Anda di halaman 1dari 32

BAB II

HASIL KAJIAN

A. Profil/Gambaran Umum Ruang Keperawatan


1. Gambaran Umum
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 merupakan ruangan rawat inap kelas 1 di RSUD
Ciamis. Pelayanan di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 meliputi pelayanan pasien dengan
penyakit dalam, penyakit paru, penyakit anak, penyakit jantung dan Rehabilitasi
Medik.
2. Visi
Visi Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 yaitu :
“Mewujudkan pelayanan asuhan keperawatan yang professional, aman dan
memuaskan”
3. Misi
Misi Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 yaitu :
a. Menyelenggarakan ashuan keperawatan yang komperhensif
b. Bekerjasama dengan profesi lain untuk kesehatan pasien
c. Peningkatan kualitas SDM dan sarana prasarana agar terwujud pelayanan
keperawatan yang sesuai dengan standar profesi
4. Motto
“Kesembuhan pasien adalah kebahagian kami”
5. Tujuan
Memberikan pelayanan yang professional, aman dan memuaskan kepada pasien secara
komperhensif
6. Strategi
”Melayani secara professional dengan tepat, waktu, cepat ramah dan terjangkau”
7. Kapasitas Tempat Tidur
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 terletak disebelah barat, dengan pembagian
ruangan pada saat praktek stase manajemen dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Rekapitulasi Kapasitas Tempat Tidur (TT)


Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Ciamis
Jumlah
No Kelas Jumlah Kamar TT Kamar

1 Kelas I 20 40

Sumber : Data Primer Ruang Hasan Sobari Lt . 2, Januari 2020


8. Pelaksana Kegiatan
Pelaksanaan kegaiatan sehari-hari di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD
Ciamis adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Pelaksana Kegiatan


Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Ciamis

No. TENAGA KERJA JUMLAH

1. Dokter Spesialis 12

Perawat :
S1 Keperawatan Ners 9
2. -
S1 Keperawatan
D3 Keperawatan 16

3. Administrasi 2

4. Cleaning Service 2

JUMLAH 41

Sumber : Data Primer Ruang Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020

9. Tarif Rawat Inap


Tarif Rawat Inap di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 RSUD Kabupaten Ciamis
berdasarkan Perda No I Tahun 2012, dapat dilihat dalam table berikut :

Tabel 2.3 Tarif Rawat Inap Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2


RSUD Kabupaten Ciamis 2020
No Kelas Jumlah

1 Kelas I 225.000

Sumber : Data Primer Ruang Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020


10. Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang H. Hasan Sobari Lt.2


RSUD Ciamis

Kabid Pelayanan Kepala Instalasi Ranap Kabid Keperawatan


Dr. Primahati Riana, Sp. Pd Hj. Eros Rosmiati, S.Kep., Ners Ners

Kepala Ruangan
Atik Kusmiati, AMK

Wakil Kepala Ruangan


Elis Kurniasari, S.Kep., Ners

Adminitrasi
Gina Y Garhadi, S. Ak

Ketua TIM I KETUA TIM II


Endah Wulan, S.Kep., Ners Yulia, S.Kep., Ners
1. Eka Saltika, Amd. Kep 1. Indriani S, S.Kep., Ners
2. Gina Yuliana, AMK 2. Enton Hendri, AMK
3. Dini Yuliani, Amd. Kep 3. Eka Yuliani, A.Md., Kep
4. Ago Juliana, S.Kep., Ners 4. Hilman Mustafa, Amd. Kep
5. Amanda W, S.Kep., Ners 5. Irna Heriani, AMK
6. Elis Astri, Amd. Kep 6. Desi Widiarti, A.Md., Kep
7. Panji Kurnia, AMK 7. Kautsar Maulana, Amd. Kep

KETUA TIM III


Nina Nurlina, Amd. Kep
1. Eko Susanto, AMK
2. Tommy S, A. Md., Kep
3. Pian Sandana, S.Kep., Ners
4. Fredy Eko W. A.Md., Kep
5. Tri Oka, S.Kep., Ners
6. Arif Oemara, Amd. Kep
B. Unsur Input
1. Pasien
a. Teori
Pasien dengan kasus dalam tiap hari makin meningkat. Dimana jenis penyakit
yang di rawat di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 adalah Typhoid Fever,
Gastritis,Diabetes Melitus dan penyakit lainnya.
b. Data
Pasien yang di rawat di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 tahun 2019 sebanyak
1.450. Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 memiliki 40 tempat tidur, dengan maksimal
jumlah pasien 40 orang.
Adapun kasus-kasus penyakit yang ada di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
tercantum pada table berikut :
Tabel 2.4
Sepuluh Besar Penyakit Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
Periode Juli - Desember 2019
No Kasus Jumlah Pasien

