(SKKL)
Pengajar
Triprijooetomo, ST
Nip. 19640102 198903 1003
to China
SEAMEWE-
USA
Taiwan
Hong Kong
Myanmar
Macau
APC
APC
Philippine
SEAMEWE-
Thailand
BMP
Cambodia
Vietnam
SEAMEWE-3
to Far East
Europ
MT-2
APCN
SEAMEWE-
AP
Malaysia
Kuantan-
SEAMEWE-3
Brunei
B-
Malaysi
MEDAN
Singapore
APCN
to Far East
Europ
SEAMEWE-2
JAKARTA
SEAME
3
SURABAYA
JWAE-
SURAUS
to Australia and NZ
I.
SEJARAH SKKL
memikirkan untuk dapat menghubungkan dua negara yang terpisah oleh laut. Tetapi,
untuk dapat meletakan kabel didasar laut, beberapa pengujian dilakukan agar dapat
melindungi kabel dari air laut.
Hal ini menghadirkan suatu masalah yang cukup sulit untuk mendapatkan material
pelindung. Pada 1843, Michael Faraday dari Inggris menemukan gutta-percha (GP)
yang dihasilkan dari beberapa macam getah dari pohon di Malaysia. Material ini
mempunyai kualitas perlindungan yang bagus. Sejak itu dipelajari bagaimana
membuat kabel yang dilapisi oleh GP di Jerman dan Inggris.
Pada tahun 1847-1848, perkembangan terus dilakukan pada teknik pelapisan GP
dan pada tahun 1850, kedua bersaudara John dan Jacob Brett dari Inggris berhasil
dalam meletakkan kabel telegraf lapis GP pertama dibawah laut melewati selat Dover.
Namun kabel ini putus terkena gigi penangkap ikan hanya sehari setelah beroperasi.
Kedua bersaudara ini menerima kerjasama dari Thomas Russel Crampton yang
kabel laut
di
telekomunikasi pertama kali dan dapat melakukan kontak dengan Eropa melalui dua
rute dari Nagasaki yaitu melalui kabel laut Shanghai dan rute Siberia melalui kabel
darat lewat kabel laut Vladivostok. Dengan mencapai Eropa, Jepang dapat
berkomunikasi dengan Amerika melalui kabel laut Trans Atlantik.
Pada tahun 1902, Inggris melengkapi jaringan kabel lautnya dan dinamakan All
Red Route, dan merupakan kabel laut yang mengglobal yang terhubung dengan
berbagai tempat yang ada di seluruh dunia. Pada awal abad 20, terdapat berbagai jenis
konstruksi kabel laut diberbagai negara termasuk Perancis, Jerman, dan USA. Pada
tahun 1906, Jepang menghubungkan Tokyo-Chicijima melalui kabel laut. Sebagian
kabel Tokyo-Guam terhubung dengan kabel San Francisco-Hawaii-Guam-Manila.
Pembangunan kabel ini membuat Jepang dapat langsung berkomunikasi dengan
USA,sehingga tidak lagi melalui Eropa.
Dari pertengahan abad 19 sampai awal abad 20, Telegraf bawah laut melayani
sebagian besar telekomunikasi diberbagai tempat yang dipisahkan oleh lautan. Selama
periode itu, hampir 400.000 mil kabel laut telah dibangun didunia.
Era telepon pada kabel koaksial
Pada tahun 1943, Untuk pertama kalinya Inggris meletakkan kabel laut koaksial
dengan repeater sejauh 60 mil antara Anglesey dan Man Island di Laut Irish. Pada
tahun 1933 telah ditemukan polyethylene ditemukan di Inggris sebagai insulator,
dengan stabilitas baik, dan kapabilitas proses yang baik. Penemuan ini dikembangkan
lebih lanjut untuk digunakan pada kabel laut. Pada tahun 1956, Trans Atlantic Cable
No.1 (TAT-1) sukses dibangun antara USA dan Inggris. Ini merupakan kabel laut
koaksial pertama yang melalui lautan luas. TAT-1 dibangun berdasarkan teknologi
yang dikembangkan antara dua negara tersebut. Dengan TAT-1 dunia telekomunikasi
internasional telah melakukan langkah awal menuju modernisasi sistem. Dan pada
tahun 1959, kabel Trans Atlantic kedua (TAT-2) dibangun dengan sistem yang sama
seperti TAT-1.
Kesuksesan dari sistem kabel trans atlantik mendapat perhatian dari banyak
negara dan sejak itu kabel laut mulai banyak diletakkan secara besar-besaran seperti
di Atlantik, Pasifik, Laut Mediterrania, Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika dan
Asia Tenggara.
Indosat memiliki share kepemilikan pada beberapa SKKL Coaxial yang landing
Indonesia, yaitu : SKKL Menang (Medan-Penang) , SKKL IS (Indonesia-Singapore),
SKKL AIS (Australia-Indonesia-Singapore) dan SEA-ME-WE 1.
Di Amerika
II.
segala tingkat kedalaman air. Kabel ini juga didesain untuk dapat dilakukan perbaikan
pada semua kondisi lingkungan. Sebelum digunakan kabel laut akan diuji untuk
membuktikan apakah kabel tersebut dapat tahan terhadap cuaca buruk tanpa ada
penurunan performansi optik, elektris ataupun mekanis. Seluruh komponen kabel
termasuk pelindung kabel akan melewati proses kualifikasi untuk memastikan
keandalan dari sistem. Beberapa hal yang menjadi penuntun dalam proses kualifikasi
adalah :
Performansi transmisi : termasuk tegangan mekanis, jangkauan temperatur kabel
dan tekanan luar pada kabel selama proses pemasangan dan pengoperasian.
Performansi mekanis : termasuk pengadaan kapal, perbaikan dan pemeliharaan.
Performansi handling : termasuk transfer kabel dan penyimpanannya
Performansi keandalan : termasuk ketahanan terhadap air laut dan absorpsi air
ketika kabel putus.
Performansi operasional : termasuk pengoperasian kapal pada segala cuaca.
Gambar 2 merupakan gambar sistem kabel laut tanpa repeater. Sistem ini dapat
memberikan solusi ekonomis untuk jangkauan hingga 380 km. Pada kedua stasiun
menggunakan penguat yang pada umumnya adalah Raman Amplifier dan Remote
amplifier. Raman Amplifier akan mengirimkan sinyal dari stasiun B ketika terindikasi
ada sinyal informasi dari stasiun A. sinyal tersebut kemudian akan bergabung pada
stasiun A sehingga interaksi ini akan meningkatkan level sinyal yang akan dikirim.
Teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) akan mampu
membuat satu serat dapat mentransmisikan 10 Gb/s x 32 wavelength (320 Gb/s).
akan membuat sinyal yang diterima kurang baik. Untuk memecahkan masalah
tersebut maka digunakan penguat sehingga sinyal yang diterima akan dikuatkan
menjadi sama dengan sinyal yang dikirim. Pemakaian penguat juga akan menguatkan
efek dispersi dan gangguan lainnya pada link.
Pada awalnya, kabel laut menggunakan regenerator bawah laut yang tidak
hanya menguatkan sinyal namun juga akan memperbaikinya kedalam bentuk sinyal
10
10
asli. Regenerator merupakan suatu peralatan digital yang akan menghilangkan efek
distorsi dari dispersi sinyal dan selanjutnya akan mentransmisikan kembali sinyal
tersebut sehingga sinyal sama seperti ditransmisikan dari source. Proses perbaikan ini
lebih dikenal dengan sebutan 3R yaitu retiming, reshaping dan reamplification.
Proses 3R ini tidak bisa dilakukan pada komponen optik oleh karena itu sinyal harus
dikonversikan dalam bentuk elektrik, diproses dan dikonversikan kembali kedalam
bentuk optik kemudian ditransmisikan kembali.
Pada sistem bawah laut teknologi DWDM, regenerator 3R terlalu besar dan
mahal untuk diletakkan pada dasar laut, sebagai gantinya maka digunakan ErbiumDopped Fiber Amplifiers (EDFAs) dalam empat tahun terakhir sehingga sinyal dapat
dikirimkan sampai 9000 kilometer tanpa memerlukan regenerasi sinyal (regenerator
3R). Pada 1987 ilmuwan Universitas Southampton di Inggris menemukan bahwa jika
pada serat optik ditambahkan unsur erbium maka unsur tersebut dapat berfungsi
sebagai penguat optik yang ketika distimulasi dengan pompa laser akan meningkatkan
level sinyal selama perjalanan. Pompa laser adalah laser khusus yang akan
menguatkan sinyal tanpa konversi elektrik.
