Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar (Combustio) merupakan suatu kejadian yang paling sering terjadi di
Indonesia maupun negara lainnya. Luka bakar yang terjadi dapat disebabkan oleh panas,
listrik ataupun kimia. Kecelakaan luka bakar ini dapat saja terjadi dimana-mana seperti
di rumah, kantor ataupun tempat umum yang lainnya (mal, terminal). Brdasarkan hasil
dari bbraa kasus yang ditmukan, skitar 80% kecelakaan yang trjadi menyebabkan luka
bakar, kasus yang banyak trjadi adalah di rumah dan korban yang terbanyak ternyata
anak-anak, baik terkena air panas, tumpahan kuah sayur, api dan lain sebagainya
(komas.com 2011).
Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian. Oleh sebab itu penderita luka bakar memerlukan
perawatan secara khusus, karena ada kondisi luka bakar terjadi pengeluaran air, serum,
darah, serta kondisi luka yang terbuka memungkinkan untuk terjadinya infeksi).
Berdasarkan kondisi tersebut, dimana dalam hal ini peran perawat sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Selain itu, diperlukan kerjasama
dengan tim medis yang lainnya seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi dan bahkan psikiater.

1
B. Rumusan Masalah
Seperti apa itu cedera luka bakar ?
Apa penyebab luka bakar ?
Jenis-jenis luka bakar ?
Bagaimana karakteristik cedera luka bakar ?
Fase-fase luka bakar ?
Bagaima proses penyembuhan cedera luka bakar?
Komplikasi apa saja yang dapat terjadi ?
Bagaimana mekanisme terjadinya cedera luka bakar ?
Bagaiman tanda & gejala cedera luka bakar ?
Pemeriksaan apa saja yang dilakukan luka bakar ?
Bagaimana penatalaksaan cedera luka bakar ?

C. Tujuan Khusus
Mengetahui seperti apa itu cedera luka bakar
Mengetahui penyebab cedera luka bakar
Mengetahui jenis-jenis luka bakar
Mengetahui karakteristik cedera luka bakar
Mengetahui fase cedera luka bakar
Mengetahui prose penyembuhan cedera luka bakar
Mengetahui komplikasi cedera luka bakar
Mengetahui mekanisme terjadinya cedera luka bakar
Mengetahui tanda & gejala cedera luka bakar
Mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk cedera luka bakar
Mengetahui penatalkasanaan cedera luka bakar

D. Tujuan Umum
Mahasiswa/I dapat memahami dan mengarti teori mengenai asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem integument : luka bakar baik di lingkungan rumah
sakit, klinik, puskesmas, maupun di lingkungan masyarakat.

BAB II

2
PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR MEDIS


A. Defenisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo 2001).
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat
langsung atau perantara dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan
radiasi. Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas yang
memberikan gejala, tergantung luas, dalam, dan lokasinya. (Andara &Yessie,
20013)

B. Etiologi
Etiologi dari luka bakar adalah antara lain sebagai berikut :
a. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas,
luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera terbakar,
kontak dan kobaran api) (Andra & Yessie, 2013).
b. Luka Bakar Listrik (Electrical Burn)
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan inside
tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukkan benda
konduktif kedalam colokan listrik dan digigit atau menghisap kabel listrik yang
tersambung (Andra & Yessie, 2013).
c. Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burn)
Disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering menghasilkan kerusakan kulit
yang luas. Antidote untuk zat kimia harus diketahuidan digunakan untuk
menetralisir efeknya
d. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi (Andra & Yessie,
2013)
C. Klasifikasi

3
 Di klasifikasikan berdasarkan kedalaman luka bakar, sebagai berikut :
1) Derjat I yaitu, luka bakar superficial
Hanya mengenai epidermis luar, kulit kering dan secara klinis tanpak seperti
hyperemia dan eritemia. Biasanya sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada
jaringan parut dan juga bula. Penyebabnya jilatan api, sinar ultra violet
(terbakar oleh sinar matahar). Penamilannya kering tidak ada gelembung,
oudem minimal atau tidak ada,pucat bila di tekan dengan ujung jari,berisi
kembali bila tekanan dilepas. Warnah merah, terasa nyeri.

