UK 06 perkiraan
Buku Informasi
Program Pelatihan
Diklat Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa
Buku Informasi
Menyusun Harga Perkiraan
Editor
Seksi Materi Pelatihan LKPP
Direktorat Pelatihan Kompetensi
da
Unit Kompetensi 06
M.749020.006.02
Mu
Versi. 2
31 Januari 2017
B U K U I N FO R M AS I
Berdasarkan SKKNI 2016
Unit Kompetensi 06
Disusun Oleh :
Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
Direktorat Pelatihan Kompetensi
Deputi Bidang Pengembangan Pembinaan Sumber Daya Manusia
LKPP
ISBN :
Alamat Penerbit :
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Kuningan
Jakarta Selatan 12940
Indonesia
Telp : (021) 2991 2450
www.portalppsdm.lkpp.go.id
www.lkpp.go.id
K ata P e n ga n ta r
AGUS PRABOWO
U n i t ko m p e t e n si
Mengelola Logistik
MENGELOLA UK 25 : Mengelola Pengiriman
UK 26 : mengelola Persediaan
LOGISTIK, Uk 27 : Mengelola Penyimpanan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Penetapan harga perkiraan secara umum diawali dengan kegiatan analisis pasar.
Pemahaman mengenai pasar diperlukan baik para pelaku pasar yang bertindak
sebagai penjual maupun pembeli. Analisis Pasar bagi pembeli setidaknya akan
• pertama, pertanyaan tentang apa yang akan dibeli dan berapa banyak (what
and how much to buy).
• kedua, pertanyaan tentang dimana membelinya (where to buy).
• ketiga, pertanyaan tentang kapan serta bagaimana cara belinya (when and
how to buy).
Penetapan
Harga Perkiraan
Kompetensi Kepatuhan
(Competencies) (Compliance)
1
Analysing Supply Markets: Modular Learning System In Supply Chain Management. International Trade Centre (ITC).
Ed. August 2002 / Print. Nov. 2010
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 4 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
Buku Informasi UK-06 ini merupakan bagian dari modul pembelajaran pengadaan
barang/ jasa berdasarkan SKKNI No.70, Tahun 2016. Sangat direkomendasikan
bagi para peserta untuk mempelajari kompetensi lain yang terkait dengan
perencanaan pengadaan barang/jasa, seperti Buku Informasi UK 04 dan UK 05,
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap.
BAB II
MENETAPKAN TUJUAN DAN
PRIORITAS ANALISIS PASAR
Meski tidak ada definisi pasar yang tunggal, suatu pasar dianggap ada ketika
semua kriteria berikut ada secara bersamaan:
• Ada dua pihak atau lebih,
• Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin bernilai bagi pihak lain,
• Masing-masing pihak dapat berkomunikasi, dan
• Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran.
Bagaimana cara dan proses terjadinya pembentukan harga oleh para pembeli dan
para penjual sangat ditentukan oleh tingkat kompetisi yang terjadi di dalamnya. Ketika
jumlah penjual maupun pembeli suatu barang atau jasa cukup banyak dan empat kriteria
tersebut terjadi, maka tidak ada satu pihak pun yang dapat menentukan harga. Harga
ditentukan oleh interaksi secara keseluruhan (agregat) diantara mereka. Penjual yang
menawarkan harga lebih tinggi dari para pesaingnya tidak akan dapat menjual
barangnya. Untuk menghindari kerugian, mereka terpaksa menurunkan harga sampai
tingkat tertentu yang dapat mereka terima.
Pasar dapat dikategorikan sebagai pasar yang bersaing ketika tidak ada satupun
baik pembeli atau penjual yang mempunyai pangsa yang mayoritas yang dapat
mempengaruhi harga. Pasar dikategorikan bersaing ketika para penjual atau pembeli
tidak membuat kesepakatan atau bersekutu untuk menggabungkan kekuatannya
sehingga dapat mempengaruhi harga di pasar. Ketika kondisi tersebut tidak terjadi,
maka dapat terjadi pasar yang bersifat monopoli, oligopoli, monopsoni atau oligopsoni.
Gambaran secara ringkas mengenai berbagai kemungkinan kombinasi kondisi
persaingan pasar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Penawaran (Supply)
Berbagai Kemungkinan Kombinasi
persaingan Pasar Banyak Penjual Sedikit Penjual Satu Penjual
Persaingan
Banyak Pembeli Oligopoli Monopoli
Sempurna
Permintaan Oligopoli / Monopoli
Sedikit Pembeli Oligopsoni
(Demand) Oligopsoni Terbatas
Monopsoni Monopoli /
Satu Pembeli Monopsoni
Terbatas Monopsoni
Keadaan pasar yang berifat monopoli mungkin dapat terbentuk karena sebab-
sebab sebagai berikut:
• Ada satu perusahaan yang menguasai sumber kunci untuk produk yang ditawarkan,
antara lain berupa teknologi atau bahan baku.
• Pemerintah memberikan hak ekslusif untuk menjual produk.
• Skala produksi yang lebih efisien sehingga mampu menjual dengan harga yang
lebih rendah dari para pesaingnya.
Dalam kondisi monopoli, hanya ada satu penjual produk. Biasanya juga tidak tersedia
produk-produk subtitusinya. Harga dan kuantitas barang yang dijual dapat ditentukan
‘sekehendak’ penjual tanpa mempertimbangkan persaingan. Hal ini terjadi karena
kekuatan penjual untuk mempengaruhi pasar sangat besar. Hanya aturan pemerintah
atau kondisi alamiah seperti elastisitas permintaan yang dapat membatasi aksi penjual
yang bersifat monopoli seperti ini.
Dalam keadaan monopsoni, para penjual harus berkompetisi dengan sesamanya untuk
mendapatkan pembeli agar dapat menutup biaya produksi atau mendapatkan
keuntungan. Dalam kondisi seperti ini keunggulan kekuatan relatif ada di pihak pembeli.
Berbeda dengan kondisi Oligopsoni, keadaan Oligopoli cenderung kurang
menguntungkan bagi pembeli. Dengan jumlah penjual yang relatif sedikit atas jenis
barang atau jasa, membuat mereka dapat membuat kesepakatan sesama penjual untuk
menentukan kuantitas dan harga yang ditawarkan. Pembeli ‘terpaksa’ menerima harga
yang penjual tawarkan karena tidak memiliki banyak pilihan lain seperti halnya keadaan
pasar yang bersaing. Dalam kondisi seperti itu, pembeli harus mengidentifikasi strategi
yang tepat agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.
Beberapa contoh pilihan strategi yang bisa diambil ketika berurusan dengan pasar
monopoli/pasar yang terdistorsi 2
1. Source globally ...................................................................... 1. Mencari sumber secara global
2. Redefine the market that we are dealing with ...................... 2. Mendefinisikan ulang pasar yang disasar
3. Develop another Supplier: Supplier Development ................. 3. Mengembangkan penyedia lain
4. Increase Mutual Dependency ................................................ 4. Meningkatkan ketergantungan yang saling menguntungkan
5. Better information on the supplier ....................................... 5. Mendapatkan informasi yang lebih baik atas pemasok
6. Challenge the ‘reputation’ of the suppliers ........................... 6. Menggali/mempertanyakan 'reputasi' pemasok
7. Non price negotiation variables ............................................ 7. Melakukan negosiasi variabel-variabel lain selain harga
8. Involve other stakeholders .................................................... 8. Melibatkan pemangku kepentingan lain
9. Make ‘In House’ .................................................................... 9. Membuat sendiri (swakelola)
10. Lease not buy ...................................................................... 10. Menyewa (bukan membeli)
11. Timing of purchase .............................................................. 11. Mengatur waktu pembelian
12. Long term contracts ............................................................ 12. Melakukan kontrak jangka panjang
13. Take them over ................................................................... 13. Mengambil alih pemasok (mengakuisisi)
14. Form a procurement consortium ........................................ 14. Membentuk konsorsium pengadaan
15. Does it matter? ................................................................... 15. Menerima kondisi
Era persaingan global yang disertai perkembangan teknologi dan informasi yang
sangat cepat serta perubahan sosial, ekonomi dan budaya membuat kondisi pasar
menjadi sangat dinamis. Perubahan salah satu atau beberapa faktor tersebut secara
langsung atau tidak langsung juga mempengaruhi kondisi pasar. Oleh karena itu,
pemahaman yang memadai mengenai pasar sangat diperlukan baik untuk penjual
maupun pembeli. Untuk tujuan tersebut, diperlukan suatu definisi mengenai pasar
sebagai suatu kerangka konseptual analisis. Berbagai definisi mengenai pasar secara
2
___________. Dealing with Monopolistic and Distorted Supply Markets. CIPS Australasia. 2013. Diunduh dari
https://www.cips.org/Documents/Knowledge/Procurement-Topics-and-Skills/3-Risk-Mitigation/Risk-Analysis-and-
Management/Dealing_with_Monopolistic_and_distorted_Supply_Chains.pdf
umum biasanya mengandung dua dimensi. Yang pertama adalah dimensi produk dan
biasanya baru dikuti dengan definisi mengenai area geografisnya3.
Pemahaman mengenai pasar diperlukan baik para pelaku pasar yang bertindak
sebagai penjual maupun pembeli. Bagi para penjual, kebutuhan analisis pasar antara
lain adalah untuk memahami mengenai:
• bagaimana kondisi persaingan di pasar, apakah terdapat halangan bagi para
pemain baru untuk masuk pasar atau tidak;
• siapa saja dan berapa jumlah calon pembeli yang menjadi target pasar;
• bagaimana preferensi para pembeli terhadap produk atau jasa;
• berapa harga maksimal yang dapat diterima pasar;
• siapa saja dan berapa jumlah para pesaing beserta pangsa pasarnya masing-
masing.
Hasil analisis pasar oleh penjual tersebut, selanjutnya akan dipakai untuk menentukan
strategi yang tepat, agar tujuan memaksimalkan laba dapat tercapai secara efektif.
3
Office of Fair Trading (OFT). Market definition: Understanding Competition Law . Diunduh dari
https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/284423/oft403.pdf
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 9 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
adalah perubahan pasar. Oleh karena itu organisasi perlu memiliki metodologi yang tepat
untuk memahami pasar pasokan dan kemudian menggunakan pemahaman ini untuk
mengambil keputusan pasokan yang lebih baik.
• pertama, pertanyaan tentang apa yang akan dibeli dan berapa banyak (what and
how much to buy).
• kedua, pertanyaan tentang dimana membelinya (where to buy).
• ketiga, pertanyaan tentang kapan serta bagaimana cara belinya (when and how to
buy).
Beberapa istilah yang mempunyai pengertian yang mirip dengan Analisis Pasar,
antara lain adalah Riset Pasar (Market Research) atau analisis atas pasokan pasar
(supply market analysis). Small Business Administration di Amerika Serikat
mendefiniskan riset pasar sebagai “...the continuous process of collecting and analyzing
data on products, services, business practices and vendor capabilities to satisfy agency
needs”. Riset pasar adalah proses yang berkesinambungan atas pengumpulan dan
analisis data terkait berbagai produk, praktek bisnis dan kemampuan penyedia untuk
memenuhi kebutuhan organisasi. Riset pasar juga dijelaskan lebih lanjut sebagai proses
untuk mempelajari pasar untuk mendapat informasi yang cukup dan relevan dalam
membuat pilihan dan keputusan terkait pengadaan barang dan jasa.
Sementara itu, Office of Government Procurement di Irlandia menyebutkan
bahwa “Supply market analysis is a technique which enables a contracting authority to
understand how a market works, the direction in which a market is heading, the
4
Analysing Supply Markets: Modular Learning System In Supply Chain Management. International Trade Centre (ITC).
