Anda di halaman 1dari 82

SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT

(SKKL)

Pengajar

Triprijooetomo, ST
Nip. 19640102 198903 1003

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2011

SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT


(SKKL)
to Japan, Korea and

to China

SEAMEWE-

USA

Taiwan
Hong Kong

Myanmar
Macau

APC

APC

Philippine

SEAMEWE-

Thailand
BMP

Cambodia
Vietnam
SEAMEWE-3

to Far East
Europ

MT-2

APCN
SEAMEWE-

AP

Malaysia

Kuantan-

SEAMEWE-3

Brunei
B-

Malaysi

MEDAN

Singapore

APCN

to Far East
Europ
SEAMEWE-2

JAKARTA

SEAME
3

SURABAYA

JWAE-

SURAUS

to Australia and NZ

I.

SEJARAH SKKL

Periode Kabel Telegraf Bawah Laut


Sejak dahulu manusia sudah berkeinginan untuk dapat berkomunikasi dengan
lebih cepat walaupun terpisah jauh. Pada pertengahan abad delapan belas sudah
digunakan peralatan listrik yang dapat menggantikan fungsi surat yang dapat
menangani transmisi komunikasi secara lebih cepat.
Perkembangan riset bidang elektromagnetik yang dilakukan pada awal abad
sembilan belas memungkinkan manusia dapat menemukan metode penggunaan
elektromagnetik pada peralatan komunikasi. William F. Cooke dan Charles Wheatson
dari Inggris merancang suatu telegraf yang terdiri dari huruf-huruf alfabet dan
diindikasikan oleh pemantulan dua jarum magnetis. Pada 1839 sistem telegraf ini
diimplementasikan pada jaringan rel kereta di Inggris.
Pada sisi lain, Samuel Morse dari Amerika menemukan suatu peralatan telegraf
yang menggunakan sebuah magnet, membuat pola pada kertas. Kemudian ia
merancang suatu kode yang disebut kode morse. Dan pada tahun 1845, sirkuit telegraf
komersial pertama dibuka antara Washington dengan Baltimore. Kemudian
perkembangan sirkuit telegraf terjadi secara cepat di Amerika dan Eropa. Hal ini
dikarenakan permintaan komunikasi dari kegiatan politik dan ekonomi pada saat itu
sangat tinggi pada kedua

benua tersebut. Lebih jauh lagi manusia kemudian

memikirkan untuk dapat menghubungkan dua negara yang terpisah oleh laut. Tetapi,
untuk dapat meletakan kabel didasar laut, beberapa pengujian dilakukan agar dapat
melindungi kabel dari air laut.
Hal ini menghadirkan suatu masalah yang cukup sulit untuk mendapatkan material
pelindung. Pada 1843, Michael Faraday dari Inggris menemukan gutta-percha (GP)
yang dihasilkan dari beberapa macam getah dari pohon di Malaysia. Material ini
mempunyai kualitas perlindungan yang bagus. Sejak itu dipelajari bagaimana
membuat kabel yang dilapisi oleh GP di Jerman dan Inggris.
Pada tahun 1847-1848, perkembangan terus dilakukan pada teknik pelapisan GP
dan pada tahun 1850, kedua bersaudara John dan Jacob Brett dari Inggris berhasil
dalam meletakkan kabel telegraf lapis GP pertama dibawah laut melewati selat Dover.
Namun kabel ini putus terkena gigi penangkap ikan hanya sehari setelah beroperasi.
Kedua bersaudara ini menerima kerjasama dari Thomas Russel Crampton yang

mengembangkan teknik pembuatan kabel berarmor yang menggunakan pelindung


baja melapisi kabel gutta-percha. Pada tahun 1851 mereka kembali meletakkan kabel
melewati selat yang sama namun dengan menggunakan kabel berarmor. Kali ini
mereka berhasildan kabel dapat beroperasi sekitar sepuluh tahun. Peletakkan kabel
ini menguji kemungkinan untuk dapat berkomunikasi melalui kabel laut dan
membuktikan bahwa sistem kabel laut berguna dan dan dapat dioperasikan sebagai
suatu perusahaan. Melalui kenyataan ini kemudian timbul banyak proyek untuk dapat
menghubungkan negara-negara Eropa termasuk Inggris melalui kabel laut.
Ingris dan amerika menikmati peningkatan ekonomi dan industri sebagai akibat
dari revolusi industri pada 1850. hal ini mengakibatkan perluasan kegiatan ekonomi
dan peningkatan komunikasi diantara kedua negara,

yang pada akhirnya

meningkatkan permintaan untuk dapat melaksanakan komunikasi secara cepat.


Dengan latar belakang ini Cyrus W. Field seorang pengusaha Amerika berusaha untuk
dapat membangun suatu kabel telegraf bawah laut melewati Samudera Atlantik.
Pada tahun 1858, kabel laut diletakkan dengan berhasil mengatasi beberapa
kesulitan kedalaman laut. Kabel ini berhenti beroperasi setelah 77 hari karena
pelindungnya rusak. Namun selama periode yang singkat ini telah memberikan
informasi penting, yaitu dapat mempublikasikan kegunaan kabel laut. Kemudian
setelah beberapa percobaan dan kegagalan, perkembangan metode kabel dan
peletakannya dapat dicapai. Pada 1865 dilakukan kembali peletakan kabel melewati
Atlantik, dan dapat diselesaikan pada Juli tahun berikutnya. Dengan demikian Inggris
dan Amerika berhasil terhubung dengan kabel telegraf melalui bawah laut.
Setelah sukses dalam peletakan kabel laut jarak jauh, Inggris mempunyai suatu
tujuan yang lebih besar dalam proyek pembangunan kabel laut yaitu menuju jaringan
telegraf yang mendunia. Pada tahun 1870, Inggris membangun sistem kabel yang
menghubungi Inggris, India, dan Singapura yang melewati laut mediterania, laut
Merah, dan samudera Hindia dan dalam tahun berikutnya kabel tersebut
dikembangkan dari Singapura menuju Saigon dan Hongkong. Pada tahun yang sama,
perusahaan Great Northern Telegraph dari Denmark membangun kabel laut antara
Hongkong dan Vladivostok yang terhubung dengan Amoy, Shanghai dan Nagasaki.
Kabel ini berinterkoneksi dengan kabel Inggris di Hongkong.
Dengan peletakan

kabel laut

di

Nagasaki, Jepang membuka layanan

telekomunikasi pertama kali dan dapat melakukan kontak dengan Eropa melalui dua
rute dari Nagasaki yaitu melalui kabel laut Shanghai dan rute Siberia melalui kabel

darat lewat kabel laut Vladivostok. Dengan mencapai Eropa, Jepang dapat
berkomunikasi dengan Amerika melalui kabel laut Trans Atlantik.
Pada tahun 1902, Inggris melengkapi jaringan kabel lautnya dan dinamakan All
Red Route, dan merupakan kabel laut yang mengglobal yang terhubung dengan
berbagai tempat yang ada di seluruh dunia. Pada awal abad 20, terdapat berbagai jenis
konstruksi kabel laut diberbagai negara termasuk Perancis, Jerman, dan USA. Pada
tahun 1906, Jepang menghubungkan Tokyo-Chicijima melalui kabel laut. Sebagian
kabel Tokyo-Guam terhubung dengan kabel San Francisco-Hawaii-Guam-Manila.
Pembangunan kabel ini membuat Jepang dapat langsung berkomunikasi dengan
USA,sehingga tidak lagi melalui Eropa.
Dari pertengahan abad 19 sampai awal abad 20, Telegraf bawah laut melayani
sebagian besar telekomunikasi diberbagai tempat yang dipisahkan oleh lautan. Selama
periode itu, hampir 400.000 mil kabel laut telah dibangun didunia.
Era telepon pada kabel koaksial
Pada tahun 1943, Untuk pertama kalinya Inggris meletakkan kabel laut koaksial
dengan repeater sejauh 60 mil antara Anglesey dan Man Island di Laut Irish. Pada
tahun 1933 telah ditemukan polyethylene ditemukan di Inggris sebagai insulator,
dengan stabilitas baik, dan kapabilitas proses yang baik. Penemuan ini dikembangkan
lebih lanjut untuk digunakan pada kabel laut. Pada tahun 1956, Trans Atlantic Cable
No.1 (TAT-1) sukses dibangun antara USA dan Inggris. Ini merupakan kabel laut
koaksial pertama yang melalui lautan luas. TAT-1 dibangun berdasarkan teknologi
yang dikembangkan antara dua negara tersebut. Dengan TAT-1 dunia telekomunikasi
internasional telah melakukan langkah awal menuju modernisasi sistem. Dan pada
tahun 1959, kabel Trans Atlantic kedua (TAT-2) dibangun dengan sistem yang sama
seperti TAT-1.
Kesuksesan dari sistem kabel trans atlantik mendapat perhatian dari banyak
negara dan sejak itu kabel laut mulai banyak diletakkan secara besar-besaran seperti
di Atlantik, Pasifik, Laut Mediterrania, Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika dan
Asia Tenggara.
Indosat memiliki share kepemilikan pada beberapa SKKL Coaxial yang landing
Indonesia, yaitu : SKKL Menang (Medan-Penang) , SKKL IS (Indonesia-Singapore),
SKKL AIS (Australia-Indonesia-Singapore) dan SEA-ME-WE 1.

Era serat optik


a. Analog-Digital (1976-1988)
Dasar dari serat optik ditemukan pada tahun 1966 di Inggris oleh ilmuwan dari
Standard Telecommunication Laboratories (STL). Sebelas tahun kemudian yaitu pada
tahun 1977, dilakukan peletakkan serat optik sepanjang empat kilometer
menghubungi Hitchin dan Stevenage, London Utara yang dibangun oleh STL. Sistem
tersebut beroperasi pada 140 Mbps dan panjang gelombang 850 nm dan
ditarnsmisikan melalui fiber multimode dengan graded index.
Beberapa lembaga pusat penelitian seperti STL (UK), Bell Labs (US), CNET
(Perancis), dan KDD R&D Labs memutuskan untuk menggunakan fiber single mode
yang beroperasi pada 1300 nm untuk mengurangi dispersi dan loss (0,4 dB/KM). Hal
ini memberikan konsekuensi harus dilakukan pengembangan baru seperti pada laser
dioda, photodioda pada optoelektronik, semikonduktor Indium Phosphide dan yang
berhubungan dengan sirkui integrasi untuk mengimplementasikan regenerasi digital
pada repeater bawah laut. Aspek lain yang perlu didesain ulang adalah kabel dan
repeater, proteksi dari nuklir dan pulsa elektromagnetik.
Di

UK, kerjasama operator, universitas dan perusahaan Inggris yang bernama

STC (Standard Telecommunication and Cable) telah dikembangkan.

Di Amerika

pengembangan telekomunikasi pada AT&T telah terintegrasi antara penelitian (Bell


Labs), manufaktur, dan operasi jaringan.
Di Jepang, banyak perusahaan mengembangkan penelitian seperti: NEC, Fujitsu,
Hitachi dan Mitsubishi. Tiap operator memiliki target berbeda seperti NTT
memerlukan kapasitas besar untuk jaringan domestik antar pulau, dan KDD
membutuhkan sistem jarak jauh yang berhubungan dengan repeater untuk koneksi
internasional.
Ketika Trans Atlantic TAT 8 direncanakan (280 Mbps yang beroperasi pada 1300
nm), dikemukakan kemungkinan penggunaan branching unit dan integrasi dari
segmen yang dibangun oleh supplier berbeda. Kemudian AT&T, Alcatel, dan STC
membangun tiga segmen ke US, Perancis, dan UK. Secara berkesinambungan AT&T
dan KDD mengembangkan Trans Pasifik TPC 3. Struktur dari kabel dan keandalan
dari komponen ( laser, integrated circuit dan penerima) merupakan kunci utama
pengembangan.

b. Regenerasi fiber optik dan era konsorsium (1986-1995)


Jaringan serat optik yang penting dibangun dari tahun 1988 sampai 1995. pada
kurun waktu tersebut telah dibangun kabel laut serat optik dari Inggris, Belgia,
Irlandia, Perancis, Belanda, Jerman, dan Denmark. Perancis, Italia, dan Spanyol
membangun kabel domestik ke Corsica, Sardinia, Sicilia, bakaric, dan pulau Canary.
Pembangunan kabel domestik membuat beberapa supplier baru mengambil
keuntungan dari teknologi tanpa repeater yang ditawarkan ke pasar seperti Pirelli
(Italia, Siemens (Jerman), STK (Norwegia) dan Ericsson (Swedia).
TAT 8 dibuat pada Oktober 1988, memberikan kapasitas 7680 kanal dan
beroperasi 64 Kbps dengan menggunakan branching unit. Konsekuensinya, tiap
stasiun terminal yang berlokasi di US, Perancis, dan UK dihubungkan dengan dua
serat. TPC 3 dibangun pada tahun 1989 oleh AT&T dan KDD dengan teknologi dan
fasilitas yang sama. Trans pasifik TPC 4 (1992) diinterkoneksi dengan PACRIM west
di Guam dan PACRIM east di Hawaii, memberikan koneksi ke Australia dan Selandia
Baru. SEA-ME-WE 2 menyelesaikan sistem kabel yang mengelilingi dunia pada
tahun 1994, kemudian CANTAT 3 (dengan kapasitas 2,5 Gbps per pair) merupakan
teknologi kabel jarak jauh didesain oleh STC.
Revolusi lainnya dimulai tahun 1994. Pada tanggal 1 Januari, US Federal
Communication

Comissions menentukan tidak akan ada monopoli dalam bisnis

telekomunikasi sehingga menghilangkan monopoli AT&T. langkah ini diikuti dengan


liberalisasi telekomunikasi dalam EEC ( European Economic Community) dan
deregulasi dari bisnis dan layanan telekomunikasi oleh WTO (World Trade
Organization). Sehingga kompetisi tidak hanya antara supplier tetapi juga antara
operator.
c. Penguat Optik dan Teknologi WDM (1995-2000)
Perkembangan jaringan kabel laut berbasis optik telah membuat kompetisi
yang semakin ketat. Dunia industri mulai memperkenalkan sistem penguat optik yang
mempunyai keuntungan membuat jarak pemakaian repeater yang semakin jauh,
mengurangi rugi fiber, tanpa membuat konversi sinyal optik ke elektrik untuk
selanjutnya dilakukan penguatan digital.
Sistem ini digunakan pada TAT 12/13 dan TPC 3 pada tahun 1994 dan 1995.
Selama itu, para peneliti menemukan teknologi WDM (Wavelength Division
Multiplexing) yang dapat meningkatkan kapasitas optik dengan melakukan

multipleksing beberapa wavelength dalam bandwidth 1550 nm. SEA-ME-WE 3


menggunakan teknologi ini untuk pertama kalinya.
Gambar 1 menunjukkan peningkatan jumlah kapasitas (bit/s) dari sistem
telekomunikasi sejak awal abad 20. Dari gambar ini terlihat bahwa peningkatan
kapasitas sangat pesat terjadi sejak tahun 1970-an ketika diperkenalkannya teknologi
serat optik dan diperkirakan pada tahun 2020 kapasitas yang terdapat pada serat optik
14

mencapai 10 bits/s atau 100 Tbps.

Gambar 1 Perkembangan jumlah kapasitas (bit/s)

II.