1 Thypoid Fever 155

2 Diarrhoea 82

3 Bronchopneumonia, unspecified 49

4 Cerebral infarction, unspecified 36

5 Dyspepsia 36

6 Essential (primary) hypertension 31

7 Bacterial infection, unspecified 28

8 Cardiovascular disease, unspecified 24

9 Non-insulin-dependent diabetes mellitus 23

10 Gastritis, unspecified 23

Sumber : Buku Register Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, 2019

c. Analisa
Dilihat dari table 2.4 pasien yang di rawat di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2
dengan penyakit terbesar adalah Thypoid Fever.
2. Mahasiswa Praktek
a. Teori
Rumah sakit dengan akreditasi pelayanan merupakan suatu sarat
penyelanggaran lahan praktek untuk dijadikan lahan pendidikan bagi mahasiswa
kesehatan baik itu medis, paramedic atau admnitrasi kesehatan.
b. Data
Rumah Sakit Umum Ciamis merupakan Rumah Sakit Tipe C Non
Pendidikan walaupun demikian sering dijadikan lahan praktek lapangan oleh
mahasiswa keperawatan, kebidanan, analis, farmasi, kedokteran dan siswa PPL
dari sekolah menengah kejuruan (SMK). Jauhnya lahan praktek dengan akreditasi
12 pelayanan, letak geografis dan banyaknya institusi yang menyelenggarakan
pendidikan kesehatan menjadi alasan kenapa RSUD Ciamis menjadi salah satu
tempat menggali pendidikan kesehatan yang cukup diminati di Priangan Timur.
Tercatat sejak bulan Desember 2019 terdapat 14 Siswa SMK Bhakti
Kencana Banjar yang melakukan praktek kerja lapangan di Ruang H. Hasan
Sobari Lt. .
c. Analisa
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 sangat mendukung dengan adanya praktikan
kerena sedikit besarnya bisa menambah ilmu pengetahuan perawat ruangan dan
mendapat tenaga tambahan untuk membantu memberikan pelanayan ke pasien

3. Sumber Dana
a. Teori
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan, baik medis
maupun non medis dalam kaitan tersebut agar pelanyanan rumah sakit dapat
berjalan optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, maka untuk itu
rumah sakit mempersiapan perlatan atau bahan medis, non medis dan jasa pihak
ke tiga sarana peralatan medis, bahan obat habis pakai.
Sumber dana rumah sakit yaitu :
1) APBN
2) APBD Provinsi
3) APBD Kabupaten
Menurut Djojodibroto (1997) ada 3 komponen biaya tarif pelayanan RS
yaitu:
1) Jasa sarana rumah sakit
2) Jasa perawat anastesi, jasa keperawatan, jasa pelayanan dan lainya
3) Biaya bahan dan obat habis pakai
b. Data
Sumber pembiayaan dan penggajian PNS dan honorer diperoleh dari dana APBD
dan BPJS Kesehatan. (Bidang Keuangan RSUD Ciamis)
c. Analisis
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan peraturan yang
berlaku di RSUD Ciamis.

4. Material
a. Teori
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah di tetapkan oleh masing-masing institusi
dengan memperhatikan jenis alat, bahan/ warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah
yang dibutuhkan. Juga di dasarkan atas pertimbangan bahan yang dipakai,
disimpan maupun dicuci sehingga terjamin perawatannya.
b. Data
Penyediaan alat inventaris ruangan H. Hasan Sobari Lt. 2 menggunakan pedoman
buku standar fasilitas dan peralatan keperawatan, dan perenaenaan pengadaan
alat dan bahan langsung dikelola oleh panitia RS dan Kepala Ruangan
memberikan usulan untuk kebutuhan alat dan bahan ruangan. Akan tetapi kadang
terjadi inventaris tidak sesuai dengan permintaan.

Tabel 2.5 Daftar Inventaris Alat Kesehatan


Di Ruangan H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020
Yang Ada
No Nama Alat Jumlah
Baik Rusak

1 Ambu bag 2 √

2 Stetoskop 6 √

3 Pulse Oximeter 3 √

4 Termometer 1 √

5 Termometer Digital 8 √

6 Sphygmomanometer 3 √

7 Torniquet 6 √

8 Metlin 3 √

9 Pen Light 3 √

10 Mortir Stamper 1 √
11 Bak Spuit Sedang 6 √

12 Bak Spuit Besar 6 √

13 Bak Spuit Kecil 2 √

14 Bengkok 2 √

15 Spuit Gliserin 1 √

16 Klem Kocher 6 √

17 Klem 2 √

18 Gunting Jaringan 3 √

19 Pinset Chirurgis 6 √

20 Tongue Spatel 3 √

21 Gunting Plester 3 √

22 Timbangan Dewasa 3 √

23 Timbanagn Bayi 1 √

24 Bedsite cabinet 41 √

25 Oksigen Sentral 42 √

26 Matras 43 √

27 Tempat Tidur Pasien 41 √

28 Tiang Infus 43 √

29 Tabung Oksigen Kecil 1 √

30 Trolly Besi 3 √

31 Bak Instrumen 2 √

32 Kom Kecil Tutup 1 √

33 Suction 1 √

34 Kursi Roda 1 √

35 Troley Emergency 1 √

Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020


Tabel 2.6 Daftar Inventaris Rumah Tangga
Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020
Yang Ada
No Nama Alat Jumlah
Baik Rusak

