya untuk memprediksi perkembangan pasar ke depan sangat penting bagi
instansi/organisasi selaku pembeli, terutama jika kondisi pasar terus mengalami
perubahan. Penting bagi instansi/organisasi untuk mencoba mencari pengetahuan
sebanyak mungkin tentang kemungkinan pergerakan penawaran dan permintaan
dimasa mendatang yang diyakini akan mempengaruhi ketersediaan produk, harga dan
faktor lainnya.

Informasi tentang tren pasar masa depan mungkin dapat diperoleh dari laporan
yang diterbitkan atau jurnal khusus dan situs internet untuk komoditas atau produk /
jasa dari pasar yang terdokumentasi dengan baik. Sedangkan untuk komoditas dari

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 49 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

pasar yang kurang terdokumentasi dengan baik, instansi/organisasi masih dapat


mencoba untuk memperoleh gambaran mengenai situasi pasar dimasa depan yang
mungkin terjadi. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai teknik peramalan dengan
memperhatikan beberapa karakterstik mendasar yang dapat menjelaskan bagaimana
pasar dapat berubah dari waktu ke waktu.

a. Karakteristik Pasar
Kondisi perkembangan pasar dalam hal terkait permintaan, pasokan dan terutama
adalah pergerakan harga, pada umumnya mencerminkan empat karakteristik pasar
yaitu: tren, siklus, musiman dan variasi acak.

Teknik memperkiraan pasar dimasa mendatang cenderung lebih mudah untuk ketiga
jenis karakteristik awal yaitu (1) tren, dimana penawaran, permintaan dan harga tetap
konstan, mengalami kenaikan atau pun penurunan, (2) siklus, dimana penawaran,
permintaan dan harga cenderung meningkat atau menurun dalam kurun waktu yang
lama karena siklus bisnis (resesi dan pertumbuhan ekonomi), siklus hidup produk, dan
lain-lain, (3) Musiman, dimana penawaran, permintaan dan harga berubah di atas
maupun di bawah rata-rata pada interval waktu tertentu yang mungkin dipengaruhi
oleh musim, liburan atau awal dan akhir tahun anggaran. Sementara prediksi pasar
yang memiliki karakteristik secara acak, yaitu penawaran, permintaan dan harga
berubah secara tidak berpola, cenderung lebih sulit dilakukan secara akurat.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 50 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Sebagaimana telah dijelaskan dimuka, kemungkian perubahan permintaan dan


penawaran pasar yang berakibat pada perubahan harga tersebut seharusnya
dipertimbangkan untuk penyusunan anggaran, terutama untuk komponen dan output
yang belum tersedia standarnya. Kekurangan jumlah yang dianggarkan akan dapat
berakibat kepada ketidakefektifan. Sedangkan kelebihan jumlah yang dianggarkan
akan menimbulkan biaya kesempatan atas kegiatan lain yang juga prioritas.

b. Teknik Perkiraan Pasar berdasarkan analisis Kuantitatif


Prakiraan pasar berdasarkan analisis kuantitatif pada dasarnya dari dua jenis yaitu
analisis time series dan metode kausal.
♦ analisis time series
Analisis ini melibatkan serangkaian teknik yang menggunakan data pasar masa lalu
berupa permintaan, penawaran, dan harga untuk menghasilkan perkiraan dimasa
mendatang. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pola pasar masa lalu akan
berlanjut di masa depan. Teknik ini dianggap tepat ketika kondisi relatif stabil, dan
kualitas data historis adalah wajar. Teknik ini juga mungkin bekerja dengan baik
untuk prakiraan jangka pendek, tetapi cenderung tidak bekerja dengan baik untuk
membuat prakiraan jangka panjang.
Contoh teknik ini antara lain adalah moving average dan moving average
tertimbang.

♦ metode kausal
Teknik ini membuat perkiraan dengan membentuk hubungan sebab-akibat antara
variabel independen dan kondisi pasar untuk produk. Contohnya:
✓ harga kertas koran akan dipengaruhi oleh prospek bisnis dan ekonomi.
Perkembangan ekonomi akan berdampak pada iklan di koran dan oleh karena
itu akan mempengaruhi jumlah konsumsi kertas koran.
✓ Perkiraan cuaca musim dingin yang diprediksi lebih lama dan lebih ekstrim akan
mempengaruhi tingkat permintaan untuk pakaian musim dingin yang akan
berdampak kepada kenaikan harga.
Metode kausal utama yang digunakan adalah regresi liner baik sederhana maupun
berganda.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 51 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

c. Pemicu Pasar (Market Driver)


Pemicu Pasar (Market Driver) merupakan kekuatan yang memicu konsumen untuk
membeli produk. Dapat juga didefinisikan sebagai tren yang menyebabkan pasar
tumbuh dan berkembang. Setidaknya ada tiga contoh Pemicu Pasar (Market Driver)
yang umumnya terdapat dipasar yaitu:
• permintaan konsumen (demand)
o meningkatnya harga minyak dunia akan meningkatkan permintaan kendaraan
efisien atau yang hemat bahan bakar, menjadi market driver permintaan
aksesoris sambungan pengecasan batre mobil hybrid.
o Meningkatnya penggunaan smartphone menjadi market driver permintaan
power bank yang mampu mengisi dengan cepat (fast charging)

• kebijakan (policy)
o undang-undang yang memberi insentif bagi pengguna energi non migas dapat
menjadi market driver pengembangan energi terbarukan;
o Undang-undang lalu lintas menjadi market driver penggunaan helm yang
berstandar nasional indonesia (SNI).
• kejadian (event).
o bencana alam, seperti tsunami, mungkin merangsang permintaan untuk tempat
penampungan portabel, sistem pemurnian air yang mudah digunakan, serta
peralatan medis.

Peningkatan permintaan yang tidak diikuti dengan peningkatan jumlah pasokan, akan
menggeser kurva permintaan yang pada akhirnya akan menaikan tingkat harga. Pihak
yang berwenang atas pengadaan harus mempunyai perhatian yang cukup atas
kemungkinan munculnya market driver yang dapat meningkatkan harga produk yang
dibutuhkan instansi/organisasi akibat peningkatan jumlah permintaan.

Contoh penggunaan pengetahuan ini terhadap pengadaan instansi adalah untuk


menentukan harga perkiraan pekerjaan pengadaan catering di Rumah Sakit yang terus
berlanjut dari awal tahun hingga akhir tahun. Perkembangan harga bahan makanan
cenderung berubah sesuai musim serta datangnya bulan Ramadhan dan hari raya. Solusi

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 52 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

untuk harga sayur atau buah yang berubah tergantung musim dapat diantisipasi dengan
perubahan menu. Sementara itu, datangnya bulan ramadhan dan hari raya di Indonesia
cenderung menyebabkan harga yang melambung tinggi di atas rata-rata. Ketika rumah
sakit akan menyusun HPS menggunakan harga yang terlalu rendah untuk kontrak satu
tahun, ada kemungkinan masalah pelaksanaan kontrak dikemudian hari. Apabila harga
tertinggi menjadi acuan penyusunan HPS, harga cenderung tidak wajar mengingat
terjadinya harga tinggi hanya satu bulan hingga dua bulan. Sementara itu, harga bahan
pangan dalam sepuluh bulan lainnya mungkin cenderung stabil

3.5 Penilaian Harga


Harga suatu produk dipengaruhi oleh salah satu atau beberapa faktor berikut:
• Biaya produksi dan distribusi
• Persepsi pelanggan atas nilai produk
• Tingkat persaingan dan faktor pasar lainnya.
Menurut Michael Porter ada lima
kekuatan yang menentukan
intensitas persaingan dalam suatu
industri atau pasar, yaitu (1)
ketersediaan produk subtitusi, (2)
kompetisi dengan pesaing, (3)
ancaman masuknya pendatang
baru, (4) daya tawar pemasok,
serta (5) daya tawar konsumen.

Nilai yang dipersepsikan atas produk mempengaruhi berapa banyak pembeli


bersedia untuk membayar. Hal ini biasanya didasarkan faktor-faktor yang melampaui
pertimbangan biaya, seperti masalah keandalan, pengiriman serta dukungan layanan.
Hal ini terkait dengan driver pasar yang telah dibahas sebelumnya.

Pemasok dapat memanfaatkan fakta bahwa pembeli yang berbeda memiliki


prioritas yang berbeda dan beberapa diantaranya bersedia membayar lebih dari yang

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 53 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

lain untuk produk tertentu. Mereka dapat memanfaatkan hal ini, misalnya, dengan
menetapkan harga tinggi untuk produk-produk barunya sebelum produk kompetitor
muncul, sehingga memaksimalkan keuntungannya. Penetapan harga tinggi belum tentu
akan mengurangi permintaan jika tidak ada kompetisi.

Contoh kasus seperti ini adalah persepsi sebagian orang terhadap produk apple. Apple
membuktikan betapa berharganya merek mereka ketika memperkenalkan ciptaan baru atau
versi baru dari produk, program, atau sistem operasi populer. Apple datang dengan produk yang
inovatif, menarik, dan mudah digunakan. Produk Apple berbeda dari perusahaan teknologi
lainnya, sangat berbeda dari Samsung Galaxy atau smartphone lainnya. Perusahaan lain telah
mencoba untuk menyalin tetapi tidak pernah bisa meniru.
Ketika iPad 2 dipasarkan pada tahun 2011 yang merupakan kelanjutan dari produk iPad pertama
yang sudah dipasarkan tahun 2010, Apple berani memasang harga yang tinggi karena mereka
percaya persepsi pelanggan terhadap produknya sangat baik. IPad 2 memiliki bentuk tampilan
yang hampir serupa dengan iPod Touch dan iPhone, hanya saja ukurannya lebih besar
dibandingkan kedua produk tersebut dan memiliki fungsi-fungsi tambahan seperti yang ada pada
sistem operasi Mac OS X. Keadaan seperti itu terus dimanfaatkan ketika Ipad berikutnya dirilis
ke pasar, dan berhasil.
Untuk pengadaan disektor pemerintah, penentuan spesifikasi pengadaan produk semacam tablet
komputer seharusnya meminimalisasi subyektivitas seperti kegemaran atau kesukaan. Meski
secara pribadi, pihak yang berwenang di instansi menggunakan produk apple tersebut, dalam
menentukan spesifikasi didasarkan atas kebutuhan (need) bukan (want). Tambahan biaya akibat
harga yang lebih tinggi karena memperturutkan keinginan tidak memberikan nilai tambah (add
value) bagi instansi.

Dari sisi biaya produksi, struktur harga produk yang akan dibeli pada dasarnya
terdiri dari elemen berikut ini:
♦ Biaya bahan langsung (direct material)
♦ Biaya tenaga kerja langsung (direct labor)
♦ Biaya Overhead (overhead)
♦ Keuntungan (Profit).

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 54 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Perkiraan biaya bahan dapat dilakukan dengan memperhatikan dua hal sebagai berikut:
♦ perkiraan kualitas dan jumlah bahan yang digunakan untuk setiap unit yang
diproduksi.
♦ biaya perkiraan dari bahan tersebut.

Sedangkan untuk memperkirakan komponen biaya tenaga kerja langsung, yang perlu
diketahui adalah:
♦ perkiraan waktu kerja yang dihabiskan untuk setiap unit produksi.
♦ tingkat upah buruh.

Sementara untuk menghitung biaya overhead jauh lebih sulit karena mencakup segala
sesuatu kecuali biaya material dan tenaga kerja langsung. Biaya kantor, gaji, biaya
penjualan, peralatan kantor, kendaraan dan biaya lainya yang harus dikeluarkan
perusahaan dalam operasi bisnisnya dapat dianggap overhead.
(Catatan, meskipun banyak atau ada beberapa cara yang berbeda untuk menghitung biaya
overhead, pendapat ini mungkin salah satu yang terbaik).

Untuk pekerjaan konstruksi, biaya overhead pada umumnya merupakan


persentase dari beban usaha kontraktor umum yang dibebankan sebuah proyek. Biaya
ini tidak selalu berhubungan secara khusus dengan proyek, melainkan biaya bagi
perusahaan untuk melakukan bisnis. Biaya overhead konstruksi, mungkin termasuk
salah satu atau semua hal berikut:
Manajemen proyek Mempercepat (Expediting) Biaya administrasi lainnya
Pengawas Pembelian Biaya gambar
Mandor Detailing Perijinan
Estimator Biaya hokum Asuransi
Tenaga Ahli/Teknik Akuntansi Biaya truk pickup
Koordinasi Pengolahan data Biaya penggunaan alat-alat

Biaya overhead dalam pekerjaan konstruksi dalam beberapa literatur juga dapat dibagi
menjadi dua kategori:
• indirect overhead (home office overhead)
• direct overhead (job office overhead)

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 55 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Biaya overhead konstruksi ini cenderung bervariasi, antara proyek yang satu dengan
proyek yang lain, dan bahkan dapat bervariasi dari bulan ke bulan dalam satu proyek
yang sama. Direct overhead (job office overhead) seharusnya di estimasi secara rinci
untuk semua kegiatan di tiap tahapan konstruksi. Demikian juga estimasi atas rincian
biaya overhead untuk pekerjaan subkontrak, sangat direkomendasikan ketika dampak
dari biaya subkontrak cukup signifikan.6

Lebih lanjut, ‘Consultants Estimating Manual’ tersebut juga menjelaskan bahwa, tingkat
keuntungan (profit) yang bisa didapatkan oleh pemasok tergantung pada tingkat
persaingan dan intensitas permintaan di pasar. Tidak ada batasan tertentu yang
mengatur tentang jumlah maksimum keuntungan yang dapat diperhitungkan. Tingkat
keuntungan untuk tiap jenis industri berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Estimator seharusnya menggunakan data historis atau pengalaman terdahulu untuk
memberikan perkiraan keuntungan yang sesuai, dan kemudian dimodifikasi berdasarkan
pemahaman yang mendalam tentang kondisi pasar untuk industri yang terkait.