Air panas Gambar : 1.Terbakar sinar


matahari

2) Derajat II yaitu luka bakar partial-thickness


Mengenai lapisan epidermis yang dalam dan mencapai kedalaman dermis
tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut, luka dapat sembuh 10-21 hari.
Luka derajat ini tampak lebih pucat, terdapat vesikel, edema dan lebih nyeri
di bandingkan luka bakar superficial, karena adanya kerusakan kapiler dan
ujung saraf di dermis. Juga timbul berisi cairan eksudat yang keluar dari
pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi.
Derjat II ini dibedakan menjadi 2 :
 Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superficial
dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14
hari.

4
 Derajat II dalam, dimana kerusakannya hampir mengenai suluruh
bagian dermis, terdapat bula. Bila kerusakannya lebih dalam
mengenai dermis, subjektifnya dirasakan nyeri. penyumbuhannya
terjadi lama dengan waktu lebih dari 1 bulan.

3) Derajat III full thickness dalam


Luka bakar sudah melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang,
tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tanpak kering dan mungkin di
temukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang beragam dari
warna putih merah terang, hingga tanpak seperti arang. Nyeri yang diarasakan
biasa terbatas akibat hancurnya ujung-ujung saraf pada dermis. Penyembuhan
luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya membutuhkan donor kulit
(Barbara et a.,2013).

5
 Klasifikasi luka bakar berdasarkan berat-ringannya yaitu sebagai berikut :
a) Luka bakar mayor (kritis)
o Derajat II dengan luas >25% total body surface area pada orang
dewasa dan >20% total body surface area pada anak-anak
o Derajat III Luka bakar full thickness >20%
o Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum
o Luka bakar pada jalan pernapasan atau adanya komplikasi
pernapasan
o Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi
b) Luka bakar moderat (sedang)
o Derajat II Luka bakar dengan luas 15-25% total body surface area
pada orang dewasa dan 10-20% total body surface pada anak-
anak.
o Derajat III Luka bakar full thickness <10% total body surface area
yang tidak disertai dengan komplikasi
o Tidak terdapat luka bakar pada tangan, mata, telinga,kaki, dan
perineum

6
c) Luka bakar minor (ringan)
o Derajat II Luka bakar dengan luas < 15% total body surface area
pada orang dewasa dan <10% total body surface area pada anak-
anak
o Dearjat IILuka bakar full thickness <2% total body surface area
yang tidak disertai dengan komplikasi
o Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki

Perhitungan luka bakar pada orang dewasa dan anak-anak

D. Karakteristik Luka Bakar

7
Waktu
Klasifikasi Etiologi Penampilan Sensasi Bekas Luka
Penyembuhan
Luka bakar Terbakar Terbatas di Nyeri Penyembuhan Tidak
superficial. matahari. epidermis, terjadi secara menimbulkan
terdapat spontan dalm jaringan parut.
eritema, tetapi 3-4 hari. Biasanya tidak
tidak segera timbul
timbul lepuh. komplikasi.
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Sangat 7-20 hari Luka bakar ini
partial- panas epidermis dan nyeri biasanya
thickness kedalam sembuh tanpa
lapisan dermis, menimbulkan
serta jaringan parut.
menimbulkan Komplikasi
bula dalam jarang terjadi,
beberapa walaupun
menit. mungkin
timbul infeksi
sekunder pada
luka.
Luka bakar Pajanan air Meluas Nyeri Penyembuhan Folikel rambut
partial- panas, kontak keseluruh dengan beberapa mingkin utuh
thickness langsung dermis. tekanan minggu. dan akan
dalam dengan api, Namun, daerah parsial. Memerlukan tumbuh
atau minyak di sekitarnya tindakan kembali. Pada
panas. biasanya debridement luka bakar ini
mengalami untuk selalu terjadi
luka bakar membuang pembentukan
derajat kedua jaringan yang jaringan parut.
surperfisial mati. Biasa di
yang nyeri. perlukan