Ed. August 2002 / Print. Nov. 2010
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 10 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
competitiveness of a market, the key suppliers and the value that suppliers place on the
contracting authority as a customer.” Analisis atas pasar pasokan adalah teknik yang
memungkinkan otoritas kontrak untuk memahami bagaimana pasar bekerja, arah ke
mana pasar sedang menuju, persaingan yang terjadi di pasar, siapa pemasok kunci serta
bagaimana pemasok menilai perusahaan sebagai pelanggannya.
Beberapa industri yang terdiri dari pemasok yang menawarkan tingkat produk dan
layanan generik yang sama mungkin akan bersaing pada harga. Industri lain
mungkin melakukan diferensiasi dengan para pesaingnya berdasarkan kualitas,
tingkat layanan dukungan, serta rantai distribusi. Kemungkinan untuk negosiasi
harga dalam kondisi seperti ini biasanya sangat kurang kemungkinanannya. Namun,
kualitas produk mungkin dapat dikompromikan. Jika perusahaan dalam pasar
bersaing didasarkan pada persepsi pembeli atas brand image, organisasi perlu
menyelidiki dengan teliti apakah citra merek tersebut bukan hanya persepsi.
• Berbagai tingkat harga yang ada di pasar serta bagaimana harga tersebut
ditentukan
Harga terbentuk dari interaksi antara penawaran dan permintaan. Ketika pertukaran
terjadi, harga yang disepakati disebut "harga keseimbangan". Perubahan
permintaan ataupun penawaran di pasar akan dapat menyebabkan perubahan
harga keseimbangan. Dengan asumsi bahwa faktor-faktor lainya adalah tetap,
keseimbangan pasar dipengaruhi oleh mekanisme perubahan dalam harga dan
kuantitas.
Proses terjadinya keseimbangan pasar dapat digambarkan dalam ilustrasi atas permintaan dan
penawaran apel berikut.
Kondisi yang sebaliknya terjadi pada individu pembeli. Dengan asumsi “ marginal deminishing
return”, dimana seseorang akan mendapat kepuasan yang semakin menurun atas tiap tambahan
barang/jasa yang dikonsumsi, seorang pembeli akan bersedia mengorbankan pendapatanya
untuk mendapatkan tambahan barang/jasa pada harga yang lebih rendah daripada harga
sebelumnya.
Pergerakan dari A dan B ke titik C, diasumsikan hanya dipengaruhi oleh faktor harga. Ketika
yang berubah ternyata bukan harga, maka kurva permintaan (D) dan penawaran (S) akan
mengalami pergeseran. Sebagai contoh, ketika pendapatan seorang pembeli mengalami
peningkatan, maka jumlah uang yang tersedia untuk membeli apel tersebut juga bertambah.
Artinya, pada tingkat harga Rp.3000, (dengan asumsi ceteris paribus: “ yang lain dianggap
tetap”) sang pembeli mungkin bersedia untuk membeli di atas 400 buah. Demikian juga ketika
harga mencapai Rp2.000, pembeli mungkin bersedia membeli di atas 900 unit. Kurva permintaan
(Demand) akan bergeser ke kanan. Demikian juga sebaliknya, bila pendapatan berkurang,
maka Kurva permintaan (Demand) akan bergeser ke kiri. Sedangkan faktor lain yang dapat
membuat kurva penawaran bergesar adalah masalah panen. Bila panen apel melimpah dengan
asumsi permintaan dan faktor lain tetap maka jumlah yang bersedia ditawarkan pada harga
Rp3.000 akan diatas kurva permintaan semula, misalnya 1.100 buah apel. Pergeseran Demand
dan Supply diasumsikan selalu sejajar dengan kurva sebelumnya. Bagaimana pengaruh
pergeseran Demand dan Supply dapat dilihat pada gambar berikut.
Meskipun tujuan Analisis Pasar dalam modul ini akan lebih ditekankan kepada
penentuan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan, tidak berarti yang dianalisis
hanyalah harga semata. Informasi lain yang relevan juga perlu didapatkan dan dianalisis
dengan cermat dan seksama. Berikut ini akan diuraikan sebuah contoh yang mendukung
pernyataan diatas.
Contoh Kasus
PPK suatu instansi telah melakukan survey harga di pasar setempat untuk menyusun dan
menetapkan Harga Perkiraan Sendiri atas pengadaan suatu alat pertanian. Survey dilakukan
dengan meminta informasi harga alat tersebut yang memenuhi spesifikasi teknis kepada tiga
penyedia dan menghasilkan data harga sebagai berikut:
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 16 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
Berdasarkan data pasar tersebut PPK sebenarnya mempunyai tiga alternatif perhitungan HPS
dengan rincian sebagai berikut:
Perlu disadari bersama, ketentuan pengadaan barang dan jasa pada prinsipnya tidak mengatur
secara rinci bagaimana seharusnya PPK menggunakan data pasar. Oleh karena itu, bila PPK
memilih salah satu diantara ketiga alternatif HPS tersebut, pada dasarnya tidak menyalahi
ketentuan. Namun demikian, alasan PPK untuk memilih salah satu diantara tiga pilihan itulah
yang harus dapat dipetanggungjawabkan.
Apabila PPK tidak memiliki informasi lain yang relevan, kemungkinan besar akan memilih harga
terendah sebesar Rp1.300.000.000.
Dengan demikian, meski tujuan utama Analisis Pasar di modul ini adalah untuk
penentuan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan, berbagai informasi lain yang
relevan juga perlu dipertimbangkan untuk dikumpulkan dan dianalisis.
Ruang lingkup Analisis Pasar dalam penentuan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan
modul ini, meliputi tahapan:
waktu tertentu yang dinyatakan secara kualitatif dan umumnya dinyatakan dalam
satuan uang. Anggaran tersebut dapat berfungsi sebagai alat pengawasan dibidang
keuangan yang digunakan oleh perusahaan yang berorientasi pada laba maupun non
laba (termasuk pemerintahan).
mengalami kegagalan karena tidak ada penyedia yang mau rugi dengan
menawarkan barang atau jasa sesuai spesifikasi yang diminta.
• Sebaliknya, penetapan biaya pekerjaan yang terlalu tinggi akan menimbulkan
biaya kesempatan (opportunity cost), mengingat terbatasnya sumber dana untuk
jumlah kebutuhan yang tak terbatas. Sehingga, kebutuhan program dan kegiatan
lain yang sangat dibutuhkan mungkin tidak mendapat alokasi sumber dana akibat
‘mark up’ biaya program dan kegiatan prioritas yang mendapat alokasi anggaran
yang berlebih.
Standar harga yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang seperti Standar Belanja
Masukan bagi instansi pemerintah pusat atau Standar Harga yang ditetapkan Kepala
Daerah bagi instansi di pemerintah daerah, merupakan salah satu data dan informasi
yang akan digunakan dalam analisis pasar. Selain itu, berbagai faktor yang dapat
mengakibatkan perubahan harga seperti perkiraan tingkat inflasi tahun mendatang,
serta faktor eksternal lain perlu diperhitungkan untuk perkiraan harga dalam analisis
pasar tersebut.
Untuk pengadaan barang dan jasa yang tercantum dalam standar harga namun
mempunyai dampak terhadap kinerja atau memiliki nilai pengadaan yang besar, tidak
ada salahnya melakukan perbandingan dengan harga pasar. Bila dari Analisis Pasar
ditemukan adanya harga barang yang besar kemungkinan atau sudah berada di atas
standar harga, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran seharusnya
menginformasikan atau dapat mengusulkan perubahan standar harga tersebut
kepada pihak yang berwenang.
Tidak semua jenis barang atau jasa harus dilakukan Analisis Pasar untuk tujuan ini,
melainkan hanya kepada jenis barang atau jasa yang bersifat prioritas. Bagaimana
tata cara penentuan prioritas akan dijelaskan pada sub bab berikut.
Pada sektor pemerintah, Analisis Pasar tahap ini di lakukan sebelum PA/KPA
menyusun RKA untuk diserahkan kepada DPR/DPRD untuk dibahas.
Owner Estimate bagi organisasi profit berfungsi sebagai acuan dalam melakukan
evaluasi atas harga penawaran barang dan jasa yang diajukan oleh Pemasok, dengan
tujuan untuk mendapatkan harga penawaran yang wajar, dapat
dipertanggungjawabkan, dan dapat dilaksanakan oleh rekanan sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam kontrak. Di sektor organisasi profit, harga perkiraan
tersebut dapat dilampaui dengan persetujuan pejabat yang berwenang selama
memiliki alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Akan tetapi, pada sektor pemerintahan, harga perkiraan pada tahap persiapan
pengadaan adalah Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang akan digunakan sebagai batas
tertinggi harga penawaran dari calon penyedia yang dapat dinyatakan lulus, serta
untuk menilai kewajaran harga satuan dalam kontrak harga satuan atau gabungan
lumpsum harga satuan.
Berikut ini adalah dua resiko yang mungkin terjadi apabila penetapan HPS di sektor
pemerintahan dilakukan secara kurang cermat:
✓ Apabila HPS yang ditetapkan terlalu rendah, besar kemungkinan pengadaan akan
mengalami kegagalan karena semua penawaran penyedia berada di atas HPS
sehingga tidak ada satupun yang dapat ditetapkan sebagai pemenang.
Untuk menghindari kedua resiko tersebut, penyusunan HPS harus didasarkan kepada
metode yang yang dapat dipertanggungjawabkan serta berdasarkan data yang
relevan, aktual dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, Analisis Pasar tahap ini
seharusnya dilakukan menjelang proses pemilihan penyedia barang dan jasa.
Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk membantu menentukan prioritas
pengadaan adalah dengan Supply Positioning Model. Model ini direpresentasikan
dengan 2 (dua) sumbu yaitu X dan Y yang memiliki arti sebagai berikut :
• Sumbu X merepresentasikan nilai
pengadaan atau pembelian pertahunnya.
Nilai ini bergantung pada volume dan harga
dan umumnya berlaku prinsip Pareto.
Menurut prinsip pareto, 80% paket
pengadaan barang/jasa (umumnya, paket-
paket kecil) nilainya hanya mewakili 20%
dari total nilai pengadaan. Sedangkan 20%
paket pengadaan barang/jasa (paket) mewakili 80% dari total nilai pengadaan.
Catatan: Untuk menentukan batas besarnya nilai pengadaan per tahun dapat dilakukan dengan
mempelajari nilai pembelian sebelumnya kemudian menentukan batasan rendah, sedang dan
tinggi. (Untuk sektor pemerintahan, contoh batasan yang dapat diambil berdasarkan jenis-jenis
perjanjian adalah adalah Rp10 juta, 50juta, dan Rp200juta)
Barang yang termasuk pada kelompok T (Tinggi) adalah barang yang memiliki
tingkat prioritas yang tinggi, baik dari sisi nilainya yang tinggi dan tingkat risiko/dampak
barang/jasa tersebut dalam mencapai tujuan organisasi/instansi. Tingkat prioritas ini
semakin menurun pada barang/jasa pada kelompok S, R dan D.
Berikut ini adalah contoh tabel penentuan prioritas pada pembangunan gedung
dan sarana Badan Diklat di suatu pemerintah daerah.
TABEL 2
CONTOH PENENTUAN PRIORITAS
Sementara itu, dampak terhadap organisasi terhadap kinerja dalam contoh ini
juga dibagi menjadi empat, yaitu tinggi, sedang, rendah, dan dapat diabaikan. Kriteria
pengelompokan dampak ini harus dibuat secara tertulis dan direviu oleh pihak yang
kompeten sebelum ditetapkan. Contoh kriteria dampak tersebut adalah sebagai berikut:
• Dampak tinggi: kinerja organisasi sangat terganggu akibat program atau kegiatan
tidak dapat berjalan apabila produk barang/jasa dimaksud tidak tersedia secara
efektif
• Dampak sedang: kinerja cukup terganggu, meski program atau kegiatan masih
dapat berjalan apabila produk barang/jasa dimaksud tidak tersedia, namun output
prioritas ataupun outcome kemungkinan besar tidak tercapai secara efektif.