Catatan:
Batasan persentase maksimal atas keuntungan yang wajar tidak ditemukan diberbagai
pedoman pengadaan, baik nasional maupun mancanegara, kecuali untuk jenis kontrak
cost plus fee dalam pedoman kontrak FIDIC:
“in these conditions, provisions including the expression "cost plus reasonable
profit" require this profit to be one-twentieth (5%) of this cost. 7”.

Jenis kontrak cost plus fee ini tidak diperkenankan digunakan dalam pengadaan barang
dan jasa di Indonesia.
Batasan yang tegas mengenai jumlah maksimum biaya overhead dan keuntungan yang
dapat diperoleh penyedia dalam peraturan pengadaan barang dan jasa pemerintah tidak
dapat ditemukan. Aturan mengenai biaya overhead dan keuntungan dalam Peraturan

6
Commonwealth of Massachusetts, Division of Capital Asset Management (2006). Consultants Estimating
Manual. http://www.mass.gov/anf/docs/dcam/dlforms/cem-feb06.pdf
77
The FIDIC Contracts Guide. First Edition 2000. Diunduh dari http://www.mytrack.ir/wp-
content/uploads/2014/05/FIDIC-Contracts-Guide.pdf
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 56 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Presiden hanya terkait proses penyusunan HPS sebagaimana dijelaskan di pasal 66


ayat (8):
“HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang
dianggap wajar... Contoh keuntungan dan biaya Overhead yang wajar untuk
Pekerjaan Konstruksi maksimal 15% (lima belas perseratus)”.

Klausul tersebut jelas tidak menyebutkan bahwa penyedia dalam pelaksanaan pekerjaan
hanya boleh menerima keuntungan maksimal 15%, melainkan untuk mengatur PPK
dalam menyusun HPS telah memperhitungkan keuntungan secara wajar. Meski batas
maksimum perhitungan keuntungan dalam HPS adalah 15%, penyedia tidak
dinyatakan tidak boleh memperoleh keuntungan di atas 15%. Meski harga
yang ditawarkan penyedia sama dengan harga pasar, namun karena
mempunyai keunggulan komparatif maupun kompetitif disamping para
pesaingnya, mungkin penyedia akan memperoleh keuntungan di atas 15%.
Sampai saat ini, tidak ada larangan atau batasan maksimal yang tegas dalam
berbagai ketentuan yang berlaku tentang realisasi keuntungan rekanan
dalam pelaksanaannya.

Dalam pengertian bahasa, kata “memperhitungkan” juga tidak sama dengan kata
“menambah”. Bila Analisis Pasar menunjukan bahwa harga pasar ditingkat retail sudah
termasuk untung, maka PPK tidak seharusnya menambah biaya orverhead dan
keuntungan lagi. Namun bila Analisis Pasar menunjukan bahwa harga yang diperoleh
ternyata belum termasuk keuntungan, misal ditunjukan dengan adanya diskon khusus
perayaan ulang tahun toko selama beberapa waktu saja bukan terus menerus seperti
yang dilakukan salah satu Toserba, PPK semestinya menambahkan keuntungan saja,
bukan biaya overhead dan keuntungan. Harga diskon toko biasanya sebesar harga
pokok penjualan yang sudah meliputi biaya overhead. Namun demikian, Perpres tidak
secara tegas memisah berapa porsi biaya overhead dan berapa porsi keuntungan.

Selain ketiga faktor tersebut, penetapan harga juga dapat dipengaruhi oleh strategi
pemasaran yang dipakai oleh penyedia. Penyedia di pasar dapat memiliki pendekatan

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 57 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

yang berbeda untuk harga (price discriminating), tergantung pada keadaan tertentu dan
strategi pemasarannya dengan tujuan antara lain seperti berikut:
♦ memaksimalkan keuntungan.
♦ mempercepat waktu pengembalian dari hasil investasi (payback period).
♦ mendapatkan loyalitas pelanggan (misalkan berdasarkan harga dan/atau
diferensiasi produk) dan melindungi pangsa pasar.
♦ menambah pangsa pasar
♦ meningkatkan penjualan secara cepat untuk meningkatkan likuiditas.

Cara yang dilakukan oleh penyedia yang umum dilakukan biasanya ada dua tipe, yaitu
berdasarkan kuantitas atau berdasarkan segmentasi. Pembelian dalam jumlah yang
besar mungkin akan diberi harga yang lebih rendah oleh penyedia. Penyedia mungkin
juga dapat memberikan harga khusus bagi pembeli yang menurut preferensi mereka
masuk kategori core atau develop sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.

Catatan:
Meski pengadaan barang dan jasa yang akan dilakukan dalam jumlah yang cukup besar,
beberapa instansi mungkin melakukan survey harga dengan cara menanyakan harga
satuan eceran, bukan harga untuk pembelian sebesar volume yang tercantum dalam
rencana anggaran. Sebagai contoh: bila suatu SKPD bermaksud akan mengadakan
monitor/televisi sebanyak 500 unit, survey harga seharusnya menanyakan harga kepada
para calon penyedia disertai dengan informasi tentang rencana volume yang akan dibeli.
Bila informasi volume yang akan dibeli ditidak disampaikan kepada penyedia di pasar,
harga per unit mungkin akan ditawarkan sebesar Rp1.500.000 per unit. Namun bila
penyedia tahu bahwa jumlah yang akan dibeli adalah 500 unit, mereka mungkin akan
bersedia menawarkan harga yang lebih rendah, misalkan Rp1.410.000. Perbedaan harga
HPS untuk kedua kasus tersebut adalah sebagai berikut:
- info volume tidak disertakan  500 unit X Rp 1.500.000/unit = Rp
750.000.000
- info volume disertakan  500 unit X Rp 1.410.000/unit = Rp
705.000.000
Perbedaan Harga Rp 45.000.000

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 58 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perkiraan total HPS yang disusun oleh PPK.
Semakin besar volume, semakin besar peluang untuk mendapat harga yang lebih baik.

3.6 Segmentasi Pasar Penyedia


Segmentasi pasar penyedia merupakan salah satu langkah penting untuk
mewujudkan Analisis Pasar yang efektif dan efisien. Suatu jenis kebutuhan barang/jasa
mungkin terdiri dari puluhan atau bahkan jenis atau merek barang/jasa di pasar. Apabila
survey dan analisis dilakukan terhadap keseluruhan jenis atau merek tersebut yang ada
di pasar, tentu akan banyak menyita waktu dan biaya sehingga tidak dapat tersedia
informasi yang diperlukan pada waktunya. Solusinya adalah dengan melakukan
pengelompokan (grouping) barang/jasa tersebut berdasarkan persamaan resiko
dan/atau kemungkinan/kesempatan (opportunity). Analisis dilakukan terhadap rangking
atas masing-masing grup.
Contoh:
Bagi Rumah Sakit Umum (RSU), proses segmentasi sangat diperlukan untuk kebutuhan
obat dan bahan medis. Kedua hal tersebut hampir pasti memenuhi kriteria kebutuhan
prioritas karena sangat berpengaruh terhadap kinerja operasional RSU serta mempunyai
nilai pengadaan yang cukup besar.
Obat dan bahan medis yang butuhkan terdiri dari berbagai puluhan hingga ratusan jenis
dan merek. Untuk itu dapat dilakukan pengelompokan obat yang akan diadakan
berdasarkan jenis penyakit serta standar pengobatan di rumah sakit dengan
memperhatikan ketentuan Formularium obat rumah sakit. Pengelompokan itu penting
mengingat suatu penyakit tertentu biasanya dapat diobati dengan berbagai alternatif
jenis dan merek obat, baik obat generik atau obat paten. Standar pengobatan di rumah
sakit mungkin membedakan obat untuk pasien kelas III yang menggunakan obat
generik, serta pasien kelas VIP dan VVIP yang menggunkan obat paten. Harga obat
suatu penyakit yang termasuk kategori obat generik bisa tidak sama, apalagi bila
dibandingkan dengan obat paten yang biasanya jauh lebaih mahal.
Dari hasil pengelompokan obat berdasarkan penyakit dan generik/paten tersebut,
analisis harga cukup dilakukan terhadap obat yang teratas atau beberapa teratas
diantaranya.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 59 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Sebagaimana telah diuraikan di bab sebelumnya, segmentasi pasar penyedia ini


hanya dilakukan terhadap barang/jasa yang memenuhi kriteria prioritas. Proses
segmentasi yang biasa dilakukan dapat dirangkum menjadi tiga tahap berikut:
1) Membangun variabel segmentasi berdasarkan pengetahuan pasar yang dimiliki.
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai dasar variabel adalah teknologi dan
elemen rantai pasokan. Hanya variabel yang berbeda risiko dan kesempatan saja
yang relevan untuk dipergunakan.
Contoh:
• berdasarkan teknologinya, pemanas air (water heater) terdiri dari beberapa jenis
yaitu yang berbahan bakar gas, listrik dan tenaga matahari. Ketiga jenis
teknologi tersebut dapat dijadikan sebagai variabel segmentasi.
• teknologi atau program yang berbeda dibalik pembuatan kalkulator tidak perlu
dijadikan variabel segmen ketika cara penggunaan kalkulator oleh konsumen
tidak berbeda.

2) Menyaring beberapa segmen berdasarkan pengetahuan dan logika umum.


Suatu segmen dapat diabaikan , antara lain jika:
• ketika diketahui hanya ada satu pemasok (monopoli).
• Ketika Teknologinya belum teruji
• Ketika Waktu tunggu pesanan (Lead time) yang lama
• Ketika sparepart ternyata tidak tersedia
• Ketika strategi harga yang dipakai bersifat premium
• Ketika segmen tidak menyediakan solusi bagi kebutuhan instansi.
• Ketika suatu segmen tidak berbeda dari segmen lainnya.

3) Mengidentifikasi risiko dan peluang dari setiap segmen, dan pilih segmen yang
terbaik untuk memenuhi kebutuhan instansi.
Tekno Peluang (Opportunity) Risk
Listrik mudah pemasangan dan murah biaya operasional naik
Gas mudah pemasangan dan murah biaya operasional naik
Matahari Harga/Kamar mandi setara dan tidak Ada biaya pasang
ada tambahan biaya operasional

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 60 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Dari pertimbangan efisiensi terhadap total biaya, bukan hanya harga beli alat, pihak
berwenang di instansi mungkin akan memilih waterheater tenaga matahari.
Berbagai merek, kapasitas dan faktor lain diidentifikasi untuk menentukan
peringkat atas segmen. Dan terakhir, harga beli beserta instalasi diidentifikasi untuk
dapat menghitung perkiraan total biayanya.

Dari proses tersebut terlihat bahwa setelah tahap satu dilakukan, mungkin akan
terbentuk sangat banyak jumlah segmen, namun sebagian besar diantaranya akan
tersaring keluar selama proses berlangsung karena mungkin tidak sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan organisasi.

3.7 Analisis Pajak Pertambahan Nilai


Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah merupakan pajak yang dikenakan atas
konsumsi di dalam negeri (di dalam daerah pabean), baik konsumsi barang maupun
jasa. Dasar hukum pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah UU No. 18 tahun
2000 tentang perubahan kedua atas UU No. 8 Tahun 1983. Yang dikenakan PPN pada
dasarnya adalah sebesar nilai tambah dari setiap proses. Pihak yang menanggung PPN
adalah konsumen akhir. Pihak perantara perdagangan dari bahan baku hingga menjadi
barang jadi yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) akan menerima kembali PPN
yang telah dibayarkan oleh mereka ketika membeli bahan baku.
Dalam mekanisme pembayaran dan pemungutan PPN dikenal istilah Pajak
Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK), dengan pengertian sebagai berikut:
• Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) karena perolehan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau perolehan Jasa
Kena Pajak (JKP) dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang
Kena Pajak.
• Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak
Berwujud dan/atau ekspor JKP.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 61 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan dapat diikhtisarkan sebagai berikut:


• Pajak Masukan yang telah dibayar oleh PKP pada waktu perolehan atau impor BKP
atau penerimaan JKP dapat dikreditkan dengan pajak Keluaran yang dipungut oleh
PKP pada waktu menyerahkan BKP atau JKP. Pengkreditan pajak masukan terhadap
pajak keluaran tersebut harus dilakukan dalam masa pajak yang sama.
• Penghitungan PPN yang harus dibayar dan disetor oleh PKP ke kas negara, terlebih
dahulu wajib pajak (WP) harus mengurangi pajak keluaran dengan pajak masukan
yang dapat dikreditkan. Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar
daripada pajak masukan, maka selisihnya merupakan pajak pertambahan nilai yang
harus dibayar dan disetor oleh PKP ke kas negara.
• Pajak masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan pajak
keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak
berikutnya selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang
bersangkutan.