Penguat optik yang menggunakan EDFAs mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan menggunakan penguat opto-elektrik. Hal paling utama adalah EDFAs
menggunakan lebih sedikit ruang dan lebih andal karena komponen aktif hanyalah
pompa laser. EDFAs dapat mencapai peningkatan sinyal hingga 30 dB yang berarti
meningkatkan sinyal sampai seribu kali lipat.
Ketika kabel laut harus melewati lautan atau samudera maka sistem harus
memakai repeater. Repeater ini dipasang setiap jarak 40-90 kilometer. Jarak
pemasangan repeater tergantung pada panjang sistem dan kapasitas. Interval repeater
harus dipasang lebih dekat pada sistem dengan kapasitas besar. Untuk jarak repeater
yang lebih dekat, sistem dengan kapasitas yang besar memerlukan gain equalization
atau compensation unit untuk menghitung variasi gain pada wavelength. Gain
equalization akan dihasilkan dengan menggunakan filter equalizing. Filter ini
diletakan disamping repeater namun juga dapat ditempatkan sebagai unit tersendiri
sepanjang fiber setelah setiap 15 sampai 20 repeater.
11
11
terdiri dari komponen-komponen yang berada di perairan/laut dan dry plant yang
mencakup perlengkapan dan komponen-komponen yang diletakan di daratan berada
pada kedua ujung kabel.
12
12
Serat optik biasanya digunakan secara berpasangan karena sinyal pada umumnya akan
ditransmisikan secara dua arah.
Pada kabel laut, dimana serat optik rawan terjadi kerusakan akibat jangkar,
lalu lintas kapal dan sebagainya maka pada serat optik perlu ditambahkan semacam
pelindung yang akan melindungi serat optik dari kerusakan. Jenis pelindung yang
digunakan akan berbeda tergantung dari daerah dimana kabel laut diletakkan. Untuk
daerah pantai dimana kabel laut mengalami resiko tertinggi kerusakan karena
banyaknya aktifitas manusia pelindung yang digunakan adalah jenis double armour
atau rock double armour dimana pelindungnya dilapisi baja sehingga memberikan
perlindungan maksimum. Sedangkan pada daerah lepas pantai dimana resiko akan
kerusakan tidak terlalu tinggi jenis pelindung yang digunakan adalah single armour
ataupun lightweight. Gambar 4 menunjukkan jenis pelindung yang digunakan.
Diameter
Kedalaman
Lightweight Cable
17 mm
s/d 8000 m
28 mm
s/d 2000 m
31 mm
s/d 1500 m
46 mm
s/d 500 m
46 mm
s/d 200 m
13
13
gelombangnya. Pada sistem DWDM hal ini akan menyebabkan kecepatan sinyal
berjalan yang berbeda-beda. Pulsapulsa pada bit rate yang tinggi mempunyai kanal
yang relatif sempit sehingga jika terjadi dispersi sinyal-sinyal pada bit rate yang tinggi
akan cenderung untuk bergabung.
3. Non-linearitas
Pada sistem WDM, salah satu dari efek non-linearitas disebabkan karena
pencampuran empat gelombang. Tiga gelombang yang berdekatan akan berinteraksi
dan menciptakan gelombang lain yang sama dengan gelombang keempat. Gelombang
ini akan saling berinterferensi dengan gelombang sinyal.
(2) Equalizer
Equalizer
merupakan
komponen
wet
plant
yang
berfungsi
untuk
mengkonpensasi dispersi kromatik yang timbul pada serat optik. Equalizer hanya
digunakan pada SKKL yang menggunakan teknologi WDM seperti SMEWE 3.
14
14
Karena pada teknologi WDM akan menimbulkan gangguan pada serat optik yang
disebut dispersi kromatik.
(3) Branching Unit
Pada konfigurasi sistem kabel laut terdapat sistem yang menggunakan
beberapa landing point. Sistem ini memerlukan branching unit agar dapat
menghubungi beberapa landing point tersebut. Ada beberapa macam hubungan yang
dapat dibentuk pada peralatan optik yaitu : fiber add-and-drop, channel add-and-drop
dan fiber and channel add/drop. Dua tipe terakhir merupakan tipe yang digunakan
pada sistem yang memakai teknologi WDM.
(4) Repeater
Repeater dapat membuat sinyal yang ditransmisikan mencapai jarak yang
lebih jauh dengan menggunakan erbium-dopped fiber amplifier (EDFA) untuk
meningkatkan power dari sinyal. EDFA adalah serat optik yang intinya dikotori oleh
atom erbium. Atom erbium memiliki ion-ion yang mempunyai kemampuan menyerap
foton dengan panjang gelombang yang tinggi. Dengan adanya foton di dalam daerah
panjang gelombang emisi akan dapat mengawali proses terjadinya emisi yang
distimulasi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penguatan sinyal. Selain erbium,
unsur-unsur golongan lantanida lainnya yang dapat digunakan yaitu Neodymium dan
Praseodymium yang digunakan untuk penguatan sinyal pada panjang gelombang
disekitar 1,3
pada panjang gelombang disekitar 1,55 m. panjang gelombang yang dapat diserap
15
15
maupun dipancarkan oleh suatu ion bergantung pada besarnya perbedaan energi
antara tingkat dasar dengan tingkat yang lebih tinggi seperti pada persamaan sebagai
berikut:
16
16
17
17
18
18
pada setiap landing station akan dipasang NPE untuk dapat menangani
penyambungan otomatis dari trafik kabel utama ke kabel perlindungan. NPE
merupakan add/drop multiplekser SDH yang akan menggabungkan input-input STM1 menjadi output STM-16.
(4) Cable Terminating Box (CTB)
CTB berfungsi untuk menyambungkan kabel serat optik dari SLTE ke serat
optik dari kabel laut dan menyambungkan kabel power dari PFE ke lapisan konduktor
kabel laut. Dibawah ini adalah gambar dari CTB.
adalah
PDH
(Plesiochronous digital
hierarchy). Sistem
ini
tidak
menyinkronkan jaringan tetapi hanya menggunakan pulsa clock yang sangat akurat di
seluruh switching node sehingga laju slip di antara berbagai node tersebut cukup kecil
dan masih bisa diterima. Mode operasi seperti ini barangkali memang merupakan
suatu
implementasi
yang
paling
sederhana
karena
bersifat
menghindari
20
20
21
21
antar
sesama
jaringan
pada
pemultiplekan
hirarki
ke
4.
Tugas utama jaringannya adalah menyediakan trunk kapasitas besar antara sentralsentral telepon dengan DXC 4/4 untuk memungkinkan restorasi yang cepat terhadap
koneksi-koneksi jika sebuah simpul jatuh atau gagal berfungsi (mengalami
gangguan).
Dengan menggunakan DXC 4/4 dan peralatan terminal jalur untuk n x STM-1
(n x 155 Mbps), lebarpita yang paling kecil ditangani oleh jaringan transport,
granularitasnya (salah satu bagian kanal sebelum pemultiplekan) adalah STM-1
(ekivalen dengan kanal-kanal 63 x 2 Mbps atau 1890 x 64 kbps). Hirarki jaringan
turun lebih bawah, DXC 4/1 (penghubung hirarki ke 4 dengan hirarki ke 1) memecah
lebarpita STM-1 menjadi level VC-12 (yang membawa E1). Setiap VC-12 dapat
dirutekan secara individual ke simpul DXC 4/1 lainnya atau ke dalam jaringan akses.
22
22
Melalui suatu kombinasi DXC 4/4 dan 4/1, granularitas dari jaringan transport
menjadi E1 atau 2 Mbps (untuk Amerika T1 = 1,544Mbps). Sebuah DXC 4/1
digunakan untuk menyediakan granularitas VC-12 (E1) di antara lapisan-lapisan
transport dan lapisan akses.
Jaringan akses SDH umumnya tersusun dalam ring-ring (bentuk-bentuk
cincin) STM-1. ADM 4/1 (Add and Drop Multiplexer) untuk mendemultiplek aliran
STM-1 ke aliran E1, atau memultiplek aliran E1 ke dalam aliran STM-1 (hirarki ke 4
dengan hirarki ke 1). Sedang aliran-aliran E1 disediakan bagi para pengguna akhir
melalui antarmuka standar G.703. Mengacu pada gambar 13 tersebut, seperti telah
disinggung di atas, jaringan SDH dibagi menjadi dua lapisan (layer); lapisan transport
dan lapisan akses. Lapisan transport terdiri dari peralatan-peralatan DXC yang
berlokasi di sentral-sentral telepon serta koneksi-koneksi kapasitas tinggi di antara
sentral-sentral telepon. Sedang lapisan akses terdiri dari peralatan ADM yang
berlokasi di sentral-sentral telepon atau kabinet-kabinet di jalanan, yang merupakan
penyedia lebar pita saluran bagi para pengguna akhir.