8
tandur kulit.
Luka bakar Pajanan air Meluas ke Saraf Luka bakar Luka bakar
full- panas, kontak epidermis, rusak jenis ini derajat ketiga
thickness langsung dermis, dan sehingga mungkin membentuk
dengan api, jaringan luka tidak memerlukan jaringan parut
minyak subkutan, terasa waktu dan jaringan
panas, agen kapiler dan nyeri berbulan-bulan tanpak seperti
kimia, dan vena, mungkin kecuali untuk kulit yang
listrik dengan hangus dan dengan sembuh,dan di keras. Resiko
tegangan aliran darah ke tekanan perlukan tinggi untuk
tinggi. daerah tersebut dalam. pembersihan terjadinya
berkurang. Namun secara bedah kontraktur.
daerah dan
disekitarn penanduran.
ya
biasanya
nyeri
seperti
pada luka
bakar
derajat ke
dua.

E. Fase Luka Bakar


1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
pendeita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan napas),
brething (mekanisme bernapas), dan circulation ( sirkulasi). Gangguan

9
airway tidak hanya dapat terjadi segara atau beberapa saat setalah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernapasan akibat
cedera inhalsi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderita pada fase akut .
Pada fase akut sering terjadi ganguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera ternal yang berdampak sistemik. Problem sirkulasi
yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara
pasukan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat
hoperdinamik yang masih ditingkahi dengan problem instabilitas sirkulasi.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi
adalahkerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber
panas.luka yang terjadi menyebabkan :
 Proses inflamasi dan infeksi
 Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan pada struktur atau organ-organ
fungsional
 Keadaan hipermetabolisme
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadi maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul
pada fase ini berupa parut yang hipertropik, kleoid, ganguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.

F. Proses penyembuhan luka bakar


Lama penyembuhan dibedakan menjadi 2, yaitu akut dan kronis. Dapat
dikatakan akut bila waktu penyembuhannya terjadi dalam jangka waktu 2-3
minggu. Sedangkan, kronis adalah jenis luka yang tidak memiliki tanda-tanda
penyembuhan dalam waktu lebih dari 4-6 minggu. Proses penyembuhan pun
terbagi dalam beberpa fase yaitu :
a. Fase inflamatori

10
Fase ini terjadi segara setalah luka dan berakhir 3-4 hari. Dua
proses utama terjadipada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis.
Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh
darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin
(menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka.
Scab (keropeng) juga dibentuk di permukaan luka. Scab membentuk
hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.
Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitel sel
membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah
masuknya mikroorganisme. Suplai darah yang meningkat ke jaringan
membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses
penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka akan tampak merah dan sedikit
bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terurama neutropil) berpindah ke
daerah interstitial. Tempat ini di tempati oleh magkrofat yang keluar dari
monosit selama lebih > 24 jam setelah cedera/luka. Magkrofat ini menelan
mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang di sebut fagositosis.
magkrofat juga mengeluarkan factor angiogenesis (AGF) yang
merangsang pembentukan ujung epitel di akhirpembuluh darah. Magkrofat
dan AGF bersama-sama memperepat proses penyembuhan. Respon
inflammatory ini sangat penting bagi proses penyembuhan.
Respon segara setelah terjadi injuri akan terjadi pembekuan darah
untuk mencegah kehilangan darah. Karakteristik fase ini adalah tumor,
rubor, dolor,color fuctio laesa. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi
infeksi.
b. Fase proliferatif
Fase kedua ini berlagsung dari hari k-4 atau 5 sampai hari ke-21
jaringan granulasi terdiri dari kombinasi fibroblast, sel inflamasi,
pembuluh darah yang baru, fibronectin dan hyularonic acid.
Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah
kedaerah luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka. Diawali dengan