• Dampak rendah: kinerja relatif tidak tergangggu karena program atau kegiatan
masih dapat berjalan meski produk barang/jasa dimaksud tidak tersedia, dan masih
tersedia alternatif pengganti.
• Dampak dapat diabaikan: program atau kegiatan masih dapat berjalan secara
normal meski produk barang/jasa dimaksud tidak tersedia.
Catatan
Khusus untuk tujuan pembuatan HPS, Analisis Pasar atas harga barang/komponen
setempat dilakukan terhadap seluruh rencana barang/jasa yang akan diadakan, kecuali
untuk pengadaan yang direncanakan akan dilakukan dengan metode pengadaan
langsung menggunakan bukti pembelian.
Sedangkan untuk Tujuan penyusunan anggaran, informasi harga didapatkan dari
standar harga yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Apabila standar harga
tidak mencantumkan batas tertinggi untuk harga barang/jasa tersebut, data pasar
setempat atau data lainnya perlu dicari dan didapatkan.
BAB III
MELAKUKAN ANALISIS PASAR
Jadi, ketika tujuan Analisis Pasar telah ditetapkan secara jelas, maka jenis data
dan informasi yang relevan serta berbagai alternatif sumbernya dapat diidentifikasi
secara tepat. Ada banyak sumber berbeda dan metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi mengenai pasar pasokan. Sumber-sumber data dan informasi
tersebut antara lain namun tidak terbatas dari:
internet,
Yellow Pages,
publikasi asosiasi dan organisasi industri,
panduan pembelian (buyer’s guides), brosur-brosur dan iklan,
data dan berkas pemasok tahun-tahun sebelumnya,
rekan, pemasok dan jaringan pelanggan,
koran, jurnal, buletin, majalah dan publikasi instansi pemerintah baik pusat maupun
daerah,
spesialis Analisis Pasar, dan
kontak dengan penyedia saat ini atau penyedia potensial.
Sumber: http://www.strategyr.com/MarketResearch/Industrial_Valves_Market_Trends.asp
Berbagai data dan informasi yang dikumpulkan belum memiliki nilai dan manfaat
apabila bila belum diolah dan dianalisis dengan tepat. Meski banyak model Analisis Pasar
yang dapat digunakan, modul ini hanya akan membahas dua jenis model yang
dipandang relevan dengan tujuan menentukan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan,
yaitu Supplier Perception Model serta Supply Chain Analysis.
Semakin rinci dan mendalam analisis data pasar dilakukan, semakin banyak
jumlah sumber daya manusia dan dana yang diperlukan. Keputusan harus didasarkan
kepada asas manfaat dan biaya. Jangan sampai biaya yang dikeluarkan lebih besar
daripada manfaat yang diperoleh.
survey dan analisis data pasar secara berkala adalah Unit Layanan Pengadaan (ULP).
Apabila, ULP dapat menyediakan data dan informasi harga yang mutakhir (up to date),
maka setiap PA/KPA yang berwenang menyusun anggaran dan PPK yang mempunyai
kewajiban menetapkan HPS, akan dapat memperoleh data yang seragam dan relatif
lebih efisien. Selain itu, harga satuan dalam anggaran dan HPS suatu barang atau jasa
di berbagai satuan kerja tidak akan mengalami perbedaan yang signifikan.
Jadi, tidak ada satupun ketentuan yang berlaku saat ini yang secara tegas
menyebutkan apakah survey dan Analisis Pasar dilakukan secara sendiri-sendiri atau
dilakukan secara terpusat. Setiap pilihan, pada dasarnya tidak dilarang ataupun
diperintahkan oleh ketentuan. Pilihan yang tepat adalah menggunakan alternatif yang
dapat mencapai tujuan secara efektif, tidak melanggar ketentuan, dan efisien dalam
penggunaan sumber daya.
Berbeda dengan sektor pemerintahan yang cenderung kaku dan harus mengikuti
ketentuan tertentu, sektor organisasi profit memiliki fleksibilitas dalam menentukan
struktur dan pendelegasian kewenangan untuk melakukan Analisis Pasar. Pihak-pihak
yang dapat diberikan kewenangan untuk melakukan Analisis Pasar pada sektor
organisasi profit secara umum dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
terhadap bias informasi dibandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan oleh
organisasi menjadi faktor penentu dalam hal ini. Salah satu langkah untuk mengurangi
bias adalah dengan melakukan riset (research) yang berkelanjutan serta mengelola data
dan informasi hasil riset dengan baik.
Keunggulan data ini adalah dari sisi keandalannya. Sedangkan kelemahan utama
adalah pada lamanya jangka waktu pengumpulan serta besarnya biaya yang harus
dikeluarkan.
• Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
survei. Data ini telah dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode
baik secara komersial maupun non komersial. Data sekunder merupakan data yang
sudah tersedia dari hasil survei, analisis atau penelitian pihak lain. Kelemahan data
ini adalah dari sisi keandalan dan relevansinya. Sedangkan keuntungan utama adalah
kecepatan waktu pengumpulan dan biaya yang cenderung relatif lebih murah.
• Data eksternal
Data eksternal instansi instansi/organisasi merupakan data tentang berbagai produk,
harga dan kuantitas, praktek bisnis dan informasi lain yang berkaitan dengan
penyedia, yang diperoleh dari luar instansi. Data eksternal ini dapat berupa data
primer maupun sekunder.
Penetapan jenis dan sumber data survei pasar yang akan didapatkan sangat
tergantung kepada tujuan dan elemen yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan rentang waktu dan biaya yang tersedia. Prinsip biaya-manfaat
seharusnya mendapat perhatian utama dalam memilih jenis dan sumber data. Pilihan
apapun atas jenis dan sumber data diperkenankan selama manfaat yang diperoleh akan
melebihi biaya yang dikeluarkan dan yang paling penting telah tersedia anggarannya
dalam anggaran. Pada umumnya, biaya untuk mendapatkan data primer lebih tinggi
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 35 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
Dengan demikian, urutan ideal pengumpulan data untuk Analisis Pasar adalah
dimulai dari usaha mendapatkan data sekunder terlebih dahulu. Data sekunder tersebut
ada dua jenis, yaitu data sekunder yang sudah ada di instansi serta data sekunder yang
berada di luar instansi/organisasi. Apabila dari penelusuran dapat disimpulkan bahwa
data sekunder yang diperlukan tersebut tidak tersedia, barulah dilakukan pencarian data
langsung dari sumbernya.
Kegiatan ini dimulai dengan melakukan input data dan informasi yang telah
dikumpulkan ke database baik menggunakan program yang berupa spreadsheet atau
pun yang lain. Meski tidak dilarang, penggunaan aplikasi semacam Microsoft World untuk
pengolahan data ini tidak disarankan, karena data harus dipindahkan ke program lain
pada saat melakukan pengakumulasian, pengelompokan, penyortiran serta pengolahan
lain yang diperlukan. Berikut ini adalah contoh instrumen pengolahan data dalam bentuk
spreadsheet yang memungkinkan untuk pengelompokan, pengurutan, penjumlahan dan
sebagainya.
5
Supplier Perception Model dalam beberapa literatur juga sering disebut sebagai Supplier Preferencing
Model. “The Seller’s Perception Matrix, sometimes known as Supplier Preferencing, allows buyers to gain
an appreciation of the supplier’s perception of their organisation as a customer in the overall market”.
lihat https://www.springtideprocurement.com/campaigns/download-sellers-perception-matrix/
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 40 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
Berikut ini adalah ilustrasi analisis harga barang yang dilakukan oleh sebuah instansi
di Kota Makasar. Pihak yang bertanggung jawab di instansi tersebut mendapatkan
kondisi dimana hanya ada satu penyedia yang menyediakan barang yang sesuai
dengan spesifikasi teknis di lokasi tersebut. Untuk mendapatkan informasi penyedia
lain, instansi mengumpulkan data melaui data sekunder atau data primer bila data
sekunder tidak tersedia.
Perbedaan harga secara kasar menunjukan jumlah yang cukup besar yaitu
Rp 201.600.000 dilokasi dan Rp180.000.000 di Jakarta. Sebelum mengambil
keputusan, pihak yang bertanggung jawab di instansi harus memastikan bahwa
perbandingan tersebut adalah setara untuk jenis dan kualitas barang. Informasi
berikutnya yang harus dipastikan adalah apakah harga tersebut sudah termasuk pajak
pertambahan nilai (PPN) atau atau belum termasuk PPN.
Bila harga distributor sebesar Rp180.000.000 sudah termasuk PPN, dan harga retail
setempat 201.600.000 belum termasuk PPN, maka analisis biaya berikutnya adalah
pada biaya-biaya untuk membawa barang dimaksud dari Jakarta ke Kota Makasar
serta PPN untuk harga retail setempat. Dengan asumsi bahwa menurut UU pajak,
PA/KPA seharusnya bertransaksi hanya dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP) maka
pada perhitungan harga perkiraan, pajak masukan perlu di keluarkan.
Sedangkan rincian biaya penanganan di pelabuhan tujuan sampai ke gudang perusahaan bila jumlah
kontainer yang digunakan berjumlah 4 buah adalah sebagai berikut:
Dengan demikian total harga MP Cresol sampai dengan gudang perusahaan adalah
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 44 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
Dalam ilmu ekonomi, pemerintah juga dapat ikut menentukan harga pasar sebagai
salah satu kebijakan fiskal. Dalam pengadaan barang dan jasa, pemerintah juga dapat
membuat standar harga sebagai salah satu komponen anggaran berbasis kinerja.
• Bagi instansi pemerintah pusat, standar acuan harga selain bangunan adalah
Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Masukan, Peraturan
Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Keluaran, dan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Standar Struktur Biaya. Namun demikian, peraturan menteri
keuangan juga menyebutkan bahwa dalam rangka penyusunan RKA-K/L, untuk
kegiatan yang belum ditetapkan standar biayanya, pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dapat menggunakan satuan biaya masukan lainnya yang
antara lain didasarkan pada:
• Bagi instansi daerah, standar acuan harga adalah standar harga satuan yang
diterbitkan oleh kepala daerah yaitu Bupati/Walikota/Gubernur.
Informasi utama yang perlu dikumpulkan dan dianalisis adalah mengenai berapa
jumlah penyedia dan berapa jumlah pembeli untuk barang atau jasa yang akan dianalis
pasarnya beserta pangsa pasarnya. Namun demikian, kondisi saat ini mungkin belum
memungkinkan untuk pihak yang berwenang di instansi/organisasi memperoleh data
atau informasi tersebut dari sumber-sumber yang bersifat sekunder. Dinas atau instansi
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi terkait, mungkin tidak memiliki data dan
informasi yang diperlukan untuk tujuan ini. Demikian juga publikasi yang dilakukan oleh
lembaga non pemerintah, baik lembaga penelitian maupun media masa, mungkin masih
sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, untuk pengadaan barang atas jasa yang
bernilai sangat besar, dianjurkan kepada pihak yang berwenang dalam pengadaan untuk
menggagas penelitian kondisi pasar di wilayahnya melalui suatu kegiatan khusus yang
dianggarkan dalam RKA.
Dalam jangka pendek, informasi kondisi persaingan pasar ini mungkin dapat
diperoleh dari data internal organisasi dan kemudian dilanjutkan dengan penelusuran
data dan permintaan informasi kepada pihak lain baik wawancara secara langsung atau
melalui telepon, surat maupun email. Berikut ini adalah ilustrasi tujuan analisis serta
langkah-langkah penelusuran data dan informasi yang dapat dilakukan.
Untuk pekerjaan pengaspalan jalan disuatu provinsi di luar jawa dan sumatera
yang mempunyai total anggaran yang cukup besar, Pengguna Anggaran suatu instansi
pemerintah daerah ingin mengetahui kondisi persaingan pasarnya karena diduga terjadi
kartel. Beberapa kali pelelangan proses pelelangan mengalami kegagalan karena nilai
HPS yang dianggap oleh penyedia terlalu rendah. Hal ini terungkap dari pertanyaan para
penyedia saat pemberian penjelasan. Ketika instansi melakukan revisi dan menaikan
total HPS, proses pelelangan ulang akhirnya berhasil mendapatkan pemenang.