1 Kulkas 2 √

2 Ac 24 √

3 Tv 21 √

4 Jam Dinding 21 √

5 Wastafel 25 √

6 Dispenser 11 √

7 Galon 12 √

8 Lemari besi 2 pintu 7 √

9 Lemari besi 4 pintu 1 √

10 Loker 4 susun 11 √

11 Meja 6 √

12 Kursi 12 √

13 Sofa 2 √

14 Kursi Stainles 1 √

15 Rak Piring 1 √

16 Kursi plastik 1 √

17 Lemari Dokumen 3 √

18 Kompuer 1 √

19 CPU 1 √

20 Printer 1 √

21 Tempat Sampah 22 √

Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020


Tabel 2.7 Daftar Inventaris Alat Tenun
Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020
Yang Ada
No Nama Alat Jumlah
Baik Rusak

1 Sprei Besar 91 √

2 Sarung Bantal 64 √

3 Selimut 80 √

4 Gorden Besar 24 √

5 Gorden Kecil 42 √

6 Gorden
64 √
Antibakteri
7 Bantal 42 √

Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020

Tabel 2.8 Daftar Ruangan


Di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020

No Nama Ruangan Ada Tidak Ada

1 Ruang Perawatan √

2 Ruang Stasi Perawat



( Nurse Station )
3 Ruang Konsultasi √

4 Ruang Tindakan √

5 R. Administrasi/ Kantor √

6 R. Dokter √

7 Ruang Perawatan √

8 Ruang Kepala instalasi



rawat inap
9 Ruang Linen Bersih √

10 Ruang Linen Kotor √

11 √
Gudang Kotor
( Spoolhoek/Dirty
Utility )

12 KM/WC ( Pasien,

petugas, pengunjung )
13 Dapur Kecil ( Pantry ) √

14 Gudang Bersih √

15 Janitor/Ruang petugas √
kebersihan

16 Ruang evakuasi pasien √

Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt.2, Januari 2020

Tabel 2.9 Daftar Alkes Sesuai Permenkes 56 Tahun 2014


Ruang Hasan Sobari Lantai II
No Nama Alkes
Ada Tidak Ada

Bed Side Monitor/ Bed-Patient √


1
Monitor/Patient
2 Defibrilator √
ECG/EKG/Electrocardiograph 6 √
3
Channels
EmergencyTrolley/Resucitation √
4
Cras Cart
5 ENT Examination Set √
6 Film Viewer √
7 Infusion Pump √
Lampu Periksa/Examination √
8
Lamp/Hanging Lamp
9 Matras Dekubitus √
10 Minor Surgery Set √
11 Nebulyzer
12 Pen Light / Medical Flash Light √
Pulse Oximeter/Pulse √
13
Oximetry/Oksigen Saturasi
14 Stethoscope/ Stetoskop √
Suction Pump Portable/ √
15
Aspirator/Vacuum
Bed Patient Electric/Tempat √
16
Tidur Pasien Electric
17 Bed Patient Manual/Tempat √
Tidur Pasien Manual
Sphygmomanometer √
18
Aneroid/Tensi Meter Anaeroid
Sphygmomanometer Digital/Tensi √
19
Meter Digital
20 Termometer Digital √
21 Timbangan Pasien √
22 Diagnostic Set √
ECG/EKG/Electrocardiograph 3 √
23
Channels
24 Oxygen Concentrator Portable
25 Stetoskop pediatric/ anak √

26 Pediatric Hospital Bed/ Tempat √


Tidur anak
27 Synginge Pump √

28 Spignomanometer digital anak √

29 Spignomanometer Aneroid anak √

c. Analisis
Dari hasil analisa di dapatkan :
- Alat medis tidak lengkap sesuai standar permenkes No. 56 Tahun 2014
- Untuk sarana prasarana belum sesuai dengan permenkes No.24 Tahun 2016
dan pedoman teknis sarana prasarana Rumah sakit Kelas C Tahun 2007
- WC sebagian rusak
- Tidak ada tangga darurat
5. Mesin
a. Teori
Mesin adalah peralatan yang digerakan oleh mesin maupun elektronik yang
digunakan untuk membantu menangani klien baik medis maupun keperawatan,
seperti EKG, Suction/ Slim seguer, alat ukur GDR, syringe pump, EEG, CT-
Scan, Ultrasonografi, Doppler, Komputer dokumentasi klien dan lain-lain.
b. Data
Tabel 2.9 Daftar Invetaris alat (Mesin)
Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 Tahun 2020