23
23
III.
3.1
Aspek-aspek Perencanaan
Pada perencanaan pembangunan sistem Komunikasi kabel Laut (SKKL)
diperlukan beberapa analisa. Analisa tersebut meliputi beberapa aspek yaitu biaya
pembangunan dan perawatan, konfigurasi sistem dan rute kabel laut.
Analisa Biaya
Pembangunan kabel laut memerlukan biaya yang sangat besar mulai dari
pengadaan kabel yang panjangnya ratusan kilometer, pengadaan kapal laut untuk
peletakan kabel dan pembangunan landing point. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
analisa biaya agar pembangunan dapat berjalan secara efisien dan menguntungkan.
Gambar 14 di bawah ini menunjukan komposisi biaya yang diperlukan dalam
pembangunan kabel laut trans atlantik
24
24
$1.000.000 dan dipasang setiap jarak 40-90 kilometer panjang kabel, bahkan untuk
menghasilkan penguatan yang lebih baik jarak pemasangan akan lebih pendek.
Analisa biaya juga akan membuat perencanaan desain kapasitas maksimum
dari kabel laut. Modifikasi kapasitas kabel laut akan sulit dimodifikasi setelah
pembangunan selesai karena memerlukan biaya yang sangat tinggi oleh karena itu
dalam perencanaan harus diperkirakan berapa jumlah fiber dan repeater yang harus
dipasang sehingga dapat memenuhi kebutuhan bandwidth pada masa yang akan
datang, walaupun pada saat beroperasi hanya sebagian kapasitas yang terisi. Kabel
laut yang beroperasi pada kapasitas yang lebih tinggi memerlukan jarak pemasangan
repeater yang lebih pendek agar dapat mengatasi masalah attenuasi dan dispersi
sinyal. Pemasangan fiber yang lebih banyak juga memerlukan repeater yang lebih
banyak yang berarti penambahan biaya. Setiap pasang fiber harus dipasang repeater.
Pada sistem kabel laut yang akan datang akan dikembangkan kabel dengan dua
pasang fiber untuk menggantikan kabel dengan enam atau delapan pasang kabel. Hal
ini akan membatasi jumlah pemakaian repeater sehingga dapat mengurangi biaya.
Pada sistem yang beroperasi dibawah desain kapasitas maksimum, pihak
penyelenggara hanya akan membeli peralatan dry plant yang cukup untuk mengatasi
kapasitas tersebut. Biaya peralatan dry plant yang meliputi line terminal equipment
(LTE), wavelength termination equipment (WTE), and network protection equipment
(NPE) mencapai 14% pada sistem dengan kapasitas inisial. Namun, pada saat sistem
ditingkatkan kapasitasnya, biaya untuk dry plant dapat mencapai lebih dari 50% total
biaya. Hal ini dikarenakan adanya pemasangan peralatan baru untuk mendukung
peningkatan kapasitas. Gambar dibawah ini menerangkan komposisi biaya pada
sistem trans atlantik pada saat kapasitas maksimum.
Gambar 15. Komposisi biaya kabel laut Trans Atlantik pada kapasitas maksimum
25
25
Biaya peralatan dry plant juga meliputi jumlah landing point pada sistem kabel
tersebut. Rata-rata biaya pembangunan landing station sekitar $5 juta-$15 juta,
tergantung pada lokasi dimana landing station berada. Biaya pembangunan landing
station akan bervariasi menurut daerah ( Asia dan Amerika Latin adalah dua tempat
yang paling mahal untuk membangun landing station). Peraturan yang berlaku dan
perizinan membangun landing station pada suatu daerah akan ikut meningkatkan
biaya pembangunan kabel laut.
Kabel laut biasanya beroperasi dibawah kapasitas maksimum yang dimiliknya.
Pada peningkatan kapasitas, komponen biaya yang berpengaruh adalah hanya
komponen dry plant karena komponen wet plant tidak akan berubah terhadap
penambahan kapasitas kabel. Dengan peningkatan kapasitas maka persentase biaya
dry plant akan meningkat.
Biaya pemeliharaan kabel laut juga tergolong besar. Bagian pemeliharaan
harus membayar biaya pemeliharaan selama waktu teknis kabel untuk memonitor
peralatan, memperbaiki kabel rusak dan membayar gaji para staf. Biaya pemeliharaan
terlihat kecil jika dibandingkan oleh biaya pembangunan kabel. Namun, karena biaya
pemeliharaan dibayar secara rutin selama waktu ekonomis kabel yang berkisar 10
hingga 15 tahun maka akan menjadi besar jika diakumulasikan. Biaya tahunan dari
pemeliharaan kabel mencapai 3% s/d 5% dari total biaya pembangunan kabel. Jika
biaya pembangunan mencapai satu milyar dollar maka perkiraan biaya pemeliharaan
kabel laut sekitar 30 hingga 50 juta dollar pertahun..
Biaya pemeliharaan kabel laut dibagi atas dua komponen yaitu biaya
pemeliharaan wet plant dan pemeliharaan dry plant. Biaya pemeliharaan wet plant
meliputi perbaikan kabel laut, perbaikan atau penggantian repeater dan branching unit
yang mengalami kerusakan dan sebagainya.
Untuk komponen dry plant meliputi pembayaran gaji teknisi dan insinyur yang
mengawasi sistem kabel, pengadaan sistem pendingin, dan listrik untuk power feed.
Biaya dry plant akan tergantung dari jumlah landing station yang ada. Untuk
mengurangi biaya pemeliharaan komponen dry plant, beberapa penyelenggara kabel
laut menempatkan landing station pada landing station yang sudah digunakan oleh
kabel lain, pemilihan cara ini juga mempunyai manfaat lain yaitu adanya kemudahan
dan biaya yang relatif murah untuk interkoneksi antar sistem skkl, sebagai contoh
Indosat mempunyai landing station untuk kabel laut Sea-Me-We 2 dan 3, APCN,
Jasuraus di Ancol.
26
26
Analisa Konfigurasi
Konfigurasi dari sistem juga harus diperhatikan dalam perencanaan karena
akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan. Konfigurasi ini meliputi daerah
cakupan sistem, jumlah fiber yang akan digunakan , dan arsitektur dari landing point.
Pada perencanaan kabel laut, observasi daerah cakupan sistem penting
dilaksanakan agar sistem dapat melakukan rute kabel yang efisien dan aman. Kabel
laut harus menghindari daerah-daerah pusat kegiatan yang rawan akan kerusakan
kabel. Daerah-daerah pusat kegiatan meliputi daerah penangkapan ikan, penggalian
pasir dan latihan perang. Dengan menghindari daerah-daerah ini maka frekuensi
kerusakan kabel laut dapat ditekan serendah mungkin.
Untuk menghasilkan kapasitas yang besar pada serat optik, salah satu solusi
adalah memasang fiber dalam jumlah yang banyak. Pada pemasangan serat optik di
darat hal ini dapat dilakukan karena biaya perizinan pemasangan serat optik sangat
besar sehingga akan lebih efisien jika memasang serat optik dalam jumlah besar untuk
mengatasi kebutuhan bandwidth masa yang akan datang daripada kembali menambah
jika ada permintaan kebutuhan selain itu rentang jarak serat optik relatif lebih pendek
dibandingkan kabel laut sehingga tidak memerlukan repeater. Pada pemasangan serat
optik di laut hal ini akan memerlukan biaya yang besar, pemasangan serat optik dalam
jumlah besar akan membutuhkan repeater yang lebih banyak sementara harga repeater
sangat mahal maka pemasangan fiber dalam jumlah besar untuk mengantisipasi
kebutuhan bandwidth akan membuat biaya meningkat tajam (37% biaya
pembangunan adalah untuk pengadaan repeater). Dengan kondisi demikian maka
harus dilakukan analisa sehingga penyelenggara dapat menekan biaya namun juga
dapat mengantisipasi kebutuhan bandwidth. Pada umumnya jumlah fiber yang
dipasang pada kabel laut adalah tiga pair (enam core) atau dua pair (empat core)
sedangkan di darat jumlah fiber yang dipasang adalah 48 pair (96 core).
Perencanaan kabel laut juga harus memikirkan topologi jaringan yang cocok
untuk sistem tersebut. Ada beberapa macam topologi jaringan yang dapat digunakan
pada sistem kabel laut yaitu:
a. Point To Point
Topologi jenis ini sering digunakan ketika sistem masih memakai kabel
koaksial dan juga sistem kabel laut yang digabungkan dengan satelit. Model ini
dipakai pada kabel laut China-Japan. Kelebihan model ini adalah desain yang
27
27
sederhana. Namun, model ini mempunyai kelemahan yaitu jika link atau terminal
mengalami gangguan maka sistem tidak berfungsi.
