Anda di halaman 1dari 16

Instrumentation and Control

1. 1,2-dichloro-1,1-difluoroethane (C2H2Cl2F2) Tank (TK-101) Process Control

FC

FAL FAH

FT
C2H2Cl 2F2
Tank
LI FE

TK-101 .

Gambar 1 Tank Process Control


1,2-dichloro-1,1-difluoroethane (C2H2Cl2F2) Tank (TK-101) digunakan untuk menampung
C2H2Cl2F2 Cair. Ketinggian cairan dalam tangki TK-101 di diketahui menggunakan Level Indicator (LI).
Laju alir cairan dikendalikan menggunakan bukaan valve. Laju alir umpan dibaca oleh Flow Element
(FE) kemudian diteruskan ke Flow Transmitter (FT). Untuk menjaga laju alir pada batas terendah dan
batas tertinggi digunakan Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm High (FAH). Apabila telah mencapai
batas yang di tentukan, maka alarm akan berbunyi. Sinyal kemudian diteruskan ke Flow Control (FC)
untuk mengatur bukaan valve sehingga dapat mengatur flow yang harus ditambah ataupun dikurangi
sesuai perintah dari Flow Control.

2. Vinylidene fluoride Compressor (C-101) Process Control

PC

PAL PAH

PT

PE

15 16

Gambar 2 Compressor Process Control


Kompresor digunakan untuk menaikkan tekanan gasdari tekanan 1 atm menjadi 136 atm.
Kompresor dikendalikan berdasarkan tekanan keluaran dari kompresor tersebut. Tekanan gas yang
keluar dari kompresor akan dibaca oleh Pressure Element (PE) dan akan diteruskan sebagai sinyal
listrik ke Pressure Transmitter (PT). Setelah itu, sinyal akan dikirim ke Pressure Alarm Low (PAL) dan
Pressure Alarm High (PAH). PAL akan bekerja apabila tekanan gas yang keluar dari alat terlalu rendah
dari tekanan keluaran yang dibaca oleh PE dan sebaliknya PAH akan bekerja apabila tekanan keluaran
dari alat terlalu tinggi dari tekanan keluaran yang dibaca oleh PE. Setelah itu, sinyal akan ditransfer ke
Pressure Control (PC) yang akan dibaca sebagai tekanan yang harrus ditambah atau dikurangi, lalu PC
akan memerintahkan untuk mengatur rpm kompresor untuk mendapatkan tekanan yang sesuai
dengan yang dibutuhkan.

3. Kolom Absorpsi (TA-101) Process Control

15
FC

FAH FAL

FT

FC FE

FAL FAH
18
FT

TI

FE
PI

13

14

Gambar 3 Kolom Absorpsi Process Control

Kolom absorpsi digunakan untuk mengkontakkan uap campuran HCl dan vinylidene fluoride
dengan pelarutnya adalah air. Pengendalian dilakukan pada laju aliran masuk uap campuran dan air
pelarut untuk mengatur rasio massa yang sesuai dengan set point. Pada aliran masuk, Flow element
(FE) akan membaca laju aliran dan kemudian diteruskan ke Flow Transmitter (FT). Setelah itu sinyal
akan di kirim ke Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm High (FAH) digunakan untuk menjaga laju alir
pada batas terendah dan batas tertinggi. Apabila telah mencapai batas yang ditentukan, maka alarm
akan berbunyi. Sinyal kemudian diteruskan ke Flow Control (FC) untuk mengatur bukaan valve
sehingga dapat mengatur flow yang harus ditambah ataupun dikurangi sesuai perintah dari Flow
Control (FC).
4. Pump (P-101) Process Control

FT FRC PRC

PT

Gambar 3 Pompa Process Control

Pengendalian pada pompa J-101 untuk mengalirkan larutan NaCl dari mixer dengan tekanan
keluar pompa yang telah diatur sebagai set point. Pressure transmitter (PT) sebagai pembacaan
tekanan keluar pompa. Hasil pembacaan ini akan langsung diubah ke bentuk sinyal listrik dan
dikirimkan ke Pressure Recorder Controller (PRC). PRC akan mengkalkulasi dekat dengan set point.
Hasil kalkulasi ini di ubah berupa sinyal listrik dan dikirim ke (Flow Recorder Controller) FRC untuk
menentukan laju by-pass. Sehingga hasilnya akan dikirim ke Flow Transmitter sebagai pengatur laju
alir by-pass untuk menyesuaikan tekanan keluar pompa.