No Nama Mesin Ada/ Tidak ada Jumlah

1 Suction Ada 1

2 Komputer Ada 1

3 Nebulizer Ada 1

4 EKG Tidak Ada -

5 Syinge Pump Ada 1

Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Januari 2020

c. Analisa
Data Inventaris peralatan di Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 belum lengkap sesuai
standar permenkes 56 Tahun 2014

C. Unsur Proses
1. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
a. Planning atau Perencanaan
1) Teori
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan rumah
sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama rencana strategi
rumah sakit dengan mempertimbangkan kekuatan – kekuatan, kelemahan, peluang
yang nyata, dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi.Kerangka perencanaan
yang matang sangat membantu dalam upaya melakukan perbaikan/ improvisasi
apabila dalam perjalanan kegiatan usaha keluaran yang tidak diharapkan.Dengan
demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi.
Perencanaan meliputi :
a. Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
b. Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Berperan serta menyususn falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan Jangka
panjang (untuk tahun mendatang).
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS (1999)
Tugas kepala unit dalam perencanaan (P1) meliputi :
a. Menyusun rencana kerja kepala unit di unit rawat yang bersangkutan
b. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk di unit rawat, koordinasi dengan kepala Perawat Instalasi / Ka
Instalasi.
2) Data
Dalam pembuatan perencanaan di Ruang Hasan Sobari Lantai II disusun dan di buat
oleh kepala ruangan, meliputi perencaan strategi dan operasional. Perencanaan yang
sudah dibuat akan dijadikan pedoman di dalam kegiatan ehari-hari yang terdiri dari :
kebijakan, SOP, dan peraturan. Perencanaan yang menjadi prioritas utama di ruanag
Hasan Sobari Lantai II yaitu mengenai pelaksanaan pemberian Asuhan Keperawatan
sesuai dengan SOP dan MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional).
3) Analisis
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, masih ada petugas kesehatan yang belum
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP, seperti : dalam pemasangan infus
dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

b. Pengorganisasian
1) Teori
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling
sederhana dan tertua. Berdasarkan teori (Simon 1977 cit. Gillies, 1996), dalam
organisasi dengan ukuran tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang
benar kemungkinan untuk berkembang melalui proses evolusioner karena dengan
peningkatan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jumlah pekerja yang
mengerjakannya ada kecenderungan untuk membagi pekerjaan kedalam tugas
khusus dan untuk mengatur pekerjaan yang terkait dalam tugas yang sama kedalam
kelompok yang jelas menurut definisi pekerja yang logis.
Menurut Nursalam (2002), pengorganisasian meliputi :
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala unitan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan logistik unitan.
f. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
g. Mendelegasikan tugas saat kepala unitan tidak berada di tempat, kepada ketua
tim.
h. Memberi wewenang kepada TU untuk mengurus administrasi klien.
i. Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
j. Identifikasi masalah dan cara penganan.
Menurut Hoffart & Woods 1996 (cit. Nursalam 20020), Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur, Proses, Nilai-nilai
Profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan
keperawatan. MPKP terdiri dari elemen sub sistem yaitu :
a. Nilai-nilai Profesional (inti MPKP)
b. Pendekatan Manajemen
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan Profesional
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
Metode pendekatan yang digunakan berdasarkan standar keperawatan adalah :
a. Metode atau model praktek keperawatan profesional (MPKP)
Keberhasilan suatu keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka
metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisisen.
b. Dasar pertimbangan pemilihan MPKP
Mclaughun, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifikasi delapan (8) medel
pemberian asuhan keperawatan tetapi, model yang umum digunakan di Rumah
Sakit adalah asuhan keperawatan total : keperawatan tim, keperawatan primer.
Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai riwayat dalam menseleksi model
dalam pengelolaan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan,
sarana dan prasarana dan posisi Rumah Sakit.
Setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama penentuan pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan (Marquin & Huston, 1998)
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus di
dasarkan pada visi dan misi Rumah Sakit.
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan
sangat ditentukan oleh proses keperawatan.
3) Efisiensi dan efektifitas penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektifitas dalam kelancaran aktivitasnya. Bagaimanapun baiknya suatu
model tanpa di tunjang oleh biaya yang memadai, maka tidak akan di
dapatkan hasil yang sempurna.
4) Terpenuhinya kepuasan klien keluarga dan masyarakat
Tujuan asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.Oleh karena itu model
yang baik adalah asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap
kepuasan pelanggan.
5) Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat.Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat
meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan
prustasi dalam pelaksanaannya.
Terlaksananya komunikasi yang adekuat dan tim kesehatan lainnya
komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan di harapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
c. Jenis MPKP
Tabel dibawah menunjukan jenis MPKP menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis
& Huston (1998)