28
28
pengaturan jalur akan lebih fleksibel. Jalur pada sistem ini akan lebih pendek
dibanding model lain sehingga tidak memerlukan repeater. Dengan tidak
menggunakan repeater maka perencanaan design capacity akan menjadi lebih baik.
Contoh model ini adalah pada Japan Information Highway (JIH)
Untuk mengatasi kendala biaya yang besar pada arsitektur loop maka dibuat
alternatif lain dimana loop ditempatkan pada daerah rawan kerusakan seperti pada
gambar di bawah ini. Pada daerah yang rawan akan kerusakan dibuatkan branching
unit sehingga ketika terjadi kerusakan dapat memakai rute alternatif menggunakan
landing point yang lain. Pada daerah laut dalam digunakan single route, sehingga
biaya system dapat ditekan. Dengan demikian prinsip/konsep ring masih terpenuhi
dan biaya dapat ditekan.
pembangunan dan pemeliharaan kabel laut wajib mematuhi peraturan dari pemerintah
daerah setempat dimana lokasi kabel laut berada. Adakalanya koordinasi diperlukan
dengan berbagai kegiatan lainnya yang beroperasi disekitar daerah kabel laut seperti
perkumpulan nelayan.
Untuk menetapkan berbagai peralatan yang akan digunakan pada kabel laut
memerlukan waktu pembangunan sekitar satu sampai dua tahun setelah perencanaan.
30
30
32
32
33
33
informasi apakah sistem dalam keadaan baik atau mengalami degradasi. Ketika sistem
mengalami kerusakan maka dilakukan beberapa tindakan seperti rencana perbaikan
sebelum sistem mengalami malfungsi. Frekuensi pemeriksaan ditentukan melalui
diskusi antara Maintenance Authority (MA). Beberapa perubahan menyangkut item
pemeliharaan dapat dilakukan oleh MA sepanjang tidak menambah biaya. Namun,
jika menambah biaya maka MA dapat melaporkan pada komite tingkat tinggi yang
mengontrol masalah perkembangan proyek yaitu Management Committee (MC).
Aktivitas lain yang dilakukan oleh MA adalah memberikan penjelasan kepada
pihak-pihak yang terkait seperti perkumpulan nelayan, pemerintah daerah dan
angkatan laut.
Prinsip pemeliharan dari kabel laut konstruksi dan pemeliharaan dimuat pada
perjanjian konstruksi dan pemeliharaan fasilitas yang terdapat pada terminal kabel
laut di suatu daerah merupakan tanggung jawab dari pihak yang berada pada daerah
tersebut. Untuk pemeliharaan fasilitas bawah laut para peserta akan membagi biaya
pengadaan kapal untuk perbaikan kabel laut. Koordinasi dan prosedur diperlukan
untuk melaksanakan perbaikan secara tepat waktu. Pemeliharaan kabel laut dibagi
menjadi dua kategori yaitu pemeliharaan rutin dan pemeliharaan darurat.
1. Pemeliharaan Rutin
Ketika kabel laut beroperasi normal, level dari sinyal penuntun dan tone
pengatur dari sistem akan dimonitor secara periodik dan dicek sebagai suatu
pemeliharaan rutin pada terminal kabel. Pekerjaan ini dilakukan oleh staf dan sesuai
dengan petunjuk pemeliharaan serta prosedurnya. Data tersebut akan saling
dipertukarkan diantara kedua terminal kabel laut sehingga dapat dilihat keabsahannya.
35
35
2. Pemeliharaan Darurat
Kabel laut terdiri
repeater di bawah laut. Bagian terbesar dari perlengkapan terminal kabel diberikan
untuk cadangan, sehingga jalur transmisi dapat dialihkan melalui sistem cadangan
ketika terjadi kerusakan pada perlengkapan. Hal ini akan membuat pelayanan
komunikasi dapat diminimalisir. Sementara itu perbaikan bawah laut oleh kapal akan
memakan waktu lama dengan mematikan seluruh sirkuit. Oleh karena itu sirkuit
internasional dapat dirute ulang melalui satelit selama perbaikan.
a .Perbaikan Sirkuit Kabel
Ketika suatu sistem kabel sedang dibangun, rencana perbaikan sirkuit akan
disertakan untuk menentukan prosedur rute ulang pada satu sirkuit selama terjadi
kerusakan. Sirkuit internasional melalui kabel akan disambung segera mungkin
melalui kanal yang telah disetujui pada sistem cadangan selama proses perbaikan.
b. Perbaikan Fasilitas Bawah Laut
Ketika terjadi kerusakan di bawah laut, maka kerusakan tersebut secara
elektris berada diantara kedua terminal kabel. Kapal kabel yang telah disetujui untuk
perbaikan pada persetujuan kapal kabel akan memutuskan jalur untuk dapat
memperbaiki kerusakan kabel. Pekerjaan perbaikan ini akan memakan waktu satu
sampai dua minggu. Kapal kabel laut harus sudah siap untuk berangkat segera setelah
ada permintaan perbaikan kabel.
36
36
IV.
Feasibility Study
Pada feasibility study dilakukan suatu analisa dan perkiraan yang disebut
dengan desktop study. Pada desktop study ini akan dipelajari tentang konfigurasi
sistem, landing point, rute dan asumsi/perkiraan kebutuhan kapasitas. Beberapa item
yang ada pada desktop study adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data dan informasi yang meliputi: topografi laut, struktur
geologi laut, daerah penangkapan ikan, daerah reklamasi.
b. Analisa dan evaluasi data dan informasi yang telah dikumpulkan
c. Perencanaan berdasarkan data dan informasi
d. Studi mengenai daerah yang diperbolehkan dan dilarang untuk pemasangan
kabel.
e. Pemilihan rute alternatif dan landing point
f. Perbandingan dan evaluasi pemilihan rute dari sisi teknis dan ekonomis
g. Pemilihan prioritas rute alternatif dan landing point
h. Penghubungan setiap landing point yang sesuai
i. Keputusan melakukan rute awal
37
37
Hasil dari desktop study akan dibawa ke Data Gathering Meeting (DGM). Pada tahap
ini belum ada organisasinya dan hanya dilakukan melalui koordinasi parties.
Feasibility study memerlukan waktu kurang lebih satu tahun.
4.2
Perencanaan
Pada tahap perencanaan masalah yang dibahas adalah perkiraan biaya, harga
dan konfigurasi. Semua masalah ini akan dibawa ke dalam Data Gathering Meeting
kedua (DGM-2), Potential Investor Meeting (PIM), dan Expert Meeting. Tahap
perencanaan memerlukan waktu kurang lebih satu tahun. Berbeda dengan feasibility
study, pada tahap perencanaan sudah dibentuk organisasi yang akan membahas
masalah tersebut. Bagan organisasi yang akan dibentuk adalah seperti berikut :
IPG
C&MA WG
T&O WG
F&C WG
Organisasi ini dipimpin oleh IMC yang ditempati oleh level general manager
atau direksi. IPG pada struktur ini akan menangani masalah tender.
4.3
Pembangunan
Tahap pembangunan memakan waktu satu sampai dua tahun. Tahap ini
diawali dengan adanya penandatanganan kontrak, baik kontrak antar pemilik kabel
38
38
laut maupun kontrak kearah penyuplai. Kontrak antara pemilik dimuat dalam C&MA
agreement. Setelah ditandatanganinya C&MA, antar parties akan membentuk struktur
organisasi seperti dibawah ini :
: Management Committee
PG
: Procurement Group
O&M SC
AR&R SC
CBP
F&C SC
sehingga dapat
mencapai standar kualitas yang diinginkan. Seperti halnya TWG yang mempunyai
prosedur FAT, QAWG juga mempunyai prosedur yang dinamakan Sistem
Assembling Test (SAT) untuk memeriksa hubungan kabel yang sudah siap untuk
diletakkan. Pemuatan kabel ke dalam cableship juga berada di bawah kontrol QAWG.
d. Commissioning & Acceptance Working Group (C&AWG)
C&AWG adalah working group yang bertanggung jawab untuk inspeksi
mendadak melalui purchasers acceptance test, commissioning & acceptance test.
C&AWG mendiskusikan hasil test tersebut, melaporkan dan melaksanakan kalkulasi
kembali terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi. Prosedur-prosedur test ini dibuat
oleh TWG.
e. Marine activities Working Group (MAWG)
MAWG adalah working group yang bertanggung jawab untuk menentukan
Straight Line Diagram (SLD) dan Route Position List (RPL) untuk menentukan rute.
