Anda di halaman 1dari 3

MENPAS UAS Keuntungan : meningkatkan produksi hijauan, memungkinkan untuk pertumbuhan kembali

Jenis Padang Pengembalaan hijauan, merumput lebih lama, distribusi pupuk lebih baik
Kerugian : Biaya pagar dan sistem pengairan lebih tinggi dari pengembalaan kontinyu, produksi
dan pemanfaatan rumput tidak setinggi dari rotasi intensi sistem pengembalaan
 Pengembalaan rotasi intensif : sistemdengan banyak padang rumput. Ternak sering pindah2
paddock
Keuntungan : produksi hijauan dan penggunaan per hektar tertinggi, lebih merata distribusi
kotoran, gulma terkontrol, menyediakan pengembalaan pilihan dan mengurangi kebutuhan
hijauan yang dipanen secara mekanis
Kerugian : membutuhkan pemantauan yang cermat pasokan hijauan, Biaya awal mungkin lebih
tinggi karena bahan pagar dan sistem distribusi air, serta membutuhkan manajemen yang lebih
 Pengembalaan Strip : sama dengan pengembalaan rotasi intensif. Stocking rate yang tinggi
digunakan di paddock hijauan. Karena periode grazing terbatas, maka hewan2 dipindahkan ke
paddock yang lain
 Leader-Follower Grazing : digunakan oleh ternak dengan kebutuhan nutrien yang paling tinggi,
misal sapi perah.
 Creep Grazing : melibatkan proses menyapih anak sapi/domba di pastura. Terdapat pagar atau
 Padang Penggembalaan Alam gerbang khusus yang digunakan anak sapi melewati padang rumput
Alami (natural grassland) : daerah kering, air terbatas, tegakan pohon terbatas, symple nutrient  Co-Grazing : Penggembalaan melibatkan lebih dari satu spesies ternak. Sebagai contoh,
dynamics, perbanyakan populasi ternak, kualitas nutrien pakan umumnya rendah, tanaman menggembalakan domba dan ternak sapi bersama, atau kuda dan domba.
mengendalikan dinamika nutrien, ternak digembalakan, dan problem erosi (pencucian nutrien)  Pengembalaan berpantang : untuk memperbaiki padang rumput yang over grazing
 Semi Natural Grassland Kerusakan dan Perbaikan
Ciri2 PP mengalami kemunduran/kerusakan:
Kalimantan, sulawesi tenggara, sumatera, pastura sekitar hutan (konversi hutan). Penambahan nutrien
1. Terjadi invasi gulma : mengakibatkan produksi hijauan menurun, lahan untuk hijauan makanan
(pupuk), perbanyakan populasi, kualitas nutrien pakan lebih baik, tanaman mengendalikan dinamika
berkurang, dan terjadinya penurunan BB
nutrien, dan ternak digembalakan
2. Terlihat tanda-tanda erosi : terlihat adanya erosi akibat tanah yang gundul akibat dari over grazing,
 Man-made grassland (pasture)
kondisi tanah yang buruk mengakibatkan daya mengikat air turun dan terjadi pencucian hara
Pulau jawa, kalimantan, sumatera, sulawesi, more intensive, dinamika nutrien lebih kompleks
sehingga sifat fisik, biologi, kimia tanah menurun
(tanaman pakan lebih variatif, unsur ternak), laju translokasi nutrien sangat tinggi (export), terjadi
3. Kapasitas tampung menurun akibat dari over grazing akan menyebabkan produktivitas hijauan
konversi biomas (perlu tambahan nutrien), kualitas pakan lebih tinggi
menurun
 Integrated pasture
Tekanan pengembalaan (stocking rate) > kapasitas tampung = overgrazing
Agropastoral system, silvipastoral system, dan agrosilvipastoral system
Stocking rate < kapasitas tampung = undergrazing
Sistem Pengembalaan
Monitoring dan Evaluasi PP
1. Pengembalaan kontinyu : Sistem satu padang rumput dimana ternak memiliki akses tak terbatas
1. Komposisi botani : ideal ketika rasio Rumput : Legum = 60:40
sepanjang musim merumput
2. Kapasitas tampung : jumlah ternak yang dimasukkan dalam paddock yang tidak menyebabkan
Keuntungan : kurang membutuhkan manajemen, modal biaya minimal
kerusakan pada tanah, tanaman, dan ternak
Kekurangan : menurunkan kualitas dan hasil hijauan, menurunkan tekanan pengembalaan dan
3. Pasture Scoring
menurunkan hijauan yang dihasilkan per hektar, penggunaan padang rumput tidak merata,
Faktor2 penyebab kerusakan padang pengembalaan : alam, ternak, manusia, hewan dan penyakit
kerugian lebih besar karena menginjak-injak hijauan, kotoran hewan didistribusikan tidak merata,
Kondisi PP :
gulma yang tidak diinginkan menjadi masalah
Sangat baik 100% Sedang 25-50%
2. Pengembalaan rotasi
Baik 50-75% Buruk <25%
 Pengembalaan rotasi sederhana : sistem dengan lebih dari 1 pedok