5. Belt Conveyor (CR-101) Process Control


MSH

MSC MST

MSL

22 21

Gambar 3 Belt Conveyor Process Control


Pengendalian pada belt conveyor CR-101 untuk transportasi Hypromellose menuju mixer.
Pengendalian ini di dasarkan dengan laju motor pada conveyor yang telah diatur sebagai set point.
Motor Speed Transmitter (MST) membacaa laju motor conveyor. Hasil pembacaan ini didistribusikan
ke Motor Speed Low (MSL) dan Motor Speed High (MSH). Sinyal kemudian diteruskan ke Motor
Speed Control (MSC) yang akan dibaca sebagai kecepatan yang harus dinaikkan atau diturunkan lalu
MSC akan memerintahkan laju motor conveyor untuk memperbesar atau memperkecil laju untuk
menjaga laju yang sesuai dengan set point.
6. Mixer (MX-101) Process Control

FC

FAL FAH

FT
SC

FE

20 22

FE
FC

LI
FAH FAL FT

FT FAH FAL

FC
FE

23

Gambar 2 Mixer Process Control


Mixer digunakan untuk mencampurkan bahan baku termasuk Air dan hypromellose.
Pengendalian dilakukan terhadap laju alir masukan serta kecepatan pengadukan. Flow Element (FE)
akan membaca laju alir kemudian sinyal diteruskan kepada Flow Transmitter (FT). Untuk menjaga laju
alir pada batas terendah dan batas tertinggi digunakan Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm High
(FAH). Apabila telah mencapai batas yang di tentukan, maka alarm akan berbunyi. Sinyal kemudian
akan diteruskan ke Flow Controller (FC) untuk memperhitungkan bukaan valve yang perlu diatur.
Level Indicator (LI) digunakan untuk mengetahui ketinggial material di dalam mixer. Speed Controller
(SC) digunakan untuk mengatur kecepatan motor pengaduk yang diperlukan.

7. Centrifuge Process Control

FC

FAH FAL

FT

FE

SC

Gambar 3 Centrifuge Process Control


Centrifuge digunakan untuk memisahkan material berdasarkan berat jenisnya. Pengendalian
pada centrifuge didasarkan pada laju larutan campuran masuk dan kecepatan motor untuk memutar
alat yang tersambung pada poros motor. Laju larutan yang menuju dibaca oleh flow element
kemudian di teruskan sebagai sinyal sebagai flow transmitter. Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm
High (FAH) digunakan untuk menjaga laju alir pada batas terendah dan batas tertinggi. Apabila telah
mencapai batas yang ditentukan, maka alarm akan berbunyi. Sinyal kemudian diteruskan ke Flow
Control (FC) untuk mengatur bukaan valve sehingga dapat mengatur flow yang harus ditambah
ataupun dikurangi sesuai perintah dari Flow Control (FC). Kecepatan motor yang menggerakkan
poros pada centrifuge di atur melalui speed control (SC).

8. Spray Dryer Process Control

FE

FC FT

FY

FE FE FRC

Gambar 3 Spray Dryer Process Control


Spray dryer digunakan untuk mengubah bentuk PVDF cair menjadi bentuk bubuk.
Pengendalian didasarkan pada kecepatan udara masuk ke dalam ruang spray dryer secara
countercurrent. Laju udara masuk di baca oleh flow element kemudian sinyal di teruskan ke Flow
Ratio Controller (FRC) untuk memperhitungkan laju Laju udara yang perlu diatur. Flow Relay (FY)
kemudian akan melakukan aksi terhadap keputusan FRC untuk mengatur valve udara.
9. Separation Tank Process Control

FC

...
FAL FAH

FT

FE

...

LI

FC

FAH FAL

FT

FE

...