TEKNOLOGI SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT

Selama bertahun-tahun penggunaan kabel telekomunikasi untuk bawah laut


telah sering berubah, namun perubahan ini tetap menuju ke arah yang lebih baik.
Pemakaian kapasitas jaringan optik yang tinggi seperti yang biasa digunakan pada
kabel di daratan tidak dapat dilaksanakan karena hal ini menimbulkan biaya tinggi,
namun secara khusus kabel laut memberikan beberapa keuntungan lain seperti
keamanan jaringan, lebih handal dibanding teknologi lain seperti satelit, microwave
dan kabel darat.
Sistem kabel laut secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu kabel laut yang
menggunakan repeater dan yang tidak menggunakan repeater. Pada sistem yang
menggunakan repeater dapat melewati lautan, sementara pada sistem tanpa repeater
daya jangkaunya berkisar 400 km. Kedua sistem ini dapat digunakan pada lingkungan
open water dan menggunakan desain kabel kualitas tinggi.
2.1

Kabel Laut Tanpa Repeater


Kabel laut tanpa repeater didesain agar tahan dan cocok untuk digunakan pada

segala tingkat kedalaman air. Kabel ini juga didesain untuk dapat dilakukan perbaikan
pada semua kondisi lingkungan. Sebelum digunakan kabel laut akan diuji untuk
membuktikan apakah kabel tersebut dapat tahan terhadap cuaca buruk tanpa ada
penurunan performansi optik, elektris ataupun mekanis. Seluruh komponen kabel
termasuk pelindung kabel akan melewati proses kualifikasi untuk memastikan
keandalan dari sistem. Beberapa hal yang menjadi penuntun dalam proses kualifikasi
adalah :
Performansi transmisi : termasuk tegangan mekanis, jangkauan temperatur kabel
dan tekanan luar pada kabel selama proses pemasangan dan pengoperasian.
Performansi mekanis : termasuk pengadaan kapal, perbaikan dan pemeliharaan.
Performansi handling : termasuk transfer kabel dan penyimpanannya
Performansi keandalan : termasuk ketahanan terhadap air laut dan absorpsi air
ketika kabel putus.
Performansi operasional : termasuk pengoperasian kapal pada segala cuaca.
Gambar 2 merupakan gambar sistem kabel laut tanpa repeater. Sistem ini dapat
memberikan solusi ekonomis untuk jangkauan hingga 380 km. Pada kedua stasiun

menggunakan penguat yang pada umumnya adalah Raman Amplifier dan Remote
amplifier. Raman Amplifier akan mengirimkan sinyal dari stasiun B ketika terindikasi
ada sinyal informasi dari stasiun A. sinyal tersebut kemudian akan bergabung pada
stasiun A sehingga interaksi ini akan meningkatkan level sinyal yang akan dikirim.
Teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) akan mampu
membuat satu serat dapat mentransmisikan 10 Gb/s x 32 wavelength (320 Gb/s).

Gambar 2 Sistem kabel laut tanpa penguat


Aplikasi untuk sistem tanpa repeater telah berkembang dari konfigurasi
daratan ke daratan dan island-hop menjadi aplikasi lainnya seperti melewati danau
dan sungai. Pada saat yang sama juga terjadi perkembangan teknologi transmisi (baik
dari segi perlengkapannya maupun metodenya) seperti peningkatan kapasitas dan
jarak kabel yang lebih panjang.
2.2

Kabel laut dengan Repeater


Untuk jarak link lebih dari 400 kilometer, efek dari attenuasi dan dispersi optik

akan membuat sinyal yang diterima kurang baik. Untuk memecahkan masalah
tersebut maka digunakan penguat sehingga sinyal yang diterima akan dikuatkan
menjadi sama dengan sinyal yang dikirim. Pemakaian penguat juga akan menguatkan
efek dispersi dan gangguan lainnya pada link.
Pada awalnya, kabel laut menggunakan regenerator bawah laut yang tidak
hanya menguatkan sinyal namun juga akan memperbaikinya kedalam bentuk sinyal

10
10

asli. Regenerator merupakan suatu peralatan digital yang akan menghilangkan efek
distorsi dari dispersi sinyal dan selanjutnya akan mentransmisikan kembali sinyal
tersebut sehingga sinyal sama seperti ditransmisikan dari source. Proses perbaikan ini
lebih dikenal dengan sebutan 3R yaitu retiming, reshaping dan reamplification.
Proses 3R ini tidak bisa dilakukan pada komponen optik oleh karena itu sinyal harus
dikonversikan dalam bentuk elektrik, diproses dan dikonversikan kembali kedalam
bentuk optik kemudian ditransmisikan kembali.
Pada sistem bawah laut teknologi DWDM, regenerator 3R terlalu besar dan
mahal untuk diletakkan pada dasar laut, sebagai gantinya maka digunakan ErbiumDopped Fiber Amplifiers (EDFAs) dalam empat tahun terakhir sehingga sinyal dapat
dikirimkan sampai 9000 kilometer tanpa memerlukan regenerasi sinyal (regenerator
3R). Pada 1987 ilmuwan Universitas Southampton di Inggris menemukan bahwa jika
pada serat optik ditambahkan unsur erbium maka unsur tersebut dapat berfungsi
sebagai penguat optik yang ketika distimulasi dengan pompa laser akan meningkatkan
level sinyal selama perjalanan. Pompa laser adalah laser khusus yang akan
menguatkan sinyal tanpa konversi elektrik.
Penguat optik yang menggunakan EDFAs mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan menggunakan penguat opto-elektrik. Hal paling utama adalah EDFAs
menggunakan lebih sedikit ruang dan lebih andal karena komponen aktif hanyalah
pompa laser. EDFAs dapat mencapai peningkatan sinyal hingga 30 dB yang berarti
meningkatkan sinyal sampai seribu kali lipat.
Ketika kabel laut harus melewati lautan atau samudera maka sistem harus
memakai repeater. Repeater ini dipasang setiap jarak 40-90 kilometer. Jarak
pemasangan repeater tergantung pada panjang sistem dan kapasitas. Interval repeater
harus dipasang lebih dekat pada sistem dengan kapasitas besar. Untuk jarak repeater
yang lebih dekat, sistem dengan kapasitas yang besar memerlukan gain equalization
atau compensation unit untuk menghitung variasi gain pada wavelength. Gain
equalization akan dihasilkan dengan menggunakan filter equalizing. Filter ini
diletakan disamping repeater namun juga dapat ditempatkan sebagai unit tersendiri
sepanjang fiber setelah setiap 15 sampai 20 repeater.

11
11

Gambar 3 Sistem kabel laut dengan repeater


2.3

Komponen-Komponen Pada Kabel Laut


Sistem Kabel Laut terbagi menjadi dua bagian utama yaitu wet plant yang

terdiri dari komponen-komponen yang berada di perairan/laut dan dry plant yang
mencakup perlengkapan dan komponen-komponen yang diletakan di daratan berada
pada kedua ujung kabel.

2.3.1 Wet Plant


Komponen-komponen pada wet plant diantaranya adalah serat optik,
equalizer, branching unit, dan repeater.
(1) Serat Optik
Serat optik terdiri dari serat-serat dari bahan kaca dimana pulsa-pulsa cahaya
dapat ditransmisikan dan dideteksi. Serat optik pertama kali digunakan secara
komersial pada akhir 1970 dan berkembang sehingga digunakan untuk jaringan jarak
jauh pada pertengahan 1980. Semua serat optik terdiri dari dua lapisan yaitu inti dan
selimut. Inti merupakan lapisan dalam tempat sinyal ditransmisikan. Selimut akan
melindungi inti dan mempunyai indeks refraksi yang lebih rendah dibanding inti, hal
ini menyebabkan cahaya berjalan didalam inti dan akan direfleksikan kembali ke inti.

12
12

Serat optik biasanya digunakan secara berpasangan karena sinyal pada umumnya akan
ditransmisikan secara dua arah.
Pada kabel laut, dimana serat optik rawan terjadi kerusakan akibat jangkar,
lalu lintas kapal dan sebagainya maka pada serat optik perlu ditambahkan semacam
pelindung yang akan melindungi serat optik dari kerusakan. Jenis pelindung yang
digunakan akan berbeda tergantung dari daerah dimana kabel laut diletakkan. Untuk
daerah pantai dimana kabel laut mengalami resiko tertinggi kerusakan karena
banyaknya aktifitas manusia pelindung yang digunakan adalah jenis double armour
atau rock double armour dimana pelindungnya dilapisi baja sehingga memberikan
perlindungan maksimum. Sedangkan pada daerah lepas pantai dimana resiko akan
kerusakan tidak terlalu tinggi jenis pelindung yang digunakan adalah single armour
ataupun lightweight. Gambar 4 menunjukkan jenis pelindung yang digunakan.

Gambar 4 Jenis-jenis kabel laut


Table 1 Keterangan jenis-jenis kabel
Jenis Kabel

Diameter

Kedalaman

Lightweight Cable

17 mm

s/d 8000 m

Single Armour Light Cable

28 mm

s/d 2000 m

Single Armour Heavy Cable

31 mm

s/d 1500 m

Double Armour Heavy Cable

46 mm

s/d 500 m

Rock Armour Cable

46 mm

s/d 200 m

13
13

Masalah-masalah Pada serat Optik


Masalah-masalah yang akan dihadapi pada penggunaan serat optik meliputi
attenuasi, dispersi dan non-linearitas. Semua hal ini akan mengurang kapasitas efektif
dari serat optik.
1. Attenuasi
Attenuasi merupakan karakteristik dari sinyal yang akan melemah ketika
melewati jarak. Attenuasi akan membatasi jarak yang dapat ditempuh oleh sinyal.
Diukur dalam satuan decibel loss per kilometre (-dB/km) merupakan satuan logaritma
perbandingan sinyal input dengan sinyal output. Jika loss sebesar 0.2-dB/km, berarti
setelah jarak 100 km sinyal adalah satu persen dari sinyal asli. Penyebab attenuasi
bemacam-macam namun yang paling dominan adalah absorbsi dan scattering.
Absorbsi terjadi ketika sinyal diserap oleh serat itu sendiri. Scattering terjadi ketika
atom-atom dan campuran lain pada serat akan membelokan cahaya kearah lain. Efekefek dari kedua hal ini akan dimasukan kedalam rugi total (total loss). Derajat
attenuasi akan berbeda untuk setiap wavelength.
2. Dispersi
Dispersi menyebabkan pulsa cahaya akan menyebar sepanjang jarak. Ada
beberapa macam penyebab dispersi, tetapi yang paling dominan adalah dispersi
kromatik. Kecepatan

pulsa sinyal berjalan

akan ditentukan oleh panjang

gelombangnya. Pada sistem DWDM hal ini akan menyebabkan kecepatan sinyal
berjalan yang berbeda-beda. Pulsapulsa pada bit rate yang tinggi mempunyai kanal
yang relatif sempit sehingga jika terjadi dispersi sinyal-sinyal pada bit rate yang tinggi
akan cenderung untuk bergabung.
3. Non-linearitas
Pada sistem WDM, salah satu dari efek non-linearitas disebabkan karena
pencampuran empat gelombang. Tiga gelombang yang berdekatan akan berinteraksi
dan menciptakan gelombang lain yang sama dengan gelombang keempat. Gelombang
ini akan saling berinterferensi dengan gelombang sinyal.
(2) Equalizer
Equalizer

merupakan

komponen

wet

plant

yang

berfungsi

untuk

mengkonpensasi dispersi kromatik yang timbul pada serat optik. Equalizer hanya
digunakan pada SKKL yang menggunakan teknologi WDM seperti SMEWE 3.
14
14

Karena pada teknologi WDM akan menimbulkan gangguan pada serat optik yang
disebut dispersi kromatik.
(3) Branching Unit
Pada konfigurasi sistem kabel laut terdapat sistem yang menggunakan
beberapa landing point. Sistem ini memerlukan branching unit agar dapat
menghubungi beberapa landing point tersebut. Ada beberapa macam hubungan yang
dapat dibentuk pada peralatan optik yaitu : fiber add-and-drop, channel add-and-drop
dan fiber and channel add/drop. Dua tipe terakhir merupakan tipe yang digunakan
pada sistem yang memakai teknologi WDM.

Gambar 5 Branching unit

(4) Repeater
Repeater dapat membuat sinyal yang ditransmisikan mencapai jarak yang
lebih jauh dengan menggunakan erbium-dopped fiber amplifier (EDFA) untuk
meningkatkan power dari sinyal. EDFA adalah serat optik yang intinya dikotori oleh
atom erbium. Atom erbium memiliki ion-ion yang mempunyai kemampuan menyerap
foton dengan panjang gelombang yang tinggi. Dengan adanya foton di dalam daerah
panjang gelombang emisi akan dapat mengawali proses terjadinya emisi yang
distimulasi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penguatan sinyal. Selain erbium,
unsur-unsur golongan lantanida lainnya yang dapat digunakan yaitu Neodymium dan
Praseodymium yang digunakan untuk penguatan sinyal pada panjang gelombang
disekitar 1,3

m. erbium sendiri digunakan sebagai dopant untuk penguatan sinyal

pada panjang gelombang disekitar 1,55 m. panjang gelombang yang dapat diserap

15
15

maupun dipancarkan oleh suatu ion bergantung pada besarnya perbedaan energi
antara tingkat dasar dengan tingkat yang lebih tinggi seperti pada persamaan sebagai
berikut:

16
16

Gambar 6 Proses penguatan sinyal

Gambar 7 Prinsip Repeater


dibawah ini adalah gambar fisik dari repeater.

Gambar 8 Repeater kabel laut

17
17

2.3.2 Dry Plant


Komponen Dry Plant terdiri dari (lihat Gambar-3) :
(1) Submarine Line termination equipment (SLTE)
Fungsi umum SLTE adalah mentransmisikan sinyal dari MUX ke kabel serat
optik dan sebaliknya. SLTE yang dipakai pada SEAMEWE 3 adalah SLTE WDM 8
yaitu untuk mentransmisikan delapan sinyal STM-16 (2488 Mbps). Untuk
meningkatkan kualitas transmisi maka pada SLTE terdapat proses FEC (Forward
Error Correction) pada setiap sinyal STM-16. FEC bekerja dengan menambahkan bit
syndrome dan bit-bit overhead sehingga sinyal ini akan dikonversi masing-masing
menjadi sinyal 2666 Gbps (FEC Frame format). Kedelapan sinyal tersebut tersebut
akan digabung dengan proses WDM untuk kemudian ditransmisikan melalui serat
optik. Pada sisi penerima akan terjadi proses sebaliknya.
(2) Power Feed Equipment (PFE)
PFE diletakkan pada stasiun kabel laut dengan tujuan memberikan arus listrik
konstan ke komponen kabel laut seperti repeater dan branching unit sehingga dapat
memberikan energi pada komponen tersebut, Beberapa macam tipe PFE tersedia
dengan berbagai tipe tegangan yaitu high, medium, dan low tergantung dari
karakteristik tegangan setiap link. Pencatuan dapat dilakukan secara single end feed
maupun dual end feed dengan polaritas PFE yang berlawanan.

Gambar 9 Konfigurasi pencatuan perangkat bawah laut point to point


(3) Network Protection Equipment (NPE)
Pada sistem SKKL yang konfigurasinya membentuk ring, setiap landing
station mempunyai dua pasang fiber pada kabelnya yaitu satu pasang untuk melayani
permintaan dan yang lainnya untuk perlindungan. Kabel untuk perlindungan
merupakan rangkaian rute back up ketika kabel utama sedang mengalami gangguan,

18
18

pada setiap landing station akan dipasang NPE untuk dapat menangani
penyambungan otomatis dari trafik kabel utama ke kabel perlindungan. NPE
merupakan add/drop multiplekser SDH yang akan menggabungkan input-input STM1 menjadi output STM-16.
(4) Cable Terminating Box (CTB)
CTB berfungsi untuk menyambungkan kabel serat optik dari SLTE ke serat
optik dari kabel laut dan menyambungkan kabel power dari PFE ke lapisan konduktor
kabel laut. Dibawah ini adalah gambar dari CTB.

Gambar10 Cable Terminating Box (CTB)


(5) Line Monitoring Equipment (LME)
LME berfungsi untuk:
Memonitor level power input dan output Repeater.
Memonitor temperatur dan current bias laser dioda Repeater.
Melakukan perintah switch laser dioda Repeater.
Melakukan perintah switch optik atau add and drop l di BU.
Melakukan automatic fault handling.
Dalam melakukan fungsi monitor LME akan membangkitkan suatu
supervisory command ke repeater supervisory interface dan sebagai response maka
repeater akan mengirimkan supervisory response ke LME untuk selanjutnya diproses
dan diteruskan ke SSE.
(6) System Supervisory Equipment (SSE)
SSE berfungsi untuk
Monitoring alarm / status SLTE, PFE, MUX
Monitoring performance transmisi
Switching control SLTE, PFE, dan MUX
Monitoring dan switching control Repeater melalui LME
19
19

Mendisplay remote station melalui remote SSE


SSE dapat menyediakan automatik periodical report sesuai setting yang ditentukan
oleh operator, seperti daily report dan timely report yang mencakup laporan alarm
status, performance, dan power feeding current / voltage.
2.4

Multipleks Sinyal Digital


Pada kabel laut digunakan sinyal-sinyal digital dalam merepresentasikan data.

Untuk dapat menangani sinyal-sinyal digital diperlukan suatu teknik multipleksing.