40
40
Pada proses pelaksanaan TWG akan berperan sebagai technical support terutama
dalam masalah structural seperti kabel dan repeater.
4.4
Operasional
Pada tahap operasional sudah terbentuk organisasi yang mengurusi masalah
rutin yang terkait jaringan, keuangan dan restorasi. Struktur organisasi yang terbentuk
pada tahap operasional adalah seperti gambar 27 dibawah ini.
: Restoration Committee
FA
: Financial Administrator
NA
: Network Administrator
41
41
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
RFS
Terminasi Dini
Usia Pakai
GPT
1989
2003
14 Tahun
BS
1991
Rencana 2004
13 Tahun
BMP
1992
Rencana 2004
12 Tahun
TPC-4
1992
Rencana 2004
12 Tahun
APC
1993
Rencana 2004
11 Tahun
Khusus untuk SKKL yang landing di Indonesia (Jakarta dan Medan), saat ini ada
tiga SKKL utama yaitu :
SEAMEWE 2 : sudah beroperasi 9 tahun (RFS 1994)
SEAMEWE 3 : sudah beroperasi 4 tahun (RFS 1999)
APCN
Mengacu kepada masa operasional yang semakin mendekati 10 tahun, maka dalam
tempo 4-5 tahun ke depan Indosat harus memiliki SKKL yang baru. Mengingat masa
perencanaan dan pembangunan memakan waktu dua sampai tiga tahun maka tahun
2004-2005 Indosat harus sudah ikut berpartisipasi pada pembangunan sistem SKKL
baru untuk wilayah cakupan yang sebanding dengan SKKL APCN maupun
SEAMEWE 3.
Sedangkan untuk terminasi dini SKKL SEAMEWE-2 kemungkinan masih bisa
diatasi dengan jalan memidahkan trafik ke SKKL SEAMEWE-3 karena cakupan
negaranya sebagian besar sama. Namun bila terminasi dini SKKL SEAMEWE-2 ini
terjadi maka sarana hubungan ke wilayah Asia Selatan Timur Tengah Eropa hanya
melalui satu rute saja, tidak ada diversity route-nya. Diversity route sangat diperlukan
terutama untuk wilayah-wilayah yang rawan gangguan/putus SKKL.
V.
Pada pembangunan kabel laut, telah direncanakan berapa besar kapasitas yang
akan dipasang untuk dapat mengatasi kebutuhan bandwidth pada daerah yang
bersangkutan selama waktu teknis dari kabel laut tersebut. Kapasitas dari kabel laut
mungkin tidak akan seluruhnya digunakan pada masa sekarang karena pemasangan
kapasitas merupakan perkiraan dari kebutuhan bandwidth sampai waktu teknis kabel
laut. Dengan adanya kapasitas yang tidak digunakan ini, akan menjadi beban bagi
pemilik (parties) kabel laut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep yang baik dalam
pengalokasian kabel laut. Gambar 28 di bawah ini menunjukkan alokasi kapasitas
pada kabel laut. Konsep ini hanya berlaku pada Model Konsorsium.
2. Assigned Capacity
Assigned capacity adalah besar kapasitas yang terjual
kabel laut. Besarnya assigned capacity yang dibagikan kepada masing-masing parties
tergantung kepada besarnya investasi yang dikeluarkannya.
3. Notional Capacity
Notional capacity diciptakan berdasarkan analisa harga kapasitas. untuk
menutupi biaya pembangunan kabel laut, secara ideal harga kapasitas ditetapkan
berdasarkan biaya pembangunan dibagi dengan besar kapasitas sistem yang dalam hal
ini adalah Designed Capacity. Namun karena yang terjual hanya sebesar Assigned
Capacity maka pendapatan yang diperoleh tidak dapat mencukupi biaya pembangunan
oleh karena itu harga harus dinaikkan menjadi biaya pembangunan dibagi dengan
besar Assigned Capacity, tetapi harga ini akan menjadi tidak kompetitif di pasaran
karena terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut maka harga harus diturunkan
sehingga kompetitif. Harga ini diperoleh dengan membagi biaya pembangunan
dengan besar kapasitas tertentu yang disebut dengan notional capacity. Notional
capacity ini yang akan didistribusikan kepada para peserta kabel laut.
4. Underwriting Capacity
Underwriting capacity adalah selisih antara notional capacity dengan assigned
capacity. Underwriting capacity merupakan besar kapasitas tambahan yang harus
didistribusikan/dijual agar harga kompetitif. Untuk mengatasi hal ini maka
underwriting capacity ini harus ditanggung oleh parties. Besarnya kapasitas yang
harus ditanggung oleh parties tergantung dari kesanggupan investasi parties dan
disepakati oleh sesama parties.
5. Common Reserve Capacity
Common Reserve capacity adalah besar kapasitas yang belum didistribusikan
kepada parties dan merupakan selisih antara designed capacity dengan notional
capacity. Kapasitas ini biasanya digunakan untuk keperluan lain seperti :
Upgrade Notional capacity
Setiap parties akan mendapat tambahan alokasi kapasitas yang besarnya
proporsional dengan kepemilikannya dan tanpa ada tambahan investasi. Upgrade
Notional capacity dilakukan melalui kesepakatan di rapat MC (Management
Committee)
Dijual sebagai IRU (Indefeasible Right of Use) kepada non Parties
3. Untuk mengatasi hal ini maka harga harus dibuat menjadi kompetitif, jika
melalui pengamatan didapat
maka dapat dicari besar kapasitas yaitu : $100 juta / $1.000 per Mbps = 10 x
3
10 Mbps = 10 Gbps. Dan ini merupakan besar notional capacity yang harus
terjual/terdistribusikan. Berarti ada selisih 4 Gbps yang harus terjual dan
disebut dengan underwriting capacity. Underwriting capacity ini akan
didistribusikan kepada para peserta kabel laut dan besarnya sebanding dengan
besar assigned capacity yang dimiliki para peserta. dan besarnya sesuai dengan
kesepakatan bersama antar parties.
Ekspansi Notional Capacity
Ekspansi Notional Capacity (NC) dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pasar
yang semakin membesar. Pada dasarnya ekspansi ini hanya merupakan penambahan
alokasi kapasitas ke setiap parties yang diambil dari CRC (Common Reserved
Capacity). Kapasitas hasil ekspansi
tambahan peralatan SKKL baik pada wet plant maupun pada dry plant.
Walaupun didapat dengan tanpa tambahan investasi, Ekspansi NC ini bisa
berdampak positif atau negatif bagi suatu parties. Bila kebutuhan kapasitas suatu
parties tinggi maka ekspansi ini menguntungkan. Akan tetapi bila kebutuhan kapasitas
suatu parties rendah dan parties tersebut masih memiliki kapasitas yang idle
(Underwritting Capcity) maka ekspansi ini kurang menguntungkan.
Sebetulnya dalam C&MA ada aturan yang menyatakan bahwa Notional
Capacity akan di-ekspansi apabila kapasitas Underwritting Capacity seluruh parties
sudah habis. Artinya : apabila suatu parties A membutuhkan kapasitas tambahan
diluar porsinya dan kapasitas idle sejumlah parties masih tersedia (dikumpulkan
dalam suatu pool), maka parties A harus membeli kapasitas dari pool (sifatnya
ownership). Dana hasil penjualan ini akan didistribusikan kepada parties yang
mempunyai kontribusi kapasitas idle dalam pool tersebut secara proporsional.
Di dalam C&MA dinyatakan bahwa setiap aturan dalam C&MA dapat diubah,
termasuk aturan ekspansi, apabila disetujui oleh MC (Management Committee).
Biasanya keputusan ini dilakukan secara voting. Pada kasus ekspansi SKKL APCN
maupun SKKL SEA-ME-WE-3 sebagian besar parties menyetujui adanya ekspansi,
termasuk operator-operator Asia Tenggara (CAT, SingTel, TM, PLDT). Operatoroperator ini demand trafiknya sangat tinggi dibandingkan Indosat. Dalam kasus
ekspansi ini bisa dikatakan hanya Indosat yang menolak.
Akibat dari adanya persetujuan MC baik SKKL APCN maupun SKKL SEAME-WE-3 telah mengalami ekspansi 2 kali. Pada hasil Ekspansi ke-1 Notional
Capacity berubah menjadi 200% dari kapasitas awalnya (kapasitas pada saat tanda
tangan C&MA). Dalam kurun waktu sekitar 1 tahun sejak Ekspansi ke-1 dilakukan
lagi ekspansi NC yang ke-2 sehingga kapasitas NC menjadi 400% dari kapasitas
awalnya. Dengan demikian kapasitas SEA-ME-WE-3 yang semula dialokasikan untuk
Indosat sebesar 720.00 MIU-Km berubah menjadi 1.440.000 MIU-Km pada ekspansi
ke-1 dan terakhir menjadi 2.880.000 MIU-Km pada ekspansi ke-2.