Gambar 3 Separation Process Control


Separation tank digunakan untuk memisahkan antara cairan yang terkondensasi dengan uap
campuran HCl dan C2H2F2 dari kondensor. Pengendalian didasarkan pada laju uap (HCl dan
vinylidene fluoride) dan cairan 1,2-dichloro-1,1-difluoroethane. Laju alir uap dan cairan dibaca oleh
flow element (FE) kemudian hasilnya di teruskan sebagai flow transmitter. Sinyal tersebut diteruskan
ke Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm High (FAH) digunakan untuk menjaga laju alir pada batas
terendah dan batas tertinggi. Apabila telah mencapai batas yang ditentukan, maka alarm akan
berbunyi. Sinyal kemudian diteruskan ke Flow Control (FC) untuk mengatur bukaan valve sehingga
dapat mengatur flow yang harus ditambah ataupun dikurangi sesuai perintah dari Flow Control (FC).
Ketinggian cairan dalam tangki diketahui melalui level indicator (LI).

10. Screw Conveyor Process Control

MSL

MST SC

MSH

Gambar 4 Screw Conveyor Process Control


Screw conveyor digunakan untuk transportasi bahan bahan baku dalam bentuk slurry dengan
cara menggerakkan screw dengan motor. Conveyor yang digunakan di kendalikan berdasarkan laju
motor yang terhubung dengan screw yang telah diatur sebagai setpoint. Motor Speed Transmitter
(MST) sebagai pembaca laju motor pada conveyor, hasil pembacaan itu akan di transfer sebagai
sinyal listrik ke MSL (Motor Speed Low) dan MSH (Motor Speed High) sebagai kecepatan yang harus
dinaikkan atau diturunkan lalu SC (Speed Control) akan menentukan untuk menaikkan atau
menurunkan kecepatan motor sesuai set point yang telah di atur.

11. Rotary Dryer Process Control


TAL

FC TT TE

TAH

Gambar 3 Rotary Dryer Process Control


Rotary digunakan untuk menguapkan cairan yang terkandungan dalam padatan. Pendengdalian
didasarkan pada besar temperatur yang masuk. Temperatur gas keluaran dari rotary akan di baca
oleh temperatur element kemudian diteruskan sebagi temperatur transmitter ke temperatur record
controller (TRC). TRC akan menghitung jumlah temperatur yang dibutuhkan kemudian sinyal di kirim
ke flow control untuk mengatur bukaan valve udara panas.
12. Melter Process Control

FC

FA H FAL

FT

FE

SC

Steam

Steam
LI

M T-1 01
FY

FIC FE
FRC
T AH

T RC TT TE

T AL

...

Gambar 4 Melter Process Control

PVDF melter ML-101 digunakan untuk mencairkan PVDF bubuk menjadi PVDF cair.
Pengendalian pada PVDF Melter ML-101 dilakukan pada laju steam yang digunakan dan kecepatan
motor pengaduk. Untuk mengatur laju steam, Temperature Element (TE) membaca temperatur aliran
kemudian diteruskan oleh Temperature Transmitter (TT). Temperature Alarm Low (TAL) dan
Temperature Alarm High (TAH) digunakan untuk membatasi temperatur terendah dan temperatur
tertinggi. Apabila temperatur melewati batas yang ditentukan, maka alarm akan berbunyi. Sinyal
kemudian diteruskan ke Temperatur Record Controller (TRC) dan ke Flow Ratio Controller (FRC) untuk
memperhitungkan laju steam yang perlu diatur. Flow Relay (FY) kemudian akan melakukan aksi
terhadap keputusan FRC untuk mengatur valve steam. Flow Element (FE) digunakan untuk membaca
laju aliran, dan diteruskan oleh Flow Indicator Controller (FIC) untuk memperhitungkan kecepatan
motor pengaduk yang perlu diatur oleh Speed Controller (SC). Level indicator (LI) digunakan untuk
mengetahui ketinggian air di dalam tangki melter.
13. Condensor Process Control

FAH

FRC

FT FAL
FY

FE
TT

TE

Kondensat

Mix
Vapor

Gambar 4 Condensor Process Control

Kondensor digunakan untuk mengubah fasa uap 1,2-dichloro-1,1-difluoroethane dengan cara


di lewatkan pada sebuah kondensor. Pengendalian pada proses tersebut didasarkan pada kecepatan
air pendingin untuk menurunkan suhu uap sehingga berubah fasa menjadi cair. Temperatur
kondensat di baca oleh temperatur element (TE) kemudian di teruskan sebagi temperatur
transmitter (TT). Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm High (FAH) digunakan untuk menjaga laju alir
pada batas terendah dan batas tertinggi. Apabila telah mencapai batas yang ditentukan, maka alarm
akan berbunyi Apabila temperatur melewati batas yang telah ditentukan, maka alarm akan berbunyi.
Kemudian sinyal diteruskan ke Flow Ratio Controller (FRC) untuk diperhitungkan laju alir air
pendingin yang harus ditambah atau dikurangi. Flow Relay (FY) kemudian akan menerjemahkan
perhitungan FRC untuk melakukan tindakan terhadap bukaan valve.
14. Reactor Tank strirrer Process Control