Multiplex berfungsi untuk menggabungkan beberapa sinyal input menjadi satu sinyal
ouput dengan kecepatan bit rate lebih tinggi. Pada sistem digital terdapat dua macam
multipleks yaitu PDH dan SDH.
Pada kabel laut, SDH (synchronous digital Hiierarchy) merupakan suatu
teknologi yang dapat memultipleks sinyal-sinyal digital dan digunakan secara umum
pada sistem kabel laut. Sebelum kemunculan SDH, teknologi yang paling sering
dipakai

adalah

PDH

(Plesiochronous digital

hierarchy). Sistem

ini

tidak

menyinkronkan jaringan tetapi hanya menggunakan pulsa clock yang sangat akurat di
seluruh switching node sehingga laju slip di antara berbagai node tersebut cukup kecil
dan masih bisa diterima. Mode operasi seperti ini barangkali memang merupakan
suatu

implementasi

yang

paling

sederhana

karena

bersifat

menghindari

pendistribusian pewaktuan di seluruh jaringan. Pada sistem PDH terdapat beberapa


standar yang berbeda-beda dan tidak bisa diintegrasikan satu sama lain seperti pada
gambar di bawah ini

Gambar 11 Hirarki pada PDH

20
20

Ternyata bahwa PDH tidak begitu cocok untuk mendukung perkembangan


teknik pengendalian dan pemrosesan sinyal untuk masa kini yang makin banyak
dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Dalam
PDH, sebuah peralatan transmisi tertentu umumnya hanya menangani dengan baik
satu fungsi tertentu saja dalam jaringan, sementara dalam SDH, ada integrasi dari
berbagai tipe peralatan yang berbeda-beda yang mampu memberikan kebebasan baru
dalam perancangan jaringan. Sedangkan SDH dapat dipergunakan untuk transmisi
optik kapasitas besar, pengaturan lalu lintas komunikasi dan restorasi jaringan.:
SDH akan menyeragamkan hirarki pemultipleksan menjadi seperti berikut

21
21

Gambar 13 Arsitektur jaringan SDH


Level yang paling tinggi, jaringan transport SDH adalah n x STM-1 (n x 155
Mbps), yang dihubungkan secara bersilangan oleh peralatan DXC 4/4 (Digital Cross
Connect). Penjelasan singkat mengenai DXC ini adalah sebagai berikut; pada
telekomunikasi digital, sinyal-sinyal digital diarahkan atau dirutekan ke lokasi sentralsentral telepon yang disebut DXC ini. DXC ini berfungsi untuk menyediakan tempat
bagi interkoneksi hubungan-hubungan jalur kawatnya (hardwire) serta pemeliharaan
rutin maupun troubleshooting-nya. Setiap tipe sinyal digital ini memiliki penyakelar
digitalnya sendiri-sendiri, misalnya pada sinyal digital DS-1 pada 1,544 Mbps disebut
DXC-1, DS-4 pada 274,176 Mbps disebut DXC-4. DXC 4/4 berarti merupakan
penghubung

antar

sesama

jaringan

pada

pemultiplekan

hirarki

ke

4.

Tugas utama jaringannya adalah menyediakan trunk kapasitas besar antara sentralsentral telepon dengan DXC 4/4 untuk memungkinkan restorasi yang cepat terhadap
koneksi-koneksi jika sebuah simpul jatuh atau gagal berfungsi (mengalami
gangguan).
Dengan menggunakan DXC 4/4 dan peralatan terminal jalur untuk n x STM-1
(n x 155 Mbps), lebarpita yang paling kecil ditangani oleh jaringan transport,
granularitasnya (salah satu bagian kanal sebelum pemultiplekan) adalah STM-1
(ekivalen dengan kanal-kanal 63 x 2 Mbps atau 1890 x 64 kbps). Hirarki jaringan
turun lebih bawah, DXC 4/1 (penghubung hirarki ke 4 dengan hirarki ke 1) memecah
lebarpita STM-1 menjadi level VC-12 (yang membawa E1). Setiap VC-12 dapat
dirutekan secara individual ke simpul DXC 4/1 lainnya atau ke dalam jaringan akses.
22
22

Melalui suatu kombinasi DXC 4/4 dan 4/1, granularitas dari jaringan transport
menjadi E1 atau 2 Mbps (untuk Amerika T1 = 1,544Mbps). Sebuah DXC 4/1
digunakan untuk menyediakan granularitas VC-12 (E1) di antara lapisan-lapisan
transport dan lapisan akses.
Jaringan akses SDH umumnya tersusun dalam ring-ring (bentuk-bentuk
cincin) STM-1. ADM 4/1 (Add and Drop Multiplexer) untuk mendemultiplek aliran
STM-1 ke aliran E1, atau memultiplek aliran E1 ke dalam aliran STM-1 (hirarki ke 4
dengan hirarki ke 1). Sedang aliran-aliran E1 disediakan bagi para pengguna akhir
melalui antarmuka standar G.703. Mengacu pada gambar 13 tersebut, seperti telah
disinggung di atas, jaringan SDH dibagi menjadi dua lapisan (layer); lapisan transport
dan lapisan akses. Lapisan transport terdiri dari peralatan-peralatan DXC yang
berlokasi di sentral-sentral telepon serta koneksi-koneksi kapasitas tinggi di antara
sentral-sentral telepon. Sedang lapisan akses terdiri dari peralatan ADM yang
berlokasi di sentral-sentral telepon atau kabinet-kabinet di jalanan, yang merupakan
penyedia lebar pita saluran bagi para pengguna akhir.

23
23

III.
3.1

PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN SKKL

Aspek-aspek Perencanaan
Pada perencanaan pembangunan sistem Komunikasi kabel Laut (SKKL)

diperlukan beberapa analisa. Analisa tersebut meliputi beberapa aspek yaitu biaya
pembangunan dan perawatan, konfigurasi sistem dan rute kabel laut.
Analisa Biaya
Pembangunan kabel laut memerlukan biaya yang sangat besar mulai dari
pengadaan kabel yang panjangnya ratusan kilometer, pengadaan kapal laut untuk
peletakan kabel dan pembangunan landing point. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
analisa biaya agar pembangunan dapat berjalan secara efisien dan menguntungkan.
Gambar 14 di bawah ini menunjukan komposisi biaya yang diperlukan dalam
pembangunan kabel laut trans atlantik

Gambar 14 Komposisi biaya pembangunan kabel laut Trans Atlantik


Pada gambar di atas terlihat bahwa komposisi biaya untuk komponen wet
plant yaitu pengadaan repeater dan fiber mempunyai porsi paling besar sekitar 60 %
dari total biaya pembangunan kabel laut. Biaya pembangunan kabel dan repeater
berkisar diantara $7.000-$10.000 tiap kilometer, sementara jarak pembangunan kabel
laut dapat mencapai 10.000 kilometer maka dapat dibayangkan berapa besar
peningkatan biaya untuk komponen wet plant. Repeater mempunyai porsi biaya yang
lebih besar dibandingkan fiber. Harga satu repeater berkisar $500.000 sampai

24
24

$1.000.000 dan dipasang setiap jarak 40-90 kilometer panjang kabel, bahkan untuk
menghasilkan penguatan yang lebih baik jarak pemasangan akan lebih pendek.
Analisa biaya juga akan membuat perencanaan desain kapasitas maksimum
dari kabel laut. Modifikasi kapasitas kabel laut akan sulit dimodifikasi setelah
pembangunan selesai karena memerlukan biaya yang sangat tinggi oleh karena itu
dalam perencanaan harus diperkirakan berapa jumlah fiber dan repeater yang harus
dipasang sehingga dapat memenuhi kebutuhan bandwidth pada masa yang akan
datang, walaupun pada saat beroperasi hanya sebagian kapasitas yang terisi. Kabel
laut yang beroperasi pada kapasitas yang lebih tinggi memerlukan jarak pemasangan
repeater yang lebih pendek agar dapat mengatasi masalah attenuasi dan dispersi
sinyal. Pemasangan fiber yang lebih banyak juga memerlukan repeater yang lebih
banyak yang berarti penambahan biaya. Setiap pasang fiber harus dipasang repeater.
Pada sistem kabel laut yang akan datang akan dikembangkan kabel dengan dua
pasang fiber untuk menggantikan kabel dengan enam atau delapan pasang kabel. Hal
ini akan membatasi jumlah pemakaian repeater sehingga dapat mengurangi biaya.
Pada sistem yang beroperasi dibawah desain kapasitas maksimum, pihak
penyelenggara hanya akan membeli peralatan dry plant yang cukup untuk mengatasi
kapasitas tersebut. Biaya peralatan dry plant yang meliputi line terminal equipment
(LTE), wavelength termination equipment (WTE), and network protection equipment
(NPE) mencapai 14% pada sistem dengan kapasitas inisial. Namun, pada saat sistem
ditingkatkan kapasitasnya, biaya untuk dry plant dapat mencapai lebih dari 50% total
biaya. Hal ini dikarenakan adanya pemasangan peralatan baru untuk mendukung
peningkatan kapasitas. Gambar dibawah ini menerangkan komposisi biaya pada
sistem trans atlantik pada saat kapasitas maksimum.

Gambar 15. Komposisi biaya kabel laut Trans Atlantik pada kapasitas maksimum

25
25

Biaya peralatan dry plant juga meliputi jumlah landing point pada sistem kabel
tersebut. Rata-rata biaya pembangunan landing station sekitar $5 juta-$15 juta,
tergantung pada lokasi dimana landing station berada. Biaya pembangunan landing
station akan bervariasi menurut daerah ( Asia dan Amerika Latin adalah dua tempat
yang paling mahal untuk membangun landing station). Peraturan yang berlaku dan
perizinan membangun landing station pada suatu daerah akan ikut meningkatkan
biaya pembangunan kabel laut.
Kabel laut biasanya beroperasi dibawah kapasitas maksimum yang dimiliknya.
Pada peningkatan kapasitas, komponen biaya yang berpengaruh adalah hanya
komponen dry plant karena komponen wet plant tidak akan berubah terhadap
penambahan kapasitas kabel. Dengan peningkatan kapasitas maka persentase biaya
dry plant akan meningkat.
Biaya pemeliharaan kabel laut juga tergolong besar. Bagian pemeliharaan
harus membayar biaya pemeliharaan selama waktu teknis kabel untuk memonitor
peralatan, memperbaiki kabel rusak dan membayar gaji para staf. Biaya pemeliharaan
terlihat kecil jika dibandingkan oleh biaya pembangunan kabel. Namun, karena biaya
pemeliharaan dibayar secara rutin selama waktu ekonomis kabel yang berkisar 10
hingga 15 tahun maka akan menjadi besar jika diakumulasikan. Biaya tahunan dari
pemeliharaan kabel mencapai 3% s/d 5% dari total biaya pembangunan kabel. Jika
biaya pembangunan mencapai satu milyar dollar maka perkiraan biaya pemeliharaan
kabel laut sekitar 30 hingga 50 juta dollar pertahun..
Biaya pemeliharaan kabel laut dibagi atas dua komponen yaitu biaya
pemeliharaan wet plant dan pemeliharaan dry plant. Biaya pemeliharaan wet plant
meliputi perbaikan kabel laut, perbaikan atau penggantian repeater dan branching unit
yang mengalami kerusakan dan sebagainya.
Untuk komponen dry plant meliputi pembayaran gaji teknisi dan insinyur yang
mengawasi sistem kabel, pengadaan sistem pendingin, dan listrik untuk power feed.
Biaya dry plant akan tergantung dari jumlah landing station yang ada. Untuk
mengurangi biaya pemeliharaan komponen dry plant, beberapa penyelenggara kabel
laut menempatkan landing station pada landing station yang sudah digunakan oleh
kabel lain, pemilihan cara ini juga mempunyai manfaat lain yaitu adanya kemudahan
dan biaya yang relatif murah untuk interkoneksi antar sistem skkl, sebagai contoh
Indosat mempunyai landing station untuk kabel laut Sea-Me-We 2 dan 3, APCN,
Jasuraus di Ancol.
26
26

Analisa Konfigurasi
Konfigurasi dari sistem juga harus diperhatikan dalam perencanaan karena
akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan. Konfigurasi ini meliputi daerah
cakupan sistem, jumlah fiber yang akan digunakan , dan arsitektur dari landing point.
Pada perencanaan kabel laut, observasi daerah cakupan sistem penting
dilaksanakan agar sistem dapat melakukan rute kabel yang efisien dan aman. Kabel
laut harus menghindari daerah-daerah pusat kegiatan yang rawan akan kerusakan
kabel. Daerah-daerah pusat kegiatan meliputi daerah penangkapan ikan, penggalian
pasir dan latihan perang. Dengan menghindari daerah-daerah ini maka frekuensi
kerusakan kabel laut dapat ditekan serendah mungkin.
Untuk menghasilkan kapasitas yang besar pada serat optik, salah satu solusi
adalah memasang fiber dalam jumlah yang banyak. Pada pemasangan serat optik di
darat hal ini dapat dilakukan karena biaya perizinan pemasangan serat optik sangat
besar sehingga akan lebih efisien jika memasang serat optik dalam jumlah besar untuk
mengatasi kebutuhan bandwidth masa yang akan datang daripada kembali menambah
jika ada permintaan kebutuhan selain itu rentang jarak serat optik relatif lebih pendek
dibandingkan kabel laut sehingga tidak memerlukan repeater. Pada pemasangan serat
optik di laut hal ini akan memerlukan biaya yang besar, pemasangan serat optik dalam
jumlah besar akan membutuhkan repeater yang lebih banyak sementara harga repeater
sangat mahal maka pemasangan fiber dalam jumlah besar untuk mengantisipasi
kebutuhan bandwidth akan membuat biaya meningkat tajam (37% biaya
pembangunan adalah untuk pengadaan repeater). Dengan kondisi demikian maka
harus dilakukan analisa sehingga penyelenggara dapat menekan biaya namun juga
dapat mengantisipasi kebutuhan bandwidth. Pada umumnya jumlah fiber yang
dipasang pada kabel laut adalah tiga pair (enam core) atau dua pair (empat core)
sedangkan di darat jumlah fiber yang dipasang adalah 48 pair (96 core).
Perencanaan kabel laut juga harus memikirkan topologi jaringan yang cocok
untuk sistem tersebut. Ada beberapa macam topologi jaringan yang dapat digunakan
pada sistem kabel laut yaitu:
a. Point To Point
Topologi jenis ini sering digunakan ketika sistem masih memakai kabel
koaksial dan juga sistem kabel laut yang digabungkan dengan satelit. Model ini
dipakai pada kabel laut China-Japan. Kelebihan model ini adalah desain yang

27
27

sederhana. Namun, model ini mempunyai kelemahan yaitu jika link atau terminal
mengalami gangguan maka sistem tidak berfungsi.

Gambar16 Model point to point


b. Branching
Model ini efektif untuk menghubungkan beberapa negara dengan lautan yang
luas. Branching unit akan dipasang pada titik pertemuan dari tiga kabel laut. Model ini
dipakai antara lain pada SKKL SEA-ME-WE 3 dan APCN.

Gambar 17 Model branching


c. Fishbone
Terdiri dari sebuah backbone yang terbentang sepanjang lautan dan cabangcabang yang terhubung dengan landing station menggunakan branching unit. Ketika
cabang mengalami kerusakan maka jumlah landing station yang terisolasi adalah
minimal. Contoh model ini adalah pada sistem kabel laut APCN dan SEA-ME-WE 3.

Gambar 18 Model Fishbone


d. Festoon
Model ini hampir sama dengan model fishbone, hanya tudak menggunakan
branching unit. Semua kabel akan dihubungi dengan landing station sehingga

28
28

pengaturan jalur akan lebih fleksibel. Jalur pada sistem ini akan lebih pendek
dibanding model lain sehingga tidak memerlukan repeater. Dengan tidak
menggunakan repeater maka perencanaan design capacity akan menjadi lebih baik.
Contoh model ini adalah pada Japan Information Highway (JIH)

Gambar 19 Model feeston


e. Ring
Topologi ini menjadi konfigurasi utama untuk kabel laut jarak jauh.. toleransi
kerusakan dapat ditingkatkan dengan menggunakan jalur routing kembali secara
otomatis dengan NPE yang dipasang pada landing station. Contoh pemakaian model
ini yaitu pada TPC-5, APCN2, China-US.

Gambar 20 Model Ring


Pada arsitektur loop, diantara dua landing point dipasang dua kabel sehingga
akan membentuk loop diantara kedua landing point tersebut. Pemasangan jenis ini
bertujuan utama jika terjadi kerusakan pada satu kabel maka rute dapat dialihkan ke
kabel lain tanpa harus menyewa sistem kabel lain yang melewati landing point
tersebut. Pada prakteknya kedua kabel tersebut tetap digunakan dengan perbandingan
50% : 50% atau sesuai kesepakatan. Sistem ini memerlukan biaya yang lebih besar
dibandingkan dengan fishbone karena seperti membangun dua jaringan kabel laut.
Pada arsitektur fishbone antara landing point hanya akan dihubungkan dengan
satu kabel. Hal ini untuk menghindari biaya pemasangan yang besar. Jika terjadi
kerusakan maka rute harus dialihkan ke sistem kabel lain dan untuk itu harus
membayar sewa pemakaian kabel kepada penyelenggara restorasi (SKKL lain).