Pada saat ini utilisasi kapasitas SEA-ME-WE-3 oleh Indosat sudah sekitar
800.000 MIU-Km. Bila dilihat dari alokasi awalnya (720.000 MIU-Km) utilisasi ini
sudah melebihi alokasi. Akan tetapi karena ekspansinya dilakukan 2 kali dengan
besaran ekspansi sangat besar (100% dari kapasitas sebelumnya) maka sejak ekspansi
ke-1 pun Indosat ( dengan kapasitas 1.440.000 MIU-Km) sudah kelebihan kapsitas.
Upgrade Design Capacity
Pada upgrade design capacity akan dilakukan penambahan peralatan pada
komponen dry plant untuk mendukung penambahan kapasitas. Upgrade ini akan
dilakukan ketika design capacity sudah tidak mendukung kebutuhan pasar, sedangkan
kapasitas sistem masih bisa ditingkatkan sehingga dengan penambahan dry plant
sistem akan memiliki kapasitas yang lebih tinggi. Ketika sistem dibangun, masalah
upgrade design capacity harus dipertimbangkan, sistem harus diperkirakan berapa
besar kapasitas yang akan diupgrade Karena menyangkut masalah repeater spacing.
Sistem dengan kapasitas besar memerlukan jarak pemasangan repeater yang lebih
pendek sehingga jumlah repeater yang digunakan harus lebih banyak. Karena
komponen wet plant akan lebih efisien jika pemasangannya dipasang untuk kapasitas
upgrade maksimal.
Upgrade design capacity perlu dilakukan untuk dapat melayani permintaan
kapasitas yang semakin meningkat. Pada umumnya kabel laut diprediksi untuk dapat
mengantisipasi kebutuhan kapasitas sampai dengan lima belas tahun mendatang.
Namun, tidak jarang permintaan kapasitas pada kabel laut tersebut sangat tinggi
sehingga sistem tidak dapat melayani perkiraan kebutuhan kapasitas sampai lima
50
50
belas tahun mendatang. Hal ini terjadi pada SKKL APCN. APCN dibangun dengan
perkiraan dapat melayani kebutuhan kapasitas sampai lima belas tahun sejak
beroperasi yaitu tahun 1997 dengan jaringan seperti gambar di bawah ini.
Ternyata pada Juni 2003 yaitu sekitar enam tahun sejak beroperasi,
penggunaan kapasitasnya sudah sangat tinggi yaitu sekitar 75 % sesuai dengan data
sebagai berikut :
Indonesia-Malaysia
Indonesia-Singapura
: Fill rate 75 %
Indonesia-Australia
: Fill rate 94 %
Berikut ini adalah alokasi kapasitas yang telah disepakati pada sistem APCN
1. Pemenuhan Kebutuhan Kapasitas
Parties
Dalam memenuhi kebutuhan kapasitasnya, parties dapat memperoleh dari
beberapa cara yaitu :
o Prioritas pertama beli kapasitas DUC (Defined Underwritten Capacity)
dari
51
51
52
52
b. Allocated Capacity
Assigned Capacity (AC)
Merupakan kapasitas yang akan dibagikan kepada parties. Pembagian kapasitas
ini sesuai dengan kesepakatan bilateral yang telah dibuat dan telah dialokasikan
rutenya.
Reserved Underwritten Capacity (RUC)
o Kapasitas Cadangan Parties
o Belum mempunyai counter part Administrasi LN sehingga belum
dialokasikan rutenya
o Untuk keperluan sendiri
o Tidak bisa dijual
Defined Underwritten Capacity (DUC) = Pool Capacity
Umumnya dimiliki oleh TP (Terminal Parties) / IP (Initial Parties), karena
ada minimum investement. => Kapasitas bisa melebihi kebutuhan.
Hanya bisa dijual ke sesama parties (secara ownership)
Harga DUC tergantung pada total Allocated Capacity. Bila ada expansi
harga DUC menjadi turun karena Allocated Capacity membesar, sehingga
harga DUC menjadi jauh lebih murah dari harga IRU.
Hasil ekspansi dapat dimasukan sebagai DUC.
Tidak semua parties memiliki DUC.
DUC seluruh parties dikumpulkan dalam Pool
Pembagian penjualan DUC : Proportional dengan share parties dalam pool.
Common Reserve Capacity (CRC)
Pada APCN, CRC ini akan digunakan untuk restorasi, IRU Sales, Occasional
use, dan ekspansi kapasitas.
53
53
Proses Aktivasi
Aktivasi dari Reserve capacity
Konversi dari reserved capacity atau pool menjadi assigned capacity dengan
mengajukan form CCR (Capacity Conversion Request) ke NA (Network
Administrator)
Apabila sudah disepakati oleh NA, selanjutnya mengirimkan form CAR
(Capacity Activation Administrator) ke NA
Bila merupakan sirkit JAC (Jointly Assigned Capacity) perlu persetujuan
operator lawan
NA akan mengirimkan konfirmasi persetujuan dalam bentuk form CAA
(Capacity Acknowledgement request)
o Aktivasi yang sudah berstatus AC (Assigned Capacity)
Mengirimkan form CAR (Capacity Activation Request) ke NA
Bila merupakan sirkit JAC perlu persetujuan operator terkait
54
54
Aktivasi sirkit yang menggunakan kapasitas half Party A dan half Party B
Wholly Assigned Capacity (WAC)
Aktivasi sirkit yang menggunakan 2 half milik Party A atau 2 half Party B dan hanya
untuk hubungan Domestik
Contohnya : sirkit Indosat untuk hubungan Jakarta-Batam (Via Singapura)
Liberalisasi penggunaan Kapasitas Untuk Aktivasi WAC di SKKL APCN
1. WAC untuk Transit Out
Traffik berasal dari Landing point Country SKKL APCN keluar sistem dan masuk
Ke sistem kabel lainnya dan terminasi di negara diluar Landing point SKKL APCN
contoh : Trafik Internet Indosat Ke USA ( APCN-China US)
55
55
Trafik berasal dari SKKL lain di luar APCN, masuk ke dalam SKKL APCN
kemudian ke luar sistem untuk masuk ke SKKL lainnya dan terminasi di negara di
luar negara Landing point SKKL APCN contoh : Trafik India-ke-USA via singapura
(SEAMEWE APCN-China-US)
3. WAC untuk Transit-in
Trafik berasal dari negara di luar Country SKKL APCN melalui kabel lain dan masuk
ke SKKL APCN dan terminasi di negara Landing point SKKL APCN contoh : Trafik
USA ke Indonesia ( MCII USA - MCII Indonesia)
4. WAC untuk Transit Within
56
56
Trafik berasal satu negara Landing point APCN dan terminasi di salah satunegara
Landing Point SKKL APCN contoh : Trafik Jepang ke Indonesia (KDDI JepangKDDI Indonesia)
Kondisi Saat ini mengenai Transfer dan Jual beli kapasitas
1.Transfer Kapasitas kepada Subsidiary
- Suatu Party dapat melakukan transfer Kapasitasnya kepada Subsidiary-nya
dengan kepemilikan 100%, dan subsidairy harus memiliki lisensi internasional serta
memenuhi aturan di negara dimana subsidiary tersebut beroperasi
- Transfer kapasitas kepada subsidary dalam bentuk right of use (bukan
Ownership)
2. Jual Beli Kapasitas
Jual beli diadministraikan melalui NA (Network Administrator) dan harga
berdasarkan ketentuan dan perhitungan FA (Finansial Adminsitrator) dan tidak lebih
murah dari harga kapasitas waktu investasi serta harus mendapat persetujuan MC
(Management Committee).
a. Penjualan DUC
Penjualan kapasitas kepada Parties Eksisting yang memerlukan tambahan
kapasitas. Kapasitas yang dijual berasal dari kapasitas Party APCN yang memiliki
DUC, sehingga hasil penjualan didistribusikan sesuai prosentasi DUC Party APCN.
b. Penjualan IRU
Penjualan kapasitas kepada Carrier lain diluar Party APCN yang dalam
C&MA. Kapasitas yang dijual berasal dari CRC (Pool Capacity) dan hasil penjualan
Kapasitas didistribusikan kepada Parties APCN sesuai share masing-masing Party..
Liberalisasi mengenai Transfer dan Jual beli kapasitas
1.Transfer Kapasitas kepada Subsidiary
Suatu Party dapat melakukan transfer Kapasitasnya kepada :
Subsidiary dengan kepemilikan cukup lebih dari 50%, dan subsidairy
harus
beroperasi.
