Anda di halaman 1dari 28

Stock Density (kepadatan ternak) :

Hubungan antara jlh ternak dgn luas lahan tertentu yg


Digembalai pd saat itu

Grazing Pressure (tekanan penggembalaan)


Sejlh hijauan/pastura yg tersedia utk tiap ekor ternak setiap
hari (kg/ekor/hari).
Hijauan tersedia banyak -------- Grazing pressure rendah
Hijauan tersedia sedikit --------- Grazing pressure tinggi
Under Grazing
Suatu keadaan yg menunjukan bhw jlh ternak yg
dilepaskan pd suatu luasan pdng rpt masih kurang
bila dibanding dgn jmlh hijauan yg tersedia

Under grazing : ternak hanya memilih hijauan yg


kualitasnya baik shg produksi/animal tinggi dan
produksi/luasan lahan tinggi

Kerugian Under Grazing


 Jmlh hijauan yg tersedia tdk seluruhnya
dimanfaatkan ttp terdpt sisa hijauan yg tdk termakan.
 Terdpt tanah2 yg gundul, ttp dilain tempat terdpt
luasan tanah yg ditumbuhi hijauan yg tlh tua yg tdk
dimakan ternak

Over Grazing
Suatu keadaan yg menunjukan bhw jlh ternak yg dilepaskan
pd suatu pdng rpt melebihi kemampuannya menyediakan
Hijauan atau suatu keadaan jlh ternak yg dilepaskan
melebihi daya tampung pdng rpt yg bersangkutan
Over Grazing :Ternak akan mengkonsumsi rpt yg
kualitasnya rendah, shg produksi/animal rendah tp
krn jlh hewan lbh banyak mk produksi / luasan lhn
tinggi,
shg bisa menurunkan umur pastura
Kerugian Over Grazing
•Padang rpt berubah menjadi padang herba (weeds).
•Melemahkan pertumbuhan hijauan berumur
pjng/perenial yg lbh palatabel yg akar2nya lbh masuk
ke dlm tnh, dan akan digantikan hijauan yg berumur
pendek (annual), akar dangkal dan nilai gizinya
rendah.
•Pdng rpt menjadi gundul dan bahaya erosi lebih
besar.

Musim hujan : Under grazing


Musim kemarau : Over grazing

Kebutuhan (kg/ekor/hr) Tersedia Kesimpulan


50 40 over grazing
40 60 under grazing
Pengendalian
Ternak
• Keutamaan dari pengendalian
ternak : menciptakan ruang pdng
penggembalaan yg berimbang
diantara pencapaian prod ternak
dgn aspek sustainability dr
penggunaan sumber daya savana.
. Dpt dicapai : dengan mengatur
keseimbangan antara jlh ternak
dgn kemampuan lhn shg akan
didpt tekanan penggembalaan yg
optimum, membatasi daya jelajah
& selektivitas penggembalaan.
Pengaturan Stocking Rate
• Hal terpenting dr pengendalian ternak :
mengatur tekanan penggembalaan
atau mengatur perumputan.

• Stocking rate didefinisikan oleh Society


for Range Management (1974) : jlh lhn
yg dialokasikan utk setiap unit ternak
pd satu periode penggembalaan dlm
sethn (UT/ha).

• SR : menunjukkan hubungan antara jlh


ternak yg ada/ merumput pd suatu
saat tertentu & pd satuan luas tertentu
(AU/ha).
Pengaruh Tekanan Penggembalaan
Terhadap Produktivitas Ternak