Untuk mengatasi kendala biaya yang besar pada arsitektur loop maka dibuat
alternatif lain dimana loop ditempatkan pada daerah rawan kerusakan seperti pada
gambar di bawah ini. Pada daerah yang rawan akan kerusakan dibuatkan branching
unit sehingga ketika terjadi kerusakan dapat memakai rute alternatif menggunakan
landing point yang lain. Pada daerah laut dalam digunakan single route, sehingga
biaya system dapat ditekan. Dengan demikian prinsip/konsep ring masih terpenuhi
dan biaya dapat ditekan.

Gambar 21 Modifikasi model loop/ring


Analisa Rute Kabel Laut
Perencanaan kabel laut juga memperhitungkan rute yang akan dituju oleh
kabel. Sebelum dilakukan peletakan, perencana harus terlebih dahulu melakukan
pengamatan untuk menentukan lewat jalur mana kabel harus diletakkan. Proses ini
penting dilakukan untuk menghindari rute yang sibuk akan aktivitas manusia sehingga
kerusakan kabel dapat dihindari. Tempat-tempat yang harus dihindari diantaranya
adalah daerah penangkapan ikan, lalu-lintas kapal, daerah latihan perang dan lain-lain.
3.2

Tahapan Perencanaan dan Pembangunan


Perencanaan pembangunan dan pemeliharaan kabel laut melibatkan banyak

pihak dari peserta

(parties) telekomunikasi pada jaringan tersebut. Perencanaan

pembangunan dan pemeliharaan kabel laut wajib mematuhi peraturan dari pemerintah
daerah setempat dimana lokasi kabel laut berada. Adakalanya koordinasi diperlukan
dengan berbagai kegiatan lainnya yang beroperasi disekitar daerah kabel laut seperti
perkumpulan nelayan.
Untuk menetapkan berbagai peralatan yang akan digunakan pada kabel laut
memerlukan waktu pembangunan sekitar satu sampai dua tahun setelah perencanaan.

30
30

Kabel laut internasional direncanakan dan dibangun setelah melewati beberapa


prosedur yang dilakukan oleh peserta telekomunikasi. Prosedur-prosedur ini meliputi :
Perkiraan permintaan komunikasi antar negara yang bersangkutan, mempelajari media
komunikasi dan jaringannya, penentuan kapasitas kanal dari sistem kabel laut,
perkiraan biaya konstruksi, kesimpulan persetujuan yang telah dibuat diantara partner
pelaksana kabel laut, pernyataan persetujuan dari pemerintah negara setempat,
perencanaan dan implementasi pembangunan konstruksi.
Perkiraan Permintaan Komunikasi
Dalam pembangunan kabel laut, sangat penting untuk mempunyai perkiraan
dari volume traffik yang akan dibawa oleh kabel laut. Perkiraan biasanya dibuat untuk
jangka waktu lebih dari dua puluh tahun yang meliputi waktu teknis dari telepon,
telegraf, data dan beberapa jenis pelayanan lainnya. Perkiraan ini berdasarkan pada :
a. Pertumbuhan permintaan komunikasi pada waktu sebelumnya
b. Trafik melalui satelit pada daerah yang akan dibangun kabel laut
c. Trafik yang akan direlai oleh negara ketiga
Perencanaan Pembangunan Kabel Laut
Atas dasar permintaan sirkuit, peserta pembangunan kabel laut akan memilih
tipe yang paling cocok dari sistem kabel tersebut. Sistem kabel yang telah ditetapkan
dipilih diantara sistem yang telah tersedia dengan mempertimbangkan kapasitas kanal,
waktu teknis, kualitas transmisi, biaya konstruksi dan lain-lain. Pada beberapa kasus,
biaya konstruksi kabel laut akan dibandingkan dengan biaya konstruksi media
komunikasi lainnya seperti komunikasi satelit.
Perkiraan dan Distribusi Biaya Konstruksi
Dalam pelaksanaan pemasangan kabel laut, panjang kabel yang diperlukan
untuk menghubungkan terminal akan dikalkulasi berdasarkan rute yang mungkin.
Rute-rute ini dipilih berdasarkan survey data dari oceanographic. Panjang kabel yang
telah dipilih akan menentukan jumlah peralatan yang dibutuhkan kabel tersebut.
Biasanya biaya peralatan merupakan bagian terbesar dari biaya konstruksi. Total
biaya konstruksi pada kabel laut dapat diperkirakan dengan menjumlahkan biaya
peralatan bawah laut, peralatan terminal kabel dan gedung. Biaya ini akan
didistribusikan kepada sejumlah pihak yang berpartisipasi pada proyek tersebut.
31
31

Construction and Maintenance Agreement (C&MA)


Ketika pembangunan kabel laut telah direncanakan oleh parties, berbagai
aspek kabel laut seperti kapasitas, dana, teknologi, konfigurasi sistem, service date
dan lain-lain akan dipelajari terlebih dahulu. Semua hal ini akan didiskusikan untuk
realisasi pembangunan kabel. Hasil diskusi yang telah disetujui ini akan dimuat dalam
Construction and Maintenance Agreement (C&MA).
Beberapa hal yang dimuat dalam C&MA adalah :
Pihak yang berpartisipasi
Menjelaskan tentang parties yang menandatangani persetujuan, memiliki
dan mengatur sistem kabel bersama-sama
Segmen sistem kabel
Segmen kabel yang telah dibagi-bagi untuk menyatakan kepemilikan dan
tanggung jawab parties
Tanggal Ready For Service (RFS)
Tanggal yang sudah dijadwalkan untuk memulai pelayanan
Kewajiban dan hak
Klausul hak dan kewajiban yang harus ditaati oleh parties
Metode procurement dari sistem
Menjelaskan metode procurement dari sistem kabel yang harus dilakukan
parties pada segmen sistem yang menjadi tanggung jawabnya
Kepemilikan
Menjelaskan rasio kepemilikan setiap parties pada sistem
Maintenance Authority (MA)
Mendefinisikan kewajiban parties untuk perawatan sistem kabel
Alokasi biaya pembangunan, operasional dan pemeliharaan
Menjelaskan hubungan antara kepemilikan dan biaya yang harus
ditanggung oleh setiap parties
Penagihan dan pembayaran
Menjelaskan tentang jadwal penagihan, pembayaran, mata uang, dan
denda keterlambatan
Durasi persetujuan
Menjelaskan waktu validitas dari persetujuan

32
32

Perencanaan & Pembangunan Kabel Laut Dilihat Dari Sisi Teknis


Pembangunan kabel laut dilaksanakan setelah persetujuan pembangunan dan
perawatan. Ditinjau dari aspek teknis, jangka waktu pembangunan pada umumnya
dibagi atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan sistem, tahap persiapan fasilitas, dan
tahap pemasangan. Gambar aliran kerja ditunjukkan pada gambar 22

Gambar 22 Tahapan teknis perencanaan & pembangunan SKKL

33
33

(1) Tahap Perencanaan Sistem


a. survey lapangan dan pemilihan landing point
b. survey penentuan rute
c. mendesain sistem kabel
d. persiapan spesifikasi teknik
e. menyusun perlengkapan dan fasilitas (kabel, repeater, equalizer, perlengkapan
terminal dan lain-lain)
f. negoisasi kepada badan / lembaga yang berkepentingan seperti pemerintah
daerah, persatuan nelayan dan lain-lain.
(2) Tahap Persiapan Fasilitas
g. Pembangunan gedung terminal kabel
h. Pengujian dan persetujuan dari proposal teknis yang diajukan oleh
pembangunan jaringan
i. Pengawasan dan persetujuan perlengkapan dan fasilitas
j. Survey pantai dan perencanaan pemasangan fasilitas
(3) Tahap Pemasangan Sistem
k. persiapan pantai ( pelindung kabel, power feeding ground dan lain-lain)
l. pemasangan perlengkapan kabel
m. pendaratan kabel dan peletakannya dipantai
n. peletakan kabel didaerah laut
o. pengecekan performansi sistem dan penyesuaiannya
Pembangunan fasilitas untuk menghubungkan kabel bawah laut ke jaringan
domestik merupakan tanggung jawab pihak masing-masing dan fasilitas yang harus
ditingkatkan ketika sistem melakukan penyesuaian dan merupakan tahap akhir dari
pembangunan jaringan kabel laut.
Izin Persetujuan Pembangunan Kabel Laut
Seperti telah dijelaskan, kabel bawah laut yang berada pada setiap negara akan
dikontrol oleh pemerintah negara yang bersangkutan. Pada umumnya perizinan
meliputi beberapa hal yaitu diantaranya :
a. penempatan struktur bangunan dan perlindungan daerah pantai
b. penebangan hutan daerah pantai dan pendudukan lahan
c. penempatan bangunan dan pendudukan daerah tangkapan ikan
d. penghancuran karang pantai
34
34

e. penggunaan perairan publik


f. pembangunan daerah perlindungan bagi kabel laut
Setelah proses izin dilaksanakan biasanya memerlukan waktu satu sampai dua bulan
untuk memperoleh izin membangun.
3.3

Pemeliharaan Kabel Bawah Laut Internasional


Pemeriksaan sistem secara periodik harus dilakukan untuk mendapatkan

informasi apakah sistem dalam keadaan baik atau mengalami degradasi. Ketika sistem
mengalami kerusakan maka dilakukan beberapa tindakan seperti rencana perbaikan
sebelum sistem mengalami malfungsi. Frekuensi pemeriksaan ditentukan melalui
diskusi antara Maintenance Authority (MA). Beberapa perubahan menyangkut item
pemeliharaan dapat dilakukan oleh MA sepanjang tidak menambah biaya. Namun,
jika menambah biaya maka MA dapat melaporkan pada komite tingkat tinggi yang
mengontrol masalah perkembangan proyek yaitu Management Committee (MC).
Aktivitas lain yang dilakukan oleh MA adalah memberikan penjelasan kepada
pihak-pihak yang terkait seperti perkumpulan nelayan, pemerintah daerah dan
angkatan laut.
Prinsip pemeliharan dari kabel laut konstruksi dan pemeliharaan dimuat pada
perjanjian konstruksi dan pemeliharaan fasilitas yang terdapat pada terminal kabel
laut di suatu daerah merupakan tanggung jawab dari pihak yang berada pada daerah
tersebut. Untuk pemeliharaan fasilitas bawah laut para peserta akan membagi biaya
pengadaan kapal untuk perbaikan kabel laut. Koordinasi dan prosedur diperlukan
untuk melaksanakan perbaikan secara tepat waktu. Pemeliharaan kabel laut dibagi
menjadi dua kategori yaitu pemeliharaan rutin dan pemeliharaan darurat.
1. Pemeliharaan Rutin
Ketika kabel laut beroperasi normal, level dari sinyal penuntun dan tone
pengatur dari sistem akan dimonitor secara periodik dan dicek sebagai suatu
pemeliharaan rutin pada terminal kabel. Pekerjaan ini dilakukan oleh staf dan sesuai
dengan petunjuk pemeliharaan serta prosedurnya. Data tersebut akan saling
dipertukarkan diantara kedua terminal kabel laut sehingga dapat dilihat keabsahannya.

35
35

2. Pemeliharaan Darurat
Kabel laut terdiri

dari perlengkapan terminal kabel didalam gedung dan

repeater di bawah laut. Bagian terbesar dari perlengkapan terminal kabel diberikan
untuk cadangan, sehingga jalur transmisi dapat dialihkan melalui sistem cadangan
ketika terjadi kerusakan pada perlengkapan. Hal ini akan membuat pelayanan
komunikasi dapat diminimalisir. Sementara itu perbaikan bawah laut oleh kapal akan
memakan waktu lama dengan mematikan seluruh sirkuit. Oleh karena itu sirkuit
internasional dapat dirute ulang melalui satelit selama perbaikan.
a .Perbaikan Sirkuit Kabel
Ketika suatu sistem kabel sedang dibangun, rencana perbaikan sirkuit akan
disertakan untuk menentukan prosedur rute ulang pada satu sirkuit selama terjadi
kerusakan. Sirkuit internasional melalui kabel akan disambung segera mungkin
melalui kanal yang telah disetujui pada sistem cadangan selama proses perbaikan.
b. Perbaikan Fasilitas Bawah Laut
Ketika terjadi kerusakan di bawah laut, maka kerusakan tersebut secara
elektris berada diantara kedua terminal kabel. Kapal kabel yang telah disetujui untuk
perbaikan pada persetujuan kapal kabel akan memutuskan jalur untuk dapat
memperbaiki kerusakan kabel. Pekerjaan perbaikan ini akan memakan waktu satu
sampai dua minggu. Kapal kabel laut harus sudah siap untuk berangkat segera setelah
ada permintaan perbaikan kabel.

36
36

IV.

PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN SKKL

Pembangunan SKKl melibatkan banyak parties dari berbagai negara, oleh


karena itu diperlukan suatu pengorganisasian dalam perencanaan pembangunan kabel
laut. Dalam organisasi perencanaan dan pengelolaan kabel laut dikenal beberapa tahap
permbangunan yaitu feasibility study, perencanaan, pembangunan dan operasional.
Masing- masing tahap ini memerlukan waktu yang berbeda. Tahap-tahap perencanaan
pembangunan tampak seperti gambar 23 dibawah ini.

Gambar 23 Tahapan perencanaan & pembangunan SKKL


4.1

Feasibility Study
Pada feasibility study dilakukan suatu analisa dan perkiraan yang disebut

dengan desktop study. Pada desktop study ini akan dipelajari tentang konfigurasi
sistem, landing point, rute dan asumsi/perkiraan kebutuhan kapasitas. Beberapa item
yang ada pada desktop study adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data dan informasi yang meliputi: topografi laut, struktur
geologi laut, daerah penangkapan ikan, daerah reklamasi.
b. Analisa dan evaluasi data dan informasi yang telah dikumpulkan
c. Perencanaan berdasarkan data dan informasi
d. Studi mengenai daerah yang diperbolehkan dan dilarang untuk pemasangan
kabel.
e. Pemilihan rute alternatif dan landing point
f. Perbandingan dan evaluasi pemilihan rute dari sisi teknis dan ekonomis
g. Pemilihan prioritas rute alternatif dan landing point
h. Penghubungan setiap landing point yang sesuai
i. Keputusan melakukan rute awal

37
37

Hasil dari desktop study akan dibawa ke Data Gathering Meeting (DGM). Pada tahap
ini belum ada organisasinya dan hanya dilakukan melalui koordinasi parties.
Feasibility study memerlukan waktu kurang lebih satu tahun.
4.2

Perencanaan
Pada tahap perencanaan masalah yang dibahas adalah perkiraan biaya, harga

dan konfigurasi. Semua masalah ini akan dibawa ke dalam Data Gathering Meeting
kedua (DGM-2), Potential Investor Meeting (PIM), dan Expert Meeting. Tahap
perencanaan memerlukan waktu kurang lebih satu tahun. Berbeda dengan feasibility
study, pada tahap perencanaan sudah dibentuk organisasi yang akan membahas
masalah tersebut. Bagan organisasi yang akan dibentuk adalah seperti berikut :

Gambar 24 Struktur organisasi pada tahap perencanaan


Keterangan Gambar :
IMC

: Interim Management Committee

IPG

: Interim Procurement Group

C&MA WG

: Construction and Maintenance Agreement Working Group

T&O WG

: Technical and Operational Working Group

F&C WG

: Financial and Contractual Working Group

Organisasi ini dipimpin oleh IMC yang ditempati oleh level general manager
atau direksi. IPG pada struktur ini akan menangani masalah tender.
4.3

Pembangunan
Tahap pembangunan memakan waktu satu sampai dua tahun. Tahap ini

diawali dengan adanya penandatanganan kontrak, baik kontrak antar pemilik kabel
38
38

laut maupun kontrak kearah penyuplai. Kontrak antara pemilik dimuat dalam C&MA
agreement. Setelah ditandatanganinya C&MA, antar parties akan membentuk struktur
organisasi seperti dibawah ini :

Gambar 25 Struktur organisasi pada tahap pembangunan


keterangan gambar :
MC

: Management Committee

PG

: Procurement Group

O&M SC

: Operational and Maintenance Sub Committee

AR&R SC

: Activation, Routing and Restoration Sub Committee

CBP

: Central Billing Party

F&C SC

: Financial and Contractual Sub Committee

Untuk dapat menangani berbagai macam pekerjaan pembangunan maka


dibentuk organisasi dibawah Procurement Group. Struktur organisasi tampak seperti
gambar di bawah ini:

Gambar 26 Struktur organisasi PG


39
39

Organisasi Procurement Group terdiri dari :


a. Commercial Working Group (CWG)
CWG adalah working group yang bertanggung jawab untuk mengatur
anggaran proyek, jadwal pembayaran dan jangka waktu penagihan untuk pembayaran
berbagai aktivitas pembangunan. CWG juga menangani masalah kontrak dan
komersial yang berhubungan dengan procurement work.
b. Technical Working Group (TWG)
TWG adalah working group yang bertanggung jawab terhadap masalah teknis
dan mengurusi masalah peralatan dan manufaktur yang harus sesuai dengan
spesifikasi teknik dalam kontrak. Untuk memeriksa apakah semua peralatan dan
manufaktur sesuai dengan standar yang diinginkan, working group akan meminta
supplier memberikan desain dan demonstrasi teknis kepada perwakilan technical
working group. Prosedur untuk memeriksa spesifikasi teknis disebut dengan Factory
Acceptance Test (FAT).
c. Quality Assurance Working Group (QAWG)
QAWG adalah working group yang bertanggung jawab untuk memastikan
apakah proses manufaktur telah berjalan sesuai aturan atau tidak

sehingga dapat

mencapai standar kualitas yang diinginkan. Seperti halnya TWG yang mempunyai
prosedur FAT, QAWG juga mempunyai prosedur yang dinamakan Sistem
Assembling Test (SAT) untuk memeriksa hubungan kabel yang sudah siap untuk
diletakkan. Pemuatan kabel ke dalam cableship juga berada di bawah kontrol QAWG.
d. Commissioning & Acceptance Working Group (C&AWG)
C&AWG adalah working group yang bertanggung jawab untuk inspeksi
mendadak melalui purchasers acceptance test, commissioning & acceptance test.
C&AWG mendiskusikan hasil test tersebut, melaporkan dan melaksanakan kalkulasi
kembali terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi. Prosedur-prosedur test ini dibuat
oleh TWG.
e. Marine activities Working Group (MAWG)
MAWG adalah working group yang bertanggung jawab untuk menentukan
Straight Line Diagram (SLD) dan Route Position List (RPL) untuk menentukan rute.
40
40

Pada proses pelaksanaan TWG akan berperan sebagai technical support terutama
dalam masalah structural seperti kabel dan repeater.
4.4

Operasional
Pada tahap operasional sudah terbentuk organisasi yang mengurusi masalah

rutin yang terkait jaringan, keuangan dan restorasi. Struktur organisasi yang terbentuk
pada tahap operasional adalah seperti gambar 27 dibawah ini.

