Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal

ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat

darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut

dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,

2015).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90

mmHg (Smeltzer, 2009). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140

mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg atau bila pasien memakai

obat antihipertensi (Sylvia A. Price, 2015).

2. Etiologi Hipertensi

Menurut Sutanto (2010), faktor resiko yang mempengaruhi

hipertensi yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain:

a. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dikontrol.

1) Jenis kelamin

Kaum laki-laki didaerah perkotaan lebih banyak megalami

kemungkinan menderita hipertensi dibanding kaum perempuan.

9
Namun bila ditinjau dari segi perbandingan antara kaum

perempuan dan laki-laki, secara umum kaum perempuan mash

banyak menderita hipertensi dibandingkan laki-laki. Hipertensi

berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor

psikologi. Wanita seringkali mengadopsi perilaku tidak sehat

seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang sehingga

menyebabkan kelebihan berat badan, depresi dan rendahnya

status pekerjaan. Sedangkan pada kaum pria, hipertensi lebih

berkait erat dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman

terhadap pekerjaan dan pengangguran

2) Umur

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan

seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit

hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya

interaksi dari faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai

peneliti telah menemukan hubungan antara berbagai faktor resiko

terhadap timbulnya hipertensi. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, ternyata prevelensi (angka kejadian) hipertensi

meningkat dengan bertambahnya usia. Hilangnya elastisitas

jaringan dan arterisklerosis serta pelebaran pembuluh darah

adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. Dari berbagai

peneliti yang dilakukan di Indonesia menunjukkan pendududk

10
yang berusia diatas 20 tahun sudah memiliki faktor resiko

penderita hipertensi

3) Keturunan (Genetik)

Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua

maka dugaan terjadinya hipertensi primer pada seseorang akan

cukup besar. Hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen.

Pengaruh genetik ini terjadi pula pada anak kembar yang lahir

dari satu sel telur. Jika salah satu dari anak kembar tersebut

adalah penderita hipertensi maka akan dialami juga oleh anak

kembar lainnya. Faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak

sehat dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Menurut sebgain

ahli kesehatan, sebagian besar kasus hipertensi saat dipengaruhi

oleh faktor keturunan.

Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar

terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dnegan

ditemukan kejadian bahwa lebiha banyak terjadi pada kembar

monozigot (berasal dari satu sel telur) dibanding heterozigot

(berasal dari sel telur yang berbeda). Jika nada adalah orang yang

mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak

melakukan penanganan atau pengobatan maka ada kemungkinan

lingkungan nada akan meyebabkan hipertensi berkembang dan

dalam waktu sekitar 30-an tahun akan mulai muncul tanda-tanda

dengan gejala-gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.

11
Dari 10 oarang penderita hipertensi, 90 persen di antaranya

terjadi karena mereka memiliki bakat atau gen yang membawa

munculnya hipertensi. Meski demikian, gen tersebut dapat

menjadikan anda penderita hieprtensi kerna ada faktor pemicu

eksternal yang lain. Trend yang berkembang saat ini, hipertensi

mulai banyak ditemui pada usia muda. Menurut data dari salah

satu rumah sakit, sebanyak lima persen dari penderita stroke

dibawah berusia 40 tahun (Sutanto, 2010).

b. Faktor Resiko yang Dapat Dikontrol

1) Obesitas

Obesitas dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan

kolesterol dalam tubuh, yang memicu terjadinya aterosklerosis.

Aterosklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit

sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu

pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan

sirkulasi volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak

obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume

darah orang hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika

dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan

normal.

2) Olahraga

Orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah

jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung maka

12
semakin keras kerja setiap kontraksi sehingga semakin besar

oksigen yang dibutuhkan oleh selsel tubuh. Kurang aktivitas fisik

juga risiko meningkatkan kelebihan berat badan

3) Merokok

Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi

terjadinya kenaikkan tekanan darah dan bahan kimia yang

terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri

yaitu menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri

serta memudahkan terjadinya aterosklerosis

4) Stres

Faktor risiko stres berpengaruh dengan terjadinya hipertensi

dikaitkan dengan peran saraf simpatis yang mempengaruhi hormon

epinefrin (adrenalin). Hormon epinefrin (adrenalin) dapat

mempengaruhi peningkatkan tekanan darah.

5) Konsumsi Lemak Jenuh.

Asupan lemak jenuh dapat mengakibatkan dislipidemia yang

merupakan salah satu faktor utama risiko arterosklerosis, yang

pada gilirannya berpengaruh pada penyakit kardiovaskuler

6) Konsumsi Garam Berlebihan

Natrium dan klorida adalah ion utama pada cairan

ekstraselular. Konsumsi garam dapur berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler. Meningkatnya volume cairan pada ekstraseluler

13
dapat meningkatkan volume darah sehingga berdampak pada

kenaikan tekanan darah.