Berikut ini contoh mekanisme perhitungan pajak masukan dan pajak keluaran.
Pembayaran Oleh Pembeli
Penerimaan oleh Penjual PPN
Setor Akumu
Penjual / Harga Pokok Pembelian Perhi- Kas -lasi
Pembeli tungan Pajak Pajak
Harga Total Harga Total Negara Kas
PPN PPN Nilai Masuk Keluar
Beli Bayar Jual Terima Negara
Tambah an an

0 10%
Bahan Baku }------ ------------- -------------> 2.000.000
A - - - 2.000.000 200.000 2.200.000 200.000 200.000 200.000
Proses I }------ ------------- -------------> 1.000.000
B 2.000.000 200.000 2.200.000 3.000.000 300.000 3.300.000 200.000 300.000 100.000 300.000
Proses II }------ ------------- -------------> 1.500.000
C 3.000.000 300.000 3.300.000 4.500.000 450.000 4.950.000 300.000 450.000 150.000 450.000
Proses III }------ ------------- -------------> 1.100.000
D 4.500.000 450.000 4.950.000 5.600.000 560.000 6.160.000 450.000 560.000 110.000 560.000

Konsumen 5.600.000 560.000 6.160.000 5.600.000

Penjelasan Tabel
Suatu Produk menjadi barang jadi setelah melalui 3 tahapan proses. Dimulai dari A yang
merupakan penjual bahan baku, B yang memproses pertama, C memproses tahap kedua
dan D yang memproses hingga menjadi produk jadi. Konsumen membeli barang jadi
kepada D dengan harga produk adalah Rp 5.600.000. Pajak Pertambahan Nilai sebesar

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 62 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

10% atau Rp560.000 merupakan kewajiban pembeli, sehingga total yang dibayarkan
adalah Rp6.160.000. Dari tabel diatas terlihat bahwa pajak yang disetor dan diterima
negara pada setiap tahapan pada dasarnya akan sama dengan total yang di bayar oleh
konsumen akhir, dengan penjelasan sebagai berikut:
• A telah melakukan proses yang menimbulkan nilai tambah produk (mencari dan
menjual bahan baku kepada B) senilai Rp2.000.000, maka pajak yang diterima
negara adalah Rp200.000
• B telah melakukan proses lebih lanjut yang menimbulkan nilai tambah Rp1.000.000
(beli dari A Rp2.000.000 kemudian dijual Rp3.000.000 kepada C). Maka maka pajak
yang diterima negara adalah Rp100.000. Meski B telah menerima PPN dari C senilai
Rp300.000 (harga jual Rp3.000.000 X 10%), B juga telah membayar PPN kepada A
sebesar Rp200.000. B hanya harus menyetorkan pajak ke negara sebesar
Rp100.000 atau 10% dari nilai tambah yang diciptakan oleh B sebesar Rp1.000.000.
Pajak Keluaran B sebesar Rp300.000 (diterima oleh B dari C) dikurangi pajak
Masukan sebesar Rp200.000 (dibayar oleh B kepada A).
• C hanya menyetorkan pajak sebesar nilai tambah yang diciptakannnya sebesar
Rp150.000 (1.500.000 x 10%). Pajak keluaran sebesar Rp450.000 (diterima oleh C
dari D) dikurangi pajak Masukan sebesar Rp300.000 (dibayar oleh C kepada B).
• D hanya menyetorkan pajak sebesar nilai tambah yang diciptakannnya sebesar
Rp110.000 (1.100.000 x 10%). Pajak keluaran sebesar Rp560.000 (diterima oleh D
dari konsumen akhir) dikurangi pajak Masukan sebesar Rp450.000 (dibayar oleh D
kepada C).
• Konsumen akhir membayar barang senilai Rp5.600.000 ditambah PPN Rp 560.000
kepada D. Ternyata, jumlah pajak yang diterima oleh negara secara teori adalah
sama dengan yang dipungut dari pembeli akhir yaitu sebesar Rp 560.000 yang
proses penyetorannya bertahap sesuai nilai tambah tahapan produksi yang
menambah nilai produk atau jasa.

Dengan demikian, Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh setiap tahap rantai
pasokan tidak seluruhnya masuk menjadi harga pokok karena ada mekanisme
pengkreditan atas pajak masukan. Namun tidak semua perusahaan dapat melakukan
prosedur ini. Hanya yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 63 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

menerbitkan/menggunakan faktur pajak standar yang dapat melakukan pengkreditan


pajak.

Ketika instansi/organisasi bertransaksi dengan penyedia yang bukan PKP, maka


seluruh pajak masukan yang telah dibayar oleh penyedia kepada pemasoknya akan
dibebankan kepada instansi/organisasi sebagai bagian harga pokok penjualannya.
Sedangkan bila, instansi/organisasi bertransaksi dengan PKP, pajak masukan tidak
dimasukan sebagai bagian dari harga pokok penjualan. Dengan demikian, harga yang
ditawarkan oleh penyedia PKP secara teori dapat lebih rendah dari penawaran non PKP.

Analisis Perbandingan Harga PKP dan non PKP


Harga distributor di Jakarta 163.636.364 Harga distributor di Jakarta 163.636.364
PPN 16.363.636 PPN 16.363.636
Total Harga Termasuk PPN 180.000.000 Total Harga Termasuk PPN 180.000.000
Perhitungan Harga Rekanan X PKP Perhitungan Harga Rekanan Y bukan PKP
+ biaya pengepakan 700.000 + biaya pengepakan 700.000
+ biaya pengiriman 3.000.000 + biaya pengiriman 3.000.000
+ biaya asuransi 1.000.000 + biaya asuransi 1.000.000
- pajak masukan (PPN) (16.363.636)
Harga Pokok Penjualan 168.336.364 Harga Pokok Penjualan 184.700.000
+ overhead & keuntungan (mis 15%) 25.250.455 + overhead & keuntungan (mis 15%) 27.705.000
193.586.819 212.405.000
+ pajak keluaran (PPN) 19.358.682 + pajak pertambahan nilai (PPN) 21.240.500
Harga Jual Rekanan X PKP 212.945.500 Harga Jual Rekanan Y Bukan PKP 233.645.500

3.8 Dokumentasi Pelaksanaan Analisis Pasar


Seperti telah diuraikan dimuka, hasil Analisis Pasar ini akan digunakan untuk
menyusun anggaran dan harga perkiraan sendiri (HPS). Mengingat implikasi kedua tahap
tersebut sangat penting baik untuk keuangan organisasi, maupun keuangan negara
(untuk pengadaaan sektor pemerintah), pihak-pihak yang bertanggung jawab harus
membuat dan menjaga dokumentasi atas proses Analisis Pasar. Setidak-tidaknya,
dokumentasi tersebut akan dipergunakan oleh:
• Pejabat yang berwenang untuk menyusun anggaran (Pimpinan Organisasi).
Sebelum menetapkan harga satuan dalam dokumen anggaran, pejabat yang
bersangkutan seharusnya memastikan bahwa proses Analisis Pasar telah
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 64 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

dilaksanakan sesuai ketentuan dan berdasarkan data yang dapat


dipertanggungjawabkan.
• Pejabat yang berwenang untuk menetapkan Harga Perkiraan.
Sebelum menetapkan harga perkiraan, pejabat yang berwenang seharusnya terlebih
dahulu memastikan bahwa harga yang diinput ke dalam harga perkiraan adalah
bersumber dari proses Analisis Pasar yang telah dilaksanakan sesuai ketentuan serta
berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam kerangka pengelolaan keuangan negara, dikenal pernyataan sebagai berikut...”Ketika


seseorang menandatangani suatu dokumen, maka secara hukum dianggap telah mengetahui
substansi dan akibat yang dapat ditimbulkan dari penggunaan dokumen tersebut.”
• Auditor ketika melakukan pemeriksaan. Untuk mengambil suatu kesimpulan, Auditor
akan mengumpulkan bukti-bukti yang relevan serta melakukan pengujian terhadap
prosedur yang telah dilakukan oleh instansi berdasarkan jejak audit (audit trail) yang
tersedia. Auditor hanya akan dapat meyakini kebenaran atau kewajaran suatu
keadaan berdasarkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

Beberapa ketentuan minimal dalam menyiapkan dokumentasi proses Analisis


Pasar agar dapat dianggap memadai:
• Adanya dokumen yang menunjukan adanya perintah dari pejabat yang berwenang.
Tidak ada ketentuan baku yang mengatur mengenai bentuk ataupun judul surat
perintah tersebut. Hal tersebut diserahkan kepada masing-masing instansi. Meski
demikian beberapa poin yang minimal ada dalam surat/dokumen tersebut adalah:
- nama dan jabatan pemberi perintah/tugas disertai tanda tangan (dan cap bila
diperlukan);
- nama-nama dan jabatan yang diberi perintah/tugas;
- nomor dan tanggal dokumen diterbitkan serta masa tugas yang diberikan;
- tugas yang diberikan (misal: pengumpulan data pasar dan ketentuan yang
berlaku, pengolahan data pasar serta penyusunan laporan kegiatan).
• Adanya dokumen atau bukti lain yang menunjukan hasil proses penugasan
dimaksud. Bentuk dan jenis dokumen atau bukti ini juga tidak ada ketentuan baku
yang mengaturnya. Hal tersebut diserahkan kepada instansi yang melaksanakan.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 65 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Sumber darimana, kapan dan dimana data/informasi diperoleh seharusnya dapat


diidentifikasi secara jelas untuk memudahkan proses reviu ataupun audit.
Berikut ini beberapa contoh jenis dokumen/bukti dari penugasan.

Perintah/Tugas Contoh Dokumen/Bukti


- pengumpulan data harga pasar - price list (daftar harga)
- surat atau surat elektronik (email), WA, Line, BBM
- print screen layar komputer
- rekaman percakapan telepon
- file hasil mengunduh dari internet, dll
- pengolahan data pasar - file berupa spreadsheet atau bentuk lainnya
- kertas kerja (manual)
- ikhtisar/simpulan dari kertas kerja
- uraian metode pengolahan data

• Dokumen dan bukti-bukti tersebut semestinya dikelola dan disimpan oleh pejabat
yang terkait, untuk memudahkan pencarian ketika diperlukan. Apabila
dokumen/bukti tersebut terkait dengan penyusunan anggaran, maka pihak yang
semestinya menyimpan adalah Pejabat yang berwenang menyusun anggaran
(Pimpinan organisasi). Sedangkan apabila dokumen/bukti tersebut terkait dengan
penyusunan HPS, maka pihak yang semestinya menyimpan adalah pejabat yang
berwenang menandatangani kontrak.

Catatan:
Inti dari tujuan penyiapan dokumentasi adalah untuk memberikan ‘jaminan’ bahwa proses telah dilakukan
berdasarkan otorisasi pejabat yang berwenang dan hasil kegiatan telah didukung dengan fakta dan dapat
dibuktikan secara memadai. Setiap angka yang dikutip atau simpulan yang diambil harus didukung dengan
bukti yang dapat diverifikasi.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 66 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

BAB IV
MENETAPKAN HARGA PERKIRAAN

4.1 Identifikasi Harga Satuan


Pada sektor pemerintahan, sejak pendekatan anggaran berbasis kinerja sesuai
Undang-Undang Keuangan Negara dan Undang-Undang Perbendaharaan Negara
dipergunakan, ketentuan dan pelaksanaan penyusunan anggaran atau RKA di
Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah terus mengalami perubahan dan
penyempurnaan. Salah satunya adalah mengenai penyempurnaan definisi input dan
output. Pemahaman atas barang atau jasa pada rencana anggaran yang awalnya
cenderung dinyatakan sebagai output, saat ini telah mengalami perubahan. Dalam
penyusunan anggaran di lingkungan Instansi Pemerintah Pusat, tidak semua jenis
barang atau jasa yang akan diadakan dikategorikan sebagai output. Ketika barang atau
jasa yang dianggarkan tersebut akan digunakan dalam kegiatan operasional, meski
berupa barang modal, maka tetap harus dikategorikan sebagai input.

Berdasarkan pertimbangan ketentuan tersebut, dalam proses identifikasi harga


satuan, modul ini tidak akan menyebut barang atau jasa yang dianggarkan sebagai input
atau output, melainkan langsung menyebut sesuai jenis barang atau jasanya yang
meliputi: barang, konstruksi, jasa lainnya atau jasa konsultansi.

Berikut ini akan diuraikan mengenai perbedaan penggunaan harga satuan dalam
memperkirakan total biaya pekerjaan untuk tahap penyusunan anggaran dan tahap
penetapan HPS.

4.1.1 Identifikasi Harga Satuan Tahap Penyusunan Anggaran


Untuk menyusun anggaran pengadaan barang dan jasa baik yang bersifat fisik
maupun non fisik, yang akan dilakukan secara swakelola maupun menggunakan
penyedia, tetap harus disertai rincian komponen biaya utama beserta pendukungnya.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 67 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Dengan demikian, jumlah yang dimasukan dalam anggaran (RKA) tidak hanya
nilai barang atau jasa yang akan diadakan sebagai komponen utama, tetapi juga disertai
dengan biaya-biaya pendukung lainnya untuk memastikan output kegiatan dapat
tercapai secara efektif. Beberapa contoh komponen biaya pendukung tersebut antara
lain adalah:
• biaya untuk memastikan output pengadaan berfungsi secara efektif, yang meliputi
biaya pemasangan dan instalasi, serta biaya pengujian dan pengetesan.
• biaya yang terkait organisasi pengadaan, yang meliputi honor PPK, honor Pojka ULP,
honor PPHP serta honor tim pendukung serta tim ahli yang diperlukan.
• biaya operasional organisasi pengadaan, yang meliputi biaya perjalanan dinas, biaya
makan dan minum rapat, biaya cetak dokumentasi serta alat tulis kantor.
• biaya lain yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku, misalkan biaya honor
PA/KPA.

Setelah komponen utama dan pendukung tersebut jelas diidentifikasi, langkah


selanjutnya adalah melakukan identifikasi atas harga satuan tiap komponen tersebut
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi komponen utama dan komponen-komponen pendukung
kegiatan yang diperkenankan berdasarkan ketentuan yang berlaku atau
pengetahuan umum yang dimiliki.
2. Melakukan identifikasi harga satuan komponen-komponen tersebut berdasarkan
Analisis Pasar yang bersumber dari:
• Standar harga atau biaya yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
• Data pasar atau harga kontrak sejenis di instansi yang lain atau instansi yang
sama.
3. Melakukan penyesuaian harga yang diperlukan berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini diperlukan bila data yang diperoleh adalah harga
pasar saat ini atau kontrak sejenis beberapa tahun yang lalu. Harga tersebut
mungkin tidak mencerminkan harga tahun depan saat pelaksanaan anggaran. Oleh
karena itu, harga perlu disesuaikan berdasarkan indeks dari BPS atau berdasarkan
inflasi yang telah terjadi. (Cara Penyesuian harga akan dijelaskan lebih rinci pada
bab 4.2.1)

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 68 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Contoh 1:
Identifikasi Harga Satuan Pekerjaan pada Rencana Kegiatan Pembangunan Gedung Kantor
Pemda 5 lantai dengan luas bangunan ( 4 x 400 ) + 455 + 64 = 2.119 m2
Langkah pertama identifikasi harga satuan komponen utama maupun pendukung adalah dengan
melihat ketentuan atau standar yang berlaku.
Meski masih diwarnai kontroversi terutama dalam hal komposisi biaya maksimal,
salah satu contoh peraturan yang mengatur tentang bangunan gedung negara yang
dapat dijadikan acuan dalam melakukan estimasi harga gedung adalah Peraturan
Menteri Pekerjaan umum nomor 45/PRT/M/2007 tentang pedoman teknis
pembangunan bangunan gedung negara.
Ketentuan tersebut menyebutkan bahwa Komponen Biaya Pembangunan terdiri atas biaya:
1. Konstruksi Fisik
2. Manajemen Konstruksi
3. Perencanaan Teknis Konstruksi
4. Pengawasan Konstruksi (bila tanpa MK)
5. Pengelolaan Kegiatan.