PC

FR
C PC

FT FRC

FE FT

PC FRC FT FE FE

TPH

FT FRC TRC TT TE
FE FT FRC PC
TPH

FY

HWR

HWS
PC

FRC

FT

FE

Gambar 2 Reactor Tank strirrer Process Control

Reactor Tank Stirerr digunakan untuk proses polimerisasi polyvinilidne fluoride dari vinylidene
fluoride. Pengendalian dilakukan terhadap laju alir uap vinylidene fluoride, larutan Hypromellose, t-
butyl peroxypivalate, laju air dan hot water supply. Laju uap vinylidene fluoride, larutan
Hypromellose, t-butyl peroxypivalate dan hot water supply (HWS) dibaca lauya menggunakan flow
element dan diteruskan oleh Flow Transmitter (FT). Sinyal kemudian diteruskan ke Flow Controller
(FC) untuk mengatur bukaan valve. Untuk air pendingin, temperatur keluaran reaktor dibaca oleh
Temperature Element (TE) dan kemudian diteruskan ke Temperature Transmitter (TT). Temperature
Alarm Low (TPl) dan Temperature Alarm High (TPH) berfungsi untuk menjaga proses tetap berada
pada batas temperatur yang telah dibuat. Apabila temperatur melewati batas yang telah ditentukan,
maka alarm akan berbunyi. Kemudian sinyal diteruskan ke Flow Ratio Controller (FRC) untuk
diperhitungkan laju alir air pendingin yang harus ditambah atau dikurangi. Flow Relay (FY) kemudian
akan menerjemahkan perhitungan FRC untuk melakukan tindakan terhadap bukaan valve.
15. Fire Heater Process Control
7

FC

FAL FAH

FT

FE
TI TT

6 TRC FRC FY
LI
TAH TAL

TT

TE

Gambar 3 Fire Heater Process Control

Fire Heater FH-101 digunakan untuk reaksikan antara dichlorodifluoroethane dengan hidrogen
menjadi vinylidene fluoride dan HCl. Pada unit ini, pengendalian dilakukan pada laju aliran masuk
campuran dichlorodifluoroethane dan gas hidrogen dan juga pengendalian laju panas di dalam tube
yang sesuai dengan set point. Laju alir umpan dibaca oleh Flow Element (FE) kemudian diteruskan ke
Flow Transmitter (FT). Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm High (FAH) digunakan untuk menjaga
laju alir pada batas terendah dan batas tertinggi. Apabila telah mencapai batas yang ditentukan,
maka alarm akan berbunyi. Sinyal kemudian diteruskan ke Flow Control (FC) untuk mengatur bukaan
valve sehingga dapat mengatur flow yang harus ditambah ataupun dikurangi sesuai perintah dari
Flow Control (FC). Temperatur di dalam reaktor akan diketahui besarnnya melalui temperatur
indicator (TI), sinyal akan di teruskan sebagai temperatur transmitter (TT) ke temperatur record
control untuk menghitung jumlah panas yang harus diberikan. Panas yang diberikan ditentukan oleh
laju gas pembakaran, panas api dalam tube di baca oleh temperatur element (TE) kemudian di
teruskan sebagai temperatur transmitter (TT) dan didistribusikan ke Temperature Alarm Low (TAL )
dan Temperature Alarm High (TAH). Jika temperatur keluar kurang atau lebih dari set point yang
ditentukan maka alarm akan berbuny kemudian sinyal di teruskan ke temperatur record control
untuk memperhitungakan panas yang akan diberikan kemudian sinyal di teruskan ke flow record
control untuk menghitung laju gas pembakaran yang diperlukan untuk membalikkan temperatur ke
setpoint, kemudian sinyal di kirim ke flow relay (FY) untuk menerjemakan sinyal dari FRC kemudian
akan mengambil tindakan terhadap bukaan valve.
16. Vessel Process Control