Langkah-langkah survei dan analisis instansi adalah sebagai berikut:
1. Data penyedia yang mengikuti pelelangan serta yang menjadi pemenang dan
menandatangani kontrak pekerjaan selama lima tahun terakhir dikumpulkan. Data
ini diperoleh dari berita acara hasil pelelangan serta data kontrak selama kurun
waktu 5 tahun terakhir di instansi yang bersangkutan. Hasil identifikasi menunjukan
adanya lima nama penyedia yang selalu menjadi pemenang dalam kegiatan yang
bernilai diatas Rp2,5 milyar, yaitu PT. A, PT. B, PT. C, PT. D dan PT. E.
2. Data mengenai jumlah penyedia yang ada di provinsi yang bukan merupakan usaha
kecil dan mampu melaksanakan pekerjaan berusaha dicari melalui dinas teknis
terkait atau asosiasi yang ada di wilayahnya. Hasil penelusuran menunjukan ada
lebih dari lima belas nama badan usaha yang memiliki kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan sejenis. Diantara nama-nama perusahaan itu, terdapat
beberapa yang pernah ikut mendafar pelelangan namun tidak pernah menang
karena gugur di evaluasi teknis serta harga penawaran yang relatif tinggi.
3. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, seluruh nama penyedia yang pernah
mendaftar termasuk yang dari luar provinsi, serta beberapa penyedia lainnya
dimintakan informasi mengenai alasan mereka tidak pernah ikut mendaftar, atau
tidak memasukan penawaran meski sudah mendaftar serta penyedia yang selalu
kalah dalam pelelangan. Sebagai contoh, hasil wawancara langsung lewat telepon,
surat dan atau email menunjukan fakta bahwa bahan baku aspal, kerikil, koral, atau
aspal hotmix sesuai spesifikasi yang diminta tidak dapat diakses oleh mereka. Para
pemilik usaha bahan baku tersebut sudah membuat perjanjian terbatas hanya
kepada lima perusahaan yaitu PT. A, PT. B, PT. C, PT. D dan PT. E. Demikian juga
terhadap perusahaan penyewaan alat-alat berat. Kondisi tersebut tidak
memungkinkan penyedia dari luar provinsi ikut bersaing dalam pengadaan atas
pekerjaan pengaspalan jalan meski di provinsi lain mereka mempunyai kinerja yang
baik dengan harga yang kompetitif.
4. Simpulan dari analisis persaingan pasar tersebut adalah terbukti adanya kartel dalam
penyediaan bahan baku dan penyewaan alat yang akhirnya memaksa instansi
menaikan HPS.
Informasi tentang tren pasar masa depan mungkin dapat diperoleh dari laporan
yang diterbitkan atau jurnal khusus dan situs internet untuk komoditas atau produk /
jasa dari pasar yang terdokumentasi dengan baik. Sedangkan untuk komoditas dari
a. Karakteristik Pasar
Kondisi perkembangan pasar dalam hal terkait permintaan, pasokan dan terutama
adalah pergerakan harga, pada umumnya mencerminkan empat karakteristik pasar
yaitu: tren, siklus, musiman dan variasi acak.
Teknik memperkiraan pasar dimasa mendatang cenderung lebih mudah untuk ketiga
jenis karakteristik awal yaitu (1) tren, dimana penawaran, permintaan dan harga tetap
konstan, mengalami kenaikan atau pun penurunan, (2) siklus, dimana penawaran,
permintaan dan harga cenderung meningkat atau menurun dalam kurun waktu yang
lama karena siklus bisnis (resesi dan pertumbuhan ekonomi), siklus hidup produk, dan
lain-lain, (3) Musiman, dimana penawaran, permintaan dan harga berubah di atas
maupun di bawah rata-rata pada interval waktu tertentu yang mungkin dipengaruhi
oleh musim, liburan atau awal dan akhir tahun anggaran. Sementara prediksi pasar
yang memiliki karakteristik secara acak, yaitu penawaran, permintaan dan harga
berubah secara tidak berpola, cenderung lebih sulit dilakukan secara akurat.
♦ metode kausal
Teknik ini membuat perkiraan dengan membentuk hubungan sebab-akibat antara
variabel independen dan kondisi pasar untuk produk. Contohnya:
✓ harga kertas koran akan dipengaruhi oleh prospek bisnis dan ekonomi.
Perkembangan ekonomi akan berdampak pada iklan di koran dan oleh karena
itu akan mempengaruhi jumlah konsumsi kertas koran.
✓ Perkiraan cuaca musim dingin yang diprediksi lebih lama dan lebih ekstrim akan
mempengaruhi tingkat permintaan untuk pakaian musim dingin yang akan
berdampak kepada kenaikan harga.
Metode kausal utama yang digunakan adalah regresi liner baik sederhana maupun
berganda.
• kebijakan (policy)
o undang-undang yang memberi insentif bagi pengguna energi non migas dapat
menjadi market driver pengembangan energi terbarukan;
o Undang-undang lalu lintas menjadi market driver penggunaan helm yang
berstandar nasional indonesia (SNI).
• kejadian (event).
o bencana alam, seperti tsunami, mungkin merangsang permintaan untuk tempat
penampungan portabel, sistem pemurnian air yang mudah digunakan, serta
peralatan medis.
Peningkatan permintaan yang tidak diikuti dengan peningkatan jumlah pasokan, akan
menggeser kurva permintaan yang pada akhirnya akan menaikan tingkat harga. Pihak
yang berwenang atas pengadaan harus mempunyai perhatian yang cukup atas
kemungkinan munculnya market driver yang dapat meningkatkan harga produk yang
dibutuhkan instansi/organisasi akibat peningkatan jumlah permintaan.
untuk harga sayur atau buah yang berubah tergantung musim dapat diantisipasi dengan
perubahan menu. Sementara itu, datangnya bulan ramadhan dan hari raya di Indonesia
cenderung menyebabkan harga yang melambung tinggi di atas rata-rata. Ketika rumah
sakit akan menyusun HPS menggunakan harga yang terlalu rendah untuk kontrak satu
tahun, ada kemungkinan masalah pelaksanaan kontrak dikemudian hari. Apabila harga
tertinggi menjadi acuan penyusunan HPS, harga cenderung tidak wajar mengingat
terjadinya harga tinggi hanya satu bulan hingga dua bulan. Sementara itu, harga bahan
pangan dalam sepuluh bulan lainnya mungkin cenderung stabil
lain untuk produk tertentu. Mereka dapat memanfaatkan hal ini, misalnya, dengan
menetapkan harga tinggi untuk produk-produk barunya sebelum produk kompetitor
muncul, sehingga memaksimalkan keuntungannya. Penetapan harga tinggi belum tentu
akan mengurangi permintaan jika tidak ada kompetisi.
Contoh kasus seperti ini adalah persepsi sebagian orang terhadap produk apple. Apple
membuktikan betapa berharganya merek mereka ketika memperkenalkan ciptaan baru atau
versi baru dari produk, program, atau sistem operasi populer. Apple datang dengan produk yang
inovatif, menarik, dan mudah digunakan. Produk Apple berbeda dari perusahaan teknologi
lainnya, sangat berbeda dari Samsung Galaxy atau smartphone lainnya. Perusahaan lain telah
mencoba untuk menyalin tetapi tidak pernah bisa meniru.
Ketika iPad 2 dipasarkan pada tahun 2011 yang merupakan kelanjutan dari produk iPad pertama
yang sudah dipasarkan tahun 2010, Apple berani memasang harga yang tinggi karena mereka
percaya persepsi pelanggan terhadap produknya sangat baik. IPad 2 memiliki bentuk tampilan
yang hampir serupa dengan iPod Touch dan iPhone, hanya saja ukurannya lebih besar
dibandingkan kedua produk tersebut dan memiliki fungsi-fungsi tambahan seperti yang ada pada
sistem operasi Mac OS X. Keadaan seperti itu terus dimanfaatkan ketika Ipad berikutnya dirilis
ke pasar, dan berhasil.
Untuk pengadaan disektor pemerintah, penentuan spesifikasi pengadaan produk semacam tablet
komputer seharusnya meminimalisasi subyektivitas seperti kegemaran atau kesukaan. Meski
secara pribadi, pihak yang berwenang di instansi menggunakan produk apple tersebut, dalam
menentukan spesifikasi didasarkan atas kebutuhan (need) bukan (want). Tambahan biaya akibat
harga yang lebih tinggi karena memperturutkan keinginan tidak memberikan nilai tambah (add
value) bagi instansi.
Dari sisi biaya produksi, struktur harga produk yang akan dibeli pada dasarnya
terdiri dari elemen berikut ini:
♦ Biaya bahan langsung (direct material)
♦ Biaya tenaga kerja langsung (direct labor)
♦ Biaya Overhead (overhead)
♦ Keuntungan (Profit).
Perkiraan biaya bahan dapat dilakukan dengan memperhatikan dua hal sebagai berikut:
♦ perkiraan kualitas dan jumlah bahan yang digunakan untuk setiap unit yang
diproduksi.
♦ biaya perkiraan dari bahan tersebut.
Sedangkan untuk memperkirakan komponen biaya tenaga kerja langsung, yang perlu
diketahui adalah:
♦ perkiraan waktu kerja yang dihabiskan untuk setiap unit produksi.
♦ tingkat upah buruh.
Sementara untuk menghitung biaya overhead jauh lebih sulit karena mencakup segala
sesuatu kecuali biaya material dan tenaga kerja langsung. Biaya kantor, gaji, biaya
penjualan, peralatan kantor, kendaraan dan biaya lainya yang harus dikeluarkan
perusahaan dalam operasi bisnisnya dapat dianggap overhead.
(Catatan, meskipun banyak atau ada beberapa cara yang berbeda untuk menghitung biaya
overhead, pendapat ini mungkin salah satu yang terbaik).
Biaya overhead dalam pekerjaan konstruksi dalam beberapa literatur juga dapat dibagi
menjadi dua kategori:
• indirect overhead (home office overhead)
• direct overhead (job office overhead)
Biaya overhead konstruksi ini cenderung bervariasi, antara proyek yang satu dengan
proyek yang lain, dan bahkan dapat bervariasi dari bulan ke bulan dalam satu proyek
yang sama. Direct overhead (job office overhead) seharusnya di estimasi secara rinci
untuk semua kegiatan di tiap tahapan konstruksi. Demikian juga estimasi atas rincian
biaya overhead untuk pekerjaan subkontrak, sangat direkomendasikan ketika dampak
dari biaya subkontrak cukup signifikan.6
Lebih lanjut, ‘Consultants Estimating Manual’ tersebut juga menjelaskan bahwa, tingkat
keuntungan (profit) yang bisa didapatkan oleh pemasok tergantung pada tingkat
persaingan dan intensitas permintaan di pasar. Tidak ada batasan tertentu yang
mengatur tentang jumlah maksimum keuntungan yang dapat diperhitungkan. Tingkat
keuntungan untuk tiap jenis industri berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Estimator seharusnya menggunakan data historis atau pengalaman terdahulu untuk
memberikan perkiraan keuntungan yang sesuai, dan kemudian dimodifikasi berdasarkan
pemahaman yang mendalam tentang kondisi pasar untuk industri yang terkait.
Catatan:
Batasan persentase maksimal atas keuntungan yang wajar tidak ditemukan diberbagai
pedoman pengadaan, baik nasional maupun mancanegara, kecuali untuk jenis kontrak
cost plus fee dalam pedoman kontrak FIDIC:
“in these conditions, provisions including the expression "cost plus reasonable
profit" require this profit to be one-twentieth (5%) of this cost. 7”.
Jenis kontrak cost plus fee ini tidak diperkenankan digunakan dalam pengadaan barang
dan jasa di Indonesia.