Masing-masing komponen biaya telah ditentukan komposisi biaya maksimalnya


berdasarkan nilai biaya konstruksi fisiknya. Yang masih menjadi perdebatan adalah
mengenai jumlah atau komposisi maksimal biaya konsultan perencana untuk nilai
pekerjaan fisik yang relatif kecil, yaitu dibawah Rp 5 miliar yang hanya berkisar

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 69 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

antara 4,55%-5,37%. Nilai tersebut cenderung dapat dianggap tidak cukup layak
mengingat resiko bangunan fisik yang akan dibangun memerlukan konsultan
perencana yang berkualitas.
Untuk Nilai pekerjaan di atas Rp 5 miliar, menurut beberapa pihak, ketentuan ini masih dapat
untuk dipergunakan bila tidak mendapatkan alternatif lain yang akuntabel.

Apabila menggunakan ketentuan tersebut, identifikasi harga yang pertama adalah


dilakukan terhadap Standar Harga Satuan Tertinggi per-m2 pelaksanaan konstruksi maksimum.
Harga tersebut sudah meliputi pekerjaan struktur, arsitektur dan finishing, serta utilitas
bangunan gedung negara. Standar Harga Satuan Tertinggi pembangunan bangunan gedung
negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota setempat.
Sebagai contoh, standar harga yang ditetapkan oleh kepala daerah menyebutkan bahwa harga
per meter persegi bangunan bertingkat tidak sederhana adalah Rp 7.726.423.
Dengan demikian, harga perkiraan konstruksi fisik gedung untuk lima lantai harus
memperhatikan harga satuan untuk masing-masing lantai sebagaimana tabel permen PU nomor
45 tahun 2007 dengan perhitungan Komponen biaya standar sebagai berikut: (Faktor Pengali 5
lantai = 1.162)
= Harga Satuan Per M2 Bangunan x Luas Lantai
= 1,162 x Rp7.726.423 x 2.119
= Rp19.024.601.372
Sedangkan komponen biaya non standar misalkan diperkirakan sebagai berikut:
No. Komponen Estimate Harga ( Rp )
1. Tata Udara AC 0,08 1.521.968.110
2. Tata Suara 0,02 380.492.027
3. Telepon 0,03 570.738.041
4. Genset 0,05 951.230.069

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 70 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

5. Sist.Deteksi &
Penc.Kebakaran 0,05 951.230.069
6. Furniture 0,05 951.230.069
7. Penangkal Petir 0,01 190.246.014
8. Peningkatan Mutu 0,06 1.141.476.082
TOTAL 0,35 6.658.610.480

Dengan demikian total biaya standar dan non standar (Total Biaya Bangunan Keseluruhan)
adalah
= Rp19.024.601.372 +Rp 6.658.610.480 atau berjumlah total Rp25.683.211.852
Dan selanjutnya, dengan menggunakan tabel B2, harga satuan untuk perencanaan, manajemen
konstruksi dan pengelola kegiatan dapat ditentukan. Contoh perhitungannya adalah:
Manajemen Pengelola
Konstruksi Fisik Perencanaan Total Biaya
Konstruksi kegiatan
93,57% 3,02% 2,48% 0,93% 100%
24.031.781.329,59 775.632.997,92 636.943.653,92 238.853.870,22 25.683.211.851,65

Selain masalah besaran komponen perencanaan, biaya pengelolaan kegiatan juga harus
mendapat perhatian dengan benar. Biaya pengelolaan kegiatan yang 35% didalamnya
merupakan Biaya operasional unsur Pengelola Teknis, tidak berarti merupakan biaya yang harus
dihabiskan. Biaya kegiatan unsur Pengelola Teknis digunakan untuk keperluan: Honorarium,
Perjalanan dinas, Transport lokal, Biaya rapat, Biaya pembelian/penyewaan bahan dan alat,
biaya-biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pembangunan bangunan
gedung negara yang bersangkutan, termasuk di dalamnya untuk peningkatan kapasitas tenaga
pengelola teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Besarnya tarif maksimum komponen biaya-
biaya tersebut telah jelas diatur dalam Standar Belanja Masukan yang tidak boleh dilampaui.

Contoh 2:
Sebuah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Pusat bermaksud mengadakan alat X-Ray 128
Slices untuk meningkatkan pelayanannya.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 71 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi komponen utama dan
pendukungnya. Komponen utama adalah harga barang jadi berupa alat X-Ray 128 Slices,
sedangkan komponen pendukungnya adalah biaya pemasangan dan instalasi serta biaya lain
yang berkaitan proses pengadaan barang hingga serah terima akhir dan pembayaran. Dari hasil
analisis harga pasar, Standar belanja masukan maupun standar biaya keluaran yang diterbitkan
menteri keuangan ternyata tidak mengatur harga X-Ray. Sementara biaya atau harga satuan
pokja ULP dan PPHP bervariasi, tergantung kepada besarnya belanja barang. Dengan demikian,
tahapan identifikasi harga satuan tetap harus dimulai dari harga barang, tidak bisa sebaliknya.

Karena standar tidak mengatur harga barang dimaksud, instansi harus mencari data yang dapat
mencerminkan harga pasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Alternatif data yang mungkin
diperoleh adalah: harga pasar dari peringkat teratas dari segmen pasar sebagaimana telah
diuraikan di bagian muka, ataupun harga kontrak di Rumah Sakit lain ditahun yang sama
ataupun berbeda.

Bila instansi mendaptkan data harga kontrak sejenis di Rumah Sakit swasta tahun lalu adalah
Rp 12 milyar, maka perlu disesuaikan selama dua tahun menggunakan data inflasi dari BPS atau
ketentuan menteri keuangan dalam pedoman penyusunan RKA K/L dengan contoh perhitungan
sebagai berikut:

- Harga tahun depan (T+1) = Rp12 milyar X (1,056) inflasi th ini X (1,062) perkiraan inflasi th
depan
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 72 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

= Rp 13,457664 milyar.
Dengan asumsi harga tersebut sudah termasuk biaya instalasai dan PPN, maka biaya satuan
pokja ULP dan PPHP untuk nilai pengadaan antara Rp10-25 milyar adalah Rp 2.210.000 dan
Rp 1.260.000 per orang paket pekerjaan (OP).

4.1.2 Identifikasi Harga Satuan Tahap Penetapan HPS


Terdapat beberapa perbedaan identifikasi harga satuan tahap penetapan HPS
dengan saat penyusunan anggaran. Pertama, perbedaan utama harga satuan saat
penyusunan anggaran dengan harga satuan penyusunan HPS adalah jarak waktu
perkiraan dengan dengan rencana realisasi pekerjaan. Harga perkiraan untuk
penyusunan HPS semestinya mencerminkan harga menjelang pelaksanaan. Ketentuan
pengadaan barang dan jasa pada sektor pemerintah saat ini secara jelas menyebutkan,
bahwa HPS ditetapkan:
a. paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan
penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau
b. paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir pemasukan
penawaran ditambah dengan waktu lamanya proses prakualifikasi untuk pemilihan
dengan prakualifikasi.

Mengingat relatif pendeknya rentang waktu antara saat identifikasi harga satuan dan
pelaksanaan kegiatan, maka harga tidak perlu disesuaikan terhadap berbagai faktor
seperti inflasi, suku bunga, kurs dan faktor eksternal lainnya. Hal ini dikecualikan ketika
data yang diperoleh adalah bukan harga aktual atau pasar saat ini, melainkan harga
kontrak tahun yang lampau. Faktor penyesuian harga seperti inflasi, suku bunga, kurs
seharusnya menggunakan data yang benar-benar telah terjadi, bukan asumsi.

Kedua, perbedaan mengenai ruang lingkup biayanya. Harga satuan yang


diidentifikasi untuk penyusunan HPS dipilih hanya yang benar-benar berkaitan langsung
dengan pelaksanaan pekerjaan. Biaya organisasi pengadaan dan operasional pemilihan
tidak perlu diidentifikasi dalam penyusunan HPS karena tidak berkaitan langsung dengan
pelaksanaan pekerjaan. Namun demikian, pejabat yang bertanggung jawab harus

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 73 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

mengidentifikasi biaya-biaya lain, baik yang bersifat administratif atau teknis yang
berkaitan langsung dengan pekerjaan. Contoh biaya-biaya tersebut adalah:
• Biaya administrasi untuk mengurus perijinan tertentu seperti Ijin mendirikan
bangunan (IMB).
• Biaya yang bersifat teknis berupa perkiraan biaya mobilisasi personil dan alat serta
bahan ke lokasi pekerjaan.
Meski lokasi pekerjaan berada di suatu Kota, pekerjaan dilokasi tertentu mungkin
masih perlu mengidentifikasi biaya tambahan untuk biaya mobilisasi personil, bahan
dan alat karena adanya hambatan tertentu, misal:
- lokasi pekerjaan diseberang sungai yang lebar yang tidak berjembatan sehingga
harus memutar cukup jauh atau harus menggunakan alat penyeberangan,
- jalan menuju lokasi pekerjaan tidak dapat dilalui kendaraan karena merupakan
gang sempit sehingga harus diangkut secara manual.

Ketiga, perbedaan dalam hal kedalaman atau rincian komponen biaya atau harganya.
Perkiraan yang masih bersifat global, berdasarkan analogi atau perkiraan yang bersifat
konseptual diperkenankan saat penyusunan anggaran mengingat keterbatasan
informasi yang tersedia. Sedangkan untuk identifikasi harga dalam penyusunan HPS,
pejabat yang berwenang semestinya merinci lebih lanjut ke dalam elemen atau
komponen pembentuk biaya pekerjaan.

Contoh perbedaan Harga Perkiraan


Penyusunan Anggaran (RKA) Penyusunan HPS
- Konstruksi Fisik 25.683.210.000 - Diurai/dirinci menjadi pekerjaan-pekerjaan:
✓ Diurai/dirinci ke dalam komponen Upah, bahan dan alat
✓ Diurai/dirinci menjadi volume dan harga satuan
- Perencanaan =3,02% x 25.683.210.000 - Diurai/dirinci menjadi komponen personil dan non personil
✓ Diurai/dirinci menjadi volume dan harga satuan
- M. Konstruksi =2,48% x 25.683.210.000 - Diurai/dirinci menjadi komponen personil dan non personil
✓ Diurai/dirinci menjadi volume dan harga satuan
- Pengelola keg. =0,93% x 25.683.210.000 - Tidak dibuat HPS

Dengan demikian, ketentuan umum identifikasi harga satuan tahap penetapan


HPS dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 74 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

• Menentukan komponen-komponen sampai dengan level tertentu sebagai


pembentuk biaya barang atau jasa sampai siap digunakan.
Contoh:
1. identifikasi komponen pengadaan komputer misalkan sebagai berikut:
- harga komputer Rp .......................
- harga OS dan Software Rp .......................
2. identifikasi komponen pengadaan Genset misalkan sebagai berikut:
- harga genset Rp .......................
- biaya instalasi,kabel dan instrumen listrik Rp .......................
- biaya pembuatan dudukan genset Rp .......................
3. identifikasi komponen pengadaan jasa Konsultansi misalkan sebagai berikut:
- Biaya personil (Dirinci: Tenaga Ahli, Tenaga Trampil, dll ) Rp .......................
- Biaya non personil (Dirinci: Sewa, transportasi, bahan bakar, dll) Rp .......................
4. identifikasi komponen pengadaan Konstruksi misalkan sebagai berikut:
- Biaya Upah (Dirinci: Tenaga Ahli, Tukang, Mandor, dll) Rp .......................
- Biaya bahan (Dirinci: Semen, besi, batu pecah, pasir, dll) Rp .......................
- Biaya alat (Dirinci: crane, truck, molen dll) Rp .......................

• Mendapatkan Harga satuan komponen-komponen tersebut menggunakan berbagai


alternatif data dan informasi berikut:
1. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa
diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya Pengadaan
Barang/Jasa,
2. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat
Statistik (BPS),
3. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait
dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan,
4. Daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor
tunggal,
5. Biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya, antara lain: inflasi tahun
sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank Indonesia,
6. Hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan
instansi lain maupun pihak lain;

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 75 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

7. Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana


(engineer’s estimate);
8. Norma indeks; dan/atau informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Khusus untuk penyusunan HPS pada pengadaan barang yang menggunakan


evaluasi penilaian biaya selama umur ekonomis (PBSUE), komponen-komponen yang
perlu diidentifikasi harga satuannya meliputi:
1. Harga Barang
Informasi tentang harga barang menggunakan evaluasi penilaian biaya selama
umur ekonomis ini tidak berbeda dengan evaluasi sistem lainya.
2. Biaya operasionalisasi
Pengertian biaya operasionalisasi merupakan biaya agar alat yang dibeli dapat
berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Biaya ini meliputi antara lain biaya bahan
bakar, biaya listrik, biaya pelatihan operator, biaya perijinan dan pajak.
3. Biaya pemeliharaan
Pengertian biaya ini merupakan biaya untuk menjaga agar alat tetap dapat
beroperasi secara normal. Biaya ini meliputi antara lain biaya penggantian oli,
service berkala, serta penggantian suku cadang.
4. Perkiraan Nilai Sisa (Salvage value)
Nilai sisa ini merupakan harga jual barang pada akhir masa umur ekonomis. Nilai
ini akan mengurangi harga barang ditambah biaya operasionalisasi dan
pemeliharaan.