11
mensintesis kolagen dan substansia dasar yang disebut proteoglikan kira-
kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansia protein yang
menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang
meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil
kemungkinan luka terbuka, kapilarisasi dan epitelisasi tumbuh melintasi
luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi
yang diperlukan bagi penyembuhan luka.
c. Fase maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun fibroblast
terus mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam
struktur yang lebih kuat. Bekas luka mejadi kecil, kehilangan elastisitas
dan meninggalkan garis putih. Dalam fase ini terdapat remodeling luka
yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan
kolagen yang berlebihan dan regrasi vaskularisasi luka. Terbentuknya
kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan. Terbentuk jaringan parut 50-80% sama kuatnya dengan jaringan
sebelumnya. Kemudian terdapat pengurangan secara bertahap pada
aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

G. Potofisiologi
Cedera luka bakar mempengaruhi semua sistem organ. Besarnya respon
patofisiologis ini adalah berkaitan erat dengan luas luka bakar dan mencapai masa
stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh luas permukaan tubuh.
Tingkat keperawatan perubahan tergantung kepada luas dan kedalaman
luka bakar yang meninbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan
berlangsung selama 48-72 jam pertama. Kondisi di tandai dengan pergeseran
cairan dari komponen vaskuler keruang interstitium. Bila jaringan terbakar,
vasodilatasi meningkat permeabilitas kapiler dan timbul perubahan permeabilitas
sel pada luka bakar dan sekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang banyak
berada diekstra sel, sodium clorida dan protein lewat melaui darah yang terbakar
dan membentuk gelembung-gelembung dan edema atau keluar melalui luka

12
terbuka. Akibat adanya edema luka bakar lingkungan kulit mengalami kerusakan,
kulit sebagai barrier mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang
penting, dari organisme yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan
kulit akan memungkinkan mikroorganis memasuk dalam tubuh dan menyebabkan
infeksi luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Dengan adanya
edema juga berpengaruh terhadap peningkatan peradangan pembuluh dan saraf
yang dapat menimbulkan rasa nyeri juga dapat menggangu mobilitas pasien.
Dengan kehilangan cairan dari sistem vaskuler, terjadi homokonsentrasi
dan hematocrit naik, cairan darah menjadi kurang lancar pada daerah luka bakar
dan nutrisi kurang. Adanya cedera luka bakar mengakibatkan tahanan vaskuler
meningkat sebagai akibat respon stress neurohormonal. Hal ini meningkatkan
afterload jangtung dan mengakibatkan penurunan curah jantung lebih lanjut.
Akibat penurunan curah jantung, menyebabkan metabolism anaerob dan hasil
akhir produk asam ditahan karena rusaknya fungsi ginjal. Selanjutnya timbul
asidosis metabolic yang menyebabkan perfusi jaringan terjadai tidak sempurna.
Mengikuti periode pergeseran cairan, pasien tetap dalam kondisi saki
takut. Periode ini ditandai dengan anemi dan malnutrisi. Anemi berkembang
akibat banyaknya kehilangan eritrosit. Keseimbangan nitrogen negative mulai
terjadi pada waktu terjadi luka bakar dan disebabkan kerusakan jaringan
kehilangan protein, dan akibat respon stress. Ini terus berlansung selama periode
akut karena terus-menerus kehilangan protein melalui luka.
Gangguan respiratori timbul karena obstruksi saluran nafas bagian atas
atau karena efek syok hipofolemik. Obstruksi saluaran nafas bagian atas
disebabkan karena inhalasi bahan yang merugikan atau udara yang terlalu panas,
menimbulkan iritasi pada saluran nafas, oedema laring dan obstruksi potensial.