Tabel 2.10
Model Asuhan Keperawatan Profesional Menurut Grant & Massey
Dan Marquis& Huston

Model Deskripsi Penanggung jawab

Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas dari Perawat yang bertugas pada


filosofi keperawatan tindakan tertentu
 Perawat melaksanakan tugas (tindakan
tertentu) berdasarkan jadwal kegiatan
yang ada
 Metode fungsional dilaksanakan
Oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan
utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya melakukan satu
sampai dua jenis intervensi (misalnya,
merawat luka) keperawatan kepada
semua pasien di bangsal
Kasus  Berdasarkan pendekatan holistic dari Manajer keperawatan
filosofi keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien
tertentu
 Setiap pasien di tugaskan kepada
perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas.
Pasien akan di rawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan
di rawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa di terapkan satu pasien
satu perawat, umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti : isolasi, dan
intensive care.
Tim  Berdasarkan pada kelompok filosofi Ketua TIM
keperawatan
 Enam-tujuh perawat profesional dan
perawat associate bekerja sebagai
suatu tim, di supervise oleh ketua tim
 Metode ini menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang berbeda
memberikan asuhan keperawatan
terhadap kelompok pasien. Perawat
ruangan terbagi menjadi 2-3 tim/grup
yang terdiri dari tenaga profesional,
tekhnikal dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu .
Primer  Berdasarkan pada tindakan yang Perawat Primer (PP)
komprehensif dari filosofi
keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan, dari
hasil pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinir asuhan keperawatan
 Ratio : 1 :4 / 1 : 5 (perawat : pasien)
dari penugasan metode
 Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar Rumah Sakit.
Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.
Sumber : Nursalam, 2002

Di bawah ini merupakan penjabaran rinci tentang model pemberian asuhan keperawatan profesional.
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan yang sudah ada dan akan teru menerus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi trend pelayanan keperawatan.
1) Model Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua.Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi semua pasien di
ruangan.
Kepala Ruang

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


Pengobatan Merawat Pengobatan Merawat
Syaraf Luka

Pasien/Klien

Gambar 2.2
Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Fungsional” (Marquis & Huston, 1998)

a) Kelebihan
(1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
(2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
(3) Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien di
serahkan kepada perawat yunior dan atau belum berpengalaman.
b) Kelemahan
(1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
(2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
(3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

2) Model Keperawatan Tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan di bagi menjadi tim / grup
yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
a) Kelebihan
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
(2) Mendukung proses pelaksanaan proses keperawatan
(3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan memberikan
kepuasan pada anggota tim
b) Kelemahan
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya memmbutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
c) Konsep metode tim
(1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
(2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin.
(3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
(4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil bila di dukung
oleh kepala ruangan.
d) Tanggung jawab ketua tim
(1) Membuat perencanaan
(2) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
e) Tanggung jawab anggota tim
(1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.
(2) Kerjasama antara anggota tim dan antar tim
(3) Memberikan laporan
(4) Mengembangkan kemampuan anggota
(5) Menyelenggarakan konferensi
f) Tanggung jawab kepala ruangan
(1) Perencanaan
(a) Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing.
(b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
(c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi, dan persiapan
pulang bersama ketua tim.
(d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
(e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien.
(g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
(h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
(i) Mengadakan diskusi pemecahan masalah
(j) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
(k) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
(l) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
(m) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan rumah sakit
(2) Pengorganisasian
(a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(b) Merumuskan tujuan metode penugasan
(c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
(d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
(e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur
tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
(f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
(g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
(h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim
(i) Memberikan wewenang kepada TU untuk mengurus administrasinya pasien
(j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
(k) Identifikasi masalah dan cara penanganan
(3) Pengawasan
(a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana asuhan keperawatan yang diberikan kepada paien
(b) Melalui supervisi :
 Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat itu juga.
 Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (di dokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas
 Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah di susun bersama ketua tim
 Audit keperawatan

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

Gambar 2.3
Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing” (Marquis & Huston, 1998)

3) Model Keperawatan Primer


Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuahn keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumash sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuahan
keperawatan selama pasien di rawat.
Tim Kepala Sarana RS
Medi Ruang
s