Gambar 27 Struktur organisasi pada tahap operasional


keterangan gambar:
RC

: Restoration Committee

FA

: Financial Administrator

NA

: Network Administrator

IRU/OCU WG: Indefeasible Rights of Use/Occassional Commercial Use Working


Group

Dalam hal pengelolaan SKKL APCN, Indosat ditunjuk sebagai ketua


IRU/OCU WG, dan sebagai penanggung jawab FA. Sedangkan untuk SEAMEWE
3, Indosat ditunjuk sebagai wakil ketua PG (Procurement Group).
Tugas dan Tanggung Jawab
Central Billing Parties (CBP)
1. Menyediakan fungsi penagihan yang 3. Mencatat semua aktivitas penagihan
terpusat ke parties
selama periode tujuh tahun sesudah
2. Mengawasi
keseluruhan
periode
tanggal
penerimaan
pembagian
konstruksi, jumlah biaya yang
kapasitas
ditanggung dari tiap parties dan
membuat penagihan lain yang penting

41
41

Tugas dan Tanggung Jawab


Financial Administrator (FA)
1. Menyiapkan fungsi sentral penagihan 3. Membuat prosedur untuk persediaan
untuk penjualan IRU dan pelayanan
pelayanan OCU yang sesuai dengan
OCU
persetujuan antar parties pelaksana
2. Membuat prosedur untuk untuk 4. Mencatat semua aktivitas penagihan
penjualan IRU pada Underwritten
selama periode tujuh tahun dari
Capacity dan Common Reserve
pelaksanaan penagihan
Capacity yang sesuai dengan prinsip- 5. Membuat laporan kepada F&C SC
prinsip yang telah disetujui oleh
Management Committee

1.
2.

3.

4.

5.

Tugas dan Tanggung Jawab


Network Administrator (NA)
Membuat prinsip yang mengatur 6. Mengatur Underwritten Capacity
pembangunan routing plan
yang tersisa pada tiap parties sesuai
Memberikan prinsip yang mengatur
dengan prinsip yang telah disetujui
pembangunan routing plan setelah
oleh Management Committee
disetujui oleh A&R Sub Committee 7. Mengkoordinasikan
dan
kepada Management Committee
melaksanakan pengaturan kapasitas
Mengembangkan,
yang
digunakan untuk layanan
mengimplementasikan,
dan
telekomunikasi secara temporer atau
melaksanakan routing plan yang
occasional
optimal berdasarkan prinsip yang 8. Menyediakan
Network
disetujui
oleh
Management
Administrators
Report
secara
Committee
berkala ke A&R SC yang berisi
Mendaftar, memonitor dan mereview
informasi
penggunaan
path
alaokasi kapasitas tiap link untuk
assignment
menghindari aktivasi berlebih dari 9. Memberikan
dukungan
path assignment
pengembangan restoration plan
Mengawasi,
mencatat
dan 10. Mengidentifikasi kapasitas yang
memelihara:
dibutuhkan untuk restorasi pada
o peningkatan total path assignment
kabel laut lain
o status pemakaian pada level 155 11. Merespon permintaan carrier untuk
Mbit/s dan 2 Mbit/s
aktivasi dan deaktivasi dalam waktu
o Underwritten Capacity yang
singkat setelah menerima informasi
tersisa pada tiap parties
yang diterima dari carrier
o Perjanjian Indefeasible Right of 12. Memeriksa ketersediaan kapasitas
Use
untuk pelaksanaan agreement IRU
o Occassional Commercial Use
dan OCU

1.
2.

3.
4.

1.

2.

3.
4.

5.
6.

Tugas dan Tanggung Jawab


Operational and Maintenance SubCommittee (O&M SC)
Mengawasi
perkembangan 5. Mereview
metode
pengujian,
pembangunan,
konstruksi
dan
operasional dan pemeliharaan yang
pemeliharaan
akan digunakan
Merekomendasikan
kepada 6. Membuat
laporan
kepada
Procurement
Group
beberapa
Management Committee.
perubahan yang berkaitan dengan 7. Menyiapkan
dan
memelihara
aspek teknis, operasional dan
dokumen pemeliharaan sistem yang
pemeliharaan yang dianggap patut
berisi informasi dan prosedur yang
dilakukan
memadai
agar
pemeliharaan
Merekomendasikan jumlah cadangan
terlaksana secara efisien
peralatan wet plant dan dry plant
kepada Procurement Group
Menyediakan bantuan dan dukungan
jika diminta oleh Procurement Group
Tugas dan Tanggung Jawab
Financial and Contractual SubCommittee (F&C SC)
Membuat,
mereview,
dan 7. Membuat prosedur-prosedur dalam
mengkoordinasikan penagihan dan
melakukan audit
pembayaran serta prosedur-prosedur 8. Membantu Management Committee
yang sesuai dengan term pada
jika diperlukan dalam melakukan
perjanjian.
perkiraan term-term keuangan dalam
Merekomendasikan
kepada
agreement
Management Committee jenis-jenis 9. Mengawasi term-term komersial pada
penagihan
yang
sesuai
dan
agreement dan kontrak suplai
melaporkan prosedur-prosedurnya.
10. Mempelajari dan merekomendasikan
Membuat perencanaan anggaran dan
prosedur
keuangan
untuk
mempersiapkannya untuk disetujui
meningkatkan
atau
menurunkan
oleh Management Committee
alokasi kapasitas
Memberikan
saran
kepada 11. Mempersiapkan
anggaran
biaya
Management Committee tentang
operasional dan pemeliharaan
akibat dari perubahan teknis yang 12. Membuat
laporan
kepada
akan dilakukan
Management Committee
Mengawasi pelaksanaan item-item
pada anggaran seperti pengeluaranpengeluaran harian
Ketua atau wakil F&C SC jika
diinstruksikan oleh Management
Committee atau oleh F&C SC dapat
melaksanakan
investigasi
detail
dalam pos-pos pengeluaran yang
memang dibolehkan untuk dilakukan
investigasi

Tugas dan Tanggung Jawab


Assignment, Routing and Restoration SubCommittee (AR&R SC)
1. Mereview prinsip pengaturan dari 4. Mengawasi pengorganisasian dan
pembangunan routing plan yang
kondisi dari pengaturan interface
dipersiapkan
oleh
Network
dengan
semua
fasilitas
yang
Administrator
terhubung untuk restorasi dan
2. Mengembangkan
dan
operasional
merekomendasikan
pengaturan 5. Menyusun
implementasi
dari
interworking
digital
termasuk
kapasitas awal
pengaturan multipleks plan dan 6. Mempelajari dan merekomendasikan
sinkronisasi, berdasarkan routing plan
restorasi plan
yang dikembangkan oleh Network 7. Mengidentifikasi
perlengkapan
Administrator
restorasi yang akan digunakan
3. Mempelajari dan merekomendasikan 8. Membuat plan untuk testing restorasi
tambahan pengaturan
9. Membuat laporan ke Management
Committee

3.4.5 Terminasi dan Terminasi Dini SKKL


Dalam salah satu klausul C&MA biasanya disepakati masa aktif/operasional
sistem SKKL dan umumnya disepakati bahwa usia teknisnya adalah 25 tahun. Namun
klausul ini diubah berdasarkan kesepakatan yang diputuskan dalam rapat MC
(Management Committee).
Dengan mempertimbangan aspek ekonomis yaitu biaya O&M per unit kapasitas yg
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sistem-sistem SKKL baru dalam wilayah
yang sama maka usia pakai SKKL dapat menjadi sekitar 15 tahun. Jadi walaupun
secara teknis masih dapat beroperasi melebihi 15 tahun namun dengan pertimbangan
biaya maka SKKL tersebut diterminasi (dimatikan). Bahkan ada kecenderungan masa
operasional diperpendek mendekati masa pakai antara 10 sampai 15 tahun.
SKKL

RFS

Terminasi Dini

Usia Pakai

GPT

1989

2003

14 Tahun

BS

1991

Rencana 2004

13 Tahun

BMP

1992

Rencana 2004

12 Tahun

TPC-4

1992

Rencana 2004

12 Tahun

APC

1993

Rencana 2004

11 Tahun

Khusus untuk SKKL yang landing di Indonesia (Jakarta dan Medan), saat ini ada
tiga SKKL utama yaitu :
SEAMEWE 2 : sudah beroperasi 9 tahun (RFS 1994)
SEAMEWE 3 : sudah beroperasi 4 tahun (RFS 1999)
APCN

: sudah beroperasi 6 tahun (RFS 1997)

Mengacu kepada masa operasional yang semakin mendekati 10 tahun, maka dalam
tempo 4-5 tahun ke depan Indosat harus memiliki SKKL yang baru. Mengingat masa
perencanaan dan pembangunan memakan waktu dua sampai tiga tahun maka tahun
2004-2005 Indosat harus sudah ikut berpartisipasi pada pembangunan sistem SKKL
baru untuk wilayah cakupan yang sebanding dengan SKKL APCN maupun
SEAMEWE 3.
Sedangkan untuk terminasi dini SKKL SEAMEWE-2 kemungkinan masih bisa
diatasi dengan jalan memidahkan trafik ke SKKL SEAMEWE-3 karena cakupan
negaranya sebagian besar sama. Namun bila terminasi dini SKKL SEAMEWE-2 ini
terjadi maka sarana hubungan ke wilayah Asia Selatan Timur Tengah Eropa hanya
melalui satu rute saja, tidak ada diversity route-nya. Diversity route sangat diperlukan
terutama untuk wilayah-wilayah yang rawan gangguan/putus SKKL.

V.

PENGALOKASIAN KAPASITAS SKKL

Pada pembangunan kabel laut, telah direncanakan berapa besar kapasitas yang
akan dipasang untuk dapat mengatasi kebutuhan bandwidth pada daerah yang
bersangkutan selama waktu teknis dari kabel laut tersebut. Kapasitas dari kabel laut
mungkin tidak akan seluruhnya digunakan pada masa sekarang karena pemasangan
kapasitas merupakan perkiraan dari kebutuhan bandwidth sampai waktu teknis kabel
laut. Dengan adanya kapasitas yang tidak digunakan ini, akan menjadi beban bagi
pemilik (parties) kabel laut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep yang baik dalam
pengalokasian kabel laut. Gambar 28 di bawah ini menunjukkan alokasi kapasitas
pada kabel laut. Konsep ini hanya berlaku pada Model Konsorsium.

Gambar 28 Alokasi kapasitas pada kabel laut


Pada gambar tersebut terlihat bahwa kapasitas kabel laut dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu: Design Capacity, Notional Capacity, Assigned Capacity,
Common Reserve Capacity dan Underwriting Capacity.
1. Design Capacity
Design capacity merupakan besar kapasitas yang dirancang atau direncanakan
pada kabel laut. Besarnya design capacity pada kabel laut didasarkan pada hasil
analisa kebutuhan pasar bandwidth pada daerah yang dicakup dalam sistem. Biasanya
dihitung selama jangka waktu kabel laut beroperasi yaitu sekitar 15-20 tahun.

2. Assigned Capacity
Assigned capacity adalah besar kapasitas yang terjual

kepada para parties

kabel laut. Besarnya assigned capacity yang dibagikan kepada masing-masing parties
tergantung kepada besarnya investasi yang dikeluarkannya.
3. Notional Capacity
Notional capacity diciptakan berdasarkan analisa harga kapasitas. untuk
menutupi biaya pembangunan kabel laut, secara ideal harga kapasitas ditetapkan
berdasarkan biaya pembangunan dibagi dengan besar kapasitas sistem yang dalam hal
ini adalah Designed Capacity. Namun karena yang terjual hanya sebesar Assigned
Capacity maka pendapatan yang diperoleh tidak dapat mencukupi biaya pembangunan
oleh karena itu harga harus dinaikkan menjadi biaya pembangunan dibagi dengan
besar Assigned Capacity, tetapi harga ini akan menjadi tidak kompetitif di pasaran
karena terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut maka harga harus diturunkan
sehingga kompetitif. Harga ini diperoleh dengan membagi biaya pembangunan
dengan besar kapasitas tertentu yang disebut dengan notional capacity. Notional
capacity ini yang akan didistribusikan kepada para peserta kabel laut.
4. Underwriting Capacity
Underwriting capacity adalah selisih antara notional capacity dengan assigned
capacity. Underwriting capacity merupakan besar kapasitas tambahan yang harus
didistribusikan/dijual agar harga kompetitif. Untuk mengatasi hal ini maka
underwriting capacity ini harus ditanggung oleh parties. Besarnya kapasitas yang
harus ditanggung oleh parties tergantung dari kesanggupan investasi parties dan
disepakati oleh sesama parties.
5. Common Reserve Capacity
Common Reserve capacity adalah besar kapasitas yang belum didistribusikan
kepada parties dan merupakan selisih antara designed capacity dengan notional
capacity. Kapasitas ini biasanya digunakan untuk keperluan lain seperti :
Upgrade Notional capacity
Setiap parties akan mendapat tambahan alokasi kapasitas yang besarnya
proporsional dengan kepemilikannya dan tanpa ada tambahan investasi. Upgrade
Notional capacity dilakukan melalui kesepakatan di rapat MC (Management
Committee)
Dijual sebagai IRU (Indefeasible Right of Use) kepada non Parties

hasil penjualannya akan dibagikan kepada parties dan besarnya sebanding


dengan porsi kepemilikannya.
Dipakai untuk OCU (Occasional Commercial Use)
Yang termasuk dalam OCU adalah sebagai sarana restorasi SKKL lain dan
short term lease. Pendapatan dari kegiatan ini akan didistribusikan kepada para
parties.