4.2 Harga Perkiraan


Perkiraan harga (cost estimate) merupakan proses penjumlahan elemen-elemen
biaya, dengan menggunakan metode tertentu dan data yang valid, untuk
memperkirakan biaya program, kegiatan atau pekerjaan dimasa mendatang
berdasarkan data dan informasi yang telah diketahui pada saat ini.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 76 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Aspek-aspek yang perlu dianalisa dalam proses penentuan Harga perkiraan dari
hasil pemaketan pekerjaan, meliputi:
• Lingkup pekerjaan/pembelian
Luas atau sempitnya ruang lingkup pekerjaan akan sangat berpengaruh terhadap
besaran biaya. Demikian juga dengan lingkup pembelian. Pembelian barang
dengan lingkup pekerjaan sampai dengan terpasang dan berfungsi akan memiliki
struktur dan besaran biaya yang berbeda dengan pembelian barang saja.
• Skedul pekerjaan/pemasokan barang
Pada dasarnya, ketika suatu pekerjaan harus dilakukan dengan waktu yang cepat
akan menuntut tambahan jumlah alat dan tenaga kerja serta biaya lain yang
menyertainya. Ketika pekerjaan jalan menuntut pengerjaan dimalam hari untuk
menghindari kemacetan, biaya tenaga kerja yang diperhitungkan mungkin akan
berbeda dengan pekerjaan yang dilakukan disiang hari. Demikian juga dengan
pemasokan barang, apakah akan diterima sekaligus atau bertahap sesuai
kebutuhan. Hal ini akan mungkin dapat berakibat kepada timbulnya biaya
penyimpanan bagi pemasok.
• Rencana sumberdaya manusia dan sumber daya lain
Biaya atas penggunaan tenaga ahli yang profesional dan berpengalaman akan
berbeda dengan tenaga kerja yang fresh graduate. Demikian juga tuntutan atas
jenis/type peralatan yang modern dan bahan baku yang berkualitas tinggi, akan
menimbulkan jumlah biaya yang relatif lebih tinggi bila menggunakan peralatan
dan bahan baku yang berkualitas biasa. Tuntutan penggunaan bahan yang ramah
lingkungan juga akan dapat berimbas kepada tambahan terhadap total biaya.
Selain itu, Pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan metode padat karya akan
mempunyai struktur dan besaran biaya yang berbeda dengan metode padat modal.
• Risiko-risiko terkait kebutuhan
Efektivitas merupakan pertimbangan utama dalam melakukan pengadaan. Risiko
bahwa suatu pekerjaan atau pembelian barang/jasa tidak dapat memenuhi
kebutuhan harus diperthitungkan dengan seksama. Antisipasi dan manajemen
Risiko atas kegagalan konstruksi/bangunan mungkin akan menuntut sejumlah
premi tertentu untuk pertanggungan melalui mekanisme asuransi. Lingkup dan

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 77 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

jangka waktu masa berlakunya Garansi juga akan berpengaruh terhadap besarnya
harga barang.
• Kebijakan dan peraturan organisasi serta data-data historis yang menunjang
penyusunan perkiraan harga
Mekanisme dan ketentuan penyusunan harga perkiraan di sektor pemerintah lebih
kaku dan ketat bila dibandingkan dengan swasta. Sumber-sumber data yang dapat
digunakan menurut ketentuan harus dianalisis dengan cermat guna menghindari
masalah hukum dikemudian hari.

Dalam manajemen harga perkiraan, hasil perkiraan harga tersebut secara terus
menerus dimutakhirkan (updating) dengan fakta terkini yang telah tersedia, melakukan
revisi yang diperlukan serta menganalisis perbedaan antara harga perkiraan dengan
harga rill (actual cost).

Government Accountability Office (GAO) Amerika Serikat menyebutkan bahwa


Perkiraan harga (cost estimate) diperlukan bagi pengadaan barang dan jasa pemerintah
karena berbagai alasan, antara lain:
• untuk mendukung keputusan tentang alokasi dana terhadap suatu program diantara
program lainnya,
• untuk penyusunan anggaran (RKA dan APBN/APBD),
• untuk mengevaluasi kebutuhan sumber daya pada titik-titik keputusan kunci
(evaluasi penawaran dan negosiasi harga), serta
• mengembangkan dasar (baseline) pengukuran kinerja.

Selain itu, perkiraan yang realistis atas berbagai program akan membantu alokasi
sumber daya yang lebih efektif, dan meningkatkan probabilitas keberhasilan
pelaksanaannya. Program pemerintah yang diidentifikasi tersebut, mencakup baik
dilakukan secara swakelola ataupun melalui kontrak dengan pihak lain.

Banyak jenis pendekatan dan metode yang biasa digunakan untuk melakukan
perkiraan harga. GAO menyebutkan ada tiga jenis metode yang umum digunakan, “The
three commonly used methods for estimating costs are analogy, engineering build-up,

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 78 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

and parametric.... Other cost estimating methods include expert opinion, extrapolating,
and learning curves”. Tiga metode yang sering digunakan secara umum di Amerika
Serikat untuk memperkirakan biaya bagi instansi pemerintahnya adalah: analogi,
engineering build-up, dan parametrik. Selain ketiga metode umum tersebut, metode
biaya estimasi lainnya yang juga digunakan antara lain meliputi: pendapat ahli,
ekstrapolasi, dan kurva belajar.

Sedangkan dalam dunia konstruksi, perkiraan harga juga dapat dibedakan


menurut tahapan atau waktu dari suatu proyek:
• tahap konseptual: conceptual estimating
• tahap pembuatan gambar dan desain: square foot and assemblies estimating
• tahap pengadaan: detailed estimating.
Sesuai tujuan sebagaimana telah diuraikan dimuka, modul ini hanya akan membahas
dua dari beberapa metode tersebut, yaitu conceptual estimating yang dipakai untuk
tahap penyusunan anggaran oleh PA/KPA, serta detailed estimating yang dipakai pada
tahap penyusunan HPS oleh PPK.

4.2.1 Conceptual Cost Estimating


Ketika suatu program, kegiatan atau pekerjaan baru akan dimulai, sebelum desain
apapun dibuat, informasi tentang program, kegiatan atau pekerjaan tersebut masih
sangat terbatas. Perkiraan biaya perlu dilakukan antara lain untuk mengevaluasi
kelayakan ekonomisnya. Perkiraan konspetual ini dikenal sebagai top-down, susunan
besar (order of magnitude), studi kelayakan (feasibility), analogi (analogous), atau
perkiraan awal (preliminary estimate). Estimasi konseptual juga didefinisikan sebagai
estimasi perkiraan dan digunakan untuk memperkirakan anggaran untuk proyek.
Pengalaman dan pertimbangan yang memadai sangat diperlukan untuk mendapatkan
perkiraan biaya yang dapat diandalkan. Selain itu, akurasi dan keandalan harga
perkiraan sangat bergantung kepada level informasi yang digunakan.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 79 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Berbeda dengan pengadaan barang yang mungkin tersedia informasi harga


pasarnya, informasi yang tersedia untuk estimasi biaya konstruksi dan jasa mungkin
berupa daftar pekerjaan-pekerjaan atau proyek yang telah selesai dan serupa dengan
rencana proyek saat ini. Meski informasi yang tersedia biasanya sangat terbatas dan
hanya meliputi nilai kontrak dan ukuran atau unit pekerjaan, estimasi biaya pekerjaan
tetap dapat dilakukan.

Metode Umum Conceptual Cost Estimating


Salah satu pendekatan umum yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
perhitungan rata-rata. Untuk informasi biaya yang sangat bervariasi, pendekatan yang
dapat dilakukan adalah dengan memberikan timbangan tertentu untuk nilai maksimum
dan minimum beserta rata-ratanya. Berikut ini adalah contoh rumus rata-rata tertimbang
yang dapat digunakan.
UC = (A + 4B + C) / 6
Dimana: UC = Perkiraan (proyeksi) unit cost
A = minimum unit cost pekerjaan dari kontrak sejenis yang selesai
B = rata-rata unit cost pekerjaan dari kontrak sejenis yang selesai
C = maksimum unit cost pekerjaan dari kontrak sejenis yang selesai

Ilustrasi:
Suatu instansi bermaksud membangun gedung parkir dengan kapasitas 135 kendaraan. Data
dan informasi yang dapat diperoleh untuk proyek sejenis (pembangunan gedung parkir) dapat
ikhtisarkan dalam tabel berikut.
Proyek No Nilai Kontrak Kapasitas
(Rp) Mobil
1 466.580.000 150
2 290.304.000 80
3 525.096.000 120
4 349.920.000 90
5 259.290.000 60
6 657.206.000 220
7 291.718.000 70
8 711.414.000 180

Berdasarkan data tersebut, perkiraan biaya pembangunan gedung parkir dengan kapasitas 135
kendaraan dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 80 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

• Pertama, menghitung biaya rata-rata per kendaraan.


• Kedua, mengidentifikasi biaya rata-rata yang terendah (A) dan terbesar (B) serta rata-
rata dari kedelapan proyek yang pernah dibangun (C). Hasil perhitungan identifikasi
adalah sebagai berikut
Proyek No Nilai Kontrak Kapasitas Biaya rata2
(Rp) Mobil Per Mobil
1 466.580.000 150 3.110.533
2 290.304.000 80 3.628.800
3 525.096.000 120 C
4 349.920.000 90 4.375.800
5 259.290.000 60 3.888.000
6 657.206.000 220 4.321.500 A
7 291.718.000 70
8 711.414.000 180 2.987.300
4.167.400
3.952.300
Rata-rata 3.803.954 B

• Ketiga, memasukan angka tersebut ke dalam persamaan


UC = (A + 4B + C) / 6
= (2.987.300 + (4 x 3.803.954) + 4.375.800) / 6
= 22.578.917 / 6
= 3.763.153 (per kendaraan)
• Terakhir, menghitung perkiraan total biaya untuk 135 kendaraan
= 135 kendaraan x 3.763.153 (per kendaraan)
= 508.025.625.

Nilai kontrak tahun-tahun yang lalu biasanya tidak bisa dipersamakan dengan
nilai kontrak saat ini. Demikian juga nilai kontrak sejenis di wilayah serta ukuran yang
berbeda. Oleh karena itu, keandalan hasil perhitungan Perkiraan harga sangat
dipengaruhi ketepatan penyesuaian atas waktu, lokasi dan ukuran.

Penyesuaian Waktu
Penyesuaian waktu mutlak diperlukan bila estimasi biaya dilakukan berdasarkan
informasi kontrak sejenis pada tahun-tahun sebelumnya. Penyesuaian yang dilakukan
seharusnya mencerminkan inflasi atau deflasi atas harga sehubungan dengan waktu
karena faktor-faktor seperti tingkat tenaga kerja, biaya material, suku bunga, dll.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 81 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Langkah-langkah penyesuaian dapat dilakukan dengan menggunakan angka


indeks yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Angka indeks adalah sarana
mengekspresikan data yang relatif terhadap tahun dasar. Misal, indeks konstruksi atas
bahan bangunan tertentu yang diidentifikasi pada bulan Januari 2005 adalah 100. Secara
berkala, angka indeks tersebut akan berubah seiring hasil survey harga bahan bangunan
oleh instansi berwenang. Bila indeks biaya bangunan pada bulan Januari 2009 adalah
135, hal tersebut menunjukan adanya kenaikan harga secara rata-rata sebesar 35%
dibanding Januari 2005. Dengan demikian, nilai bangunan tahun 2009 sebesar Rp135
juta adalah sebanding dengan kontrak sejenis sebesar Rp100 juta di tahun 2005.

Ilustrasi
Suatu instansi berencana akan membangun gedung kantor. Apabila data yang tersedia untuk
biaya bangunan sejenis berdasarkan kontrak yang telah selesai tiga tahun yang lalu adalah
Rp8.435.000.000, maka proses penyesuaian atas perkiraan harga dapat gambarkan sebagai
berikut.
• Pihak yang terkait telebih dahulu mendapatkan indeks konstruksi dapat diikhtisarkan dalam
tabel berikut.
Tahun indeks Indeks
3 tahun lalu 358
2 tahun lalu 359
1 tahun lalu 367
Tahun ini 378

• Tingkat bunga Ekuivalen dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:


(378/358) = (1 + i)3, maka i = 1,83%
• Dengan demikian, biaya perkiraan kontrak pembangunan gedung dapat disesuaikan menjadi
Biaya = Rp8.435.000.000 × (1 + 0,0183)4 = Rp9.069.600.000

Penyesuaian Lokasi
Harga perkiraan yang di hitung juga harus disesuaikan bila data atau informasi
kontrak sejenis diperoleh dari pekerjaan yang telah dilakukan di wilayah yang berbeda.
Penyesuaian semestinya mencerminkan perbedaan biaya tenaga kerja, bahan peralatan
di kedua lokasi. Faktor penyesuian adalah berdasarkan indeks berdasarkan wilayah yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 82 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Ilustrasi
Biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan gedung di kota Ambon adalah
sebesar Rp3.872.000.000. Bila data ini akan digunakan untuk membuat perhitungan harga
proyek sejenis di kota Depok, maka penyesuaian harga perkiraan dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut.
• Pihak yang terkait telebih dahulu mendapatkan indeks lokasi dapat diikhtisarkan dalam tabel
berikut.
Wilayah/Kota Indeks
Kota Ambon 1,025
Kota Bandung 1,170
Kota Cilacap 1,260
Kota Depok 1,105
Kota Enggano 1,240

• Biaya perkiraan pembangunan gedung di kota Depok adalah:


Biaya = Rp3.872.000.000 × (1,105 / 1,025)
= Rp4.174.200.000

Penyesuaian terhadap Ukuran dan Penyesuaian Kombinasi


Penyesuian atas ukuran kegiatan langsung dilakukan dengan perbandingan
secara proporsional sesuai volume masing-masing. Asumsi yang melandasi adalah
kesamaan biaya secara rata-rata berdasarkan ukuran yang digunakan. Bila kontrak
pembangunan gedung kantor seluas 100 m 2 adalah Rp1.000.000.000, maka rencana
pembangunan gedung kantor sejenis seluas 200 m2 diperkirakan akan menelan biaya
sebesar Rp2.000.000.000 (yaitu dari perhitungan: 200/100 x Rp1.000.000.000).
Dalam beberapa kasus, penyesuaian mungkin perlu dilakukan untuk ketiga faktor
tersebut. Penyesuaian terhadap harga perkiraan dapat dilakukan secara langsung
(kombinasi dua atau ketiganya).
Ilustrasi
Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, tiga tahun mendatang pemerintah Kota Bandung bermaksud
membangun gedung perpustakaan seluas 62,700 m2. Data pendukung penyusunan harga
perkiraan adalah kontrak sejenis yang telah selesai di Kota Enggano 2 tahun yang lalu sebesar
Rp2.197.540.000 dengan luas bangunan 38,500 m2.
Penyesuian harga perkiraan gedung tersebut adalah sebagai berikut
= Harga Kontrak yang lalu × penyesuaian waktu × penyesuaian lokasi × penyesuaian
ukuran

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 83 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

= Rp2.179.540.000 × (1 + 0,0183)5 × (1,17 / 1,24) × (62.700 / 38.500)


= Rp3.700.360.000.