HAY
Cara perbaikan  Pengeringan : alami (sinar matahari atau diangin2kan)
1. Renovasi  Penggunaan mesinpengering -> kerusakan lebih sedikit -> hasil lebih baik namun belum layak
2. Oversown : penyebaran benih, pembakaran, pengolahan dan tidak ada pengolahan diterapkan pada peternakan rakyat
3. Pencegahan gulma : pencegahan, pembasmian, pengendalian  Makanan ternak yang berasal dari bagian daun/bagian lunak hijauan yang sengaja dikeringkan
4. Pemupukan : memilih pupuk yg dibutuhkan, dosis tepat, cara pemberian yang tepat secara alami atau secara buatan hingga KA < 15%
5. Perbaikan manajemen: dalam hal perbaikan pemotongan, stocking rate, dll  Hijauan makanan ternak yang telah dpotong, dikeringkan, dan disimpan utk digunakan sebagai
Pengawetan Hijauan Makanan Ternak pakan ternak, seperti sapi, kuda, domba, dn kambing
Kesukaran HMT Tujuan pembuatan hay : mengurangi KA hijauan sampai kepada tingkat yang rendah (15-20%)
Di Tropika dan Sub Tropika sehingga cukup untuk menghambat kerja enzim hijauan maupun enzim mikroorganisme
↓ Jenis hijauan
Musim kemarau -> (-) HMT  Secara tradisional, hijauan yang cocok untuk hay memiliki tekstur lembut dan tidak kasar ->
Musim Hujan -> (+) HMT mudah menguapkan air
↓  Contoh : digitaria decumbens, chloris gayan, dan rumput BR
Pengawetan HMT Aktivitas mikroorganisme
Sifat produksi HMT -> kumulatif (HMT dikumpulkan per tahun/per satuan waktu) Aktivitas perombakan : bakteri dan jamur
 Alternatif untuk menghindari kekurangan HMT : memberi hijauan, menjual ternak, pengaturan Hay berjamur : kurang disukai -> membahayakan ternak -> keracunan mycotoxin
pola tanaman, memelihara sumber fisik dan biologis, dan pengawetan HMT Contoh : Jamur Actinmycetes = alergi paru2 bagi peternak
SILASE Proses Kimia dan Bilogis
Hasil awetan hijauan pakan dalam bentuk segar melalui proses ensilase dalam silo a. Respirasi
Tujuannya adalah persediaan makanan, menampung kelebihan HMT, memanfaatkan HMT pada  Sel tanaman masih hidup
pertumbuhan terbaik, dan memanfaatkan hasil limbah dan ikutan pertanian.  Kh + O2 CO2 + H2O + panas
Prinsip nya cepat membuat suasana an-aerob dan asam b. Perombakan oleh M.o
Di Indonesia : Silase (KA 65-75%), Hay (<15%), dan haylage (KA 15-60%)  Pengeringan -> KA (pada HMT, BK )
Proses ensilase Keadaan tsb enzim dan m.o tidak bekerja maksimal hmt awet
1. Respirasi : sel masih hidup = KH+O2 -> CO2 + H2O + Panas  K.a 18 – 29 % masih respirasi lanjutan (kh dirombak)
2. Peralihan fermentasi aerob ke an-aerob = O2 (respirasi dan mikroorganisme aerob). Aerob  K.a > 15 % ditumpuk terjadi fermentasi tidak sempurna menghasilkan panas 28 – 50 C
juga memanfaatkan O2 secara terbatas brown hay
3. Fermentasi an aerob = melibatkan enzim dan bakteri. Bau busuk karena merupakan ciri c. Oksidasi akibat pemanasan
asam butirat, aroma merupakan asam laktat  Pemanasan suhu dan lama laju oksidasi
4. Silase yang stabil = suasana anaerob terjaga, tidak terjadi lagi perubahan kimia dan  Oksidasi terus :
biologis, tumbuh bakteri asam asetat (pH turun), proses ensilase berlangsung (15-20 hari) - Vit. C & karoten dirombak
Perombakan zat makanan dan pengaruhnya terhadap nilai gizi silase - Bahan organik terbakar karamelisasi
1.Perombakan KH - Klorofil kehilangan Mg warna kecoklatan
-> 80% d. Pencucian (leaching)
-> Gula  Pengeringan cairan sel -> perubahan ketegangan dinding sel (pengerutan sel -> sifat
-> Mudah dimanfaatkan BAL permeabilitas dan selektifitas dinding sel berubah -> hay terkena hujan pencucian
-> Selulosa dan lignin dirombak : kencernaan meningkat e. Kerusakan mekanis
Ciri indikator silase yang baik : pH 3, jangan terlalu asam, dan perhatikan lambung ternak  Ka derajat kelenturan bahan (BK bertambah) -> patahan -> Pada bahan/hancur berbentuk
serbuk
BROWN HAY
Keuntungan : proses sederhana, rendah tenaga kerja dan nilai nutrisi baik
Kerugian : siap mensuplai air, mempengaruhi resiko kebakaran, dan kuda/hewan kerja
2 cara :
1. HMT dilayukan (k.a 50%), ditumpuk dalam jumlah besar, kemudian ditekan (to : 89 – 93oC)
2. HMT dilayukan, ditumpuk dalam jumlah besar (56 – 70oC), tumpukan dibuka dan disebar
atau disimpan distack.

Anda mungkin juga menyukai