7) Konsumsi Alkohol

Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan sintesis

katekolamin, yang dapat memicu kenaikan tekanan darah.

3. Tanda Dan Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak

memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2010), gejala-gejala yang

mudah diamati antara lain yaitu :

a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala

b. Sering gelisah

c. Wajah merah

d. Tengkuk terasa pegal

e. Mudah marah

f. Telinga berdengung

g. Sukar tidur

h. Sesak napas

i. Rasa berat ditengkuk

j. Mudah lelah

k. Mata berkunang-kunang

l. Mimisan (keluar darah dari hidung).

14
4. Patofisiologi Hipertensi

Menurut Udjianti, (2010) peningkatan tekanan darah sistematik

meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri,

sehingga beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi

hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi, akan tetapi

kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan

hipertropi konvensasi akhirnya menurun, dan terjadi dilatasi dan payah

jantung. Jantung semakin terancam dan mengakibatkan arterosklerosis

koroner. Bila arteresklerosis berlanjut,penyedian oksigen miokardium

berkurang. Arterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di

intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak yang akan

mengganggu absorbsi nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan

dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah. Peningkatan

kebutuhan oksigen pada miokardium terjadi akibat hipertrofi ventrikel dan

peningkatan beban kerja jantung sehingga ahirnya akan menyebabkan

angina atau infrak miokardium. Sekitar separuh kematian akibat hipertensi

diakibatkan oleh infark miokardium atau gagal jantung.

5. Klasifikasi Hipertensi

Menurut WHO dalam buku Suiroka (2012) hipertensi

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Normal : < 140/90mmHg

b. Hipertensi Sedang : >140/90 mmHg dan <160/90 mmHg

c. Hipertensi Tinggi/Berat : >160/95 mmHg

15
6. Komplikasi Hipertensi

Penyakit jantung koroner, penyakit ini sering kali menyertai penderita

darah tinggi karena adanya arteresklerosis. Penyakit jantung koroner

diakibatkan oleh pembuluh darah yang tersumbat. Pembuluh darah dapat

tersumbat jika terjadi pengumparan “karat lemak” di dinding pembuluh

darah. Ini akan mengakibatkan berkurangnya pasokan darah kedalam jantung

sehingga akan menimbulkan rasa nyeri pada dada serta mengakibatkan otot

dada terganggu (Susanto, 2010).

a. Gagal jantung

Terjadi karena jantung harus memompa darah lebih keras selama

bertahu-tahun, hal ini sering taerjadi pada penderita darah tinggi

menahun, kelainan katub jantung, kerusakan paru-paru,serta akibat dari

penyakit jantung koroner sendiri. Semua penyebab tadi menyebabkan

otot jantung menjadi kendur. Otot jantung yang telah mengendur daya

pompanya akan melemah

b. Rusaknya pembuluh darah

Darah tinggi akan mendorong tekanan pada dinding pembuluh darah

yang terdapat arteroskllerosis di dalamnya akan membuat pembuluh

darah pecah. Pembuluh darah yang pecah terutama jika pembuluh darah

yang menuju ke otak, akan menyebabkan otak berdarah dan tergenangi

darah. Akhirnya, beberapa sel di otak akan mati. Ini lah yang disebut

dengan serangan stroke.

16
c. Gagal ginjal

Adalah saat gagal ginjal tidak dapat berfungsi sepenuhnya. Ada dua jenis

kerusakan ginjal akibat darah tinggi, yaitu nefrosklerosis dan

nefroklerosis maligna. Nefroklerosis benigna adalah pengedapan fraksi-

fraksi plasma yang terjadi akibat adanya tekanan darah yang tinggi,

proses penuaan. Ini lah yang menyebabkan kemampuan fermeabilitas

pada dinding pembuluh darah menurun. Sedangkan, nefroklerisis

maligna adalah terganggunya fungsi ginjal karena adanya kelainan

didalamnya. Kelainan ginjal ini terjadi seiring dengan naiknya diastole.

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Sutanto (2010), penatalaksanaan hipertensi antara lain:

a. Non Farmakologi

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat

menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan

kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1,

tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup

sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani

setidaknya selama 4-6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut,

tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau

didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat

dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.

17
Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular

beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines

adalah:

1) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan

memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat

memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah,

seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.

2) Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi

garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada

kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari

kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng,

daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam

ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi

pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan

garam tidak melebihi 2 gr/ hari

3) Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –

60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong

penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki

waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap

dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki

tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.

4) Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alcohol

belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun

18
konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring

dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di

kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria

atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan

darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi

alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.

5) Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum

terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah,

tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama

penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk

berhenti merokok.

b. Terapi farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila

pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan

tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada

pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi

farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan

meminimalisasi efek samping, yaitu :

1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal.

2) Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat

mengurangi biaya.

19
3) Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti

pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor

komorbid.

4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme

inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers

(ARBs).

5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi

farmakologi.

6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan

berbagai guidelines memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini

adalah algoritme tatalaksana hipertensi secara umum, yang

disadur dari A Statement by the American Society of

Hypertension and the International Society of Hypertension

2013.

B. Kepatuhan

1. Pengertian

Menurut Sackett (1976) dalam Niven (2012) kepatuhan adalah

sejauh mana perilaku seseorang sesuai ketentuan yang diberikan

profesional kesehatan. Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam

melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan (Smet dalam

Claudia, 2017).

20
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

Dalam hal kepatuhan Carpenito (2009) berpendapat bahwa faktor

faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang

dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi

mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak

patuh (Suparyanto, 2010). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan diantaranya:

a. Pemahaman tentang instruksi.

Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional

kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah

medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh

penderita.

b. Tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang

diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu (Suparyanto,

2010).

c. Kesakitan dan pengobatan.

Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak

ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas), saran

mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks,

pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas

(Suparyanto, 2010).

21
d. Keyakinan, sikap dan kepribadian.

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal, orang

yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas,

sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang

lebih lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan

perhatian kepada dirinya sendiri.

e. Dukungan Keluarga

Menurut Baekeland dan Lundawall, dukungan keluarga dapat menjadi

faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai

kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan

mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat

keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit

(Suparyanto, 2010).

f. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan financial untuk memenuhi

segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya penderita TB Paru

sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan

lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan

dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke

bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat

ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan (Suparyanto, 2010).

22
g. Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam

kepatuhan (Suparyanto, 2010).

h. Perilaku sehat.

Perilaku sehat dapat dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu

dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah

perilaku tetapi juga dapat mempertahankan perubahan tersebut

(Suparyanto, 2010).

i. Dukungan profesi keperawatan (kesehatan)

Dukungan profesi kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita. Dukungan mereka

terutama berguna pada saat penderita menghadapi kenyataan bahwa

perilaku sehat yang baru itu merupakan hal yang penting. Begitu juga

mereka dapat mempengaruhi perilaku penderita dengan cara

menyampaikan antusiasmereka terhadap tindakan tertentu dari

penderita, dan secara terus menerus memberikan yang positif bagi

penderita yang telah mampu beradaptasi dengan program

pengobatannya (Suparyanto, 2010).

C. Diet Hipertensi

Diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa

efek yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami. Hanya saja

23
banyak orang yang menganggap diet hipertensi sebagai sesuatu yang

merepotkan dan tidak menyenangkan. (Purwati dalam Claudia, 2017).

Berikut adalah diet bagi penderita hipertensi sebagai berikut :

1. Mengurangi asupan garam

Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak

kalsium, magnesium, dan kalium. Puasa garam untuk kasus tertentu dapat

menurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita mengkonsumsi

lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan tubuh. Idealnya kita cukup

menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram per hari.

2. Memperbanyak serat

Mengkonsumsi lebih banyak sayur yang mengandung banyak serat akan

memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan

natrium.Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan

dan makanan siap saji dari restoran, yang dikhawatirkan mengandung

banyak pengawet dan kurang serat, misalnya semangkuk sereal

mengandung sekitar 7 gr serat.

3. Menghentikan kebiasaan buruk

Menghentikan rokok, kopi, dan alkohol dapat mengurangi beban jantung,

sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan

resiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada

pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras.

Sedangkan alkohol dapat memacu tekanan darah. Selain itu, kopi dapat

24
memacu detak jantung. Menghentikan kopi berarti menyayangi jantung

agar tidak terbebani lebih berat.

4. Perbanyak asupan kalium

Penelitian menunjukkan dengan mengkonsumsi 3500 mg kalium dapat

membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah

ideal yang dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal. Makanan

yang banyak mengandung kalium misalnya pisang, sari jeruk, jagung,dan

brokoli.