Penyesuaian terhadap Biaya Per Unit (Unit Cost)


Meskipun secara total, biaya akan semakin meningkat dengan bertambahnya
volume, biaya per unit mungkin justru akan mengalami penurunan. Sebagai contoh,
biaya rumah seluas 1.800m2 mungkin Rp5.350.000/m2, sedangkan biaya rumah yang
sama dengan luas 2.200m2 mungkin hanya Rp4.870.000/m2. Hal ini terjadi karena biaya
pembangunan rumah tersebut ada dua jenis, yaitu biaya yang bersifat tetap (fixed cost)
serta biaya variabel (variable cost).

Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah sampai volume 3.200 m2, berikut ini
dapat digambarkan penurunan biaya rata-rata tersebut.
1.800 m2 2.200 m2 2.600 m2 3.000 m2
Vol
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Total Variabel 4.878.000.000 5.962.000.000 7.046.000.000 8.130.000.000
Total Fixed 4.752.000.000 4.752.000.000 4.752.000.000 4.752.000.000
Total Biaya 9.630.000.000 10.714.000.000 11.798.000.000 12.882.000.000
Variabel/m2 2.710.000 2.710.000 2.710.000 2.710.000
Fixed/m2 2.640.000 2.160.000 1.827.692 1.584.000
Total Biaya/m2 5.350.000 4.870.000 4.537.692 4.294.000
Tabel diatas menunjukan bahwa total biaya tetap tidak bertambah seperti halnya biaya
variabel total variabel. Dengan demikian biaya tetap rata-rata akan turun seiring
bertambahnya volume sedangkan biaya variabel per meter2 dengan bertambahnya
volume. Sementara biaya tetap dan biaya total rata-rata akan turun seiring
bertambahnya volume.

Ilustrasi Penyesuaian Biaya Per Unit dengan Metode Min Max


Tabel Berikut ini merupakan data delapan kegiatan yang sama dengan volume atau unit output
yang bervariasi.
Kegiatan Biaya (Rp) Vol/Unit
1 225.000.000 100
2 148.500.000 60
3 246.700.000 120
4 273.000.000 150
5 340.100.000 190

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 84 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Jika instansi akan melakukan pengadaan barang sejenis dengan volume sebanyak 170 unit,
maka proses penentuan biaya total dan biaya per unitnya adalah sebagai berikut.
• Fungsi volume terhadap total biaya dapat di notasikan dalam persamaan berikut
Y=a+bX
Dimana Y = Total Biaya
a = biaya tetap
b = biaya variabel per unit
X = Volume/Unit

• menentukan biaya total terkecil (min) serta biaya total tertinggi (max) untuk menentukan biaya
variabel dan biaya tetapnya.  Kegiatan no 5 dan 2
• Masukan biaya dan volume max dan min ke dalam persamaan diatas untuk mencari varaibel a dan
b dengan eliminasi.
Biaya Max  340.100.000 = a + (b x 190)
Biaya Min  148.500.000 = a + (b x 60) (-)
191.600.000 = 130 b  b = 191.600.000/130 = Rp 1.473.846
Masukan b ke dalam salah satu persamaan
340.100.000 = a + (1.473.846 x 190) = a + 280.030.769
a = 340.100.000 - 280.030.769 = Rp60.069.231
• Dengan demikian persamaan biaya akan menjadi
Y = Rp60.069.231 + Rp 1.473.846 X
• Menentukan total biaya pengadaan untuk 170 unit dan biaya per unitnya
Y = Rp60.069.231 + (Rp 1.473.846 x 170) = Rp60.069.231 + Rp250.553.846
= Rp310.623.077
Biaya per unit untuk pengadaan sejumlah 170 unit adalah
= Rp310.623.077/170 = Rp1.827.195

Beberapa contoh pekerjaan yang mengikuti pola seperti ini antara lain adalah:
• Kegiatan Diklat (Pendidikan dan Pelatihan)
• Kegiatan Studi Banding
• Kegiatan Vaksinasi Hewan

4.2.2 Detailed Estimating


Estimasi biaya secara detil (Detailed Estimating) adalah proses memprediksi biaya
menggunakan analisis kuantitatif dari pekerjaan yang dibutuhkan berdasarkan dokumen
desain. Menurut Architect’s Handbook of Professional Practice, Detailed Estimating
adalah “a forecast of construction cost prepared on the basis of a detailed analysis of

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 85 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

materials and labor for all items of work”. Perkiraan biaya rinci pada pekerjaan konstruksi
disusun atas dasar analisis yang rinci atas bahan dan tenaga kerja untuk semua item
pekerjaan. Hal ini berbeda dengan conceptual estimating sebagaimana telah dijelaskan
dimuka yang menggunakan informasi global atau kasar.
Garis besar langkah estimasi ini adalah sebagai berikut:
• Menyiapkan survey kuantitas
Tujuan survey kuantitas ini adalah mendefinisikan item-item yang sebenarnya yang
akan dibangun secara cukup rinci untuk memungkinkan harga satuan akurat.
Gambar Kerja dan spesifikasi adalah sumber utama informasi dalam penyusunan
estimasi biaya rinci untuk sebuah proyek. Item pekerjaan dan volume yang
digunakan harus mencerminkan kebutuhan nyata dilapangan dalam mewujudkan
output tertentu.
• Menentukan harga untuk tiap-tiap item pekerjaan.
Setelah item pekerjaan dan volume diidentifikasi secara rinci dan lengkap, langkah
berikutnya adalah menentukan harga dari tiap item pekerjaan. Tiap item pekerjaan
tersebut harus dirinci menjadi komponen upah tenaga kerja, bahan serta peralatan
yang digunakan. Sedangkan untuk estimasi rinci jasa konsultansi, item pekerjaan
diuraikan lebih rinci menjadi biaya personil dan non personil.
• Memperhitungkan biaya overhead dan keuntungan.
Biaya overhead merupakan biaya yang tidak bisa dihubungkan secara langsung
dengan output pekerjaan (indirect cost). Ketika suatu biaya yang biasanya dianggap
sebagai overhead ternyata berhubungan langsung dengan keluaran kegiatan, biaya
tersebut seharusnya dikategorikan sebagai biaya langsung (direct cost).

Bila melihat best practice pengadaan dari berbagai literatur, pada


prinsipnya tidak ada batasan yang baku mengenai nilai maksimal jumlah
overhead maupun jumlah keuntungan yang dapat ditambahkan ke dalam
perkiraan harga.
Biaya Overhad dan keuntungan di dasarkan atas data historis dan dimodifikasi
berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang kondisi pasar untuk industri yang
terkait.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 86 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Sedangkan untuk keperluan penyusunan HPS pada pengadaan di sektor


pemerintah, Peraturan Kepala LKPP menyebutkan batas maksimal keuntungan dan
biaya overhead yang dianggap wajar bagi penyedia, yaitu 15% (lima belas
perseratus) dari total biaya, atau 10% dari Biaya Langsung Personil untuk konsultan.

4.3 Penetapan Harga Perkiraan sesuai Ketentuan


Harga perkiraan yang diatur dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu harga perkiraan untuk penyusunan anggaran dan harga
perkiraan untuk penyusunan HPS. Sebagaimana telah dijelaskan di muka metode
perkiraan biaya yang tepat untuk penyusunan anggaran adalah metode estimasi biaya
konseptual yang bersifat global, meski tidak ada larangan untuk menggunakan metode
yang bersifat detil. Sedangkan untuk penyusunan HPS, metode yang tepat adalah
metode yang bersifat detail.

4.3.1 Penetapan Perkiraan Harga Untuk Penyusunan Anggaran


Pada tahap ini, meski rancangan detail atau gambar dan desain suatu pekerjaan
atau pengadaan belum ada, rencana jenis output suatu program atau kegiatan
semestinya sudah harus dapat diidentifikasi sampai dengan rincian tertentu yang dapat
menunjukan perbedaan fungsi dan/atau harga dengan jenis barang/jasa lainnya.
Sebagai contoh: televisi ukuran 32” mempunyai perbedaan harga dengan ukuran 21”,
Personal Computer mempunyai perbedaan fungsi dan/atau harga dengan notebook,
Gedung kantor 5 lantai mempunyai fungsi dan/atau harga yang berbeda dengan gedung
sekolah 1 lantai. Meski dapat dibantu oleh unsur staf atau tim teknis dalam prosesnya,
Penetapan Spesifikasi tersebut merupakan kewenangan Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran. Cara menetapkan spesifikasi dapat dipelajari di Modul UK 05.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 87 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Untuk mewujudkan tertib administrasi dan tata kelola yang baik (good
governance), harus ada bukti Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Inspektorat DKI Jakarta LM angkat
bicara perihal pengadaan alat Uniterruptible Power Supply (UPS) di
yang menunjukan persetujuan institusi yang pernah ia pimpin. Sebelum diangkat sebagai Kepala
Inspektorat pada awal Januari tahun ini, LM adalah Kepala Dinas
atau penetapan spesifikasi umum Pendidikan DKI Jakarta yang menjabat sejak Februari 2014.
Menurutnya, masuknya anggaran itu terjadi pada APBD perubahan.
beserta kuantitas yang akan
Jumlahnya ada 49 unit yang terdiri dari 25 unit untuk Jakarta Barat dan
diadakan. Penentuan Spesifikasi 24 unit Jakarta Pusat. "Itu (usulan) masuk melalui suku dinas, jadi
bukan usulan Dinas Pendidikan," kata LM di Balai Kota, Jakarta, Senin
dan kuantitas pengadaan akan (2/3). LM mengaku dirinya sebagai kepala dinas saat itu kecolongan
dengan pengadaan barang ini.
mempengaruhi pencapaian tujuan
dan sasaran kinerja yang menjadi tanggung jawab pimpinan instansi atau unit kerja.
Kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terlibat dalam pengadaan
harus jelas teridentifikasi dari dokumen-dokumen yang menyertai proses pengadaan
barang dan jasa.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, prinsip umum yang menggambarkan


kewenangan, tahapan dan prosedur penetapan perkiraan harga untuk penyusunan
anggaran dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Pada prinsipnya, pejabat yang berwenang untuk menetapkan RKA menurut
ketentuan perundang-undangan adalah PA. Bagi instansi pusat, kewenangan ini
dapat dilimpahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran. Pelimpahan kewenangan
dan tanggung gugat (delegasi) dari PA tersebut harus disertai dengan bukti
dokumen yang memadai.
b. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat dibantu oleh unsur staf atau
tim teknis melalui mekanisme mandat dimana kewenangan diberikan namun tidak
disertai dengan tanggung gugat (mandat). Hasil Perkiraan Harga yang dibuat oleh
unsur staf atau tim teknis harus dievaluasi dan direviu oleh PA/KPA secara cermat
sebelum disetujui dan dituangkan dalam dokumen anggaran.

Tata cara Reviu yang dilakukan oleh PA/KPA terhadap hasil kerja staf dan atau tim
teknis antara lain adalah dengan:
• Mengevaluasi dan menguji kelengkapan, keabsahan dan keandalan dokumen-
dokumen sumber dan pendukung yang dipakai dalam menentukan perkiraan
harga.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 88 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

• Mengevaluasi dan menguji metode dan asumsi yang dipakai dalam analisis
pasar dan metode perhitungan dan penyesuaian perkiraan harga.
• Mereviu pemenuhan proses dan hasil terhadap ketentuan yang berlaku.

Catatan:
Setelah rencana spesifikasi umum dan kuantitas barang atau jasa ditetapkan untuk mencapai
tujuan dan sasaran berdasarkan rencana kinerja, PA/KPA dapat melakukan analisis untuk
menentukan prioritas barang atau jasa yang akan diAnalisis Pasar.
Setelah itu, Analisis Pasar dapat dilakukan terhadap barang atau jasa prioritas berdasarkan surat
perintah atau penugasan dari PA/KPA kepada unsur staf atau tim teknis yang dibentuk sesuai
kebutuhan (kompleksitasnya). Berbagai data pasar, baik sekunder maupun primer, internal dan
eksternal yang relevan dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini. Pengendalian input perlu
dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang dikumpulkan valid dan dapat dijamin
keandalannya. Sedangkan pengendalian proses pengolahan data juga perlu dilaksanakan untuk
meyakinkan bahwa output Analisis Pasar telah dilakukan secara cermat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil Analisis Pasar tersebut digunakan untuk menentukan perkiraan harga satuan barang atau
jasa yang akan diadakan serta komponen-komponen penunjang yang lainnya dalam rangka
menyusun anggaran.