Gambar 29 Porsi Kepemilikan & Porsi Underwritting Capacity

Ilustrasi Penetapan Notional Capacity


1. Misalkan besar kapasitas terpasang (designed capacity) adalah 20 Gbps,
dengan biaya pembangunan $100 juta maka secara ideal besar harga kapasitas
adalah :
3

$100 juta / 20 x 10 Mbps = $5000 / Mbps


2. karena besar kapasitas yang terjual hanya sebesar assigned capacity (misalnya
6 Gbps) maka pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi biaya
pembangunan kabel laut, oleh karena itu harga harus direvisi menjadi :
3

$100 juta / 6 x 10 Mbps = $16.667 / Mbps. Dengan harga ini dapat


mencukupi biaya pembangunan namun harga ini menjadi tidak kompetitif
dipasaran karena terlalu tinggi

3. Untuk mengatasi hal ini maka harga harus dibuat menjadi kompetitif, jika
melalui pengamatan didapat

harga yang kompetitif adalah $1.000 /Mbps

maka dapat dicari besar kapasitas yaitu : $100 juta / $1.000 per Mbps = 10 x
3

10 Mbps = 10 Gbps. Dan ini merupakan besar notional capacity yang harus
terjual/terdistribusikan. Berarti ada selisih 4 Gbps yang harus terjual dan
disebut dengan underwriting capacity. Underwriting capacity ini akan
didistribusikan kepada para peserta kabel laut dan besarnya sebanding dengan
besar assigned capacity yang dimiliki para peserta. dan besarnya sesuai dengan
kesepakatan bersama antar parties.
Ekspansi Notional Capacity
Ekspansi Notional Capacity (NC) dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pasar
yang semakin membesar. Pada dasarnya ekspansi ini hanya merupakan penambahan
alokasi kapasitas ke setiap parties yang diambil dari CRC (Common Reserved
Capacity). Kapasitas hasil ekspansi

akan dibagi secara proporsional kepada para

parties sesuai dengan porsi kepemilikannya masing-masing parties. Ekspansi Notional


Capacity

ini tidak memerlukan tambahan biaya karena tidak melakukan investasi

tambahan peralatan SKKL baik pada wet plant maupun pada dry plant.
Walaupun didapat dengan tanpa tambahan investasi, Ekspansi NC ini bisa
berdampak positif atau negatif bagi suatu parties. Bila kebutuhan kapasitas suatu
parties tinggi maka ekspansi ini menguntungkan. Akan tetapi bila kebutuhan kapasitas
suatu parties rendah dan parties tersebut masih memiliki kapasitas yang idle
(Underwritting Capcity) maka ekspansi ini kurang menguntungkan.
Sebetulnya dalam C&MA ada aturan yang menyatakan bahwa Notional
Capacity akan di-ekspansi apabila kapasitas Underwritting Capacity seluruh parties
sudah habis. Artinya : apabila suatu parties A membutuhkan kapasitas tambahan
diluar porsinya dan kapasitas idle sejumlah parties masih tersedia (dikumpulkan
dalam suatu pool), maka parties A harus membeli kapasitas dari pool (sifatnya
ownership). Dana hasil penjualan ini akan didistribusikan kepada parties yang
mempunyai kontribusi kapasitas idle dalam pool tersebut secara proporsional.
Di dalam C&MA dinyatakan bahwa setiap aturan dalam C&MA dapat diubah,
termasuk aturan ekspansi, apabila disetujui oleh MC (Management Committee).
Biasanya keputusan ini dilakukan secara voting. Pada kasus ekspansi SKKL APCN
maupun SKKL SEA-ME-WE-3 sebagian besar parties menyetujui adanya ekspansi,

termasuk operator-operator Asia Tenggara (CAT, SingTel, TM, PLDT). Operatoroperator ini demand trafiknya sangat tinggi dibandingkan Indosat. Dalam kasus
ekspansi ini bisa dikatakan hanya Indosat yang menolak.
Akibat dari adanya persetujuan MC baik SKKL APCN maupun SKKL SEAME-WE-3 telah mengalami ekspansi 2 kali. Pada hasil Ekspansi ke-1 Notional
Capacity berubah menjadi 200% dari kapasitas awalnya (kapasitas pada saat tanda
tangan C&MA). Dalam kurun waktu sekitar 1 tahun sejak Ekspansi ke-1 dilakukan
lagi ekspansi NC yang ke-2 sehingga kapasitas NC menjadi 400% dari kapasitas
awalnya. Dengan demikian kapasitas SEA-ME-WE-3 yang semula dialokasikan untuk
Indosat sebesar 720.00 MIU-Km berubah menjadi 1.440.000 MIU-Km pada ekspansi
ke-1 dan terakhir menjadi 2.880.000 MIU-Km pada ekspansi ke-2.
Pada saat ini utilisasi kapasitas SEA-ME-WE-3 oleh Indosat sudah sekitar
800.000 MIU-Km. Bila dilihat dari alokasi awalnya (720.000 MIU-Km) utilisasi ini
sudah melebihi alokasi. Akan tetapi karena ekspansinya dilakukan 2 kali dengan
besaran ekspansi sangat besar (100% dari kapasitas sebelumnya) maka sejak ekspansi
ke-1 pun Indosat ( dengan kapasitas 1.440.000 MIU-Km) sudah kelebihan kapsitas.
Upgrade Design Capacity
Pada upgrade design capacity akan dilakukan penambahan peralatan pada
komponen dry plant untuk mendukung penambahan kapasitas. Upgrade ini akan
dilakukan ketika design capacity sudah tidak mendukung kebutuhan pasar, sedangkan
kapasitas sistem masih bisa ditingkatkan sehingga dengan penambahan dry plant
sistem akan memiliki kapasitas yang lebih tinggi. Ketika sistem dibangun, masalah
upgrade design capacity harus dipertimbangkan, sistem harus diperkirakan berapa
besar kapasitas yang akan diupgrade Karena menyangkut masalah repeater spacing.
Sistem dengan kapasitas besar memerlukan jarak pemasangan repeater yang lebih
pendek sehingga jumlah repeater yang digunakan harus lebih banyak. Karena
komponen wet plant akan lebih efisien jika pemasangannya dipasang untuk kapasitas
upgrade maksimal.
Upgrade design capacity perlu dilakukan untuk dapat melayani permintaan
kapasitas yang semakin meningkat. Pada umumnya kabel laut diprediksi untuk dapat
mengantisipasi kebutuhan kapasitas sampai dengan lima belas tahun mendatang.
Namun, tidak jarang permintaan kapasitas pada kabel laut tersebut sangat tinggi
sehingga sistem tidak dapat melayani perkiraan kebutuhan kapasitas sampai lima
50
50

belas tahun mendatang. Hal ini terjadi pada SKKL APCN. APCN dibangun dengan
perkiraan dapat melayani kebutuhan kapasitas sampai lima belas tahun sejak
beroperasi yaitu tahun 1997 dengan jaringan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 30 Jaringan APCN

Ternyata pada Juni 2003 yaitu sekitar enam tahun sejak beroperasi,
penggunaan kapasitasnya sudah sangat tinggi yaitu sekitar 75 % sesuai dengan data
sebagai berikut :
Indonesia-Malaysia

: Fill rate 56%

Indonesia-Singapura

: Fill rate 75 %

Indonesia-Australia

: Fill rate 94 %

Berikut ini adalah alokasi kapasitas yang telah disepakati pada sistem APCN
1. Pemenuhan Kebutuhan Kapasitas
Parties
Dalam memenuhi kebutuhan kapasitasnya, parties dapat memperoleh dari
beberapa cara yaitu :
o Prioritas pertama beli kapasitas DUC (Defined Underwritten Capacity)
dari

Pool (secara ownership)

51
51

o Bila Pool habis maka dilakukan ekspansi Allocated Capacity dimana


semua parties akan mendapat tambahan sirkit yg proporsional dengan
share kepemilikan
o Pengecualian : Walaupun Pool belum habis, bila mayoritas pemegang
saham menghendaki maka atas persetujuan MC dapat dilakukan ekspansi
Allocated Capacity.
Non Parties
Dalam memenuhi kebutuhan kapasitasnya, Non Parties hanya boleh beli
IRU dengan syarat International network provider (lisensi dilampirkan pada
saat pembelian).
2. Kapasitas
a. Design Capacity :
Pembagian Kapasitas pada APCN adalah sebagai berikut :
Allocated Capacity :
AC (Assigned Capacity)
RUC (Reserved Underwritten Capacity)
DUC (Defined Underwritten Capacity)
CRC (Common Reserved Capacity)
Upgrade kapasitas
Dari Design Capacity 10 Gbps menjadi 20 Gbps
Yang di upgrade hanya yang mengalami bottleneck yaitu Sistem 1 (sekitar
Timur Jauh: Jepang - Hkg dsb.) dan Sistem 2 (Singapura ke arah utara),
sedangkan Sistem 3 yang mencakup hubungan Malaysia SingapuraIndonesia tidak di upgrade (kapasitas masih memadai)
Biaya upgrade didanai dari parties yang bersedia sebagai volunteer investor
dengan imbalan berupa penambahan share kepemilikan/kapasitas
Parties lain boleh untuk tidak menambahan investasi dengan kapasitas
eksisting tetap tidak berkurang, tapi share kepemilikan menjadi turun.

52
52

b. Allocated Capacity
Assigned Capacity (AC)
Merupakan kapasitas yang akan dibagikan kepada parties. Pembagian kapasitas
ini sesuai dengan kesepakatan bilateral yang telah dibuat dan telah dialokasikan
rutenya.
Reserved Underwritten Capacity (RUC)
o Kapasitas Cadangan Parties
o Belum mempunyai counter part Administrasi LN sehingga belum
dialokasikan rutenya
o Untuk keperluan sendiri
o Tidak bisa dijual
Defined Underwritten Capacity (DUC) = Pool Capacity
Umumnya dimiliki oleh TP (Terminal Parties) / IP (Initial Parties), karena
ada minimum investement. => Kapasitas bisa melebihi kebutuhan.
Hanya bisa dijual ke sesama parties (secara ownership)
Harga DUC tergantung pada total Allocated Capacity. Bila ada expansi
harga DUC menjadi turun karena Allocated Capacity membesar, sehingga
harga DUC menjadi jauh lebih murah dari harga IRU.
Hasil ekspansi dapat dimasukan sebagai DUC.
Tidak semua parties memiliki DUC.
DUC seluruh parties dikumpulkan dalam Pool
Pembagian penjualan DUC : Proportional dengan share parties dalam pool.
Common Reserve Capacity (CRC)
Pada APCN, CRC ini akan digunakan untuk restorasi, IRU Sales, Occasional
use, dan ekspansi kapasitas.

53
53

Gambar 31 Alokasi kapasitas pada APCN

Proses Aktivasi
Aktivasi dari Reserve capacity
Konversi dari reserved capacity atau pool menjadi assigned capacity dengan
mengajukan form CCR (Capacity Conversion Request) ke NA (Network
Administrator)
Apabila sudah disepakati oleh NA, selanjutnya mengirimkan form CAR
(Capacity Activation Administrator) ke NA
Bila merupakan sirkit JAC (Jointly Assigned Capacity) perlu persetujuan
operator lawan
NA akan mengirimkan konfirmasi persetujuan dalam bentuk form CAA
(Capacity Acknowledgement request)
o Aktivasi yang sudah berstatus AC (Assigned Capacity)
Mengirimkan form CAR (Capacity Activation Request) ke NA
Bila merupakan sirkit JAC perlu persetujuan operator terkait

54
54

NA akan mengirimkan konfirmasi persetujuan NA dalam bentuk form CAA


(Capacity Acknowledgement Request)
o Timing/Jangka waktu bervariasi sekitar satu sampai empat minggu
Aktivasi AC jauh lebih cepat, umumnya hanya perlu pengetesan saja
Konversi+Aktivasi memerlukan waktu minimum tiga minggu

Penggunaan Kapasitas Untuk Aktivasi Sirkit Saat Ini


Joint Assigned capacity (JAC)

Aktivasi sirkit yang menggunakan kapasitas half Party A dan half Party B
Wholly Assigned Capacity (WAC)

Aktivasi sirkit yang menggunakan 2 half milik Party A atau 2 half Party B dan hanya
untuk hubungan Domestik
Contohnya : sirkit Indosat untuk hubungan Jakarta-Batam (Via Singapura)
Liberalisasi penggunaan Kapasitas Untuk Aktivasi WAC di SKKL APCN
1. WAC untuk Transit Out

Traffik berasal dari Landing point Country SKKL APCN keluar sistem dan masuk
Ke sistem kabel lainnya dan terminasi di negara diluar Landing point SKKL APCN
contoh : Trafik Internet Indosat Ke USA ( APCN-China US)

55
55

2. WAC untuk Transit Through

Trafik berasal dari SKKL lain di luar APCN, masuk ke dalam SKKL APCN
kemudian ke luar sistem untuk masuk ke SKKL lainnya dan terminasi di negara di
luar negara Landing point SKKL APCN contoh : Trafik India-ke-USA via singapura
(SEAMEWE APCN-China-US)
3. WAC untuk Transit-in

Trafik berasal dari negara di luar Country SKKL APCN melalui kabel lain dan masuk
ke SKKL APCN dan terminasi di negara Landing point SKKL APCN contoh : Trafik
USA ke Indonesia ( MCII USA - MCII Indonesia)
4. WAC untuk Transit Within

56
56

Trafik berasal satu negara Landing point APCN dan terminasi di salah satunegara
Landing Point SKKL APCN contoh : Trafik Jepang ke Indonesia (KDDI JepangKDDI Indonesia)
Kondisi Saat ini mengenai Transfer dan Jual beli kapasitas
1.Transfer Kapasitas kepada Subsidiary
- Suatu Party dapat melakukan transfer Kapasitasnya kepada Subsidiary-nya
dengan kepemilikan 100%, dan subsidairy harus memiliki lisensi internasional serta
memenuhi aturan di negara dimana subsidiary tersebut beroperasi
- Transfer kapasitas kepada subsidary dalam bentuk right of use (bukan
Ownership)
2. Jual Beli Kapasitas
Jual beli diadministraikan melalui NA (Network Administrator) dan harga
berdasarkan ketentuan dan perhitungan FA (Finansial Adminsitrator) dan tidak lebih
murah dari harga kapasitas waktu investasi serta harus mendapat persetujuan MC
(Management Committee).
a. Penjualan DUC
Penjualan kapasitas kepada Parties Eksisting yang memerlukan tambahan
kapasitas. Kapasitas yang dijual berasal dari kapasitas Party APCN yang memiliki
DUC, sehingga hasil penjualan didistribusikan sesuai prosentasi DUC Party APCN.
b. Penjualan IRU
Penjualan kapasitas kepada Carrier lain diluar Party APCN yang dalam
C&MA. Kapasitas yang dijual berasal dari CRC (Pool Capacity) dan hasil penjualan
Kapasitas didistribusikan kepada Parties APCN sesuai share masing-masing Party..
Liberalisasi mengenai Transfer dan Jual beli kapasitas
1.Transfer Kapasitas kepada Subsidiary
Suatu Party dapat melakukan transfer Kapasitasnya kepada :
Subsidiary dengan kepemilikan cukup lebih dari 50%, dan subsidairy
harus

memenuhi aturan dinegara dimana subsidiary tersebut

beroperasi.
Transfer dapat dilakukan antar Parties APCN saat ini.
Transfer dapat dilakukan kepada Telecommunications entities lainnya
57
57

Transfer kapasitas dapat dalam bentuk ownership maupun partially


Ownership.
2.Jual Beli Kapasitas
Satu Party dapat melakukan Jual beli kapasitas secara bilateral, tanpa melalui
NA, dan NA/MC hanya akan melakukan administrasi saja. Harga ditentukan oleh
Party tersebut. Kapasitas yang dijual merupakan kapasitas RUC/DUC dari Party
penjual dan dana hasil penjualan kapasitas tsb merupakan pendapatan dari Party yang
menjual saja.
Penjualan DUC
Penjualan kapasitas secara bilateral kepada Parties Eksisting yang memerlukan
tambahan kapasitas
Penjualan IRU
Penjualan kapasitas secara bilateral kepada telecommunication entities
Posisi Indosat
1. Penggunaan WAC
a. Transit Out dan transit-through, setuju karena menguntungkan dan tidak
menimbulkan ancaman bagi Indosat
b. Transit-in dan Transit-within, Tidak setuju, karena merupakan ancaman bagi
kelangsungan trafik GCS dan penjualan kapasitas Indosat (DUC/RUC).
2.Transfer Kapasitas Kepada Subsidiary
a. Subsidairy dengan kepemilikan 100%, setuju
b. Subsidary dgn kepemilikan lebih dari 50%,tidak mendukung
3.Penjualan Kapasitas
a. Bilateral untuk DUC (Antar Parties), Setuju/mendukung, tidak ada ancaman
dan Indosat dapat menjual kapasitasnya kepada Parties lainnya
b. Bilateral IRU (Kepada other telecommunication Entities), Tidak setuju, karena
merupakan ancaman penjualan kapasitas kepada ISP di Indonesia secara langsung
tanpa melalui Indosat

58
58

V.

6.1

ASPEK EKONOMI SKKL

Pasar global SKKL


Kebutuhan Bandwidth pasar global akan terus meningkat seiring dengan

ditemukannya

berbagai

aplikasi

teknologi.

