Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan. Selain
tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser juga belum terpancar lurus.
Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan
atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada
banyak titik dengan simpangan jarak hingga hitungan meter.
Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari
1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat bening dan tidak
menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon, seandainya air laut itu semurni
serat optik, dengan pencahayaan cukup mata normal akan dapat menonton lalu-lalangnya
penghuni dasar Samudera Pasifik.
Seperti halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal.
Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968 atau
berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan menjadi pemandu cahaya,
tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km. Melalui pengembangan dalam teknologi
material, serat optik mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti
atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km.
1975 Insinyur pada Laser Diode Labs mengembangkan Laser Semikonduktor, laser komersial
pertama yang dapat dioperasikan pada suhu kamar.
1977 Perusahaan telepon memulai penggunaan serat optik yang membawa lalu lintas
telepon. GTE membuka jalur antara Long Beach dan Artesia, California, yang menggunakan
transmisi LED. Bell Labs mendirikan sambungan yang sama pada sistem telepon di Chicago
dengan jarak 1,5 mil di bawah tanah yang menghubungkan 2 switching station.
1980 Industri serat optik benar-benar sudah berkibar, sambungan serat optik telah ada di kota
kota besar di Amerika, AT&T mengumumkan akan menginstal jaringan serat optik yang
menghubungkan kota kota antara Boston dan Washington D.C., kemudian dua tahun
kemudianMCI mengumumkan untuk melakukan hal yang sama. Raksasa-raksasa elektronik
macam ITT atau STL mulai memainkan peranan dalam mendalami riset-riset serat optik.
1987 David Payne dari Universitas Southampton memperkenalkan optical amplifiers yang
dikotori (dopped) oleh elemen erbium, yang mampu menaikan sinyal cahaya tanpa harus
mengkonversikan terlebih dahulu ke dalam energi listrik.
1988 Kabel Translantic yang pertama menggunakan serat kaca yang sangat transparan, dan
hanya memerlukan repeater untuk setiap 40 mil.
1991 Emmanuel Desurvire dari Bell Laboratories serta David Payne dan P. J. Mears dari
Universitas Southampton mendemontrasikan optical amplifiers yang terintegrasi dengan kabel
serat optik tersebut. Dengan keuntungannya adalah dapat membawa informasi 100 kali lebih
cepat dari pada kabel dengan penguat elektronik (electronic amplifier).
1996 TPC-5 merupakan jenis kabel serat optik yang pertama menggunakan penguat optik.
Kabel ini melewati samudera pasifik mulai dari San Luis Obispo, California, ke Guam, Hawaii,
dan Miyazaki, Jepang, dan kembali ke Oregon coast dan mampu untuk menangani 320,000
panggilan telepon.
1997 Serat optik menghubungkan seluruh dunia, Link Around the Globe (FLAG) menjadi
jaringan kabel terpanjang di seluruh dunia yang menyediakan infrastruktur untuk generasi
internet terbaru.
Jenis Fiber Optik
Fiber optik dibedakan menjadi dua jenis yang didasarkan pada mode transmisinya. Adapun jenis
fiber optik yaitu:
Kabel fiber optik single mode yaitu kabel jaringan yang memiliki transmisi tunggal, sehingga
hanya bisa menyebarkan cahayanya hanya melalui satu inti dalam suatu waktu.
Jenis fiber optik ini memiliki inti berukuran kecil dengan diameter sekitar 9 mikrometer yang
digunakan untuk mentransmisikan gelombang cahaya dari sinar inframerah dengan panjang
gelombang 1300-1550 nanometer.
Kabel fiber optik multimode merupakan kabel yang dapat mentransmisikan banyak cahayan dalam
waktu bersamaan karena memiliki ukuran inti besar yang memiliki diameter sekitar 625
mikrometer.
Kabel jenis ini biasanya digunakan untuk keperluan komersial yang pada umumnya diakses
banyak orang. Fiber optik ini mengirimkan sinar inframerah yang memiliki panjang 850-1300
nanometer.
Berikut ini adalah beberapa tipe kabel fiber optik yang umum digunakan:
Besar diameter core 5-10 mikrometer 50, 62.5 dan 100 mikrometer
Jenis pancaran cahaya 1319 dan 1510 Nanometer 850 dan 1300 nanometer
Kabel fiber optik memiliki cara kerja yang sangat berbeda dengan kebel pada umumnya. Berikut
adalah prinsip kerja fiber optik :
1. Mentransmisikan data dengan cara mengkonversi sinyal listrik yang diperoleh menjadi
gelombang cahaya.
Gelombang cahaya pada kabel fiber optic mampu membawa informasi lebih banyak dan
menyalurkannya ke jarak yang jauh dibanding kabel lain. Hal ini disebabkan bahan baku
yang digunakan merupakan serat kaca murni yang dapat terus memancarkan cahaya
secara terus menerus pada jarak yang tak terbatas.
2. Gelombang cahaya untuk kemudian disalurkan melalui kabel serat optik menuju
penerima/receiver pada ujung dari serat kabel optic lain.
Dapat disimpulkan bahwa kabel ini dapat mengurangi masalah gangguan gelombang
frekuensi bahan elektrik, sehingga sangat ideal jika digunakan pada kawasan yang
dikelilingi gelombang elektromagnetik yang tinggi.
Splicer Adalah alat yang digunakan untuk menyambungkan ujung kabel core dengan pigtail atau
ujung kabel core dengan ujung kabel core serta bisa juga untuk penyambungan dua kabel di dalam
joint closure.