5. Penuhi kebutuhan magnesium

Penelitian menunjukkan bahwa asupan magnesium yang tinggi yaitu

menurut RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 3500mg

dapat mengurangi tekanan darah pada seseorang yang mengalami

hipertensi. Sumber makanan yang banyak mengandung magnesium

misalnya kacang tanah, bayam, kacang polong, dan makanan laut

6. Lengkapi kebutuhan kalsium

Kandungan kalsium yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu

800 mg yang setara dengan tiga gelas susu dapat mencegah terjadinya

komplikasi pada penyakit hipertensi. Makanan yang banyak mengandung

kalsium misalnya keju rendah lemak dan ikan seperti ikan salmon.

7. Manfaatkan sayuran dan bumbu dapur

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan

darah, seperti : tomat, wortel, seledri, bawang putih dan kunyit

25
8. Makanan tinggi lemak jenuh

Makanan yang mengandung lemak jenuh seperti lemak pada daging sapi,

domba, dan minyak sawit sangat dilarang untuk penderita hipertensi.

Asupan lemak trans atau jenuh yang berlebihan dapat meningkatkan resiko

kegemukan yang bisa memicu hipertensi. Selain itu penderita hipertensi

sangat dilarang untuk mengkonsumsi makanan yang digoreng karena bisa

meningkatkan resiko serangan jantung.

9. Makanan olahan

Makanan olahan atau makanan cepat saji sangat dilarang untuk penderita

hipertensi. Biasanya semua jenis makanan kemasan dan makanan cepat

saji banyak mengandung garam dan berbagai bahan perasan tambahan

lain. Hal ini juga meningkatkan resiko tekanan darah tinggi.

D. Dukungan keluarga

1. Pengertian

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya

terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai

tujuan bersama ( Friedman, 1998) dikutip dari Henny (2010).

Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

26
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional.

2. Fungsi keluarga (Henny, 2010)

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsikuensi dari struktur keluarga

atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.

Terdapat beberapa fungsi keluarga yaitu:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan

pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon

dari keluarga dari terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap

anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana

cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan pada anak,

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan

perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai

budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan

bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan

belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan

interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam

melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta

27
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan

spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta

mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. Keyakinan-keyakinan,

nilai-nilai dan perilaku keluarga terhadap kesehatan, definisi keluarga

tentang tingkat pengetahuan mereka. Apakah keluarga dapat

melaporkan mulai kapan menderita hipertensi dan menyebutkan tanda-

tanda atau perubahan yang terjadi pada anggota keluarga dengan

hipertensi. Apakah yang sudah dilakukan keluarga, apa persepsi

keluarga tentang hal yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah

tersebut. Bagaimana kebiasaan tidur keluarga : apakah anggota keluarga

memenuhi syarat tidur sesuai dengan tuntutan usia. Kebiasaan

menggunakan obat-obatan : Apakah keluarga terbiasa mengonsumsi

alkohol, kopi, teh dan rokok. Apakah keluarga secara regular

menggunakan obat yang di beli di toko untuk menghilangkan pusing.

Peran keluarga dalam perawatan diri : Apakah yang di lakukan kelurga

untuk memperbaiki satus kesehatan. Siapa yang membuat keputusan

dalam bidang kesehatan.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana

keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan

keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

28
e. Fungsi biologis

Fungsi biologi, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan

tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan

generasi selanjutnya.

f. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih

sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota

keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan

memberikan identitas keluarga.

g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk anak dengan tingkatan

perkembangannya.

3. Jenis Dukungan Keluarga (Friedman, 2010)

Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu :

a. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan kongkrit, diantaranya: kesehatan klien dalam hal kebutuhan

makan dan minum, istirahat, terhindar klien dari kelelahan.

b. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan disseminator (penyebar informasi). Menjelaskan tentang

pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

29
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan

pemberian informasi.

c. Dukungan penilaian (aspiraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai

sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan

masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga

diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

d. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi

dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

4. Peranan keluarga (Friedman, 2010).

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang

dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran

keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang

dalam konteks keluarga.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing masing antara

lain adalah:

a. Ayah, sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi

setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok

sosial tertentu.

30
b. Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,

pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga

dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

c. Anak, berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual.

5. Tugas Keluarga

Menurut Friedman tugas keluarga dalam bidang kesehatan terdiri dari :

a. Mengenal masalah

Bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit

hipertensi, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi

keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

b. Mengambil keputusan

Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau

tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap

akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah

kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan

keluarga anggota keluarga yang sakit.

c. Merawat anggota keluarga yang sakit

Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan

perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

31
d. Memodifikasi lingkungan

Seperti pentingnya hygien sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan

penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan

yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan

keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas

pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,

keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah

fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang

kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

32

Anda mungkin juga menyukai