Transfer dapat dilakukan antar Parties APCN saat ini.
Transfer dapat dilakukan kepada Telecommunications entities lainnya
57
57
58
58
V.
6.1
ditemukannya
berbagai
aplikasi
teknologi.
Teknologi
telekomunikasi
yang
59
59
140
120
100
80
60
40
(Total Transatlantic
demand,Tbps)
160
20
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
0
2001
0
2000
berbagai
aplikasi
teknologi.
Teknologi
telekomunikasi
yang
gambar terlihat
perbandingan antara jumlah sistem kabel yang diaktifkan dengan kebutuhan kapasitas
pada jalur Transatlantik. Dengan adanya dorongan aplikasi-aplikasi jasa baru ini pada
periode 2001-2004-2007, pembangunan sistem kabel baru mengikuti siklus tiga
tahunan dimana setiap tiga tahun harus dibangun sistem kabel baru. Namun pada
tahun 2009 terlihat bahwa pembangunan kabel baru semakin tidak mencukupi
kebutuhan kapasitas untuk masa yang akan datang sehingga diperkirakan
pembangunan SKKL baru siklusnya menjadi kurang dari tiga tahun.
Peningkatan kebutuhan bandwidth akan mendorong pembangunan kabel baru.
Penerapan teknologi transmisi pada pembangunan kabel membuat kapasitas kabel
semakin besar namun dengan biaya yang relatif sama, hal ini akan membuat
penurunan harga kapasitas. Dengan harga yang murah akan banyak aplikasi teknologi
yang diterapkan sehingga hal ini akan mendorong peningkatan kebutuhan bandwidth
lagi, proses ini akan terus berlangsung sehingga membentuk siklus bandwidth.
Penggunaan kapasitas sirkit akan terus mengalami perubahan bukan hanya
dari segi jumlah pemakaian tetapi juga dari ragamnya. Perubahan ini akan tergantung
60
60
dari kemajuan teknologi yang telah dicapai, sebagai contoh sejak internet berkembang
di dunia maka permintaan kapasitas makin meningkat. Kapasitas ini sebagian besar
digunakan untuk sarana komunikasi data yang sangat berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya yang didominasi oleh komunikasi suara. Sebagai perbandingan, dibawah
ini disajikan data perkembangan pemakaian kapasitas sejak tahun 1995 sampai tahun
1999 di USA.
100%
90%
80%
70%
60%
Idle
50%
PSTN
40%
IPL
30%
20%
10%
0%
1995
1996
1997
1998
1999
IPL
PSTN
Idle
1999
375.503
212.243
252.232
6.2
kepemilikan konsorsium kemudian berganti menjadi private dan sponsor. Masingmasing model tersebut memiliki keuntungan dan kerugiannya.
1. Model Konsorsium
Pada model konsorsium biaya pembangunan kabel laut diperoleh dari investasi
para anggota konsorsium tersebut. Besarnya investasi yang dikeluarkan para anggota
akan berpengaruh terhadap kapasitas yang akan diperolehnya. Pada model ini berlaku
sistem alokasi kapasitas yang telah diterangkan sebelumnya. Model ini biasanya
digunakan untuk membangun sistem kabel laut yang sangat besar dan kompleks
seperti SeaMeWe 3, APCN-2. Sistem ini
birokrasi antar parties yang rumit karena bayak parties yang terlibat di dalamnya.
Sistem ini berpotensi menimbulkan konflik antara parties besar dan parties kecil.
Keuntungannya adalah pembagian kapasitas sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Karena modal yang diperoleh dari anggota konsorsium sehingga keuangan sistem
akan stabil.
Dalam
sistem
pembiayaan
konsorsium
biasanya
terdapat
berbagai
istilah/penggolongan parties. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kewajiban investasi
parties.
Optik MIU adalah 64 Kbps, kemudian bergeser ke satuan 2 Mbps serta pada saat ini
system SKKL yg baru memberlakukan MIU dengan satuan 1 STM-1. Artinya untuk
kondisi saat ini walaupun kebutuhan hanya misalnya 15 x 2 Mbps, maka apabila suatu
Operator Telekomunikasi ingin menjadi suatu parties SKKL maka operator tersebut
harus membeli kapasitas minimal sebesar 1 STM-1. Dengan berkembangnya
teknologi kapasitas yg sangat pesat saat ini (seperti DWDM) kemungkinan MIU ke
depan akan berupa wavelength (dark wavelength).
Dalam SKKL tertentu, seperti SKKL SMW-3, diberlakukan investasi dengan
sistem insentif dan bonus yang disebut PIPS (Progressive Incentive Pricing Scheme),
yaitu semakin besar investasi harga sirkit semakin murah dan mendapatkan bonus
tambahan sirkit.
Contoh perhitungan PIPS
Capacity
Purchased
(Unit)
0-200
Unit Cost
Within
Category
(US$/Unit)
60
Critical
Investment
Threshold
Crossed
(US$)
12.000
Cumulative
Total Capacity
Amount of Bonus Alocated
at
Capacity Awarded Threshold
if
Threshold
Crossed
20 Unit
220 Unit
(level 1 capacity)
201-600
30
18.000
60 Unit
460 Unit
24.000
120 Unit
720 Unit
30.000
220 Unit
1.220 Unit
(level 2 capacity)
> 600
15
level 3 capacity)
Penjelasan :
1. Jika parties berinvestasi US$18.000 maka kapasitas yang diperoleh adalah US$
12.000/ 60 US$/Unit = 200 Unit sedangkan sisa investasi yaitu US$ 18.000
US$ 12.000 = US$ 6.000 akan dibagi dengan level 2 capacity yaitu 30 US$/Unit
menjadi 200 Unit sehingga total kapasitas yang diperoleh 200 Unit + 200 Unit +
bonus sebesar 60 Unit = 460 Unit.
2. Sedangkan jika parties berinvestasi sebesar US$ 30.000 kapasitas yang akan
diperoleh menjadi :
6.3
yaitu :
1. Kepemilikan langsung
2. Indefeasible Rights of Use (IRUs) dengan jangka waktu 15 sampai 25 tahun
3. Penyewaan jangka pendek
4. Pertukaran (swap)
setiap alternatif diatas memiliki keuntungan baik secara finansial maupun teknis.
Kepemilikan langsung
Pada umumnya pembeli bandwidth akan menemui kendala keuangan dalam
membangun, mengoperasikan dan memelihara kabelnya. Oleh karena itu dibangun
suatu konsorsium kabel laut agar dapat memecahkan masalah tersebut, kepemilikan
kapasitas akan langsung ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikelurkan..
Kepemilikan langsung seperti ini adalah option yang jarang diminati pada sistem
terrestrial, karena pada sistem terrestrial lebih cenderung untuk membangun jaringan
secara privat daripada konsorsium. Pada kepemilikan langsung anggota konsorsium
besar akan mengadakan suatu pertemuan yang disebut Data Gathering Meeting
(DGM) dan mengajak parties lain untuk bergabung dalam konsorsium tersebut.
Parties mempunyai kesempatan untuk membeli sejumlah Minimum Investment Units
(MIUs), yang biasanya berdasarkan satuan E-1 (2 Mbps). Satu MIU sama dengan satu
STM-1 (155 Mbps). Model kepemilikan ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
besar kapasitas yang dimiliki akan tergantung dari biaya yang dikeluarkan.
Dengan mengeluarkan investasi yang besar maka kapasitas yang dimiliki
menjadi sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Mempunyai hak up grade. Parties mempunyai hak mendapatkan kapasitas
yang akan di full upgrade.
Parties besar dapat mensubsidi biaya pada parties kecil.
Sedangkan kerugian dari kepemilikan langsung adalah sebagai berikut:
Adanya pembatasan untuk menjual kapasitas karena terikat kontrak
Pemilik kabel menghadapi resiko kerusakan jaringan
Jika harga bandwidth menurun drastis maka asset akan mengalami depresiasi
IRU
IRU merupakan sewa jangka panjang sesuai umur ekonomis kabel laut untuk
menggunakan sejumlah kapasitas transmisi, pembayaran biasanya dilakukan dengan
beberapa kali dengan jumlah yang telah ditentukan (10 sampai 20 persen). Dengan
menjual kapasitas yang tak terpakai sebagai IRU maka parties mendapatkan modal
untuk biaya kapasitas tak terpakai. Keuntungan utama dari model IRU adalah harga
yang lebih murah dari pada penyewaan bandwidth secara konvensional.
Carrier B
360network Telia
Williams
Telia
Global
Crossing
Telia
Carrier A
menawarkan
Dark Fiber sepanjang
14.000
km
pada
Amerika Utara yang
menghubungi 17 kota
Carrier B
menawarkan
Dark fiber sepanjang
6400 km di USA,
Perancis,
Jerman,
Belanda,
Swedia,
Norwegia,
dan
Denmark.