2. Heater (Pemanas)
Heater merupakan salah satu alat yang digunakan saat melakukan penyambungan fiber optik yang
berguna untuk memanaskan kabel yang telah menjadi satu, bagian yang terbuka di beri pelindung
kemudian di panaskan dengan heater agar kuat dan tidak mudah lepas
3. Cleaver
Cleaver merupakan alat fiber optik yang di gunakan untuk meratakan ujung kabel FO agar ketika
di hubungkan tidak memiliki loss decibel yang besar.
4. Tang dan Pengupas FO
Alat ini digunakan untuk mengupas atau menguliti kabel fiber optik
Alkohol dan Tissue digunakan untuk membersihkan kaca pada kabel fiber optik. Kebersihan kaca
juga mempengaruhi kualitas kebel saat di splicing
Langkah kedua silahkan kalian ambil salah satu ujung serat optik kemudian kupas
pelindung serat optik (secondary coating) tersebut dengan fiber stripper, panjang ujung
serat optik yang dikupas kurang lebih sekitar 4 cm
Langkah selanjutnya, silahkan bersihkan ujung serat optik tersebut (hal ini ditujukan untuk
menghilangkan primary coating) dengan tissue yang sudah dibasahi dengan alkohol 90%
Lakukanlah pemotongan ujung serat optik tersebut dengan fiber cutter/ fiber cleaver, dan
pada tahap ini, kaian harus benar-benar melakukannya dengan rapih
Dibawah ini adalah ilustrasi sampel hasil pemotongan yang telah dilakukan, didalam
gambar ini juga, saya telah memperlihatkan bagaimana kategori pemotongan yang bagus
dengan hasil pemotongan yang tidak bagus
Jika hasil pemotongan maupun pembersihan berhasil baik maka proses penyambungan
dapat dilaksanakan, namun bila hasil potongan dan pembersihan tidak baik maka proses
diatas diulangi.
Laksanakan pemotongan dan pembersihan pada ujung serat optik dari kabel pasangannya
kemudian sambungkan, jangan lupa untuk memasukkan selongsong sambung pada salah
satu serat sebelum penyambungan serat kabel tersebut. Pemotongan dan pembersihan
dilaksanakan satu per satu setelah fiber sebelumnya disambungkan, perhatikan kode warna
dari masing-masing serat optik jangan sampai tertukar.
Untuk fusion splicer yang berjalan otomatis bila hasil pemotongannya baik maka tidak
akan keluar message error pada layar monitor.
Jika penyambungan berhasil dengan baik maka periksa redaman yang terjadi pada
sambungan tersebut (batas maksimal redaman 0,2 dB/splice). jika hasil redaman melebihi
batas, penyambungan dapat diulang kembali.
Penggunaan OTDR dan Power Meter
1. Objek OTDR
3. Setting OTDR
Dalam mengoperasikan OTDR, sebelum pengukuran perlu dilakukan Setting beberapa parameter
meliputi :
Prinsip pengukuran dengan power meter digunakan untuk menentukan Redaman total saluran
(total loss) kabel serat optik secara akurat.
Redaman serat optik merupakan fungsi panjang
gelombang, maka pengukuran harus dilakukan sesuai dengan panjang gelombang pada
perangkat transmisi.
2. Pengukuran dalam satuan decibel (dB)
Dengan menggunakan rumusan decibel diperoleh:
L(dB) = 10 log (daya masukan / daya keluaran).
L(dB) = 10 x log (0,1 mW / 0,05 mW).
L(dB) = 3 dB.
Disini dapat disimpulkan bahwa bila daya yang dimasukkan pada saluran, dan pada keluarannya
daya tinggal separuhnya maka daya tersebut teredam sebesar 3 dB.
Hasil yang sama pada loss dapat dicapai dengan menggunakan satuan dBm.
Pada contoh sebelumnya daya masuk 0,1 mW dikonversikan kedalam bentuk satuan dBm :
10 Log 0,1 = 10 x (-1) = -10 dBm.
Sedangkan daya yang diterima dari keluaran serat optik 0,05 mW dikonversikan kedalam bentuk
satuan dBm :
10 Log 0,05 = 10 x (-1,3) = -13 dBm
.
Oleh karena itu loss cahaya = -10 dBm -(-13 dBm) = 3 dB
Apabila garisnya lurus maka dapat dipastikan tidak ada gangguan dan sebaliknya apabila
FO itu putus maka grafi ini juga akan putus dan akan ditunjukkan terjadinya putus di Km
berapa setelah proses pengambilan grafik ini akan ditampilkan kembali data2 tentang distance
seperti gambar berikut
Disini akan ditunjukkan berapa besar distance pada FO dan terjadi pada Km keberapa
biasanya distance harus dibawah 0.1 apabila encapai limit 0.1 maka harus diadakn repair pada
kabel FO, biasanya distance yang besar ini ditemukan pada sambungan dan kabel yang terpelintir
(dalam kasus ini sambungan berada pada setiap 3Km dan sambungan tersebut dibungkus dengan
Universal Clorur ato UC).
Catatan :
Lakukan pengecekan ini sesuai banyaknya core (dlm kasus ini ada 24 core)
Pengukuran ini dilakukan dari dua sisi yaitu dari TELKOM blega ke TELKOM sampang
dan dari TELKOM sampang ke TELKOM blega hasil dari pengukuran dari kedua sisi ini
biasanya tidak akan sama distancenya makanya untuk menghitungnya jika distancenya
besar akan ditambahkan dengan hasil pengukuran dari sisi lainnya kemudian dibagi 2 dan
hasilnya harus dibawah 0.1