H. KOMPLIKASI
Luka bakar bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius jika tidak
ditangani dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi
akibat luka bakar:

13
a. Bekas luka. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pertumbuhan jaringan parut
yang berlebihan akibat luka bakar.

b. Hipotermia. Kondisi yang berbahaya ini terjadi ketika suhu tubuh menjadi
sangat rendah akibat luka bakar.

c. Kontraktur gangguan fungsi pergerakan

d. Infeksi. Infeksi kulit akibat luka bakar dapat berkembang menjadi infeksi
dalam aliran darah, hingga sepsis.

e. Gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat terjadi jika penderita menghirup


udara atau asap saat kebakaran.

f. Kehilangan banyak cairan tubuh (dehidrasi). Kondisi ini dapat


menimbulkan kurangnya cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah

g. Gagal ginjal akut

h. Deformitas ( perubahan bentuk tubuh)

I. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala luka bakar berdasarkan derajat luka bakar sebagai berikut :
a. Luka bakar derajat 1 (superficial thickness burn)
Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar
(epidermis).Tanda dan gejala berupa :
- kemerahan (eritema),
- pembengkakan dan disertai rasa nyeri pada lokasi luka.
- Tidak dijumpai adanya lepuhan (blister).
- Kebanyakan luka bakar akibat radiasi sinar ultra violet (sunburn)
termasuk dalam luka bakar derajat I.
b. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)

14
Yaitu jika luka bakar mengenai epidermis hingga lapisan kulit di bawahnya
(dermis).Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi tanda dan gejala sebagai berikut
:
 Luka bakar derajat 2 dangkal (superficial partial thickness burn), jika
luka bakar mengenai hingga lapisan dermis bagian atas. Tanda dan
gejalanya berupa;
- kemerahan(eritema),
- tampak ada lepuhan (blister), yaitu gelembung yang berisi cairan, dan
- disertai rasa nyeri.
 Luka bakar derajat 2 dalam (deep partial thickness burn),jika luka bakar
mengenai hingga lapisan dermis bagian bawah.Tanda dan gejalanya
berupa ;
- kemerahan (eritema),
- tampak ada lepuhan (blister), tetapi kadang-kadang tidak disertairasa
nyeri jika ujung saraf sudah rusak.

c. Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)


Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit (epidermis, dermis dan
jaringan subkutan).Tanda dan gejalanya berupa :
- luka bakar yang tampak putih pucat atau justru tampak hangus, dan
- kadang-kadang disertai jaringan nekrotik yang keras berwarna hitam,
- tetapi tanpa disertai rasa nyeri karena ujung saraf sudah rusak.
- Tidak tampak ada lepuhan (blister).
- Pada luka bakar derajat 3, kapiler darah, folikel rambut dan kelenjar
keringat juga sudah rusak.

15
- Biasanya luka bakar derajat 3 dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2.
Luka bakar yang sangat berat dapat mengenai otot dan tulang.
J. Pemeriksaan diagnostic

 Hitung darah lengkap


Peningkatan HT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubungan dengan
pemindahaan atau kehilangan cairan.
 Sel darah putih
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi
luka.
 GDA (gas darah arteri)
Penurunan Pa O2 atau peningkatan Pa O2mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi shubungan dengan penurunan
fungsi ginjal dan kehilangan kompensasi pernapasan.
 CoHbg (karboksi hemoglobin)
Peningkatan >15% mengidentifikasi keracunan karbon monoksida atau
cedera inhalasi.
 Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal : hipokalemia dapat terjadi apabila mulai

16
terjadi dieresis. Magnesium mungkin menurun, natrium pada awalnya juga
menurun.
 Natrium urine random
Lebih besa dari 20 mEq/L, mengidentifikasi kelebihan resusitas cairan,
kurang dari 10 mEq/L, menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.
 BUN
Untuk mengetahui apakah ada penurunan fungsi ginjal atau tidak.

K. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

 Debridement
a) Debridement alami, yaitu jaringan mati yang akan memisahkan
diri secara spontan dari jaringan dibawahnya.
b) Debridement mekanis yaitu dengan penggunaan gunting dan
forcep untuk memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.
c) Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh tebal
kulit atau dengan mengupas kulit yang terbakar secara bertahap
hingga mengenai jaringan yang masih viabel.
 Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin terjadi:
a) Autograft : dari kulit penderita sendiri
b) Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup atau baru saja
meninggal (balutan biologis)
c) Heterograft : kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan
biologis).