FE

H2

FT

FAL FAH

FC

Gambar 5 Vessel Process Control


Vessel Hydrogen (V-101) digunakan untuk menampung Hydrogen dengan Level Indicator (LI)
digunakan untuk mengetahui jumlah CMC dalam tangki. Pengendalian dilakukan terhadap laju alir
berdasarkan bukaan valve. Laju alir umpan dibaca oleh Flow Element (FE) kemudian diteruskan ke
Flow Transmitter (FT). Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm High (FAH) digunakan untuk menjaga
laju alir pada batas terendah dan batas tertinggi. Apabila telah mencapai batas yang ditentukan,
maka alarm akan berbunyi. Sinyal kemudian diteruskan ke Flow Control (FC) untuk mengatur bukaan
valve sehingga dapat mengatur flow yang harus ditambah ataupun dikurangi sesuai perintah dari
Flow Control (FC).

17. Heater Process Control

FC

TA
TAL
H

TT

FE

Gambar 3 Heater Process Control

Heat Exchanger merupakaan alat penukar panas yang dapat di peruntukan sebagai cooler
maupun heater. Pengendalian pada Heat Exchanger didasarkan pada pengukuran temperatur keluar
oleh Temperature Element (TE). Sinyal dari pembacaan TE akan dikirimkan ke Temperature
transmitter (TT) dan didistribusikan ke Temperature Alarm Low (TAL ) dan Temperature Alarm High
(TAH). Jika temperatur keluar HE kurang atau lebih dari set point yang ditentukan maka alarm akan
berbunyi. Sinyal kemudian diteruskan ke Temperature Control (TC) yang akan dibaca sebagai tekanan
yang harus ditambah atau dikurangi lalu Temperatur Control (TC) akan memerintahkan mengatur
bukaan valve untuk mendapatkan temperatur yang dibutuhkan.

18. Hopper Process Control

FC LI
FAH FAL

FT

FE

H-101

Gambar 3 Hopper Process Control

Hopper (H-101) digunakan untuk menampung feedstock Hypromellose dengan Level Indicator
(LI) digunakan untuk mengetahui jumlah Hypromellose dalam tangki. Pengendalian dilakukan
terhadap laju alir berdasarkan bukaan valve. Laju alir umpan dibaca oleh Flow Element (FE) kemudian
diteruskan ke Flow Transmitter (FT). Flow Alarm Low (FAL) dan Flow Alarm High (FAH) digunakan
untuk menjaga laju alir pada batas terendah dan batas tertinggi. Apabila telah mencapai batas yang
ditentukan, maka alarm akan berbunyi. Sinyal kemudian diteruskan ke Flow Control (FC) untuk
mengatur bukaan valve sehingga dapat mengatur flow yang harus ditambah ataupun dikurangi
sesuai perintah dari Flow Control (FC).

Piping Specification
Tabel 4 Instrumen Pipa
Stream 1 2 3 4 5 6
Laju massa total (kg/h) 1463,38 1463,38 1508,64 21,68 1530,32 1530,32
Densitas campuran (kg/m3) 1416 1416 1416 0,0899 1396,211 1396,221
Q (ft3/s) 0,0101 0,0101 0,0105 2,3656 0,0108 0,0108
OD hitungan (in) 1,1185 1,1185 1,1346 2,7890 1,1498 0,4620
OD pasaran (in) 1,32 1,32 1,32 2,88 1,32 0,54
ID pasaran (in) 1,049 1,049 1,049 2,469 1,049 0,364
Schedule number 40 40 40 40 40 40
Nominal size pipe 1 1 1 2,5 1 1/4

Tabel 5 Instrumen pipa


Stream 7 8 9 10 11 12
Laju massa total (kg/h) 1530,319 1530,319 1530,319 1530,319 45,259 45,259
Densitas campuran (kg/m3) 0,34 0,34 0,34 43,0048 1416 1416
Q (ft3/s) 44,1526 44,1526 44,1526 0,3491 0,0003 0,0003
OD hitungan (in) 7,3982 7,3982 7,3982 1,4738 0,2076 0,2076
OD pasaran (in) 8,625 8,625 8,625 1,66 0,405 0,405
ID pasaran (in) 7,981 7,981 7,981 1,38 0,269 0,269
Schedule number 40 40 40 40 40 40
Nominal size pipe 8 8 8 1,25 1/8 1/8