Batasan yang tegas mengenai jumlah maksimum biaya overhead dan keuntungan yang
dapat diperoleh penyedia dalam peraturan pengadaan barang dan jasa pemerintah tidak
dapat ditemukan. Aturan mengenai biaya overhead dan keuntungan dalam Peraturan
6
Commonwealth of Massachusetts, Division of Capital Asset Management (2006). Consultants Estimating
Manual. http://www.mass.gov/anf/docs/dcam/dlforms/cem-feb06.pdf
77
The FIDIC Contracts Guide. First Edition 2000. Diunduh dari http://www.mytrack.ir/wp-
content/uploads/2014/05/FIDIC-Contracts-Guide.pdf
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 56 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
Klausul tersebut jelas tidak menyebutkan bahwa penyedia dalam pelaksanaan pekerjaan
hanya boleh menerima keuntungan maksimal 15%, melainkan untuk mengatur PPK
dalam menyusun HPS telah memperhitungkan keuntungan secara wajar. Meski batas
maksimum perhitungan keuntungan dalam HPS adalah 15%, penyedia tidak
dinyatakan tidak boleh memperoleh keuntungan di atas 15%. Meski harga
yang ditawarkan penyedia sama dengan harga pasar, namun karena
mempunyai keunggulan komparatif maupun kompetitif disamping para
pesaingnya, mungkin penyedia akan memperoleh keuntungan di atas 15%.
Sampai saat ini, tidak ada larangan atau batasan maksimal yang tegas dalam
berbagai ketentuan yang berlaku tentang realisasi keuntungan rekanan
dalam pelaksanaannya.
Dalam pengertian bahasa, kata “memperhitungkan” juga tidak sama dengan kata
“menambah”. Bila Analisis Pasar menunjukan bahwa harga pasar ditingkat retail sudah
termasuk untung, maka PPK tidak seharusnya menambah biaya orverhead dan
keuntungan lagi. Namun bila Analisis Pasar menunjukan bahwa harga yang diperoleh
ternyata belum termasuk keuntungan, misal ditunjukan dengan adanya diskon khusus
perayaan ulang tahun toko selama beberapa waktu saja bukan terus menerus seperti
yang dilakukan salah satu Toserba, PPK semestinya menambahkan keuntungan saja,
bukan biaya overhead dan keuntungan. Harga diskon toko biasanya sebesar harga
pokok penjualan yang sudah meliputi biaya overhead. Namun demikian, Perpres tidak
secara tegas memisah berapa porsi biaya overhead dan berapa porsi keuntungan.
Selain ketiga faktor tersebut, penetapan harga juga dapat dipengaruhi oleh strategi
pemasaran yang dipakai oleh penyedia. Penyedia di pasar dapat memiliki pendekatan
yang berbeda untuk harga (price discriminating), tergantung pada keadaan tertentu dan
strategi pemasarannya dengan tujuan antara lain seperti berikut:
♦ memaksimalkan keuntungan.
♦ mempercepat waktu pengembalian dari hasil investasi (payback period).
♦ mendapatkan loyalitas pelanggan (misalkan berdasarkan harga dan/atau
diferensiasi produk) dan melindungi pangsa pasar.
♦ menambah pangsa pasar
♦ meningkatkan penjualan secara cepat untuk meningkatkan likuiditas.
Cara yang dilakukan oleh penyedia yang umum dilakukan biasanya ada dua tipe, yaitu
berdasarkan kuantitas atau berdasarkan segmentasi. Pembelian dalam jumlah yang
besar mungkin akan diberi harga yang lebih rendah oleh penyedia. Penyedia mungkin
juga dapat memberikan harga khusus bagi pembeli yang menurut preferensi mereka
masuk kategori core atau develop sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
Catatan:
Meski pengadaan barang dan jasa yang akan dilakukan dalam jumlah yang cukup besar,
beberapa instansi mungkin melakukan survey harga dengan cara menanyakan harga
satuan eceran, bukan harga untuk pembelian sebesar volume yang tercantum dalam
rencana anggaran. Sebagai contoh: bila suatu SKPD bermaksud akan mengadakan
monitor/televisi sebanyak 500 unit, survey harga seharusnya menanyakan harga kepada
para calon penyedia disertai dengan informasi tentang rencana volume yang akan dibeli.
Bila informasi volume yang akan dibeli ditidak disampaikan kepada penyedia di pasar,
harga per unit mungkin akan ditawarkan sebesar Rp1.500.000 per unit. Namun bila
penyedia tahu bahwa jumlah yang akan dibeli adalah 500 unit, mereka mungkin akan
bersedia menawarkan harga yang lebih rendah, misalkan Rp1.410.000. Perbedaan harga
HPS untuk kedua kasus tersebut adalah sebagai berikut:
- info volume tidak disertakan 500 unit X Rp 1.500.000/unit = Rp
750.000.000
- info volume disertakan 500 unit X Rp 1.410.000/unit = Rp
705.000.000
Perbedaan Harga Rp 45.000.000
Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perkiraan total HPS yang disusun oleh PPK.
Semakin besar volume, semakin besar peluang untuk mendapat harga yang lebih baik.
3) Mengidentifikasi risiko dan peluang dari setiap segmen, dan pilih segmen yang
terbaik untuk memenuhi kebutuhan instansi.
Tekno Peluang (Opportunity) Risk
Listrik mudah pemasangan dan murah biaya operasional naik
Gas mudah pemasangan dan murah biaya operasional naik
Matahari Harga/Kamar mandi setara dan tidak Ada biaya pasang
ada tambahan biaya operasional
Dari pertimbangan efisiensi terhadap total biaya, bukan hanya harga beli alat, pihak
berwenang di instansi mungkin akan memilih waterheater tenaga matahari.
Berbagai merek, kapasitas dan faktor lain diidentifikasi untuk menentukan
peringkat atas segmen. Dan terakhir, harga beli beserta instalasi diidentifikasi untuk
dapat menghitung perkiraan total biayanya.
Dari proses tersebut terlihat bahwa setelah tahap satu dilakukan, mungkin akan
terbentuk sangat banyak jumlah segmen, namun sebagian besar diantaranya akan
tersaring keluar selama proses berlangsung karena mungkin tidak sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan organisasi.
Berikut ini contoh mekanisme perhitungan pajak masukan dan pajak keluaran.
Pembayaran Oleh Pembeli
Penerimaan oleh Penjual PPN
Setor Akumu
Penjual / Harga Pokok Pembelian Perhi- Kas -lasi
Pembeli tungan Pajak Pajak
Harga Total Harga Total Negara Kas
PPN PPN Nilai Masuk Keluar
Beli Bayar Jual Terima Negara
Tambah an an
0 10%
Bahan Baku }------ ------------- -------------> 2.000.000
A - - - 2.000.000 200.000 2.200.000 200.000 200.000 200.000
Proses I }------ ------------- -------------> 1.000.000
B 2.000.000 200.000 2.200.000 3.000.000 300.000 3.300.000 200.000 300.000 100.000 300.000
Proses II }------ ------------- -------------> 1.500.000
C 3.000.000 300.000 3.300.000 4.500.000 450.000 4.950.000 300.000 450.000 150.000 450.000
Proses III }------ ------------- -------------> 1.100.000
D 4.500.000 450.000 4.950.000 5.600.000 560.000 6.160.000 450.000 560.000 110.000 560.000
Penjelasan Tabel
Suatu Produk menjadi barang jadi setelah melalui 3 tahapan proses. Dimulai dari A yang
merupakan penjual bahan baku, B yang memproses pertama, C memproses tahap kedua
dan D yang memproses hingga menjadi produk jadi. Konsumen membeli barang jadi
kepada D dengan harga produk adalah Rp 5.600.000. Pajak Pertambahan Nilai sebesar
10% atau Rp560.000 merupakan kewajiban pembeli, sehingga total yang dibayarkan
adalah Rp6.160.000. Dari tabel diatas terlihat bahwa pajak yang disetor dan diterima
negara pada setiap tahapan pada dasarnya akan sama dengan total yang di bayar oleh
konsumen akhir, dengan penjelasan sebagai berikut:
• A telah melakukan proses yang menimbulkan nilai tambah produk (mencari dan
menjual bahan baku kepada B) senilai Rp2.000.000, maka pajak yang diterima
negara adalah Rp200.000
• B telah melakukan proses lebih lanjut yang menimbulkan nilai tambah Rp1.000.000
(beli dari A Rp2.000.000 kemudian dijual Rp3.000.000 kepada C). Maka maka pajak
yang diterima negara adalah Rp100.000. Meski B telah menerima PPN dari C senilai
Rp300.000 (harga jual Rp3.000.000 X 10%), B juga telah membayar PPN kepada A
sebesar Rp200.000. B hanya harus menyetorkan pajak ke negara sebesar
Rp100.000 atau 10% dari nilai tambah yang diciptakan oleh B sebesar Rp1.000.000.
Pajak Keluaran B sebesar Rp300.000 (diterima oleh B dari C) dikurangi pajak
Masukan sebesar Rp200.000 (dibayar oleh B kepada A).
• C hanya menyetorkan pajak sebesar nilai tambah yang diciptakannnya sebesar
Rp150.000 (1.500.000 x 10%). Pajak keluaran sebesar Rp450.000 (diterima oleh C
dari D) dikurangi pajak Masukan sebesar Rp300.000 (dibayar oleh C kepada B).
• D hanya menyetorkan pajak sebesar nilai tambah yang diciptakannnya sebesar
Rp110.000 (1.100.000 x 10%). Pajak keluaran sebesar Rp560.000 (diterima oleh D
dari konsumen akhir) dikurangi pajak Masukan sebesar Rp450.000 (dibayar oleh D
kepada C).
• Konsumen akhir membayar barang senilai Rp5.600.000 ditambah PPN Rp 560.000
kepada D. Ternyata, jumlah pajak yang diterima oleh negara secara teori adalah
sama dengan yang dipungut dari pembeli akhir yaitu sebesar Rp 560.000 yang
proses penyetorannya bertahap sesuai nilai tambah tahapan produksi yang
menambah nilai produk atau jasa.
Dengan demikian, Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh setiap tahap rantai
pasokan tidak seluruhnya masuk menjadi harga pokok karena ada mekanisme
pengkreditan atas pajak masukan. Namun tidak semua perusahaan dapat melakukan
prosedur ini. Hanya yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta
• Dokumen dan bukti-bukti tersebut semestinya dikelola dan disimpan oleh pejabat
yang terkait, untuk memudahkan pencarian ketika diperlukan. Apabila
dokumen/bukti tersebut terkait dengan penyusunan anggaran, maka pihak yang
semestinya menyimpan adalah Pejabat yang berwenang menyusun anggaran
(Pimpinan organisasi). Sedangkan apabila dokumen/bukti tersebut terkait dengan
penyusunan HPS, maka pihak yang semestinya menyimpan adalah pejabat yang
berwenang menandatangani kontrak.
Catatan:
Inti dari tujuan penyiapan dokumentasi adalah untuk memberikan ‘jaminan’ bahwa proses telah dilakukan
berdasarkan otorisasi pejabat yang berwenang dan hasil kegiatan telah didukung dengan fakta dan dapat
dibuktikan secara memadai. Setiap angka yang dikutip atau simpulan yang diambil harus didukung dengan
bukti yang dapat diverifikasi.
BAB IV
MENETAPKAN HARGA PERKIRAAN
Berikut ini akan diuraikan mengenai perbedaan penggunaan harga satuan dalam
memperkirakan total biaya pekerjaan untuk tahap penyusunan anggaran dan tahap
penetapan HPS.
Dengan demikian, jumlah yang dimasukan dalam anggaran (RKA) tidak hanya
nilai barang atau jasa yang akan diadakan sebagai komponen utama, tetapi juga disertai
dengan biaya-biaya pendukung lainnya untuk memastikan output kegiatan dapat
tercapai secara efektif. Beberapa contoh komponen biaya pendukung tersebut antara
lain adalah:
• biaya untuk memastikan output pengadaan berfungsi secara efektif, yang meliputi
biaya pemasangan dan instalasi, serta biaya pengujian dan pengetesan.