2. penatalaksanaan keperawatan

 Perawatan luka umum


a) Pembersihan luka
b) Terapi antibiotik local

17
c) Ganti balutan
d) Perawatan luka tertutup/tidak tertutup

 Resusitasi cairan
Menurut Sunatrio (2000), pada luka bakar mayor terjadi perubahan
permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan ekstrapasasi cairan
(plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interstisial
mengakibatkan terjadinya hipovolemik intravakuler dan terjadinya
edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik
terganggu sehingga sirkulasi ke bagian distal terhambat , menyebabkan
gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ. Pada luka bakar yang
berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh,
terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit,
timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen
ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok.
Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu yang singkat, untuk
mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara
nyata bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan
menggunakan metode resusitasi cairan konvensional ( menggunakan
regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu
singkat, menunjukan perbaikan prognosis, derajat kerusakan jaringan
diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi di persingkat dan
koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki
nilai prognostic terhadap angka mortalitas.
Pedoman dan rumus untuk penggantian cairan luka bakar :
1) Rumus Evans
Untuk menghitung kebutuhan airan pada hari pertama hitunglah :
(a) Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCL

18
(b) Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc Larutan Koloid Cc
Glukosa 5%

Separuh dari jumlah (1), (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua, sebagai monitor pemberian
cairan lakukan penghitungan diuresis. Maksimum 10.000 ml
selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 5
50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas
permukaan tubuh.
2) Rumus Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai.
Jumlah cairan hari pertama dihitung dengan rumus=% luka bakar x
BB (kg) x 4cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8
jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya. Hari
pertama diberikan larutan ringer laktat karena terjadi hipotermi.
Untuk hari kedua diberikan setengan dari jumlah hari pertama.
(a) Larutan RL : ml x% luas luka bakar
(b) Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh dalam
16 jam berikutnya
(c) Hari 2 : bervariasi ditambahkan koloid

 Nutrisi yang cukup


Dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
dapat mempercepat proses penyembuhan luka bakar, karena protein
berperan penting dalam pembentukan sel-sel jaringan tubuh yang rusak.
Contohnya seperti : ikan dan telur.

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

19
A. Pengkajia
1. Anamnesa
a) Nama :
b) Jeniskelamin :
c) Tanggalmasuk :
d) Umur :
e) Status perkawinan
f) Suku/ Bangsa :
g) Alamat
h) Pendidikan :
i) Pekerjaan :
j) KeluhanUtama :

Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak
dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas 80 tahun memiliki penilaian tinggi
terhadap jumlah kematian.

Riwaya tPenyakit Sekarang :


Riwayat Penyakit Dahulu :
RiwayatPenyakit Keluarga :

2. Pola ADL (Activity Daily Living)


a. Aktivitas/istirahat
Tanda: penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi
Tanda (dengan cadera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dandingin (syoklistrik);
takikardi (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syoklistrik); pembentukan
oedem ajaringan (semua luka bakar).

20
c. Integritasego
Gejala :masalahtentangkeluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarikdiri,
marah.
d. Eliminasi
Tanda: haluanurin menurun/tidakada selama fase darurat ; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi myoglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan kedalam
sirkulasi) ; penurunan bising usus/tidaka ada ; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar 20% sebagai stress penurunan motilitas/peristaltic
gastrik.
e. Makanan/cairan
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;mua/muntah.
f. Neurosensory
Gejala : area batas; kesemutan
Tanda: perubahan orientasi; efek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RDT) pada cedera ekstremitas; ektifitas kejang (syoklistrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syoklistrik); rupture membrane timpanik (syok listrik0; paralis 9 cedera
listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: berbagainyeri; contoh lika bakar derajat pertama secara eksteren
sensitive untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada
lukabakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan
Gejala :terkurung dalam ruang tertutup; terpejam lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda :serak; batuk mangii; pertikel karbon dalam sputum; ketidak
mampuan menelan sekresi oral dansianosis; indikasi cedera inhalasi.