Teknologi

telekomunikasi

yang

berkembang akan semakin diminati sehingga kebutuhan kapasitas akan semakin


besar. Pada tahun 1990 kebutuhan kapasitas didominasi oleh voice telephony namun
sejak tahun 2000 berbagai aplikasi seperti www, e-commerce, VoIP, Virtual Private
Network, streaming media, remote service file, telemedicine dan lain-lain akan
membuat kebutuhan kapasitas semakin meningkat tajam.

Gambar 32 Grafik peningkatan kebutuhan kapasitas

59
59

140

120

100

80
60

40

(Total Transatlantic
demand,Tbps)

160

new cable system


activated
Transatlantic demand

20
2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

0
2001

0
2000

(New cable System activated)

Gambar 33 Perbandingan jumlah sistem kabel yang dibangun dengan


kebutuhan kapasitas pada Trans Atlantic
Kebutuhan Bandwidth pasar global akan terus meningkat seiring dengan
ditemukannya

berbagai

aplikasi

teknologi.

Teknologi

telekomunikasi

yang

berkembang akan semakin diminati sehingga kebutuhan kapasitas akan semakin


besar. Pada tahun 1990 kebutuhan kapasitas didominasi oleh voice telephony namun
sejak tahun 2000 berbagai aplikasi seperti www, e-commerce, VoIP, Virtual Private
Network, streaming media, remote service file, telemedicine dan lain-lain akan
membuat kebutuhan kapasitas semakin meningkat tajam. Pada

gambar terlihat

perbandingan antara jumlah sistem kabel yang diaktifkan dengan kebutuhan kapasitas
pada jalur Transatlantik. Dengan adanya dorongan aplikasi-aplikasi jasa baru ini pada
periode 2001-2004-2007, pembangunan sistem kabel baru mengikuti siklus tiga
tahunan dimana setiap tiga tahun harus dibangun sistem kabel baru. Namun pada
tahun 2009 terlihat bahwa pembangunan kabel baru semakin tidak mencukupi
kebutuhan kapasitas untuk masa yang akan datang sehingga diperkirakan
pembangunan SKKL baru siklusnya menjadi kurang dari tiga tahun.
Peningkatan kebutuhan bandwidth akan mendorong pembangunan kabel baru.
Penerapan teknologi transmisi pada pembangunan kabel membuat kapasitas kabel
semakin besar namun dengan biaya yang relatif sama, hal ini akan membuat
penurunan harga kapasitas. Dengan harga yang murah akan banyak aplikasi teknologi
yang diterapkan sehingga hal ini akan mendorong peningkatan kebutuhan bandwidth
lagi, proses ini akan terus berlangsung sehingga membentuk siklus bandwidth.
Penggunaan kapasitas sirkit akan terus mengalami perubahan bukan hanya
dari segi jumlah pemakaian tetapi juga dari ragamnya. Perubahan ini akan tergantung
60
60

dari kemajuan teknologi yang telah dicapai, sebagai contoh sejak internet berkembang
di dunia maka permintaan kapasitas makin meningkat. Kapasitas ini sebagian besar
digunakan untuk sarana komunikasi data yang sangat berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya yang didominasi oleh komunikasi suara. Sebagai perbandingan, dibawah
ini disajikan data perkembangan pemakaian kapasitas sejak tahun 1995 sampai tahun
1999 di USA.
100%
90%
80%
70%
60%

Idle

50%

PSTN

40%

IPL

30%
20%
10%
0%
1995

1996

1997

1998

1999

Gambar 34 Perkembangan pemakaian kapasitas di USA


Dari data tersebut diketahui bahwa pemakaian kapasitas untuk PSTN (Public
Switch Telephone Network) mengalami trend yang terus menurun, kapasitas sebagian
besar digunakan untuk IPL (Internasional Private Lines). IPL merupakan sarana
penyewaan kapasitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam melakukan
komunikasi baik data maupun suara. Dengan menggunakan IPL maka perusahaan
dapat memakai kapasitas dengan besar tertentu untuk menunjang kegiatan usahanya.
Penggunaan IPL yang semakin meningkat tidak lepas dari kemajuan internet yang
dapat melayani komunikasi data dan suara. Sehingga lambat laun fungsi PSTN dapat
tergantikan.

IPL
PSTN
Idle

Tabel 1 Penggunaan kapasitas sirkit 64 Kbps di USA


1995
1996
1997
1998
26.497
91.362
147.408
198.369
126.150
140.518
170.717
177.049
118.343
74.762
123.751
241.052

1999
375.503
212.243
252.232

6.2

Perkembangan Model Pendanaan


Model pendanaan kabel laut telah mengalami evolusi dimulai dari sistem

kepemilikan konsorsium kemudian berganti menjadi private dan sponsor. Masingmasing model tersebut memiliki keuntungan dan kerugiannya.
1. Model Konsorsium
Pada model konsorsium biaya pembangunan kabel laut diperoleh dari investasi
para anggota konsorsium tersebut. Besarnya investasi yang dikeluarkan para anggota
akan berpengaruh terhadap kapasitas yang akan diperolehnya. Pada model ini berlaku
sistem alokasi kapasitas yang telah diterangkan sebelumnya. Model ini biasanya
digunakan untuk membangun sistem kabel laut yang sangat besar dan kompleks
seperti SeaMeWe 3, APCN-2. Sistem ini

memiliki kerugian dalam manajemen dan

birokrasi antar parties yang rumit karena bayak parties yang terlibat di dalamnya.
Sistem ini berpotensi menimbulkan konflik antara parties besar dan parties kecil.
Keuntungannya adalah pembagian kapasitas sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Karena modal yang diperoleh dari anggota konsorsium sehingga keuangan sistem
akan stabil.
Dalam

sistem

pembiayaan

konsorsium

biasanya

terdapat

berbagai

istilah/penggolongan parties. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kewajiban investasi
parties.

Secara umum Parties yg

sudah terlibat sejak awal perencanaan disebut

dengan Initial Parties/IP. Biasanya IP merupakan inisiator dan mereka sangat


membutuhkan kapasitas serta sanggup mengeluarkan investasi cukup besar. Biasanya
diantara sesama IP dibuat kesepakatan minimum investasi setiap parties yg
dituangkan ke dalam suatu MOU.
Umumnya IP bertindak pula sebagai Terminal Parties (tempat Landing
Point/LP SKKL). Kewajiban investasi Terminal Parties dipengaruhi :
Rute SKKL
Letak goegrapi LP, semakin jauh LP dari rute SKKL akan dikenakan
invetasi lebih besar
Jumlah LP yg dimiliki parties dalam SKKL
Parties lainnya yg tidak tergolong kepada IP atau Terminal Parties dapat membeli
kapasitas sesuai dengan kebutuhannya, namun harus sesuai dengan aturan yg ada
yaitu MIU (Minimum Investment Unit). Pada awalnya dalam sistem SKKL Serat

Optik MIU adalah 64 Kbps, kemudian bergeser ke satuan 2 Mbps serta pada saat ini
system SKKL yg baru memberlakukan MIU dengan satuan 1 STM-1. Artinya untuk
kondisi saat ini walaupun kebutuhan hanya misalnya 15 x 2 Mbps, maka apabila suatu
Operator Telekomunikasi ingin menjadi suatu parties SKKL maka operator tersebut
harus membeli kapasitas minimal sebesar 1 STM-1. Dengan berkembangnya
teknologi kapasitas yg sangat pesat saat ini (seperti DWDM) kemungkinan MIU ke
depan akan berupa wavelength (dark wavelength).
Dalam SKKL tertentu, seperti SKKL SMW-3, diberlakukan investasi dengan
sistem insentif dan bonus yang disebut PIPS (Progressive Incentive Pricing Scheme),
yaitu semakin besar investasi harga sirkit semakin murah dan mendapatkan bonus
tambahan sirkit.
Contoh perhitungan PIPS
Capacity
Purchased
(Unit)
0-200

Unit Cost
Within
Category
(US$/Unit)
60

Critical
Investment
Threshold
Crossed
(US$)
12.000

Cumulative
Total Capacity
Amount of Bonus Alocated
at
Capacity Awarded Threshold
if
Threshold
Crossed
20 Unit
220 Unit

(level 1 capacity)
201-600

30

18.000

60 Unit

460 Unit

24.000

120 Unit

720 Unit

30.000

220 Unit

1.220 Unit

(level 2 capacity)

> 600

15

level 3 capacity)
Penjelasan :
1. Jika parties berinvestasi US$18.000 maka kapasitas yang diperoleh adalah US$
12.000/ 60 US$/Unit = 200 Unit sedangkan sisa investasi yaitu US$ 18.000
US$ 12.000 = US$ 6.000 akan dibagi dengan level 2 capacity yaitu 30 US$/Unit
menjadi 200 Unit sehingga total kapasitas yang diperoleh 200 Unit + 200 Unit +
bonus sebesar 60 Unit = 460 Unit.
2. Sedangkan jika parties berinvestasi sebesar US$ 30.000 kapasitas yang akan
diperoleh menjadi :

Level 1 capacity sebesar 200 Unit dengan investasi 200 x 60 = US$12.000


Level 2 capacity sebesar 400 Unit dengan investasi 400 x 30 = US$ 12.000
Sisa investasi sebesar 30.000 12.000 12.000 = 6000 adalah untuk level 3
capacity sebesar US$ 6000 / 15 US$ / Unit = 400 Unit
Maka total kapasitas yang didapat adalah : 200 Unit + 400 Unit + 400 Unit +
bonus sebesar 220 Unit = 1220 Unit
2. Model Privat
Pada model privat, pembangunan kabel laut dilaksanakan oleh satu perusahaan
dengan biaya dari perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut kemudian akan menjual
kepada yang berminat. Sistem ini memiliki kuntungan yaitu manajemen yang
sederhana sehingga dapat mempercepat perkembangan pembangunan. Karena sistem
ini hanya dimiliki oleh suatu perusahaan maka tidak akan menimbulkan konflik
kepentingan. Kerugian dari model ini adalah adanya resiko yang tinggi karena
kapasitas yang mungkin tidak terjual sehingga sistem akan tidak stabil dalam
keuangan. Contoh model ini adalah FLAG Atlantic-1 yang dimiliki oleh FLAG.
3. Model Sponsor
Pembangunan kabel laut menggunakan dua atau lebih perusahaan dengan
saling menanggung biaya pembangunan. Kapasitas akan dibagi kepada dua atau lebih
perusahaan yang akan bergabung dalam sistem. Keuntungan dari model ini adalah
manajemen lebih sederhana daripada model konsorsium. Pada model ini perusahaan
yang bergabung tersebut harus membeli kapasitas sama seperti carrier lain namun
perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan dari hasil penjualan kapasitas.
Contoh model ini adalah NPC (North Pacific Cable) yang disponsori C&W dan
Neptune.

6.3

Alternatif Pembelian Kapasitas Pada Kabel Laut


Kepemilikan kapasitas pada kabel laut dapat ditempuh dengan berbagai cara

yaitu :
1. Kepemilikan langsung
2. Indefeasible Rights of Use (IRUs) dengan jangka waktu 15 sampai 25 tahun
3. Penyewaan jangka pendek

4. Pertukaran (swap)
setiap alternatif diatas memiliki keuntungan baik secara finansial maupun teknis.
Kepemilikan langsung
Pada umumnya pembeli bandwidth akan menemui kendala keuangan dalam
membangun, mengoperasikan dan memelihara kabelnya. Oleh karena itu dibangun
suatu konsorsium kabel laut agar dapat memecahkan masalah tersebut, kepemilikan
kapasitas akan langsung ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikelurkan..
Kepemilikan langsung seperti ini adalah option yang jarang diminati pada sistem
terrestrial, karena pada sistem terrestrial lebih cenderung untuk membangun jaringan
secara privat daripada konsorsium. Pada kepemilikan langsung anggota konsorsium
besar akan mengadakan suatu pertemuan yang disebut Data Gathering Meeting
(DGM) dan mengajak parties lain untuk bergabung dalam konsorsium tersebut.
Parties mempunyai kesempatan untuk membeli sejumlah Minimum Investment Units
(MIUs), yang biasanya berdasarkan satuan E-1 (2 Mbps). Satu MIU sama dengan satu
STM-1 (155 Mbps). Model kepemilikan ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
besar kapasitas yang dimiliki akan tergantung dari biaya yang dikeluarkan.
Dengan mengeluarkan investasi yang besar maka kapasitas yang dimiliki
menjadi sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Mempunyai hak up grade. Parties mempunyai hak mendapatkan kapasitas
yang akan di full upgrade.
Parties besar dapat mensubsidi biaya pada parties kecil.
Sedangkan kerugian dari kepemilikan langsung adalah sebagai berikut:
Adanya pembatasan untuk menjual kapasitas karena terikat kontrak
Pemilik kabel menghadapi resiko kerusakan jaringan
Jika harga bandwidth menurun drastis maka asset akan mengalami depresiasi
IRU
IRU merupakan sewa jangka panjang sesuai umur ekonomis kabel laut untuk
menggunakan sejumlah kapasitas transmisi, pembayaran biasanya dilakukan dengan
beberapa kali dengan jumlah yang telah ditentukan (10 sampai 20 persen). Dengan
menjual kapasitas yang tak terpakai sebagai IRU maka parties mendapatkan modal
untuk biaya kapasitas tak terpakai. Keuntungan utama dari model IRU adalah harga
yang lebih murah dari pada penyewaan bandwidth secara konvensional.

IRU biasanya dijual ke suatu Operator non parties apabila C&MA


(Construction and Maintenance Agreement) suatu sistem SKKL telah ditanda tangani
oleh parties. Biasanya kapasitas IRU yang dijual diambil dari CRC (Common Reserve
Capacity).
Sewa Jangka Pendek
Penyewaan jangka pendek biasanya berlangsung dalam satu, tiga, atau lima
tahun. Penyewaan jangka pendek biasanya dikaitkan dengan adanya suatu event yang
terjadi pada suatu negara. Sebagai contoh pada tahun 2002 di jepang terdapat piala
dunia maka banyak carrier yang menyewa kapasitas ke Jepang untuk tahun 2002.
biaya penyewaan perhari jangka pendek akan lebih mahal dibandingkan penyewaan
jangka panjang.
Capacity Swaps
Capacity Swaps merupakan metode dimana pemilik jaringan menukar jaringan
yang dimilikinya dengan jaringan lain karena alasan tertentu. Tujuan utama dari
swaps adalah untuk menukar kapasitas yang berlebih di suatu daerah untuk
mendapatkan kapasitas di daerah lain. Aspek-aspek yang mungkin dipertimbangkan
dalam swap antara lain meliputi :
Jarak
Kapasitas
Biaya investasi
Berikut ini beberapa Capacity Swap yang telah dilakukan :
Tabel 2 Beberapa contoh capacity swap
Carrier A

Carrier B

360network Telia

Williams

Telia

Global
Crossing

Telia

Carrier A
menawarkan
Dark Fiber sepanjang
14.000
km
pada
Amerika Utara yang
menghubungi 17 kota

Carrier B
menawarkan
Dark fiber sepanjang
6400 km di USA,
Perancis,
Jerman,
Belanda,
Swedia,
Norwegia,
dan
Denmark.
Dark fiber sepanjang Dark
fiber
Telia
11.000 mil jaringan sepanjang 28.000 mil
USA
jaringan Pan - Eropa
Akses ke jaringan Akses ke jaringan ring
Eropa Utara
Skandinavia sepanjang
1860 km

Date
January
2000

Maret
2000
Mei
2000

Keuntungan dan kerugian dari beberapa sistem kepemilikan bandwidth


Tabel 3 Keuntungan dan kerugian masing-masing sistem
Sistem
Kepemilikan
langsung

Keuntungan
Besar kapasitas yang
diperoleh
tergantung
biaya yang dikeluarkan
Parties memiliki hak
atas
kapasitas
full
upgrade
Adanya
partisipasi
dalam manajemen kabel

IRU

Harga per channel akan


lebih murah dibanding
sistem sewa
Tidak ada tanggung
jawab
manajemen
jaringan
Pembelian
sesuai
kebutuhan, baik jumlah
kapasitas
maupun
waktunya

Sewa jangka
pendek

Sederhana
Tidak
membutuhkan
perkiraan
harga
bandwidth untuk masa
yang akan datang
Semua komponen biaya
sudah
dimasukan
(backhaul / jaringan
lokal)
Pembayaran bulanan / 3
bulanan tidak ada up
front payment
Sederhana
Efisien

Capacity
swap

Kerugian
Biaya yang besar harus
dikeluarkan
di
muka
(diawal
pembangunan
sistem),
biasanya
ada
minimum investment
Biaya pemeliharaan dan
operasional yang tinggi
karena sebanding dengan
investasi
Adanya
kemungkinan
kapasitas
berlebih
(underwritten capacity)
Biaya harus dikeluarkan di
muka (pada saat tanda
tangan kontrak IRU)
Biaya per channel lebih
tinggi dari kepemilikan
langsung
Dikenakan biaya O & M
tahunan
Tidak
ada
hak
atas
kapasitas upgrade
Tidak
dapat
diperjual
belikan lagi
Harga per megabit menjadi
lebih tinggi
Tidak ada kepastian untuk
mendapatkan hak kapasitas
yang akan datang

Harus
mempunyai
kapasitas untuk ditukar
Kurang fleksibel

VII.