• biaya yang terkait organisasi pengadaan, yang meliputi honor PPK, honor Pojka ULP,
honor PPHP serta honor tim pendukung serta tim ahli yang diperlukan.
• biaya operasional organisasi pengadaan, yang meliputi biaya perjalanan dinas, biaya
makan dan minum rapat, biaya cetak dokumentasi serta alat tulis kantor.
• biaya lain yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku, misalkan biaya honor
PA/KPA.
Contoh 1:
Identifikasi Harga Satuan Pekerjaan pada Rencana Kegiatan Pembangunan Gedung Kantor
Pemda 5 lantai dengan luas bangunan ( 4 x 400 ) + 455 + 64 = 2.119 m2
Langkah pertama identifikasi harga satuan komponen utama maupun pendukung adalah dengan
melihat ketentuan atau standar yang berlaku.
Meski masih diwarnai kontroversi terutama dalam hal komposisi biaya maksimal,
salah satu contoh peraturan yang mengatur tentang bangunan gedung negara yang
dapat dijadikan acuan dalam melakukan estimasi harga gedung adalah Peraturan
Menteri Pekerjaan umum nomor 45/PRT/M/2007 tentang pedoman teknis
pembangunan bangunan gedung negara.
Ketentuan tersebut menyebutkan bahwa Komponen Biaya Pembangunan terdiri atas biaya:
1. Konstruksi Fisik
2. Manajemen Konstruksi
3. Perencanaan Teknis Konstruksi
4. Pengawasan Konstruksi (bila tanpa MK)
5. Pengelolaan Kegiatan.
antara 4,55%-5,37%. Nilai tersebut cenderung dapat dianggap tidak cukup layak
mengingat resiko bangunan fisik yang akan dibangun memerlukan konsultan
perencana yang berkualitas.
Untuk Nilai pekerjaan di atas Rp 5 miliar, menurut beberapa pihak, ketentuan ini masih dapat
untuk dipergunakan bila tidak mendapatkan alternatif lain yang akuntabel.
5. Sist.Deteksi &
Penc.Kebakaran 0,05 951.230.069
6. Furniture 0,05 951.230.069
7. Penangkal Petir 0,01 190.246.014
8. Peningkatan Mutu 0,06 1.141.476.082
TOTAL 0,35 6.658.610.480
Dengan demikian total biaya standar dan non standar (Total Biaya Bangunan Keseluruhan)
adalah
= Rp19.024.601.372 +Rp 6.658.610.480 atau berjumlah total Rp25.683.211.852
Dan selanjutnya, dengan menggunakan tabel B2, harga satuan untuk perencanaan, manajemen
konstruksi dan pengelola kegiatan dapat ditentukan. Contoh perhitungannya adalah:
Manajemen Pengelola
Konstruksi Fisik Perencanaan Total Biaya
Konstruksi kegiatan
93,57% 3,02% 2,48% 0,93% 100%
24.031.781.329,59 775.632.997,92 636.943.653,92 238.853.870,22 25.683.211.851,65
Selain masalah besaran komponen perencanaan, biaya pengelolaan kegiatan juga harus
mendapat perhatian dengan benar. Biaya pengelolaan kegiatan yang 35% didalamnya
merupakan Biaya operasional unsur Pengelola Teknis, tidak berarti merupakan biaya yang harus
dihabiskan. Biaya kegiatan unsur Pengelola Teknis digunakan untuk keperluan: Honorarium,
Perjalanan dinas, Transport lokal, Biaya rapat, Biaya pembelian/penyewaan bahan dan alat,
biaya-biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pembangunan bangunan
gedung negara yang bersangkutan, termasuk di dalamnya untuk peningkatan kapasitas tenaga
pengelola teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Besarnya tarif maksimum komponen biaya-
biaya tersebut telah jelas diatur dalam Standar Belanja Masukan yang tidak boleh dilampaui.
Contoh 2:
Sebuah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Pusat bermaksud mengadakan alat X-Ray 128
Slices untuk meningkatkan pelayanannya.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi komponen utama dan
pendukungnya. Komponen utama adalah harga barang jadi berupa alat X-Ray 128 Slices,
sedangkan komponen pendukungnya adalah biaya pemasangan dan instalasi serta biaya lain
yang berkaitan proses pengadaan barang hingga serah terima akhir dan pembayaran. Dari hasil
analisis harga pasar, Standar belanja masukan maupun standar biaya keluaran yang diterbitkan
menteri keuangan ternyata tidak mengatur harga X-Ray. Sementara biaya atau harga satuan
pokja ULP dan PPHP bervariasi, tergantung kepada besarnya belanja barang. Dengan demikian,
tahapan identifikasi harga satuan tetap harus dimulai dari harga barang, tidak bisa sebaliknya.
Karena standar tidak mengatur harga barang dimaksud, instansi harus mencari data yang dapat
mencerminkan harga pasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Alternatif data yang mungkin
diperoleh adalah: harga pasar dari peringkat teratas dari segmen pasar sebagaimana telah
diuraikan di bagian muka, ataupun harga kontrak di Rumah Sakit lain ditahun yang sama
ataupun berbeda.
Bila instansi mendaptkan data harga kontrak sejenis di Rumah Sakit swasta tahun lalu adalah
Rp 12 milyar, maka perlu disesuaikan selama dua tahun menggunakan data inflasi dari BPS atau
ketentuan menteri keuangan dalam pedoman penyusunan RKA K/L dengan contoh perhitungan
sebagai berikut:
- Harga tahun depan (T+1) = Rp12 milyar X (1,056) inflasi th ini X (1,062) perkiraan inflasi th
depan
Judul Modul: Menyusun Harga Perkiraan Halaman: 72 dari 103
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M. 749020.006.02
= Rp 13,457664 milyar.
Dengan asumsi harga tersebut sudah termasuk biaya instalasai dan PPN, maka biaya satuan
pokja ULP dan PPHP untuk nilai pengadaan antara Rp10-25 milyar adalah Rp 2.210.000 dan
Rp 1.260.000 per orang paket pekerjaan (OP).
Mengingat relatif pendeknya rentang waktu antara saat identifikasi harga satuan dan
pelaksanaan kegiatan, maka harga tidak perlu disesuaikan terhadap berbagai faktor
seperti inflasi, suku bunga, kurs dan faktor eksternal lainnya. Hal ini dikecualikan ketika
data yang diperoleh adalah bukan harga aktual atau pasar saat ini, melainkan harga
kontrak tahun yang lampau. Faktor penyesuian harga seperti inflasi, suku bunga, kurs
seharusnya menggunakan data yang benar-benar telah terjadi, bukan asumsi.
mengidentifikasi biaya-biaya lain, baik yang bersifat administratif atau teknis yang
berkaitan langsung dengan pekerjaan. Contoh biaya-biaya tersebut adalah:
• Biaya administrasi untuk mengurus perijinan tertentu seperti Ijin mendirikan
bangunan (IMB).
• Biaya yang bersifat teknis berupa perkiraan biaya mobilisasi personil dan alat serta
bahan ke lokasi pekerjaan.
Meski lokasi pekerjaan berada di suatu Kota, pekerjaan dilokasi tertentu mungkin
masih perlu mengidentifikasi biaya tambahan untuk biaya mobilisasi personil, bahan
dan alat karena adanya hambatan tertentu, misal:
- lokasi pekerjaan diseberang sungai yang lebar yang tidak berjembatan sehingga
harus memutar cukup jauh atau harus menggunakan alat penyeberangan,
- jalan menuju lokasi pekerjaan tidak dapat dilalui kendaraan karena merupakan
gang sempit sehingga harus diangkut secara manual.
Ketiga, perbedaan dalam hal kedalaman atau rincian komponen biaya atau harganya.
Perkiraan yang masih bersifat global, berdasarkan analogi atau perkiraan yang bersifat
konseptual diperkenankan saat penyusunan anggaran mengingat keterbatasan
informasi yang tersedia. Sedangkan untuk identifikasi harga dalam penyusunan HPS,
pejabat yang berwenang semestinya merinci lebih lanjut ke dalam elemen atau
komponen pembentuk biaya pekerjaan.
Aspek-aspek yang perlu dianalisa dalam proses penentuan Harga perkiraan dari
hasil pemaketan pekerjaan, meliputi:
• Lingkup pekerjaan/pembelian
Luas atau sempitnya ruang lingkup pekerjaan akan sangat berpengaruh terhadap
besaran biaya. Demikian juga dengan lingkup pembelian. Pembelian barang
dengan lingkup pekerjaan sampai dengan terpasang dan berfungsi akan memiliki
struktur dan besaran biaya yang berbeda dengan pembelian barang saja.
• Skedul pekerjaan/pemasokan barang
Pada dasarnya, ketika suatu pekerjaan harus dilakukan dengan waktu yang cepat
akan menuntut tambahan jumlah alat dan tenaga kerja serta biaya lain yang
menyertainya. Ketika pekerjaan jalan menuntut pengerjaan dimalam hari untuk
menghindari kemacetan, biaya tenaga kerja yang diperhitungkan mungkin akan
berbeda dengan pekerjaan yang dilakukan disiang hari. Demikian juga dengan
pemasokan barang, apakah akan diterima sekaligus atau bertahap sesuai
kebutuhan. Hal ini akan mungkin dapat berakibat kepada timbulnya biaya
penyimpanan bagi pemasok.
• Rencana sumberdaya manusia dan sumber daya lain
Biaya atas penggunaan tenaga ahli yang profesional dan berpengalaman akan
berbeda dengan tenaga kerja yang fresh graduate. Demikian juga tuntutan atas
jenis/type peralatan yang modern dan bahan baku yang berkualitas tinggi, akan
menimbulkan jumlah biaya yang relatif lebih tinggi bila menggunakan peralatan
dan bahan baku yang berkualitas biasa. Tuntutan penggunaan bahan yang ramah
lingkungan juga akan dapat berimbas kepada tambahan terhadap total biaya.
Selain itu, Pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan metode padat karya akan
mempunyai struktur dan besaran biaya yang berbeda dengan metode padat modal.
• Risiko-risiko terkait kebutuhan
Efektivitas merupakan pertimbangan utama dalam melakukan pengadaan. Risiko
bahwa suatu pekerjaan atau pembelian barang/jasa tidak dapat memenuhi
kebutuhan harus diperthitungkan dengan seksama. Antisipasi dan manajemen
Risiko atas kegagalan konstruksi/bangunan mungkin akan menuntut sejumlah
premi tertentu untuk pertanggungan melalui mekanisme asuransi. Lingkup dan
jangka waktu masa berlakunya Garansi juga akan berpengaruh terhadap besarnya
harga barang.
• Kebijakan dan peraturan organisasi serta data-data historis yang menunjang
penyusunan perkiraan harga
Mekanisme dan ketentuan penyusunan harga perkiraan di sektor pemerintah lebih
kaku dan ketat bila dibandingkan dengan swasta. Sumber-sumber data yang dapat
digunakan menurut ketentuan harus dianalisis dengan cermat guna menghindari
masalah hukum dikemudian hari.
Dalam manajemen harga perkiraan, hasil perkiraan harga tersebut secara terus
menerus dimutakhirkan (updating) dengan fakta terkini yang telah tersedia, melakukan
revisi yang diperlukan serta menganalisis perbedaan antara harga perkiraan dengan
harga rill (actual cost).
Selain itu, perkiraan yang realistis atas berbagai program akan membantu alokasi
sumber daya yang lebih efektif, dan meningkatkan probabilitas keberhasilan
pelaksanaannya. Program pemerintah yang diidentifikasi tersebut, mencakup baik
dilakukan secara swakelola ataupun melalui kontrak dengan pihak lain.