Dark fiber sepanjang Dark
fiber
Telia
11.000 mil jaringan sepanjang 28.000 mil
USA
jaringan Pan - Eropa
Akses ke jaringan Akses ke jaringan ring
Eropa Utara
Skandinavia sepanjang
1860 km
Date
January
2000
Maret
2000
Mei
2000
Keuntungan
Besar kapasitas yang
diperoleh
tergantung
biaya yang dikeluarkan
Parties memiliki hak
atas
kapasitas
full
upgrade
Adanya
partisipasi
dalam manajemen kabel
IRU
Sewa jangka
pendek
Sederhana
Tidak
membutuhkan
perkiraan
harga
bandwidth untuk masa
yang akan datang
Semua komponen biaya
sudah
dimasukan
(backhaul / jaringan
lokal)
Pembayaran bulanan / 3
bulanan tidak ada up
front payment
Sederhana
Efisien
Capacity
swap
Kerugian
Biaya yang besar harus
dikeluarkan
di
muka
(diawal
pembangunan
sistem),
biasanya
ada
minimum investment
Biaya pemeliharaan dan
operasional yang tinggi
karena sebanding dengan
investasi
Adanya
kemungkinan
kapasitas
berlebih
(underwritten capacity)
Biaya harus dikeluarkan di
muka (pada saat tanda
tangan kontrak IRU)
Biaya per channel lebih
tinggi dari kepemilikan
langsung
Dikenakan biaya O & M
tahunan
Tidak
ada
hak
atas
kapasitas upgrade
Tidak
dapat
diperjual
belikan lagi
Harga per megabit menjadi
lebih tinggi
Tidak ada kepastian untuk
mendapatkan hak kapasitas
yang akan datang
Harus
mempunyai
kapasitas untuk ditukar
Kurang fleksibel
VII.
7.1
1. SKKL SEA ME WE 2
: 13 negara
: Juni 1994
Kapasitas Kabel
: 2 x 560 Mbps
: 560/2
Mux
: PDH
Keterangan
SEA-ME-WE 2 beroperasi pada tahun 1994. menghubungkan 13 negara yaitu
Aljazair, Siprus, Djibouti, Mesir, Perancis, India, Indonesia (Jakarta), Italia, Saudi
Arabia, Singapura, Sri Lanka, Tunisia, dan Turki. Terbentang sepanjang 18.000 km
dan merupakan fiber terpanjang yang dibentangkan pada saat itu. Sistem ini berbiaya
US$ 800 Juta.
2. SKKL SEA-ME-WE 3
: 33 negara
Kapasitas kabel
Maret 2003
Fully upgraded
Fiber
Pairs
2
2
Wavelength per
Fiber Pair
4
8
: September 1999
Panjang kabel
: 38.000 km
Mux
: SDH+WDM
Gbps per
Wavelength
2,5
2,5
Total Capacity
(Gbps)
20
40
Keterangan
Untuk melanjuti kesuksesan proyek SEA-ME-WE 2, Telecom Singapura dan
France Telecom memulai kajian awal untuk membuat jaringan kabel laut yang
menghubungi Eropa dan dan Asia Pasifik.
Pada bulan Desember 1994, ditandatangani sebuah MoU oleh 16 parties untuk
membangun SEA-ME-WE 3 antara Eropa Barat dan Singapura. MoU lanjutan
ditandatangani untuk meluaskan sistem dari Singapura menuju Timur jauh dan
Australia. Akhirnya pada Januari 1997, kesepakatan C&MA ditandatangani oleh 92
peserta internasional.
Bagian pertama dari jaringan antara Eropa Barat dengan Singapura akan siap
untuk melayani konsumen pada Juni 1999. bagian-bagian lain yaitu pada Timur Jauh
dan Australia beroperasi pada September 1999. Di Indonesia SKKL ini landing di dua
tempat yaitu Ancol (Jakarta) dan P. Cermin (Medan).
3. SKKL APCN
70
70
Kapasitas kabel
Maret 2003
Fully upgraded
Fiber
Pairs
1
1
Wavelength per
Fiber Pair
2
2
: Februari 1997
Panjang kabel
: 5234 km
Mux
: SDH
Gbps per
Wavelength
5
5
Total Capacity
(Gbps)
10
10
Keterangan
APCN merupakan jaringan kabel laut multi gigabit pertama yang ada di Asia
4. SKKL JASURAUS
:2
Kapasitas kabel
Bitrate/fiber pair
: 5000/1
Panjang kabel
: 2809 km
Repeater
: 36
: Desember 1996
Mux
: SDH
71
71
:6
Cakupan Negara
Kapasitas kabel
Maret 2003
Fully upgraded
Fiber
Pairs
2
2
Wavelength per
Fiber Pair
2
2
: Januari 1997
Panjang Kabel
: 24.602 km
Gbps per
Wavelength
5
5
Total Capacity
(Gbps)
20
20
Keterangan
TPC 5 merupakan jaringan kabel multi gigabit pertama yang ada di Pasifik
dan juga yang pertama membangun dengan konfigurasi self healing ring. Pertama
beroperasi dengan kapasitas 10 Gbps dan kemudian diupgrade menjadi 20 Gbps
pada Desember 1998.
2. China-US
:9
Cakupan Negara
Kapasitas
Maret 2003
Fully upgraded
Fiber
Pairs
4
4
Wavelength per
Fiber Pair
8
8
: Januari 2000
Panjang kabel
: 30.476 km
Gbps per
Wavelength
2,5
2,5
Total Capacity
(Gbps)
80
80
3. SKKL APCN 2
Kapasitas kabel
Maret 2003
Fully upgraded
:
Fiber
Pairs
4
4
Wavelength per
Fiber Pair
4
64
: Desember 2001
Panjang Kabel
: 19.000 km
Gbps per
Wavelength
10
10
Total Capacity
(Gbps)
160
2560
VIII
8.1
RESTORASI SKKL
2.
3.
8.2
Restoration Plan
Restoration Plan merupakan suatu dokumen dari suatu sistem kabel yang telah
6. Face sheet
7. ORLO, ORCO dan involved RCO
8. List of assemblies restored
9. Position on distributed sistem
10. Contact point information
11. Step by step plan procedures
12. List of satellite carriers used in the plan
8.3
RWG
ORLO
AORLO
: Alternative ORLO
ORCO
RLO
ARLO
: Alternative RLO
RCO
counterpart,
Network
Administrator
dan
ORLO
sampai
diperoleh
kesepakatan.
8.4.2 Proses Pelaksanaan Restorasi
Pelaksanaan restorasi memiliki beberapa proses. Proses akan dimulai setelah
adanya informasi kerusakan kabel yang diterima oleh ORCO hingga ORCO membuat
laporan kepada ORLO. Proses tersebut adalah sebagai berikut :
1. ORCO menerima informasi kerusakan kabel dari landing point kabel (Cable
Station)
2. ORLO/ORCO memerintahkan implementasi kepada RCO-RCO sistem kabel
tersebut
3. RCO pelaksana restorasi menjalankan restorasi sesuai dengan Restoration Plan
yang disepakati
4. Jika perbaikan kabel telah selesai, ORCO kembali memerintahkan RCO-RCO
untuk normalisasi restorasi
5. RCO-RCO mencatat pelaksanaan restorasi dan dilaporkan kepada ORCO
6. ORCO membuat laporan berisi waktu dan data sirkit terrestor kepada ORLO.
80
80
1.
antara dua pihak yang terkena kerusakan. Konsep ini dapat digunakan jika
menggunakan sarana restorasi kabel laut.
2.
biasanya digunakan jika menggunakan sarana resorasi satelit. Pada metode ini dilihat
posisi kerusakan, biaya restorasi akan ditanggung oleh administrasi A jika rute
restorasi masih berada dalam wilayah administrasi A.
81
81
administrasi A akan ditanggung oleh A, sedangkan pada daerah transit link melalui
negara ketiga biaya restorasi akan ditanggung berdua antara A dan B. Perhitungan ini
akan sama untuk kasus yang lain seperti pada end-to-transit, transit-to-end, dan
transit-to-transit.
Pada restorasi menggunakan sarana satelit, perhitungan biaya akan sedikit
berbeda dimana biaya restorasi akan ditanggung oleh administrasi A hingga daerah
earth station yang berhubungan dengan A, demikian pula halnya dengan B yang akan
menanggung biaya restorasi dari daerah earth station yang berhubungan dengan B.
gambar 45 menjelaskan pembagian biaya restorasi menggunakan satelit.
82
82