• Penggembalaan berat :
- Penurunan nilai nutrisi pakan.
- Menekan pertumbuhan hijauan
- Menghasilkan berat badan yg rendah, baik
persatuan luas maupun perekor ternak.
- Erosi tanah.
• Di Timor Barat belum ada data yg valid &
komprehensif ttg tingkat tekanan penggembalaan
di pdng penggembalaan; Knp:
• 1. Penggunaan pdng penggembalaan secara
komunal di Timor Barat menyebabkan kesulitan
dlm menduga jmlh ternak yg merumput di satu
wilayah tertentu.
• 2. Pdng penggembalaan sll terinterupsi oleh
pohon dan atau bentuk penggunaan lhn yg lain,
terutama ladang yg berpagar. Ada kesulitan utk
menduga brp besar daya tampung daerah-daerah
tsb.
• Riwu Kaho (1986) kasus overgrazing di Timor
Barat tidak terjadi sec. merata disemua savana
yg ada. Gejala penggembalaan lebih terjadi
terutama krn : dampak dr pola penggembalaan
kontinu yg dipraktekkan secara tradisional
( ternak cenderung bergerombol di sekitar mata
air, hijauan palatabel atau dekat naungan); selain
itu juga dampak dr kebiasaan membakar pdng
rmput dimana ternak akan merumput areal yg
ditumbuhi kembali oleh rmpt segar ttp kurang
vigor.
• Masalah overgrazing atau undergrazing
sebetulnya dpt dikontrol melalui bbrp cara :
pengaturan metode penggembalaan; penyebaran
spesies hijauan yg palatabel, bernilai nutrisi baik
dan persisten thdp gangguan lingkungan
terutama api & penggembalaan; serta
penyebaran sumber air; yg semuanya bermaksud
utk mengontrol stocking rate.
Pengaturan Metode
Penggembalaan
• Hollechek et al (1989) pengaturan
penggembalaan : upaya utk mengatur masa
keseimbangan antara masa merumput (stay),
menunda perumputan (deferment), istirahat (rest)
dan pergiliran (rotasi) pd suatu pdng
penggembalaan shg setiap bagian lhn memiliki
kesempatan utk bertumbuh & menutupi
permukaan tnh.
• Pd terminologi seperti diatas mk sebenarnya
semua pdng penggembalaan memiliki masa
istirahat.
• Pola penggembalaan di Timor barat didominasi
oleh penggembalaan kontinu. Akan ttp hal ini tdk
berarti bhw pdng rmpt tdk diberi kesempatan
beristirahat, hanya saja istirahat tdk
ditentukan/diskenariokan sejak awal.
Macam-macam Sistem
Penggembalaan

1. Sistem Penggembalaan kontinu (continous


grazing/set stocking) : suatu sistem yg sederhana
dimn ternak dilepas di daerah pdng
penggembalaan yg sama utk jangka waktu yg
lama & tanpa ada pembatasan/ pembagian utk
sepanjang musim.
• Pengelolaan sangat minim & peningkatan hanya
melalui pemupukan.

Kerugian :
• - Tingginya selektivitas merumput mengakibatkan
kerusakan pdng penggembalaan akibat grazing
akan lebih besar dibanding sistem lain, shg
komposisi botanis menurun.
• - Timbulnya caplak & serangan cacing nematoda
yg menimbulkan kerugian pd ternak yg
digembalakan.
2. Sistem Penggembalaan Bergilir (rotational
grazing) : suatu sistem tatalaksana
penggembalaan yg intensif dgn hijauan yg
sengaja ditnm yg dilakukan pd pdng
penggembalaan permanen yg tlh
diperbaiki/temporer.
• Pada sistem ini, sebgn besar pastura dibiarkan
beristirahat & tumbuh, sedangkan sebgn kecil
digembalai & krnnya defoliasi berlangsung dgn
cepat.
• Setiap petak digembalai selama 3-7 hari, sec.
bergillir dr satu petak ke petak lainnya.
• Panjang periode penggembalaan tergantung dr
jmlh ternak yg digembalakan & kecepatan
pertumbuhan hijauan.
• Tujuan dr cara ini : utk menggunakan pdng
penggembalaan pd waktu hijauan masih muda &
bernilai gizi tinggi serta utk memberikan waktu yg
cukup utk tumbuh kembali.
Keuntungan :
• - Memberi kesempatan pd tunas2 & daun utk
peremajaan kembali.
• - Hijauan yg dpt dimanfaatkan lbh banyak dgn
memperkecil kerusakan pdng rmpt.
• - Menghindari terjadinya overgrazing dan
undergrazing .
• - Dpt membantu dlm pengontrolan parasit ternak.
• - Memudahkan pengawetan HMT.
• - Dpt memberikan hijauan yg tinggi kandungan
nutrisinya melalui penempatan pd pdng rmpt yg
ideal.