Banyak jenis pendekatan dan metode yang biasa digunakan untuk melakukan
perkiraan harga. GAO menyebutkan ada tiga jenis metode yang umum digunakan, “The
three commonly used methods for estimating costs are analogy, engineering build-up,
and parametric.... Other cost estimating methods include expert opinion, extrapolating,
and learning curves”. Tiga metode yang sering digunakan secara umum di Amerika
Serikat untuk memperkirakan biaya bagi instansi pemerintahnya adalah: analogi,
engineering build-up, dan parametrik. Selain ketiga metode umum tersebut, metode
biaya estimasi lainnya yang juga digunakan antara lain meliputi: pendapat ahli,
ekstrapolasi, dan kurva belajar.
Ilustrasi:
Suatu instansi bermaksud membangun gedung parkir dengan kapasitas 135 kendaraan. Data
dan informasi yang dapat diperoleh untuk proyek sejenis (pembangunan gedung parkir) dapat
ikhtisarkan dalam tabel berikut.
Proyek No Nilai Kontrak Kapasitas
(Rp) Mobil
1 466.580.000 150
2 290.304.000 80
3 525.096.000 120
4 349.920.000 90
5 259.290.000 60
6 657.206.000 220
7 291.718.000 70
8 711.414.000 180
Berdasarkan data tersebut, perkiraan biaya pembangunan gedung parkir dengan kapasitas 135
kendaraan dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
Nilai kontrak tahun-tahun yang lalu biasanya tidak bisa dipersamakan dengan
nilai kontrak saat ini. Demikian juga nilai kontrak sejenis di wilayah serta ukuran yang
berbeda. Oleh karena itu, keandalan hasil perhitungan Perkiraan harga sangat
dipengaruhi ketepatan penyesuaian atas waktu, lokasi dan ukuran.
Penyesuaian Waktu
Penyesuaian waktu mutlak diperlukan bila estimasi biaya dilakukan berdasarkan
informasi kontrak sejenis pada tahun-tahun sebelumnya. Penyesuaian yang dilakukan
seharusnya mencerminkan inflasi atau deflasi atas harga sehubungan dengan waktu
karena faktor-faktor seperti tingkat tenaga kerja, biaya material, suku bunga, dll.
Ilustrasi
Suatu instansi berencana akan membangun gedung kantor. Apabila data yang tersedia untuk
biaya bangunan sejenis berdasarkan kontrak yang telah selesai tiga tahun yang lalu adalah
Rp8.435.000.000, maka proses penyesuaian atas perkiraan harga dapat gambarkan sebagai
berikut.
• Pihak yang terkait telebih dahulu mendapatkan indeks konstruksi dapat diikhtisarkan dalam
tabel berikut.
Tahun indeks Indeks
3 tahun lalu 358
2 tahun lalu 359
1 tahun lalu 367
Tahun ini 378
Penyesuaian Lokasi
Harga perkiraan yang di hitung juga harus disesuaikan bila data atau informasi
kontrak sejenis diperoleh dari pekerjaan yang telah dilakukan di wilayah yang berbeda.
Penyesuaian semestinya mencerminkan perbedaan biaya tenaga kerja, bahan peralatan
di kedua lokasi. Faktor penyesuian adalah berdasarkan indeks berdasarkan wilayah yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.
Ilustrasi
Biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan gedung di kota Ambon adalah
sebesar Rp3.872.000.000. Bila data ini akan digunakan untuk membuat perhitungan harga
proyek sejenis di kota Depok, maka penyesuaian harga perkiraan dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut.
• Pihak yang terkait telebih dahulu mendapatkan indeks lokasi dapat diikhtisarkan dalam tabel
berikut.
Wilayah/Kota Indeks
Kota Ambon 1,025
Kota Bandung 1,170
Kota Cilacap 1,260
Kota Depok 1,105
Kota Enggano 1,240
Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah sampai volume 3.200 m2, berikut ini
dapat digambarkan penurunan biaya rata-rata tersebut.
1.800 m2 2.200 m2 2.600 m2 3.000 m2
Vol
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Total Variabel 4.878.000.000 5.962.000.000 7.046.000.000 8.130.000.000
Total Fixed 4.752.000.000 4.752.000.000 4.752.000.000 4.752.000.000
Total Biaya 9.630.000.000 10.714.000.000 11.798.000.000 12.882.000.000
Variabel/m2 2.710.000 2.710.000 2.710.000 2.710.000
Fixed/m2 2.640.000 2.160.000 1.827.692 1.584.000
Total Biaya/m2 5.350.000 4.870.000 4.537.692 4.294.000
Tabel diatas menunjukan bahwa total biaya tetap tidak bertambah seperti halnya biaya
variabel total variabel. Dengan demikian biaya tetap rata-rata akan turun seiring
bertambahnya volume sedangkan biaya variabel per meter2 dengan bertambahnya
volume. Sementara biaya tetap dan biaya total rata-rata akan turun seiring
bertambahnya volume.
Jika instansi akan melakukan pengadaan barang sejenis dengan volume sebanyak 170 unit,
maka proses penentuan biaya total dan biaya per unitnya adalah sebagai berikut.
• Fungsi volume terhadap total biaya dapat di notasikan dalam persamaan berikut
Y=a+bX
Dimana Y = Total Biaya
a = biaya tetap
b = biaya variabel per unit
X = Volume/Unit
• menentukan biaya total terkecil (min) serta biaya total tertinggi (max) untuk menentukan biaya
variabel dan biaya tetapnya. Kegiatan no 5 dan 2
• Masukan biaya dan volume max dan min ke dalam persamaan diatas untuk mencari varaibel a dan
b dengan eliminasi.
Biaya Max 340.100.000 = a + (b x 190)
Biaya Min 148.500.000 = a + (b x 60) (-)
191.600.000 = 130 b b = 191.600.000/130 = Rp 1.473.846
Masukan b ke dalam salah satu persamaan
340.100.000 = a + (1.473.846 x 190) = a + 280.030.769
a = 340.100.000 - 280.030.769 = Rp60.069.231
• Dengan demikian persamaan biaya akan menjadi
Y = Rp60.069.231 + Rp 1.473.846 X
• Menentukan total biaya pengadaan untuk 170 unit dan biaya per unitnya
Y = Rp60.069.231 + (Rp 1.473.846 x 170) = Rp60.069.231 + Rp250.553.846
= Rp310.623.077
Biaya per unit untuk pengadaan sejumlah 170 unit adalah
= Rp310.623.077/170 = Rp1.827.195
Beberapa contoh pekerjaan yang mengikuti pola seperti ini antara lain adalah:
• Kegiatan Diklat (Pendidikan dan Pelatihan)
• Kegiatan Studi Banding
• Kegiatan Vaksinasi Hewan
materials and labor for all items of work”. Perkiraan biaya rinci pada pekerjaan konstruksi
disusun atas dasar analisis yang rinci atas bahan dan tenaga kerja untuk semua item
pekerjaan. Hal ini berbeda dengan conceptual estimating sebagaimana telah dijelaskan
dimuka yang menggunakan informasi global atau kasar.
Garis besar langkah estimasi ini adalah sebagai berikut:
• Menyiapkan survey kuantitas
Tujuan survey kuantitas ini adalah mendefinisikan item-item yang sebenarnya yang
akan dibangun secara cukup rinci untuk memungkinkan harga satuan akurat.
Gambar Kerja dan spesifikasi adalah sumber utama informasi dalam penyusunan
estimasi biaya rinci untuk sebuah proyek. Item pekerjaan dan volume yang
digunakan harus mencerminkan kebutuhan nyata dilapangan dalam mewujudkan
output tertentu.
• Menentukan harga untuk tiap-tiap item pekerjaan.
Setelah item pekerjaan dan volume diidentifikasi secara rinci dan lengkap, langkah
berikutnya adalah menentukan harga dari tiap item pekerjaan. Tiap item pekerjaan
tersebut harus dirinci menjadi komponen upah tenaga kerja, bahan serta peralatan
yang digunakan. Sedangkan untuk estimasi rinci jasa konsultansi, item pekerjaan
diuraikan lebih rinci menjadi biaya personil dan non personil.
• Memperhitungkan biaya overhead dan keuntungan.
Biaya overhead merupakan biaya yang tidak bisa dihubungkan secara langsung
dengan output pekerjaan (indirect cost). Ketika suatu biaya yang biasanya dianggap
sebagai overhead ternyata berhubungan langsung dengan keluaran kegiatan, biaya
tersebut seharusnya dikategorikan sebagai biaya langsung (direct cost).
Untuk mewujudkan tertib administrasi dan tata kelola yang baik (good
governance), harus ada bukti Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Inspektorat DKI Jakarta LM angkat
bicara perihal pengadaan alat Uniterruptible Power Supply (UPS) di
yang menunjukan persetujuan institusi yang pernah ia pimpin. Sebelum diangkat sebagai Kepala
Inspektorat pada awal Januari tahun ini, LM adalah Kepala Dinas
atau penetapan spesifikasi umum Pendidikan DKI Jakarta yang menjabat sejak Februari 2014.
Menurutnya, masuknya anggaran itu terjadi pada APBD perubahan.
beserta kuantitas yang akan
Jumlahnya ada 49 unit yang terdiri dari 25 unit untuk Jakarta Barat dan
diadakan. Penentuan Spesifikasi 24 unit Jakarta Pusat. "Itu (usulan) masuk melalui suku dinas, jadi
bukan usulan Dinas Pendidikan," kata LM di Balai Kota, Jakarta, Senin
dan kuantitas pengadaan akan (2/3). LM mengaku dirinya sebagai kepala dinas saat itu kecolongan
dengan pengadaan barang ini.
mempengaruhi pencapaian tujuan
dan sasaran kinerja yang menjadi tanggung jawab pimpinan instansi atau unit kerja.
Kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terlibat dalam pengadaan
harus jelas teridentifikasi dari dokumen-dokumen yang menyertai proses pengadaan
barang dan jasa.
Tata cara Reviu yang dilakukan oleh PA/KPA terhadap hasil kerja staf dan atau tim
teknis antara lain adalah dengan:
• Mengevaluasi dan menguji kelengkapan, keabsahan dan keandalan dokumen-
dokumen sumber dan pendukung yang dipakai dalam menentukan perkiraan
harga.
• Mengevaluasi dan menguji metode dan asumsi yang dipakai dalam analisis
pasar dan metode perhitungan dan penyesuaian perkiraan harga.
• Mereviu pemenuhan proses dan hasil terhadap ketentuan yang berlaku.
Catatan:
Setelah rencana spesifikasi umum dan kuantitas barang atau jasa ditetapkan untuk mencapai
tujuan dan sasaran berdasarkan rencana kinerja, PA/KPA dapat melakukan analisis untuk
menentukan prioritas barang atau jasa yang akan diAnalisis Pasar.
Setelah itu, Analisis Pasar dapat dilakukan terhadap barang atau jasa prioritas berdasarkan surat
perintah atau penugasan dari PA/KPA kepada unsur staf atau tim teknis yang dibentuk sesuai
kebutuhan (kompleksitasnya). Berbagai data pasar, baik sekunder maupun primer, internal dan
eksternal yang relevan dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini. Pengendalian input perlu
dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang dikumpulkan valid dan dapat dijamin
keandalannya. Sedangkan pengendalian proses pengolahan data juga perlu dilaksanakan untuk
meyakinkan bahwa output Analisis Pasar telah dilakukan secara cermat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil Analisis Pasar tersebut digunakan untuk menentukan perkiraan harga satuan barang atau
jasa yang akan diadakan serta komponen-komponen penunjang yang lainnya dalam rangka
menyusun anggaran.
Meski banyak yang berbeda, prosedur penyusunan RKA instansi pemerintah pusat dengan
instansi pemerintah daerah juga memiliki persamaan. Salah satunya adalah ketentuan
menggunakan standar yang ditetapkan dalam menginput harga satuan tertentu dalam RKA.
Untuk jenis pengadaan yang tidak diatur dalam standar, PA/KPA dapat menggunakan data lain
yang dapat dipertanggungjawabkan. Salah satunya adalah harga pasar setempat.
