GONDELLS
mekanika tanah 1
5 Komentar
1. Pengertian
Berat tanah yang terendam air disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan yang terjadi akibat
berat tanah efektif di dalam tanah disebut tegangan efektif. Pada tanah granuler, tanah pasir, dan kerikil
dikenal dengan tegangan intergranuler. Tegangan efektif merupakan tegangan yang mempengaruhi kuat
geser dan perubahan volume atau penurunan tanah.
σ = σ’ + u
(1.1)
dimana
σ = tegangan normal total pada suatu bidang di dalam massa tanah (tegangan akibat berat tanah total termasuk
ruang pori, persatuan luas yang arahnya tegak lurus)
u = tekanan pori (u), dikenal dengan tekanan netral yang bekerja ke segala arah sama besar
σ’ = tegangan normal efektif (σ’), yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban butiran tanah efektif per satuan
bidang luas
σz = γsat z
Tegangan efektif dalam tanah dapat ditentukan dengan cara meninjau lapisan tanah dengan permukaan
mendatar dan dengan permukaan air tanah pada permukaan. Tegangan vertikal total (σz) merupakan
(1.2)
σz = kedalaman titik di dalam tanah
u = γw z
(1.3)
Gambar 1.1 Tegangan efektif
σz’ = σz – u
σz’ = z γsat – z γw
σz’ = (γsat – γw) z
σz’= γ’ z
(1.4)
dengan γ’ merupakan berat volume apung atau berat volume tanah efektif saat tanah terendam air.
σ = σ’ + ua – X (ua - uw)
Tekanan air pori (uw) harus lebih kecil daripada tegangan yang terjadi dalam udara (u a) akibat
tarikan permukaan. Sehingga Bishop (1995) mengusulkan persamaan hubungan tegangan total(σ) dan
(1.5)
Gambar 1.2
dengan :
X = parameter yang ditentukan secara ekperimental
uw = tekanan air pori
Gambar 1.3
Pada gambar 1.3 menunjukan suatu massa tanah jenuh air di dalam suatu tabung tanpa adanya
rembesan air ke segala arah. Tegangan total di titik A dapat dihitung dengan cara :
σ = H γw + (HA - H) γsat
(1.6)
dimana
σ = tegangan total pada titik A
γw = berat volume air
γsat = berat volume tanah jenuh air
H = tinggi muka air diukur dari permukaan tanah di dalam bidang
b) Rembesan ke Bawah
Gambar 1.5
Keadaan di mana terdapat rembesan air ke bawah dapat dilihat dalam gambar 1.5. Ketinggian air di
dalam silinder diusahakan tetap, hal ini diatur dengan cara menambahkan air dari atas dan pengaliran air
ke luar melalui dasar selinder.
Tegangan total (σB) = H1γw + zγsat
Tekaan air pori (uB) = (H1 + z – iz)γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
FS =
Gambar 1.6
Dimana :
FS = faktor keamanan
W’ = berat tanah basah di daerah gelembung per satuan lebar turap
6. Penentuan Zona Potensi Likuifasi di Kota Maumere dengan Pendekatan Tegangan Efektif Melalui Metoda
Poroelastisitas dan Elemen Hingga
Ketika pasir lepas jenuh mengalami getaran gempa maka tekanan air pori akan meningkat.
Kenaikan ini akan mengurangi tegangan efektif tanah dan apabila terus berlanjut maka tegangan efektif
akan menjadi nol sehingga tanah kehilangan kekuatannya. Kondisi ini disebut Likuffaksi. Kerugian yang
diakibatkan likuifaksi sangat besar, oleh karena itu perlu dibuat suatu peta kerentanan likuifaksi pada
daerah tertentu terutama yang terletak di daerah berpasir yang rawan gempa dan memiliki arti strategis
tertentu. Penentuan zona kerentanan likuifaksi sangat bermanfaat karena membantu para perancang
bangunan-bangunan sipil dalam menentukan lokasi proyeknya dan menentukan perlakuan-perlakuan apa
saja yang diperlukan untuk menanggulangi fenomena ini.
Penentuan zone potensi likuifaksi yang digunakan adabab dengan analisis tegangan efektif melalui
Metoda Karakteristik yang berdasarkan konsep poroelastisitas dan analisis dinamik. Hasil yang didapat
menunjukkan rawannya daerah pantai terhadap bahaya likuifaksi yang diindikasikan dengan turunnya
tegangan efektif mendekati nol.
Soal – soal :
1. Hitung tegangan total dan tegangan efektif di A apabila γsat = 10 kN/m3
Jawab :
Tegangan Total
σA = (1 x 10) + (3 x 9,8)
= 39.43 kN/m2
ua = 4 x 9,8
= 39,2 kN/m2
Tegangan Efektif
σ’ = σA - ua
σ’ = 39.43 – 39,2
σ’ = 0,23 kN/m2
Jawab :
a. Tegangan di A
σA = 2 γb
= 20 kN/m2
ua = 0
σ’ = σA - ua
σ’ = 20– 0
σ’ = 20 kN/m2
b. Tegangan di A
σA = 2 γsat + 2 γw
= (2 x 15) + (2 x 9,8)
= 49,6 kN/m2
u a = 4 γw
= 4 x 9.8
= 39,2 kN/m2
σ’ = σA - ua
σ’ = 49.6 – 39.2
σ’ = 10,4 kN/m2