3. Sistem penggembalaan jalur (Strip grazing) :


sistem penggembalaan bergilir yg lebih intensif
dgn menggunakan pagar listrik yg dpt
dipindahkan 1x atau 2x sehari, dpt di tmptkan di
depan atau diblkang. Dikenal dgn “ close folding “.
• Dgn demikian jlh hijauan yg disediakan
bagi ternak terbatas, kesempatan ternak
memilih hijauan ditekan serendah
mungkin, penggunaan pdng
penggembalaan merata & kerusakan krn
injakan serta pencemaran kotoran ternak
lebih sedikit.
• Penggembalaan jalur hanya bermanfaat
di pdng penggembalaan yg bernilai gizi
tinggi & sangat produktif.
• Agar hijauan dpt digunakan dgn sebaik-
baiknya, mk strip yg digunakan hrs
sempit & panjang. Hal ini utk mencegah
penghamburan hijauan krn injakan.
Keuntungan :
• - Lbh efisien dlm pemanfaatan hijauan +
25%.
• - Stabilitas susu dpt diperbaiki, sebab
nilai gizi pdng penggembalaan konstan.

4. Sistem penggembalaan berpantang


(deffered grazing/ Stockpile grazing) :
• Suatu modifikasi dr rotational grazing yg
dilakukan dgn menyisihkan petak-petak
tertentu utk digunakan pd fase berikutnya
• Caranya : misalkan dr 4 paddock, salah
satu dikecualikan dlm rotasi diawal
musim, utk digunakan pd wkt yg akan
datang ( ABC-ABC-DD).
• Pd wkt produksi hijauan tinggi mk hanya 3
paddock yg disertakan dlm rotasi, sdngkan
paddock ke 4 dibiarkan tumbuh.
• Setlh 2 grazing cycle pd masing-masing (3
paddock pertama), baru paddock ke 4
digembalai.
• Cara ini hanya diperhitungkan bhw hijauan pdng
penggembalaan ke 4 akan tua & kualitas rendah;
utk pembuatan “standing hay”( hay yg diperoleh
dgn cara membiarkan HMT menjadi kering di
tempat tumbuhnya tanpa dipotong terlebih
dahulu).
• Cara tsb juga digunakan sbg usaha utk
memperbaiki pdng penggembalaan alam:
• dgn memberi kesempatan kpd tnman2 utk
menjadi tua seblm digembalai, ketegarannya
dibangun, sistem perakarannya dpt berkembang
& kecambah yg berasal dr biji yg jatuh dgn
sendirinya ke tnh dpt berkembang.
5. Paddock grazing :
• Jumlah paddock (pastura kecil-kecil) berkisar
antara 21-28, dgn luasan yg kecil2 & relatif thdp
total pastura.
• Setiap paddock dipagari & masing2 diberi tempat
air minum. Bila terdpt 28 paddock :1 paddock/hr &
27 hr istirahat. Bila stocking rate rata2 keseluruhan
5 ekor/ha maka SR/paddock/hr menjadi 40 ekor.
• Bila pertumbuhan HMT cepat, satu atau bbrp
paddock dpt dilewati. Pemupukan diperlukan lebih
banyak drpd sistim rotasi.

6. Rigid rotational grazing :


• merupakan modifikasi dr rotasi grazing.
• Paddock dibagi 4, tapi luas utk digembalai / hari
dibatasi oleh pagar kawat berlistrik (electric fence)
berarus lemah yg dpt dipindah2. 7-10 hr/paddock.
Sistim ini dikenal dgn wye college system
(England).
Penggembalaan Anak - Induk Bergilir :
• Mrpkan modifikasi penggembalaan
bergilir.
• Utk anak-anak domba yg msh menyusu,
memungkinkan produksi berat hidup yg
sangat tinggi.
• Anak2 domba tsb diperbolehkan mermpt
lbh dahulu pd pdng penggembalaan yg
baru, seblm domba2 induknya, yg
geraknya teratur dgn pemagaran.