PP 1 PP 1
PA 1 PA 1
PA 2 PA 2

Pasien 12345 Pasien 12345

Gambar 2.4
Bagan Pengembangan MPKP : Primer

Tim Medis Tim Medis Tim Medis

Perawat primer
pasien/klien

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana night jika diperlukan
evening days

Gambar 2.5
Diagram system asuhan keperawatan “Primary Nursing” (Marquis & Huston, 1998)

a) Kelebihan
(1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
(2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri
(3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies, 1989)
(a) Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Sealain itu asuhan yang diberikan bermutu
tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi dan advokasi.
(b) Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu di perbaharui dan
komprehensif.
b) Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
c) Konsep dasar metode primer
(1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
(2) Ada otonomi
(3) Ketertiban pasien dan keluarga
d) Tugas perawat primer
(1) Menerima pasien dan mengkaji pasien secara komprehensif
(2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
(3) Melaksanakan rencana yang sudah dibuat selama ia dinas
(4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
(5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
(6) Menerima, menyesuaikan rencana dan memberikan penyuluhan
(7) Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga social dan masyarakat
(8) Membuat jadwal perjanjian klinik
(9) Mengadakan kunjungan rumah
e) Peran kepala ruang/ bangsal dan pengendalian dalam metode primer
(1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
(2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
(3) Menyusun jadwal dan memberi penugasan kepada perawat asiten
(4) Evaluasi kerja
(5) Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf
(6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi
f) Ketenagaan metode primer
(1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
(2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk 1 perawat
(3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
(4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai
perawat asisten
4) Metode manajemen kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1
perawat, dalam hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat private atau untuk keperawatan
khusus seperti : isolasi, intensive care.
(a) Kelebihannya
(1) Perawat lebih memahami kasus perkasus
(2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
(b) Kekurangannya
(1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

Gambar 2.6
Metode Manajemen Kasus

5) Model modifikasi Tim Primer


Pda MPKP tim digunakan secara kombinasi dari dua sistem. Menurut Ratna S Sudarsono (2000)
penempatan sistem MPKP ini didasarkan pada beberapa alasan :
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S I keperawatan atau setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien ada pada berbagai tim.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuahn keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena saat jenis
pendidikan perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan contoh di kutif dari
Ratna S Sudarso tahun 2002 untuk ruang MPKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 orang perawat primer
(PP/PN) dengan kualifikasi SI/DIV keperawatan. Perawat associate terdiri dari D III
keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan tim pada setiap shift atau jaga
terlihat pada gambar di bawah ini.
Kepala Ruangan

PP 1 PP 1 PP 1 PP 1

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7 – 8 Pasien 7 – 8 Pasien 7–8 7 – 8 Pasien


Pasi
Gambar 2.7 en

Metode Primary Tim (modifikasi)

Tabel 2.11
Peran masing-masing komponen kepala ruangan ; perawat primer ; dan perawat associate

Kepala Ruang (Karu) Perawat Primer (PP) Perawat Associate (PA)

 Menerima pasien baru  Membuat perencanaan  Memberikan askep


 Memimpin rapat askep  Mengikuti timbang
 Mengevaluasi kinerja  Mengadakan tindakan terima
perawat kolaborasi  Melaksanakan tugas
 Membuat daftar dinas  Memipin timbang terima yang di delegasikan
 Menyediakan material  Mendelegasikan tugas  Mendokumentasikan
 Perencanaan,  Memimpin ronde tindakan keperawatan
pengarahan dan keperawatan
pengawasan mengevaluasi pemberian
askep
 Bertanggung jawab
terhadap pasien
 Memberikan petunjuk
jika pasien akan pulang
 Memimpin timbang
terima
 Mengisi resume
keperawatan
2) Data
Dalam pengorganisasian di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 pembagian kerjanya dan
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien mengggunakan metode Tim. Enam-
tujuh perawat professional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, di supervise
oleh ketua tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda memberikan
asuhan keperawatan terhadap kelompok pasien. Perawat ruangan terbagi menjadi 3
tim/grup yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup
kecil yang saling membantu.
Pembagian dinas dibagi dalam 3 shift, shift pagi terdiri dari 6-8 orang, shift sore
terdiri 4 orang shift malam 4 orang.
3) Analisa
Metode keperawatan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik didukung dengan
adanya kuantitas, kualitas dan motivasi SDM. Berdasarkan dari tingkat ketergantungan
pasien jumlah perawat yang dinas pada sore dan malam hari dinilai kurang.