Meski banyak yang berbeda, prosedur penyusunan RKA instansi pemerintah pusat dengan
instansi pemerintah daerah juga memiliki persamaan. Salah satunya adalah ketentuan
menggunakan standar yang ditetapkan dalam menginput harga satuan tertentu dalam RKA.
Untuk jenis pengadaan yang tidak diatur dalam standar, PA/KPA dapat menggunakan data lain
yang dapat dipertanggungjawabkan. Salah satunya adalah harga pasar setempat.
Sebelum rencana kerja dan anggaran ditandatangani, PA/KPA semestinya terlebih dahulu
melakukan reviu untuk meyakinkan bahwa proses telah dilakukan sesuai ketentuan serta
menggunakan data yang dapat diandalkan. PA/KPA harus meyakinkan bahwa data yang
digunakan untuk menentukan harga satuan di RKA dapat ditelusuri ke dokumen sumbernya.
Oleh karena itu informasi tentang siapa yang ditugaskan, kapan dan dimana data-data diperoleh,
bagaimana proses pengolahan dan analisis data dilakukan merupakan hal-hal yang seharusnya
direviu oleh PA/KPA. Apabila hasil reviu masih menunjukan adanya kelemahan atau
ketidakakuratan, perkiraan harga yang disodorkan oleh staf ataupun tim teknis harus ditinjau
atau dihitung ulang.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 89 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

c. Apabila PA/KPA telah memperoleh keyakinan yang cukup memadai bahwa


perkiraan harga telah disusun menggunakan data dan proses yang andal, Rencana
Kerja dan Anggaran dapat ditandatangani.

4.3.2 Penetapan Perkiraan Harga Untuk Penyusunan HPS


Harga Perkiraan Sendiri (HPS) merupakan estimasi harga yang ditetapkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan dikalkulasikan secara keahlian dengan
menggunakan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian tersebut secara
implisit mengatur tentang bagaimana dan siapa yang menyusun HPS. Pada prinsipnya,
perpres tidak mengatur secara tegas (eksplisit) tentang siapa penyusun HPS, namun
secara implisit mengatur tentang syarat kompetensi penyusun HPS yang harus memiliki
keahlian sesuai bidang yang akan diadakan.

Dalam penyusunan HPS, Pejabat Pembuat Komitmen harus mempertimbangkan


apakah yang bersangkutan atau staf yang akan ditugaskan memiliki kompetensi keahlian
dalam bidang yang akan di adakan atau tidak. Pembentukan tim pendukung atau
menyerahkan kepada pihak lain yang kompeten seperti konsultan perencana merupakan
pilihan bila PPK atau stafnya tidak memiliki keahlian atau tidak memiliki waktu dan
tenaga yang cukup bila dibandingkan dengan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Namun demikian, penyerahan penyusunan HPS kepada pihak lain bukan berarti
melepaskan tanggung jawab PPK untuk memahami proses penyusunan HPS.

Perpres tentang pengadaan barang dan jasa secara tegas menyebutkan bahwa
PPK adalah pejabat yang berwenang untuk menetapkan HPS. Bagian awal modul ini
telah menyebutkan tentang ketentuan dalam pengelolaan keuangan bahwa “pejabat
yang menandatangani suatu dokumen dianggap mengetahui substansi dan akibat yang
dapat ditimbulkan”. Dengan demikian, sebelum menandatangani untuk menetapkan
suatu dokumen menjadi HPS, PPK semestinya terlebih dahulu melakukan proses reviu
untuk memperoleh keyakinan bahwa dokumen tersebut telah disusun sesuai ketentuan

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 90 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

dengan perhitungan yang cermat dan berdasarkan data-data yang dapat


dipertanggungjawabkan.

Berbeda dengan perkiraan harga untuk penyusunan anggaran yang masih dapat
menggunakan berbagai data yang sifatnya konseptual, perkiraan harga untuk
penyusunan HPS seharusnya menggunakan data riil untuk kuantitas maupun harga
satuannya. Ketika menyusun anggaran pembangunan gedung parkir sebagaimana
contoh pada subbab sebelumnya, PA/KPA dapat menggunakan perhitungan kasar
menggunakan data kontrak sejenis dengan penyesuaian waktu, lokasi atau ukuran.
Sedangkan penyusunan HPS seharusnya didasarkan kepada desain dan gambar yang
telah disesuaikan dengan kondisi lapangan. Desain dan gambar di breakdown menjadi
pekerjaan-pekerjaan serta analisa harga satuan. Dengan demikian volume dan jenis
pekerjaan telah dapat dihitung dengan tingkat presisi yang tinggi. Dan selanjutnya,
harga satuan yang dicantumkan dalam perhitungan analisa harga sedapat mungkin
mencerminkan harga yang berlaku saat HPS disusun.

Berikut ini akan diuraian tentang prinsip-prinsip atau ketentuan umum tentang
penetapan HPS yang dapat digunakan bagi PPK untuk melakukan penyusunan atau reviu
secara cermat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Penetapan Perkiraan Harga Untuk Penyusunan HPS Barang


Diantara keempat jenis pengadaan barang atau jasa, proses penyusunan HPS
untuk pengadaan barang cenderung lebih sederhana. Pejabat Pembuat Komitmen dapat
menetapkan HPS bila hasil reviu menunjukan bahwa langkah-langkah penyusunan HPS
pengadaan barang telah dilakukan seperti telah diuraikan di subbab 4.1.2 yang secara
garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. telah dilakukan identifikasi komponen-komponen biaya yang diperlukan agar
barang yang akan diadakan dapat berfungsi sebagaimana diharapkan berdasarkan
kondisi nyata dilapangan.
b. telah dilakukan identifikasi harga satuan komponen-komponen tersebut sampai
lokasi pekerjaan menggunakan informasi hasil Analisis Pasar yang telah dilakukan
dengan mempertimbangkan level saluran distribusi yang ditargetkan. Sebagai

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 91 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

contoh: apabila calon penyedia yang disasar adalah para pengecer, maka harga
satuan pasar yang digunakan juga harga di level pengecer bukan distributor.

Ilustrasi:
Suatu instansi bermaksud mengadakan Air Conditioner (AC) Split untuk aula gedung kantor yang
baru yang akan dipasang pada keempat sisi dinding dalam. Meski survai pasar menunjukan
kondisi umum yang menyebutkan bahwa harga AC sudah termasuk biaya pemasangan,
penyusun HPS harus memperhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku. Biaya pasang biasanya
menyebutkan panjang maksimum kabel dan selang yang masuk dalam lingkup harga jual
dimaksud. Bila selang maupun kabel yang diperlukan lebih panjang daripada panjang syarat dan
ketentuan maka mungkin akan ada biaya tambahan untuk bahan maupun biaya teknisi.
Bila rencana kompresor akan disatukan pada satu sisi luar gedung, maka penyusun HPS harus
menghitung panjang kabel atau pun selang yang harus disediakan untuk ke empat AC tersebut.

c. telah melakukan pengujian kecermatan penjumlahan biaya-biaya komponen


tersebut secara keseluruhan menjadi total HPS dan telah memperhatikan
ketentuan-ketentuan berikut:
• HPS telah memperhitungkan biaya overhead dan keuntungan yang wajar.
o Peraturan pengadaan dalam Perka LKPP secara eksplisit menyebutkan
bahwa biaya overhead dan keuntungan maksimal untuk penyusunan HPS
pengadaan barang adalah 15%.
o Memperhitungkan bukan berarti sama dengan menambah. Biaya overhead
dan keuntungan perlu ditambahkan bila survey harga dilakukan pada saluran
distribusi yang berbeda dengan saluran distribusi yang disasar menejadi
menyedia.
• HPS juga telah memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Tidak ada bentuk atau format baku HPS pengadaan barang. PPK bebas
menggunakan format atau model penyajian selama dapat dipahami oleh pihak-pihak lain
yang berkepentingan.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 92 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Penetapan Perkiraan Harga Untuk Penyusunan HPS Jasa Lainnya


Penyusunan HPS jasa lainnya relatif berbeda dengan penyusunan HPS barang
dari segi komponen-komponennya. Pejabat Pembuat Komitmen dapat menetapkan HPS
bila hasil reviu menunjukan bahwa langkah-langkah penyusunan HPS pengadaan jasa
lainnya telah dilakukan seperti telah diuraikan di subbab 4.1.2 yang secara garis besar
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. telah dilakukan identifikasi komponen-komponen biaya yang diperlukan untuk
memenuhi tingkat pelayanan yang diharapkan (Service Level Agreement).
Komponen-komponen tersebut pada umumnya dapat dirinci menjadi:
o Komponen biaya upah (tenaga kerja)
o Komponen biaya bahan (material)
o Komponen Alat (perlengkapan)
b. telah dilakukan identifikasi mengenai dasar penetapan volume masing-masing
komponen disertai asumsi-asumsi yang digunakan
c. telah dilakukan identifikasi harga satuan komponen-komponen tersebut sampai
lokasi pekerjaan menggunakan informasi hasil Analisis Pasar yang telah dilakukan.
d. telah melakukan pengujian kecermatan penjumlahan biaya-biaya komponen
tersebut secara keseluruhan menjadi total HPS dan telah memperhatikan
ketentuan-ketentuan berikut:
• HPS telah memperhitungkan biaya overhead dan keuntungan yang wajar.
o Peraturan pengadaan dalam Perka LKPP secara eksplisit menyebutkan
bahwa biaya overhead dan keuntungan maksimal untuk penyusunan HPS
pengadaan jasa lainnya adalah 15%.
o Memperhitungkan bukan berarti sama dengan menambah. Biaya overhead
dan keuntungan perlu ditambahkan bila survey harga dilakukan pada saluran
distribusi yang berbeda dengan saluran distribusi yang disasar menejadi
menyedia.
• HPS juga telah memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 93 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Pejabat Pembuat Komitmen dapat menugaskan tim pendukung atau staf yang
memiliki keahlian untuk menyusun HPS. Salah satu alternatif cara menentukan rincian
komponen-komponen tersebut beserta volume pekerjaannya adalah dengan
menggunakan kontrak sejenis di instansi yang sama atau instansi lainnya dengan tetap
terlebih dahulu mereviunya. Salah satu pendekatan reviu sederhana yang dapat
dilakukan adalah dengan logika atau akal sehat.

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 94 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Penetapan Perkiraan Harga Untuk Penyusunan HPS Jasa Konsultansi


Penyusunan HPS jasa konsultansi relatif lebih kompleks dibandingkan dengan
HPS barang maupun jasa lainnya. Pejabat Pembuat Komitmen dapat menetapkan HPS
bila hasil reviu menunjukan bahwa langkah-langkah penyusunan HPS pengadaan lainnya
konsultansi telah dilakukan seperti telah diuraikan di subbab 4.1.2 yang secara garis
besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. telah dilakukan identifikasi komponen-komponen biaya yang diperlukan
menggunakan metode kerja yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Komponen-komponen tersebut pada umumnya dapat dirinci menjadi:
o Biaya Langsung Personil (Remuneration)
o Biaya Langsung Non Personil (Direct Reimbursable Cost)
Hasil identifikasi dan perhitungan telah menunjukan kondisi bahwa biaya langsung
personil minimal dari 60% total biaya kecuali jenis jasa konsultansi tertentu.
b. telah dilakukan identifikasi mengenai dasar penetapan volume masing-masing
komponen disertai asumsi-asumsi yang digunakan berdasarkan metode kerja yang
dipersyaratkan dalam kerangka acuan kerja.
c. telah dilakukan identifikasi harga satuan personil maupun non personil. Hasil
identifikasi biaya personil memperhatikan ketentuan berikut:
• Tenaga ahli dengan waktu kerja 1 bulan penuh maka dihitung dengan satuan
OB (orang bulan)
• Tenaga ahli dengan sistem intermiten (tidak pernuh), misal dalam satu bulan
hanya bekerja 1 jam atau 1 hari atau 1 minggu maka dihitung dengan ketentuan
:
SBOM = SBOB/4,1
SBOH = (SBOB/22) x 1,1
SBOJ = (SBOH/8) x 1,3
Dimana :
SBOB = Satuan Biaya Orang Bulan
SBOM = Satuan Biaya Orang Minggu
SBOH = Satuan Biaya Orang Hari
SBOJ = Satuan Biaya Orang Jam

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 95 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

d. telah melakukan pengujian kecermatan penjumlahan biaya-biaya komponen


tersebut secara keseluruhan menjadi total HPS dan telah memperhatikan
ketentuan-ketentuan berikut:
• HPS telah memperhitungkan biaya overhead dan keuntungan yang wajar.
o Peraturan pengadaan dalam Perka LKPP secara eksplisit menyebutkan
bahwa keuntungan maksimal untuk penyusunan HPS pengadaan jasa
konsultansi adalah 10% khusus dari biaya personil.
• HPS juga telah memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 96 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Sama halnya dengan penjelasan jasa lainnya, Pejabat Pembuat Komitmen dapat
menugaskan tim pendukung atau staf yang memiliki keahlian untuk menyusun HPS jasa
konsultansi. Khusus untuk jasa konsultansi yang sederhana, alternatif cara menentukan
rincian komponen-komponen tersebut beserta volume pekerjaan dapat dilakukan
dengan menggunakan data kontrak sejenis di instansi yang sama atau instansi lainnya
dengan tetap terlebih dahulu mereviunya berdasarkan KAK.