Zero grazing (cut and Carry) :


• suatu sistem dimana hijauan dipotong
dan diberikan kepada ternak yg
dikandangkan.
Pengaturan Distribusi
Ternak
• Diperlukan ketika pastura ingin dirumputi sec.
Merata.
• DD mk efek perataan penggunaan dpt :
• Memperkecil resiko tekanan penggembalaan
lebih & kurang.
Faktor-faktor yg mempengaruhi penyebaran ternak
(Hollecheck et al., 1989) :
1. Jarak dr sumber air.
• Savana di Timor Barat memiliki keterbatasan
sumber daya air; titik air sangat jarang.
• Jika ada titik air mk di tempat tsb terjadi gejala
overgrazing , erosi & reduksi gain atau feed
intake yg rendah.
• Herbert & Nelson (1966) berdsrkan penelitian di
rangeland semi gurun, New Mexico menyarankan
: guna menghindarkan pembuangan energi yg
sia2 dlm penjelajahannya mk disarankan sapi
hanya boleh menjelajah sepnjng 7,9 km (sapi
Hereford) & 12,6 km (sapi Santa Getrudis).
• Barnes (1914) rekomendasikan : daya jelajah
max 1,6 km di daerah topografi kasar & 3,2 km di
daerah datar.
• Di daerah range pegunungan Oregon Goebel
(1956) menyarankan 0,8-1,2 km.
• Hollecheck et al. memberi angka perbandingan
bhw sapi yg menjelajah 1,6 km guna mencapai
titik air mendptkan ADG 0,76 kg/hr/ekor sdgkan
sapi yg menjelajah kurang dr jarak itu mendpt
ADG 0,87 kg/hr/ekor.
• Di Timor Barat sumber air bg ternak : parit2 kecil
yg berisi air hanya selama musim hujan terdpt pd
hampir semua pdng savana, DAS besar yg hidup
sepnjng thn, mata-mata air yg biasanya terdpt di
kawasan hutan lindung (dibatasi oleh regulasi
kehutanan). Ok daya jelajah ternak mendpt air
bisa lbh panjng & jauh dr standar di atas.
• Kemungkinan lain : ternak memenuhi kebutuhan
airnya dgn memanfaatkan air metabolis dr pakan
hijauan yg dikonsumsinya.
• 2. Topografi.
• Membatasi minat ternak utk merumput,
walaupun hal ini sangat tergantung kepd
agility ternak itu sendiri.
• Pd umumnya ternak lebih menyukai
merumput di daerah datar dgn tipe
kemiringan tdk lbh dr 10% (Julander &
Jeffrey, 1964).
• Semakin besar tingkat kemiringan lhn,
semakin enggan ternak utk merumput.
• Di Indonesia termsk Timor Barat : tdk ada
data ttg hal ini.
• Topografi Timor hampir 40% : lebih dari
15-40%. Oki ternak hrs mengeluarkan
energi yg cukup besar ketika hrs
menjelajah di daerah miring seperti itu.
• 3. Tipe Vegetasi.
• Pd dsrnya ternak lbh suka utk mermpt di
komunitas yg menyediakan hijauan yg
palatabel & bernilai nutrisi tinggi.
• Pd tempat2 yg terbuka ternak lbh suka
merumput, dibanding tempat2 yg agak
ternaungi kanopi.
• Disini letak peluang penataan
penggembalaan di kawasan savana :
mula2 ternak mermputi daerah terbuka
sementara daerah berkanopi ditunda & br
dirumputi pd giliran berikutnya.
• Hambatan bagi ternak utk mencari tipe
vegetasi kesukaannya semata hanya
dibatasi oleh pagar ladang, regulasi
kehutanan & api.
• Berdsrkan faktor2 yg mempengaruhi
distribusi ternak tsb mk pola penyebaran
ternak yg disarankan utk diadopsi di
savana seperti di Timor Barat :
menambah jlh titik air, pemagaran,
strategi suplementasi, rotasi perumputan,
pembakaran terkontrol guna
meningkatkan titik ketersediaan hijauan
palatabel, fertilisasi atau upaya lain utk
meningkatkan kesuburan tnh serta
mengubah komposisi vegetasi agak lbh
banyak tumbuh tnmn palatabel, kontrol
hama dan penyebaran penaungan.
Inventarisasi dan Monitoring Pastura
Manajemen range hanya akan berhsl jika jelas batas-
batas daerah yg hrs dikerjakan dan dpt dipantau gerak
kemajuan atau kemunduran suatu tindakan manajemen.

Perubahan2 terutama dikendalikan oleh variasi kondisi iklim


dan edaphik yg sangat mempengaruhi dinamika pertumbuhan
dan perkembangan vegetasi serta komponen biotik lainnya dlm
pastura.

Anda mungkin juga menyukai