Tabel 6 Instrumen pipa


Stream 13 14 15 16 17 18
Laju massa total (kg/h) 1485,06 6592,91 701,66 701,66 5831,26 5809,51
Densitas campuran (kg/m3) 1,161 1019,626 814,632 814,632 998 998
Q (ft3/s) 12,5477 0,0634 0,0084 0,0084 0,0573 0,0571
OD hitungan (in) 4,8640 2,5918 0,4263 0,4263 0,8070 2,4733
OD pasaran (in) 6,625 2,88 0,54 0,54 0,84 2,88
ID pasaran (in) 6,065 2,0676 0,363 0,363 0,622 2,469
Schedule number 40 40 40 40 40 40
Nominal size pipe 6 2,5 1/4 1/4 1/2 2,5

Tabel 7 Instrumen pipa


Stream 19 20 23 24 25 26
Laju massa total (kg/h) 21,7491 21,7491 22,8938 22,8938 3,8156 3,8156
Densitas campuran (kg/m3) 998 998 1014,4 1014,4 850 850
Q (ft3/s) 0,00021 0,00021 0,00022 0,00022 0,00004 0,00004
OD hitungan (in) 0,17179 0,17179 0,17479 0,17479 0,07842 0,07842
OD pasaran (in) 0,405 0,405 0,405 0,405 0,405 0,405
ID pasaran (in) 0,269 0,269 0,269 0,269 0,269 0,269
Schedule number 40 40 40 40 40 40
Nominal size pipe 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8

Tabel 8 Instrumen pipa


Stream 27 28 29 30 31 32
Laju massa total (kg/h) 1895,327 1895,327 2615,787 2615,787 2615,787 2615,787
Densitas campuran
(kg/m3) 998 998 1165,594 1165,594 1165,594 1165,594
Q (ft3/s) 0,0186 0,0186 0,0220 0,0220 0,0220 0,0220
OD hitungan (in) 1,4859 1,4859 1,6050 1,6050 1,8783 1,8783
OD pasaran (in) 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66
ID pasaran (in) 1,38 1,38 1,38 1,38 1,38 1,38
Schedule number 40 40 40 40 40 40
Nominal size pipe 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25

Tabel 9 Instrumen pipa


Stream 33 34 35 36 37 38
Laju massa total (kg/h) 2615,787 651,158 651,158 1964,629 651,158 1302,316
Densitas campuran (kg/m3) 1165,594 998 998 970,135 1755,383 1376,659
Q (ft3/s) 0,0220 0,0064 0,0064 0,0199 0,0036 0,0093
OD hitungan (in) 1,8783 0,8998 4,3761 1,5307 0,6869 1,0728
OD pasaran (in) 1,66 1,05 4,5 1,66 0,84 1,32
ID pasaran (in) 1,38 0,824 4,026 1,38 0,622 1,049
Schedule number 40 40 40 40 40 40
Nominal size pipe 1,25 3/4 4 1,25 1/2 1

Tabel 10 Instrumen pipa


Stream 39 40 41 42 43 46
Laju massa total (kg/h) 1302,3157 664,2926 2628,9213 2628,9213 631,3131 1645,152
Densitas campuran (kg/m3) 1376,659 997,1759 976,967 976,967 1771,77 1,161
Q (ft3/s) 0,0093 0,0065 0,0264 0,0264 0,0035 13,9004
OD hitungan (in) 1,0728 0,9087 1,7446 1,7446 0,6738 5,0329
OD pasaran (in) 1,32 1,05 1,9 1,9 0,84 6,625
ID pasaran (in) 1,049 0,824 1,61 1,61 0,622 6,065
Schedule number 40 40 40 40 40 40
Nominal size pipe 1 3/4 1,5 1,5 1/2 6

Tabel 11 Instrumen pipa


Stream 47 50 51
Laju massa total (kg/h) 1645,152 638,0232 638,0232
Densitas campuran (kg/m3) 1,161 1321,56 1321,56
Q (ft3/s) 13,9004 0,0047 0,0047
OD hitungan (in) 5,0329 0,7794 0,7794
OD pasaran (in) 6,625 0,84 0,84
ID pasaran (in) 6,065 0,622 0,622
Schedule number 40 40 40
Nominal size pipe 6 1/2 1/2

Anda mungkin juga menyukai