Sebelum rencana kerja dan anggaran ditandatangani, PA/KPA semestinya terlebih dahulu
melakukan reviu untuk meyakinkan bahwa proses telah dilakukan sesuai ketentuan serta
menggunakan data yang dapat diandalkan. PA/KPA harus meyakinkan bahwa data yang
digunakan untuk menentukan harga satuan di RKA dapat ditelusuri ke dokumen sumbernya.
Oleh karena itu informasi tentang siapa yang ditugaskan, kapan dan dimana data-data diperoleh,
bagaimana proses pengolahan dan analisis data dilakukan merupakan hal-hal yang seharusnya
direviu oleh PA/KPA. Apabila hasil reviu masih menunjukan adanya kelemahan atau
ketidakakuratan, perkiraan harga yang disodorkan oleh staf ataupun tim teknis harus ditinjau
atau dihitung ulang.
Perpres tentang pengadaan barang dan jasa secara tegas menyebutkan bahwa
PPK adalah pejabat yang berwenang untuk menetapkan HPS. Bagian awal modul ini
telah menyebutkan tentang ketentuan dalam pengelolaan keuangan bahwa “pejabat
yang menandatangani suatu dokumen dianggap mengetahui substansi dan akibat yang
dapat ditimbulkan”. Dengan demikian, sebelum menandatangani untuk menetapkan
suatu dokumen menjadi HPS, PPK semestinya terlebih dahulu melakukan proses reviu
untuk memperoleh keyakinan bahwa dokumen tersebut telah disusun sesuai ketentuan
Berbeda dengan perkiraan harga untuk penyusunan anggaran yang masih dapat
menggunakan berbagai data yang sifatnya konseptual, perkiraan harga untuk
penyusunan HPS seharusnya menggunakan data riil untuk kuantitas maupun harga
satuannya. Ketika menyusun anggaran pembangunan gedung parkir sebagaimana
contoh pada subbab sebelumnya, PA/KPA dapat menggunakan perhitungan kasar
menggunakan data kontrak sejenis dengan penyesuaian waktu, lokasi atau ukuran.
Sedangkan penyusunan HPS seharusnya didasarkan kepada desain dan gambar yang
telah disesuaikan dengan kondisi lapangan. Desain dan gambar di breakdown menjadi
pekerjaan-pekerjaan serta analisa harga satuan. Dengan demikian volume dan jenis
pekerjaan telah dapat dihitung dengan tingkat presisi yang tinggi. Dan selanjutnya,
harga satuan yang dicantumkan dalam perhitungan analisa harga sedapat mungkin
mencerminkan harga yang berlaku saat HPS disusun.
Berikut ini akan diuraian tentang prinsip-prinsip atau ketentuan umum tentang
penetapan HPS yang dapat digunakan bagi PPK untuk melakukan penyusunan atau reviu
secara cermat dan dapat dipertanggungjawabkan.
contoh: apabila calon penyedia yang disasar adalah para pengecer, maka harga
satuan pasar yang digunakan juga harga di level pengecer bukan distributor.
Ilustrasi:
Suatu instansi bermaksud mengadakan Air Conditioner (AC) Split untuk aula gedung kantor yang
baru yang akan dipasang pada keempat sisi dinding dalam. Meski survai pasar menunjukan
kondisi umum yang menyebutkan bahwa harga AC sudah termasuk biaya pemasangan,
penyusun HPS harus memperhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku. Biaya pasang biasanya
menyebutkan panjang maksimum kabel dan selang yang masuk dalam lingkup harga jual
dimaksud. Bila selang maupun kabel yang diperlukan lebih panjang daripada panjang syarat dan
ketentuan maka mungkin akan ada biaya tambahan untuk bahan maupun biaya teknisi.
Bila rencana kompresor akan disatukan pada satu sisi luar gedung, maka penyusun HPS harus
menghitung panjang kabel atau pun selang yang harus disediakan untuk ke empat AC tersebut.
Tidak ada bentuk atau format baku HPS pengadaan barang. PPK bebas
menggunakan format atau model penyajian selama dapat dipahami oleh pihak-pihak lain
yang berkepentingan.
Pejabat Pembuat Komitmen dapat menugaskan tim pendukung atau staf yang
memiliki keahlian untuk menyusun HPS. Salah satu alternatif cara menentukan rincian
komponen-komponen tersebut beserta volume pekerjaannya adalah dengan
menggunakan kontrak sejenis di instansi yang sama atau instansi lainnya dengan tetap
terlebih dahulu mereviunya. Salah satu pendekatan reviu sederhana yang dapat
dilakukan adalah dengan logika atau akal sehat.
Sama halnya dengan penjelasan jasa lainnya, Pejabat Pembuat Komitmen dapat
menugaskan tim pendukung atau staf yang memiliki keahlian untuk menyusun HPS jasa
konsultansi. Khusus untuk jasa konsultansi yang sederhana, alternatif cara menentukan
rincian komponen-komponen tersebut beserta volume pekerjaan dapat dilakukan
dengan menggunakan data kontrak sejenis di instansi yang sama atau instansi lainnya
dengan tetap terlebih dahulu mereviunya berdasarkan KAK.
Bila ada Estimate Engineer’s (EE) dari konsultan perencana, PPK tetap
berkewajiban untuk melakukan reviu dalam rangka memperoleh keyakinan bahwa hasil
perhitungan konsultan perencana telah didasarkan desain dan gambar. Salah satu cara
yang dapat dilakukan bila PPK tidak memiliki keahlian dalam bidang konstruksi adalah
dengan membentuk tim pendukung untuk membantunya.
Reviu dapat dilakukan secara sampling terhadap volume beberapa analisa harga
satuan yang memiliki nilai signifikan berdasarkan pendekatan analisa harga satuan yang
digunakan (BOW atau SNI). Reviu juga dilakukan terhadap daftar harga tenaga kerja,
bahan dan peralatan yang dibuat konsultan perencana. Apabila harga yang digunakan
oleh konsultan perencana kurang dapat dipertanggungjawabkan dengan ketentuan, PPK
dapat melakukan revisi terhadap harga-harga komponen.
Cara lain yang lebih baik adalah dengan membuat persyaratan teknis bagi
konsultan perencana dengan mewajibkan penggunaan data hasil survey ke pasar
setempat bukan menggunakan standar harga kepala daerah. Reviu yang dilakukan oleh
PPK dapat lebih sederhana dengan melakukan uji sampling terhadap harga di analisa
harga satuan menggunakan hasil survey pasar yang dilakukan konsultan dan
PA/KPA/PPK.
PENYUSUNAN HPS JASA KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN PAGAR TEMBOK PEMBATAS
Harga Satuan Jumlah
No Jenis pekerjaan Volume Satuan
(Rp) (Rp)
1 Pembersihan 600,00 M2 50.000 30.000.000
2 Galian tanah pondasi 240,00 M3 157.500 37.800.000
3 Urugan dibawah pondasi 36,00 M3 329.947 11.878.092
4 Pasangan bata belah 96,00 M3 1.175.101 112.809.696
5 Coor sloof, tiang ikat tembok 11,73 M3 5.958.626 69.894.683
6 Pasangan batu bata 56,40 M3 1.230.276 69.387.566
7 Plesteran 1.296,00 M2 113.177 146.677.392
8 Pengecatan 1.296,00 M2 52.450 67.975.200
9 Penyelesaian akhir 30,00 M 31.500 945.000
10 Gudang darurat 9,00 M2 750.000 6.750.000
Subtotal 554.117.629
Overhead dan Profit (15%) 83.117.644
Jumlah 637.235.274
PPN (10%) 63.723.527
Total 700.958.801
GLOSSARY
Monopoli suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang
menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang
penjual atau sering disebut sebagai "monopolis
Analisis Pasar proses reviu atas struktur, karakteristik dan kecenderungan dari
penawaran yang ada di pasar untuk produk atau jasa tertentu
Harga Perkiraan perkiraan biaya atas pekerjaan barang/jasa sesuai dengan syarat-
Sendiri (HPS) syarat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa, dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data
yang dapat dipertanggungjawabkan
Supplier Perception Model untuk melihat motivasi penyedia atau supplier terhadap
Model pengadaan barang/jasa yang dilakukan suatu organisasi
INDEX
A K
APBD · 70 Kebijakan · 42, 48, 70
APBN · 70 Kebutuhan · 4, 8, 10, 11, 17, 29, 34, 50, 53, 54, 55, 69, 70,
Aset · 34 77, 80
Keuangan · 16, 42, 58, 59, 61, 65, 81
Kinerja · 17, 20, 23, 24, 41, 42, 45, 54, 61, 70, 79, 80
B Klausul · 30, 52
Kritis · 4
Biaya · 7, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 26, 27, 28, 29, 30, 31, Kualitas · 11, 12, 20, 31, 39, 47, 50
32, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 46, 49, 50, 51, 52, 53, Kurva S · 13
55, 58, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73,
74, 75, 76, 77, 78, 82, 83, 84, 86, 87, 88, 92
L
C LKPP · 78
Lumpsum · 18
CIF · 40
M
D
Monitoring · 40, 41
Dokumentasi · 58, 59, 60, 62
N
E
Negosiasi · 8, 12, 70
e-commerce · 12
Efektif · 4, 8, 9, 11, 16, 23, 26, 30, 34, 53, 61, 62, 70
Efisien · 4, 7, 9, 16, 20, 26, 30, 34, 48, 53 O
Output · 23, 41, 46, 61, 62, 76, 77, 78, 80
F Overhead · 38, 39, 50, 51, 52, 58, 78, 83, 84, 86, 88, 89
FIDIC · 51
FOB · 40 P
Forecast · 77
Penerimaan · 56, 92
Pengadaan Barang/ Jasa · 4, 5
H Pengawas · 45, 51
Pengujian · 59, 62, 83, 84, 86, 88
Harga Perkiraan Sendiri · 15, 18, 58, 81, 92 Penyedia · 6, 8, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 26, 27, 28, 31,
32, 37, 38, 39, 43, 44, 52, 53, 54, 57, 61, 78, 82, 92
Peraturan Menteri Keuangan · 42
Perka LKPP · 83, 84, 87, 88
I Perpres · 52, 81
PPHP · 62, 65
Input · 36, 38, 41, 61, 80 PPK · 15, 16, 30, 34, 52, 53, 62, 71, 81, 82, 83, 88, 89
Prosedur · 6, 57, 59, 79, 80
J
Jadwal · 26, 29
S U
Sampling · 89 ULP / Unit Layanan Pengadaan · 30, 62, 65
Sektor swasta · 16, 18, 30
Spesifikasi teknis · 4, 15, 39
Pemimpin Umum:
Dharma Nursani
Tatang R Wiraatmadja
“
B. Memilih Penyedia Barang/
Jasa
07. Mengkaji Ulang Paket PBJ Overview:
08. Memilih Penyedia Barang/Jasa
09. Menyusun Rancangan Kontrak PBJ Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri
10. Menyusun Dokumen PBJ (HPS) harus di dasarkan pada metode
11. Melakukan Kualifikasi Penyedia
12. Melakukan Evaluasi Kinerja Penyedia
yang dapat dipertanggungjawabkan,
13. Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ berdasarkan data yang relevan, aktual dan
14. Mengevaluasi Dokumen Penawaran dapat diandalkan.
15. Mengelola Sanggahan
Harga perkiraan yang disusun berfungsi
C. Mengelola Kontrak sebagai acuan dalam mengevaluasi harga
penawaran yang diajukan calon penyedia,
& Swakelola PBJ
16. Melakukan Negosiasi agar diperoleh harga penawaran yang
17. Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ wajar, dapat dipertanggungjawabkan, dan
18. Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ
19. Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ dapat dilaksanakan oleh penyedia sesuai
”
20. Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ dengan ketentuan.
21. Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ
22. Melakukan Penerimaan Hasil PBJ
23. Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
24. Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola
2016