c. Menggerakan (Actuating)
1) Teori
Menurut Nursalam (2002) Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerakan
semua kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian unrtuk mencapai
tujuan organisasi yang telah dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Menurut buku
pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit tugas penanggung jawab
unitan/kepala unitan sebagai penggerak dan pelaksanaan (P2) terdiri dari :
- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di unit rawat, melalui
kerja sama dengan petugas lain yang bertugas di unit rawatnya.
- Menyusun jadwal/daftar dnas tenaga keperawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan
pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS.
- Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang akan kerja di
unit rawat.
- Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan unit
rawatnya sebagai lahan praktek.
- Memberi orientasi kepada klien/keluarganya meliputi : penjelasan tentang peraturan RS,
tata tertib unit rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari.
- Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan
sesuai standar.
- Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan petugas
lain yang bertugas di unit rawatnya.
- Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan
ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala instalasi/kepala bidang keperawatan.
- Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan berdasarkan
ketentuan/kebijaksanaan RS.
- Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
- Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khusunya bila da perubahan
program pengobatan klien.
- Mengelompokan klien dan mengatur penempatannya di unit perawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan.
- Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan
kegiatan lain secara tepat dan benar, hal ini penting untuk tindakan keperawatan.
- Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan lingkungan di unit
rawat.
- Meneliti pengisian formulir sensus harian klien di unit rawat.
- Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan klien berdasarkan macam
dan jenis makan klien.
- Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan klien sesuai dengan program
dietnya.
- Menyiapkan berkas catatan medik klien dalam masa perawatan di unit rawatnya dan
selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke bagian medical record bila klien
pulang/keluar dari unit rawat tersebut.
- Membuat laporan harian megenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta kegiatan
lainnya di unit rawat, disampaikan kepada atasannya.
- Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan unit rawatnya sebagai
lahan praktek.
- Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam
batas wewenangnya.
2) Data
Penggerakan dan pelaksanaan dilakukan oleh Kepala Ruangan dengan memberikan
komando, arahan, bimbingan serta motivasi kepada setiap tim namun jika ada yang
memerlukan penanganan segera maka kegiatan dilakukan setiap saat sesuai dengan kondisi.
Bila Kepala Ruangan berhalangan maka pendelegasian dilakukan pada Wakil Kepala
Ruangan dan apabila tidak hadir maka pendelegasian diberikan kepada perawat senior
secara lisan.
3) Analisa
Di Ruang H.Hasan Sobari Lt. 2 sistem penggerakan dan pelaksanaan sudah
dilaksanakan. Sistem penggerakan yang dilakukan oleh Kepala Ruangan dan atau Wakil
Kepala Ruangan sudah membimbing secara optimal staf keperawatan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai standar.

d. Pengawasan (Controling)
1) Teori
Dalam Nursalam (2002) bahwa pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja
dengan standar dan mengambil tindakan korektif bila kerja yang didapat tidak sesuai
dengan standar. Pengawasan melaluim komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung mengenai asuhan keperawatan yang diberikan pada klien melalui supervisi, yaitu
:
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lesan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat itu juga.
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir. Membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan, mendengar laporan tentang pelaksanaan tugas)
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama.
- Audit keperawatan.
2) Data
Pengontrolan di ruang H. Hasan Sobari Lt.2 yang dilakukan secara langsung dan
tidak langsung untuk pelayanan oleh Kepala Ruangan dan Supervisi akan tetapi belum
dilaksanakan secara optimal, Misalnya : evaluasi kinerja perawat secara periodik. Apabila
kepala Ruangan atau Supervisi tidak dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi, maka
akan dimintakan bantuan kepada tingkat yang lebih tinggi yaitu penyelia dan seterusnya
sesuai dengan garis koordinasi.
3) Analisa
Karena kurang optimalnya dalam perencanaan, pengorganisasian, dan penggerakan
sehingga dalam pengontrolan di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 oleh Kepala Ruangan dan
Supervisi belum dilaksanakan secara optimal.