Penetapan Perkiraan Harga Untuk Penyusunan HPS Pekerjaan Konstruksi


Pejabat Pembuat Komitmen dapat menetapkan HPS bila hasil reviu menunjukan
bahwa langkah-langkah penyusunan HPS Pekerjaan Konstruksi telah dilakukan seperti
telah diuraikan di subbab 4.1.2 yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. telah dilakukan identifikasi komponen-komponen biaya dalam analissa harga
satuan. Komponen-komponen tersebut pada umumnya dapat dirinci menjadi:
o Komponen biaya upah (tenaga kerja)
o Komponen biaya bahan (material)
o Komponen Alat (perlengkapan)
b. telah dilakukan identifikasi mengenai dasar penetapan volume masing-masing
komponen berdasarkan volume menurut gambar atau desain.
c. telah dilakukan identifikasi harga satuan komponen-komponen tersebut sampai
lokasi pekerjaan menggunakan informasi hasil Analisis Pasar yang telah dilakukan.
d. telah melakukan pengujian kecermatan penjumlahan biaya-biaya komponen
tersebut secara keseluruhan menjadi total HPS dan telah memperhatikan
ketentuan-ketentuan berikut:
• HPS telah memperhitungkan biaya overhead dan keuntungan yang wajar.
o Peraturan pengadaan dalam Perka LKPP secara eksplisit menyebutkan
bahwa biaya overhead dan keuntungan maksimal untuk penyusunan HPS
pengadaan jasa konstruksi adalah 15%.
o Memperhitungkan bukan berarti sama dengan menambah. Biaya overhead
dan keuntungan perlu ditambahkan bila survey harga dilakukan pada saluran
distribusi yang berbeda dengan saluran distribusi yang disasar menejadi
menyedia.
• HPS juga telah memperhitungkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 97 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Bila ada Estimate Engineer’s (EE) dari konsultan perencana, PPK tetap
berkewajiban untuk melakukan reviu dalam rangka memperoleh keyakinan bahwa hasil
perhitungan konsultan perencana telah didasarkan desain dan gambar. Salah satu cara
yang dapat dilakukan bila PPK tidak memiliki keahlian dalam bidang konstruksi adalah
dengan membentuk tim pendukung untuk membantunya.
Reviu dapat dilakukan secara sampling terhadap volume beberapa analisa harga
satuan yang memiliki nilai signifikan berdasarkan pendekatan analisa harga satuan yang
digunakan (BOW atau SNI). Reviu juga dilakukan terhadap daftar harga tenaga kerja,
bahan dan peralatan yang dibuat konsultan perencana. Apabila harga yang digunakan
oleh konsultan perencana kurang dapat dipertanggungjawabkan dengan ketentuan, PPK
dapat melakukan revisi terhadap harga-harga komponen.
Cara lain yang lebih baik adalah dengan membuat persyaratan teknis bagi
konsultan perencana dengan mewajibkan penggunaan data hasil survey ke pasar
setempat bukan menggunakan standar harga kepala daerah. Reviu yang dilakukan oleh
PPK dapat lebih sederhana dengan melakukan uji sampling terhadap harga di analisa
harga satuan menggunakan hasil survey pasar yang dilakukan konsultan dan
PA/KPA/PPK.
PENYUSUNAN HPS JASA KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN PAGAR TEMBOK PEMBATAS
Harga Satuan Jumlah
No Jenis pekerjaan Volume Satuan
(Rp) (Rp)
1 Pembersihan 600,00 M2 50.000 30.000.000
2 Galian tanah pondasi 240,00 M3 157.500 37.800.000
3 Urugan dibawah pondasi 36,00 M3 329.947 11.878.092
4 Pasangan bata belah 96,00 M3 1.175.101 112.809.696
5 Coor sloof, tiang ikat tembok 11,73 M3 5.958.626 69.894.683
6 Pasangan batu bata 56,40 M3 1.230.276 69.387.566
7 Plesteran 1.296,00 M2 113.177 146.677.392
8 Pengecatan 1.296,00 M2 52.450 67.975.200
9 Penyelesaian akhir 30,00 M 31.500 945.000
10 Gudang darurat 9,00 M2 750.000 6.750.000
Subtotal 554.117.629
Overhead dan Profit (15%) 83.117.644
Jumlah 637.235.274
PPN (10%) 63.723.527
Total 700.958.801

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 98 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan


1 Pembersihan 1 m2
0,50 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 50.000
2 Galian pondasi 1m3
1,50 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 150.000
0,05 Mandor @Rp 150.000 = Rp 7.500
157.500
3 Urugan tanah dibawah pondasi 1m3
1,20 m3 pasir urug @Rp 248.706 = Rp 298.447
0,30 pekerja pelayanan @Rp 100.000 = Rp 30.000
0,01 Mandor @Rp 150.000 = Rp 1.500
329.947
4 Pasangan batu belah (pondasi) 1m3
1,20 m3 batu belah @Rp 248.730 = Rp 298.476
3,25 zak PC @Rp 63.200 = Rp 205.400
0,52 m3 pasir @Rp 249.780 = Rp 130.385
1,20 tukang batu @Rp 115.000 = Rp 138.000
0,12 kepala tukang @Rp 132.000 = Rp 15.840
3,60 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 360.000
0,18 Mandor @Rp 150.000 = Rp 27.000
1.175.101
5 Pekerjaan beton 1m3
a)bahan
0,20 m3 kerikil @Rp 251.790 = Rp 50.358
0,59 m3 pasir @Rp 248.770 = Rp 146.774
6,80 zak pc @Rp 63.200 = Rp 429.760
2,00 kawat ikat @Rp 18.022 = Rp 36.044
110,00 kg besi beton @Rp 9.584 = Rp 1.054.240
0,40 m3 papan @Rp 1.000.000 = Rp 400.000
4,00 paku @Rp 16.000 = Rp 64.000
2.181.176
b)upah kerja batu
6,00 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 600.000
1,00 tukang batu @Rp 115.000 = Rp 115.000
0,10 kepala tukang @Rp 132.000 = Rp 13.200
0,30 mandor @Rp 150.000 = Rp 45.000
773.200
c)upah kerja besi beton
6,75 pekerja layanan @Rp 100.000 = Rp 675.000
6,75 tukang besi @Rp 115.000 = Rp 776.250
2,25 kepala tukang @Rp 132.000 = Rp 297.000
1.748.250
d)upah kerja begisting

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 99 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

6,00 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 600.000


5,00 tukang kayu @Rp 115.000 = Rp 575.000
0,50 kepala tukang @Rp 132.000 = Rp 66.000
0,10 mandor @Rp 150.000 = Rp 15.000
1.256.000
5.958.626
6 Plesteran
0,36 zak pc @Rp 63.200 = Rp 23.005
0,04 m3 pasir @Rp 249.780 = Rp 10.990
0,01 kepala tukang @Rp 132.000 = Rp 1.782
0,04 mandor @Rp 150.000 = Rp 5.400
0,72 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 72.000
113.177
7 Pengecatan 10m3
0,75 tukang cat @Rp 115.000 = Rp 86.250
0,08 kepala tukang @Rp 132.000 = Rp 9.900
0,50 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 50.000
0,25 mandor @Rp 150.000 = Rp 37.500
4,50 cat @Rp 75.745 = Rp 340.853
524.503
Pengecatan 1 m3 52.450
8 Pasangan batu bata 1m3
500,00 biji batu bata @Rp 500 = Rp 250.000
3,30 zak pc @Rp 63.200 = Rp 208.560
0,38 m3 pasir @Rp 249.780 = Rp 94.916
1,50 tukang batu @Rp 115.000 = Rp 172.500
0,15 kepala tukang @Rp 132.000 = Rp 19.800
4,50 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 450.000
0,23 mandor @Rp 150.000 = Rp 34.500
1.230.276
9 Penyelesaian akhir
0,30 Pekerja @Rp 100.000 = Rp 30.000
0,01 mandor @Rp 150.000 = Rp 1.500
31.500

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 100 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

GLOSSARY

Oligopoli pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh


beberapa perusahaan.

Monopoli suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang
menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang
penjual atau sering disebut sebagai "monopolis

Oligopsoni keadaan di mana dua atau lebih pelaku usaha menguasai


penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang
dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas

Monopsoni keadaan di mana satu pelaku usaha menguasai penerimaan


pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau
jasa dalam suatu pasar komoditas

Analisis Pasar proses reviu atas struktur, karakteristik dan kecenderungan dari
penawaran yang ada di pasar untuk produk atau jasa tertentu

Harga Harga yang disepakati dan terbentuk dari interaksi antara


keseimbangan penawaran dan permintaan di pasar.

Harga Perkiraan perkiraan biaya atas pekerjaan barang/jasa sesuai dengan syarat-
Sendiri (HPS) syarat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa, dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data
yang dapat dipertanggungjawabkan

Supply Positioning Suatu model pengelompokan barang/jasa berdasarkan nilai


Model pembelian per tahun barang/jasa dan dampak (kesempatan
atau risiko) dari barang/jasa tersebut.

Supplier Perception Model untuk melihat motivasi penyedia atau supplier terhadap
Model pengadaan barang/jasa yang dilakukan suatu organisasi

PPN Pajak Pertambahan Nilai

Detailed Estimating proses memprediksi biaya menggunakan analisis kuantitatif dari


pekerjaan yang dibutuhkan berdasarkan dokumen desain

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 101 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

INDEX

A K
APBD · 70 Kebijakan · 42, 48, 70
APBN · 70 Kebutuhan · 4, 8, 10, 11, 17, 29, 34, 50, 53, 54, 55, 69, 70,
Aset · 34 77, 80
Keuangan · 16, 42, 58, 59, 61, 65, 81
Kinerja · 17, 20, 23, 24, 41, 42, 45, 54, 61, 70, 79, 80
B Klausul · 30, 52
Kritis · 4
Biaya · 7, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 26, 27, 28, 29, 30, 31, Kualitas · 11, 12, 20, 31, 39, 47, 50
32, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 46, 49, 50, 51, 52, 53, Kurva S · 13
55, 58, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73,
74, 75, 76, 77, 78, 82, 83, 84, 86, 87, 88, 92
L
C LKPP · 78
Lumpsum · 18
CIF · 40

M
D
Monitoring · 40, 41
Dokumentasi · 58, 59, 60, 62

N
E
Negosiasi · 8, 12, 70
e-commerce · 12
Efektif · 4, 8, 9, 11, 16, 23, 26, 30, 34, 53, 61, 62, 70
Efisien · 4, 7, 9, 16, 20, 26, 30, 34, 48, 53 O
Output · 23, 41, 46, 61, 62, 76, 77, 78, 80
F Overhead · 38, 39, 50, 51, 52, 58, 78, 83, 84, 86, 88, 89

FIDIC · 51
FOB · 40 P
Forecast · 77
Penerimaan · 56, 92
Pengadaan Barang/ Jasa · 4, 5
H Pengawas · 45, 51
Pengujian · 59, 62, 83, 84, 86, 88
Harga Perkiraan Sendiri · 15, 18, 58, 81, 92 Penyedia · 6, 8, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 26, 27, 28, 31,
32, 37, 38, 39, 43, 44, 52, 53, 54, 57, 61, 78, 82, 92
Peraturan Menteri Keuangan · 42
Perka LKPP · 83, 84, 87, 88
I Perpres · 52, 81
PPHP · 62, 65
Input · 36, 38, 41, 61, 80 PPK · 15, 16, 30, 34, 52, 53, 62, 71, 81, 82, 83, 88, 89
Prosedur · 6, 57, 59, 79, 80

J
Jadwal · 26, 29

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 102 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02

Standar Biaya Masukan · 42


R Strategi · 8, 9, 10, 11, 37, 45, 52, 54
Supply Positioning Model · 20, 21, 24, 92
Risiko · 10, 21, 22, 54, 55, 69, 92 Swakelola · 8, 43, 61, 70

S U
Sampling · 89 ULP / Unit Layanan Pengadaan · 30, 62, 65
Sektor swasta · 16, 18, 30
Spesifikasi teknis · 4, 15, 39

Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 103 dari 103


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Pengarah:
Agus Prabowo
Salusra Widya

Pemimpin Umum:
Dharma Nursani
Tatang R Wiraatmadja

Tim Penulis : Tim Editor :


Sonny Sumarsono Wisnu Setyo Wijoyo
Khairul Rizal Heldi Yudiyatna
Praditya Kesuma Hartono Zhuang
Ferry Firmansyah Hestri Rokayah
Burhanudin Erika Ms
Fatimah Dwi Kartika Susanti
Win Sukardi Novita Amelia
Samidi M Rizal Fauzi
Tri Putranto Vindi Rezki Kurnia
Sinta Posmaria
Kurnianto
Noeradhi Iskandar
Yanuar
Djamaludin Abubakar
Aldy Turman
Ririh Sudirahardja
Muntiyono
Deni Danasenjaya
Daftar Unit Kompetensi 06
Unit Kompetensi
menyusun spesifikasi
A. Merencanakan Pengadaan teknis
Barang/Jasa
01. Menelaah Lingkungan PBJ
02. Melakukan Penyelarasan Kebijakan PBJ
03. Merumuskan Organisasi PBJ
04. Menyusun Kebutuhan dan Anggaran PBJ
05. Menyusun Spesifikasi Tenis
06. Menyusun Harga Perkiraan


B. Memilih Penyedia Barang/
Jasa
07. Mengkaji Ulang Paket PBJ Overview:
08. Memilih Penyedia Barang/Jasa
09. Menyusun Rancangan Kontrak PBJ Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri
10. Menyusun Dokumen PBJ (HPS) harus di dasarkan pada metode
11. Melakukan Kualifikasi Penyedia
12. Melakukan Evaluasi Kinerja Penyedia
yang dapat dipertanggungjawabkan,
13. Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ berdasarkan data yang relevan, aktual dan
14. Mengevaluasi Dokumen Penawaran dapat diandalkan.
15. Mengelola Sanggahan
Harga perkiraan yang disusun berfungsi
C. Mengelola Kontrak sebagai acuan dalam mengevaluasi harga
penawaran yang diajukan calon penyedia,
& Swakelola PBJ
16. Melakukan Negosiasi agar diperoleh harga penawaran yang
17. Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ wajar, dapat dipertanggungjawabkan, dan
18. Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ
19. Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ dapat dilaksanakan oleh penyedia sesuai


20. Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ dengan ketentuan.
21. Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ
22. Melakukan Penerimaan Hasil PBJ
23. Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
24. Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola

D. Mengelola Logistik, Kinerja Gedung LKPP


& Risiko Jl. Epicentrum Tengah Lot 11 B, Kuningan
25. Mengelola Pengiriman Jakarta Selatan 12940
26. Mengelola Persediaan Telp. (021) 2991 2450
27. Mengelola Penyimpanan www.lkpp.go.id
28. Mengelola Kinerja
29. Mengelola Risiko

2016

Anda mungkin juga menyukai