21
Pengembangan toraks mungkin terbatas pada adanya luka bakar pada
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringo spasme, oedema laryngeal); bunyi nafas; gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laryngeal); secret jalan nafas dalam
(ronkhi).

i. Keamanan
Tanda :Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses thrombus mikro vaskuler pada
beberapa luka.
Area kulit takterbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.

Cedera api :terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan


variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Buluhidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior; oedema lingkar mulut dana tau lingkar nasal.

Cederakimia :tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit


mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samakin halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum
lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.

Cedera listrik :cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dibawah


nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka
bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.

22
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).

3. PengkajianPola Gordon
a. PolaPersepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasientidak tau penangan yang tepat setelahmengalami lukabakar
b. PolaNutrisi/Metabolik
Kehilangan berat badan akibat kurang nafsu makan dan mual muntah.
c. PolaEliminasi
Haluanurin menurun/takada selama fase darurat ; warna mungkin hitam
kemerahan bilater jadi myoglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler danmobilisasi cairan kedalam
sirkulasi) ; penurunan bising usus/taka ada ; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar 20% sebagai stress penurunan motilitas/peristaltic
gastrik.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas sehari –hari seperti makan
,minum, toileting, berpakain dan bekerja secara mandiri. Sedangkan
selama sakit aktivitas sepert imakan atau minum, toileting dan mobilisasi
dibantu oleh keluarga atau perawat.
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit pasien dapat tidur dengan tenang dan nyaman, sedangkan
selama sakit pasien insonmnia akibatn yeri
f. Pola kognitif dan perseptual
Selama sakit pasien mengatakan mengalami gangguan nyeri pada daerah
luka bakar sehingga sulit beraktifitas.
g. Pola Persepsi Diri
Pasien mengalami gangguan citra tubuh disebabkan oleh luka bakar yaitu
perubahan fungsi dan struktur kulit

23
h. Pola Peran-Hubungan
Sebelum sakit pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga
maupun temannya. Sedangkan saat sakit peran dan hubungan pasien
terganggu
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien mengalami penurunan libido
j. Pola Koping danToleransi Stress
Pasien stress akibat kondisi yang dialaminya
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien tidak dapat menjalankan ibadahnya seperti biasanya (seperti sebelu
msakit).

24
C.Discharge Planning

Edukasikan kepada keluarga dan klien


 Jangan digaruk bila terasa gatal pada luka
 Jaga jangan sampai luka tergesek-gesek oleh pakian
 Bersihkan luka secara teratur
 Gunakan krim anti bacterial di sekitar area luka agar tidak terjadi infeksi
sekunder
 Hindari factor resiko terjadiya luka bakar

25
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang memerlukan
penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukup
tinggi serta angka morbiditas dan mortalitas karena beberapa faktor penderita, factor
pelayanan petugas, factor fasilitas pelayanan dan faktor cideranya. Untuk penanganan
luka bakar perlu perlu diketahui fase luka bakar, penyebab luka bakar,
derajat kedalaman luka bakar, luas luka bakar. Pada penanganan luka bakar seperti
penanganan trauma yang lain ditangani secara teliti dan sistematik. Penatalaksanaan
sejak awal harus sebaik – baiknya karena pertolongan pertama kali sangat menentukan
perjalanan penyakit ini.

B. Saran

Adapun saran penulis kepada para pembaca, diharapkan dapat memahaminya dan
mengetahui tentang luka bakar khususnya pada luka bakar dengan traumra inhalasi
dan dapat memahami tindakan, khususnya dalam tindakan sebagai seorang perawat
profesinal.

26
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


Dalam. Yogyakarta : juni 2011

Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. Asuhan Keperawatan Ganguan Sistem Integumen. Jakarta :
Salemba Medika,2011

27

Anda mungkin juga menyukai