7.1

PARTISIPASI INDOSAT DALAM SKKL

SKKL INTERNASIONAL YANG LANDING DI INDONESIA

1. SKKL SEA ME WE 2

Gambar 35 SKKL SEAMEWE 2


Jumlah landing Point : 13
Cakupan Negara

: 13 negara

Ready For Services

: Juni 1994

Kapasitas Kabel

: 2 x 560 Mbps

Bit rate/fiber pair

: 560/2

Mux

: PDH

Keterangan
SEA-ME-WE 2 beroperasi pada tahun 1994. menghubungkan 13 negara yaitu
Aljazair, Siprus, Djibouti, Mesir, Perancis, India, Indonesia (Jakarta), Italia, Saudi

Arabia, Singapura, Sri Lanka, Tunisia, dan Turki. Terbentang sepanjang 18.000 km
dan merupakan fiber terpanjang yang dibentangkan pada saat itu. Sistem ini berbiaya
US$ 800 Juta.
2. SKKL SEA-ME-WE 3

Gambar 36 SKKL SEAMEWE 3


Jumlah Landing Point : 39
Cakupan Negara

: 33 negara

Kapasitas kabel

Maret 2003
Fully upgraded

Fiber
Pairs
2
2

Wavelength per
Fiber Pair
4
8

Ready for Service

: September 1999

Panjang kabel

: 38.000 km

Mux

: SDH+WDM

Gbps per
Wavelength
2,5
2,5

Total Capacity
(Gbps)
20
40

Keterangan
Untuk melanjuti kesuksesan proyek SEA-ME-WE 2, Telecom Singapura dan
France Telecom memulai kajian awal untuk membuat jaringan kabel laut yang
menghubungi Eropa dan dan Asia Pasifik.

Pada bulan Desember 1994, ditandatangani sebuah MoU oleh 16 parties untuk
membangun SEA-ME-WE 3 antara Eropa Barat dan Singapura. MoU lanjutan
ditandatangani untuk meluaskan sistem dari Singapura menuju Timur jauh dan
Australia. Akhirnya pada Januari 1997, kesepakatan C&MA ditandatangani oleh 92
peserta internasional.
Bagian pertama dari jaringan antara Eropa Barat dengan Singapura akan siap
untuk melayani konsumen pada Juni 1999. bagian-bagian lain yaitu pada Timur Jauh
dan Australia beroperasi pada September 1999. Di Indonesia SKKL ini landing di dua
tempat yaitu Ancol (Jakarta) dan P. Cermin (Medan).
3. SKKL APCN

Gambar 37 SKKL APCN

Jumlah Landing Point : 9


Cakupan Negara

: 9 negara (Jepang, Korea,Taiwan, Indonesia (Ancol/Jakarta),


Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong dan Filipina)

70
70

Kapasitas kabel

Maret 2003
Fully upgraded

Fiber
Pairs
1
1

Wavelength per
Fiber Pair
2
2

Ready for Service

: Februari 1997

Panjang kabel

: 5234 km

Mux

: SDH

Gbps per
Wavelength
5
5

Total Capacity
(Gbps)
10
10

Keterangan
APCN merupakan jaringan kabel laut multi gigabit pertama yang ada di Asia
4. SKKL JASURAUS

Gambar 38 SKKL JASURAUS


Jumlah Landing point : 3
Cakupan Negara

:2

Kapasitas kabel

: 2 x 2,5 Gbps (60 000 kanal)

Bitrate/fiber pair

: 5000/1

Panjang kabel

: 2809 km

Repeater

: 36

Ready for services

: Desember 1996

Mux

: SDH

71
71

7.2 SKKL LAIN (Non Landing)


1. TPC-5

Gambar 39 SKKL TPC-5


Jumlah Landing Point

:6

Cakupan Negara

: 3 Negara (Guam, Jepang, USA)

Kapasitas kabel

Maret 2003
Fully upgraded

Fiber
Pairs
2
2

Wavelength per
Fiber Pair
2
2

Ready For service

: Januari 1997

Panjang Kabel

: 24.602 km

Gbps per
Wavelength
5
5

Total Capacity
(Gbps)
20
20

Keterangan
TPC 5 merupakan jaringan kabel multi gigabit pertama yang ada di Pasifik
dan juga yang pertama membangun dengan konfigurasi self healing ring. Pertama
beroperasi dengan kapasitas 10 Gbps dan kemudian diupgrade menjadi 20 Gbps
pada Desember 1998.

2. China-US

Gambar 40 SKKL China-US


Jumlah landing Point

:9

Cakupan Negara

: 6 (China, USA, Korea, Jepang, Taiwan, Guam)

Kapasitas

Maret 2003
Fully upgraded

Fiber
Pairs
4
4

Wavelength per
Fiber Pair
8
8

Ready For Service

: Januari 2000

Panjang kabel

: 30.476 km

Gbps per
Wavelength
2,5
2,5

Total Capacity
(Gbps)
80
80

3. SKKL APCN 2

Gambar 41 SKKL APCN-2


Jumlah Landing Point : 10
Cakupan Negara

: 8 Negara (China, Japan, Hongkong, Korea, Malaysia,


Filipina, Singapura, Taiwan)

Kapasitas kabel

Maret 2003
Fully upgraded

:
Fiber
Pairs
4
4

Wavelength per
Fiber Pair
4
64

Ready For service

: Desember 2001

Panjang Kabel

: 19.000 km

Gbps per
Wavelength
10
10

Total Capacity
(Gbps)
160
2560

VIII

8.1

RESTORASI SKKL

Pengertian ,Tujuan, Penyebab, dan Elemen Restorasi


Pengertian restorasi adalah pengalihan trafik secara sementara dari suatu

sistem transmisi yang mengalami kegagalan/terputus ke transmisi yang siap pakai.


dan tujuan restorasi adalah untuk menjaga agar kesinambungan suatu hubungan
telekomunikasi tetap berjalan. Penyebab restorasi adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan kabel (manusia, alam, perangkat)
2. Plan Outage, adalah suatu tindakan restorasi yang dilakukan secara sengaja
(direncanakan) disebabkan adanya kegiatan-kegiatan perbaikan, pemeliharaan
perangkat, penggantian perangkat atau pekerjaan lain yang berhubungan dengan
sistem kabel yang mengharuskan diputuskannya trafik atau dimatikannya power
sistem kabel.
Sedangkan elemen restorasi terdiri atas :
1.

Adanya organisasi restorasi internasioanal

2.

Adanya referensi universal yang disebut URM

3.

Adanya standarisasi universal yang disebut Restoration Plan

8.2

Restoration Plan
Restoration Plan merupakan suatu dokumen dari suatu sistem kabel yang telah

disetujui oleh semua peserta sistem kabel tersebut yang berisikan :


Rute-rute restorasi dari sistem kabel tersebut
Prosedur pelaksanaan restorasi
Contact point pelaksanaan restorasi seperti ORLO, AORLO, ORCO, RCO terkait
(ITMC, Cable Station, Earth Station)
Format Restoration Plan adalah sebagai berikut :
1. Utilization of Restoration Plan
2. Facility covered by the plan
3. URM Section dan plan number
4. Issue number dan date
5. Page number

6. Face sheet
7. ORLO, ORCO dan involved RCO
8. List of assemblies restored
9. Position on distributed sistem
10. Contact point information
11. Step by step plan procedures
12. List of satellite carriers used in the plan
8.3

Struktur Organisasi Restorasi

Gambar 42 Struktur Organisasi Restorasi


Keterangan gambar :
URM

: Universal Restoration Manual

RWG

: Restoration Working Group

ORLO

: Overall Restoration Liaison Officer

AORLO

: Alternative ORLO

ORCO

: Overall Restoration Control Officer

RLO

: Restoration Liaison Officer

ARLO

: Alternative RLO

RCO

: Restoration Control Officer

8.3.1 URM (Universal Restoration Manual)


URM merupakan suatu panduan yang disusun oleh RWG-RWG di dunia yang
memuat prinsip-prinsip dasar sebagai acuan umum pelaksanaan restorasi. Isi pokok
dari URM terdiri atas :
Metode dan prosedur restorasi karena failure maupun planned outage
Rekomendasi-rekomendasi prinsip restorasi, teknik, operasional dan aspek
finansial restorasi
Keanggotaan dan kontak point restorasi
8.3.2 RLO (Restoration Liaison Officer)
Tugas dan tanggung jawab RLO :
1. Memonitor validitas Restoration Plan (RP)
2. Mendistribusikan RP ke RCO dan unit terkait di PTT-nya
3. Mengusulkan perubahan RP ke ORLO jika diperlukan
4. Menyetujui Ad-hoc RP
5. Menghitung dampak finansial restorasi
6. Mengecek kesiapan sarana restorasi di PTT-nya
7. Memonitor kelancaran pelaksanaan restorasi di PTT-nya
8. Menginformasikan perubahan kontak point di PTT-nya
ORLO (Overall Restoration Liaison Officer)
Tugas dan tanggung jawab ORLO sama dengan RLO ditambah dengan :
1. Mengorganisir RLO dalam menyusun dan memodifikasi RP
2. Mendistribusikan RP ke RLO-RLO setiap ada perubahan
3. Mengfamiliarisasikan RP ke ORCO,RLO dan RCO terkait
4. Mengecek kesiapan semua sarana restorasi sesuai dengan RP
5. Membuat laporan pelaksanan restorasi (initial reports, final report, financial
report)
RCO (Restoration Control Officer)
Tugas dan tanggung jawab RCO meliputi :
1. Melaksanakan dan memonitor implementasi restorasi

2. Mengkoordinir unit-unit terkait ( Earth Station dan Cable Station) di PTT-nya


pada saat pelaksanaan restorasi
3. Melakukan koordinasi teknis dengan RCO lain pada saat pelaksanaan restorasi
4. Menginformasikan ke RLO tentang kesulitan yang ditemui pada saat pelaksanaan
restorasi dan mengajukan usulan
5. Menjaga, memonitor dan mencatat pelaksanaan restorasi
6. Melaporkan ke ORCO tentang waktu pelaksanaan, penyimpangan-penyimpangan
dan waktu normalisasi restorasi
ORCO (Overall Restoration Control Officer)
Tugas dan tanggung jawab ORCO sama dengan RCO ditambah dengan :
1. Inisiator dalam implementasi RP
2. Menginformasikan ke RCO-RCO tentang RP yang diimplementasikan
3. Koordinator dan pengontrol semua aktifitas restorasi
4. menerima laporan dari RCO-RCO
5. Mencatat dengan teliti semua kejadian sebagai bahan laporan restorasi bagi ORLO
6. Menjaga akurasi log-book pelaksanaan restorasi
7. Inisiator Restoration Exercise
Kegiatan Restorasi
Kegiatan restorasi kabel laut terdiri atas tiga prosedur yaitu :
1. Penyusunan Restoration Plan
2. Pelaksanaan restorasi
3. Pelaporan
8.4.1 Proses Penyusunan Restoration Plan
Restoration Plan dibuat menurut prosedur yang sudah ditetapkan. Proses
penyusunan Restoration Plan adalah sebagai berikut :
1. Mengirimkan Assignment dan Restoration (A&R)
Tiap-tiap administrasi (RLO) secara internal membuat perkiraan sirkit-sirkit
yang akan diaktifkan dan komitmen restorasi minimal dalam satu tahun kemudian.
Kemudian membuat kesepakatan dengan counterpart dan mengirimkan form A&R
yang telah ditanda-tangani bersama ke Network Administrator sistem kabel.

2. Kompilasi data oleh Network Administrasi


Network Administrator akan melakukan pemisahan atas sirkit-sirkit yang
restorable dan Non-restorable. Kemudian Network Administrator akan mengirimkan
kompilasi data tersebut ke RLO-RLO dan ORLO untuk dasar penyusunan Restoration
Plan.
3. Penyusunan Restoration Plan oleh ORLO
ORLO menerima kompilasi data A&R dari Network Administrator dan akan
menyusun proposal/draft Restoration Plan. Proposal ini akan dikirimkan ke RLORLO untuk dimintakan persetujuannya maupun komentarnya. Setelah proses ini
ORLO terus melakukan korespondensi dengan RLO-RLO sampai dihasilkan final
Restoration Plan.
4. Verifikasi data Restoration Plan oleh RLO
RLO akan melakukan verifikasi data dari Networ Administrator dan
Restoration Plan dari ORLO. jika ditemukan penyimpangan akan dikonsultasikan
dengan

counterpart,

Network

Administrator

dan

ORLO

sampai

diperoleh

kesepakatan.
8.4.2 Proses Pelaksanaan Restorasi
Pelaksanaan restorasi memiliki beberapa proses. Proses akan dimulai setelah
adanya informasi kerusakan kabel yang diterima oleh ORCO hingga ORCO membuat
laporan kepada ORLO. Proses tersebut adalah sebagai berikut :
1. ORCO menerima informasi kerusakan kabel dari landing point kabel (Cable
Station)
2. ORLO/ORCO memerintahkan implementasi kepada RCO-RCO sistem kabel
tersebut
3. RCO pelaksana restorasi menjalankan restorasi sesuai dengan Restoration Plan
yang disepakati
4. Jika perbaikan kabel telah selesai, ORCO kembali memerintahkan RCO-RCO
untuk normalisasi restorasi
5. RCO-RCO mencatat pelaksanaan restorasi dan dilaporkan kepada ORCO
6. ORCO membuat laporan berisi waktu dan data sirkit terrestor kepada ORLO.

8.4.3 Proses Pelaporan Restorasi


Pelaporan restorasi merupakan hal yang penting karena menyangkut aspek
finansial dari pelaksanaan restorasi. Pelaporan dibagi menjadi dua macam yaitu initial
report dan final report. Initial report dibuat lima hari setelah kabel putus sedangkan
final report dibuat lima belas hari setelah normalisasi. Pelaporan dibuat untuk dapat
mengestimasikan biaya restorasi. Dibawah ini adalah diagram alir pelaporan dan
aspek finansialnya.

Gambar 43 Aliran kerja proses pelaporan


8.5

Metode Perhitungan Biaya Restorasi

80
80

Pelaporan restorasi memuat aspek finansial dari restorasi tersebut. Perhitungan


biaya akan menjadi hal penting untuk dapat mengestimasi biaya restorasi. Ada dua
macam metode perhitungan biaya restorasi yaitu mid point & near end concept serta
east & west concept.

1.

Mid point & near end concept


Pada metode ini prinsip dasarnya adalah ujung ke ujung ditanggung berdua

antara dua pihak yang terkena kerusakan. Konsep ini dapat digunakan jika
menggunakan sarana restorasi kabel laut.
2.

East & West concept


Metode ini menggunakan konsep berdasarkan posisi (eastern/western). Dan

biasanya digunakan jika menggunakan sarana resorasi satelit. Pada metode ini dilihat
posisi kerusakan, biaya restorasi akan ditanggung oleh administrasi A jika rute
restorasi masih berada dalam wilayah administrasi A.

Gambar 44 Pembagian biaya restorasi lewat kabel


Gambar 44 menjelaskan tentang pembagian biaya restorasi jika menggunakan
sarana restorasi kabel laut, pada kasus end to end (A-B) biaya restorasi di wiliayah

81
81

administrasi A akan ditanggung oleh A, sedangkan pada daerah transit link melalui
negara ketiga biaya restorasi akan ditanggung berdua antara A dan B. Perhitungan ini
akan sama untuk kasus yang lain seperti pada end-to-transit, transit-to-end, dan
transit-to-transit.
Pada restorasi menggunakan sarana satelit, perhitungan biaya akan sedikit
berbeda dimana biaya restorasi akan ditanggung oleh administrasi A hingga daerah
earth station yang berhubungan dengan A, demikian pula halnya dengan B yang akan
menanggung biaya restorasi dari daerah earth station yang berhubungan dengan B.
gambar 45 menjelaskan pembagian biaya restorasi menggunakan satelit.

Gambar 45 Pembagian biaya restorasi lewat satelit

82
82

Anda mungkin juga menyukai