2. Proses Manajemen Bimbingan Pakter Klinik Keperawatan


a. Teori
Dalam usaha meningkatnya keterampilan mahasiswa keperawatan yang melaksanakan
praktek klinik, mahasiswa harus mendapatkan bimbingan dari Pembimbing PKK yang telah
ditunjuk. Untuk memberikan proses bimbingan yang baik kepada mahasiswa praktek harus
mengacu pada protap-protap yang dibuat (Nursalam, 2002).
Proses bimbingan diatur tehnis pelaksanaan bimbingan klinik keperawatan. Bimbingan
tersebut diorganisasikan sebagai berikut :
1) Planning
Pengiriman kerangka acuan bidang pendidikan dan pelatihan minimal 1 minggu
sebelum pelaksanaan PKK telah mengirim kerangka acuan lengkap ke unit perawatan yang
akan dipakai sebagai lahan praktek.
a) Penentuan lahan praktek
- Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademik sesuai dengan
kompetensinya yang dikoordinasian dengan bidang diklit.
- Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK menyerahkan kerangka
acuan bimbingan PKK, menetapkan lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
- Apabila unit PKK yang dituju tidak memungkinkan untuk praktek, maka secara
tehnis bidang perawatan melakukan koordinasi dengan institusi pendidikan dan
menentukan kembali lokasi PKK yang memungkinkan.
b) Rencana Penerimaan dan Orientasi
Yang terdiri dari penerimaan peserta didik dan orientasi umum, kunjungan keliling RS,
orientasi khusus unti perawatan dan orientasi tugas, penyiapan pembimbing praktek
serta penjelasan PKK.
c) Penyiapan pembimbing praktek yang dilakukan oleh bidang keperawatan dan
penanggungjawab pembimbing PKK.
d) Penjelasan pelaksanaan PKK.
2) Organising
1. Penerimaan
Peserta didik diserahkan oleh direktur atau pembimbing pendidikan kepada direktur
RSUD Ciamis atau pejabat yang ditunjuk.
2. Orientasi
(1) Umum
(2) Khusus
- Orientasi unit perawatan
- Orientasi klien
3) Actuating
Penggerakan yang dilakukan melaluo bimbingan pre dan post konference oleh CI,
ronde keperawatan, bimbingan laporan kasus, bed side techning dll yang dilakukan dengan
koordinasi dengan pembimbing akademik. Selain itu melalui penugasan selama praktek
meliputi penugasan harian, laporan asuhan keperawatan, seminar kasus.
4) Controling
Controling terhadap mahasiswa praktek dievaluasi dari :
1. Tata tertib
2. Observasi
3. Reward dan punishment
4. Langsung dari pembimbing PKK dan pembimbing akademik
b. Data
Saat ini di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 ada mahasiswa Pra ners Fikes Unigal Ciamis
Periode 13 Januari – 01 Februari 2002 stase manajemen keperawatan, Siswa SMK Bakti
Kencana.
c. Analisa
Proses Manajeman Bimbingan PKK Bagi Mahasiswa Praktikan (Penerapan Proses
Manageman/POAC) untuk mahasiswa Pra Ners di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 sudah
dialaksanakan optimal.
Berdasarkan kasus yang ada di ruang H. Hasan Sobari Lt. 2 cukup potensial untuk
lahan praktek mengadakan proses bimbingan mahasiswa praktikan.

6. Market
a. Teori
Menurtut Huber (19960, 90% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan
keperawatan, sedangkan menurut Gillis (1994) sekitar 40%-60% pelayanan
rumah sakit adalah pelayanan keperawatan, oleh karena itu, pengelolaan
pelayanan keperawatan harus mendapatkan perhatian yang lebih dan menyeluruh
karena pelayanan keperawatan sangat menentukan baik buruknta citra sebuah
rumah sakit.
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas situasi visi dan misi
Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen. Manjemen diartikan sebagai
suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu organisasi
melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama, sedangkan manajemen
keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Data
Sebagai tempat yang nyaman bagi pasien penyakit dengan misi
- Menyelenggarakan asuhan keperawatan yang komperhensif
- Bekerjasama dengan profesi lain untuk kesehatan pasien
- Peningkatan kualitas SDM dan sarana prasarana agar terwujud pelayanan
keperawatan yang sesuai dengan standar profesi
- Pemberian surat keterangan pulang pasien agar ada data bila kontrol atau
habis obat
c. Analisa
Ruang Hasan Sobari Lantai II berupaya menjalankan sistem pelayanan yang
optimal guna menjaga citra rumah sakit khususnya ruang Hasan Sobari Lantai II.

D. Unsur Output
1. Efisiensi Unit Rawat
a. Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indicator mutu pelayanan kesehatan yaitu,
BOR, LOS, TOI dan BTO
1) BOR (Brd Occupancy Rate), menunjukan tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur
yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, bila nilai ini mendekati
100% berarti ideal. Standar Nasional untuk dalam satu tahun adalah 75-85%

BOR = Jumlah hari perawatan x 100%


Jumlah TT x hari Perawatan

2) LOS ( Legth of Stay), menjunjukan rata-rata lama perawatan setiap klien. Lama
waktu rawat yang baik maksimum 12 hari, Standar Nasional untuk rumah sakit
dalam satu tahun adalah 6-9 hari

LOS = Jumlah Lama Rawat


Jumlah Pasien keluar (hidup mati)

3) TOI ( Turn Over Interval) menunjukan waktu rata rata suatu tempat tidur kosong
atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh klien sampai dengan diisi lagi.
Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun

TOI = Jumlah TT x Periode –Hari rawat


Jumlah Pasien keluar (hidup mati)
4) BTO (Bed Turn Over), menunjukan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah sakit
dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan gambaran tentang tingkat
pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar 5-45 kali untuk rumah sakit dalam satu
tahun, sedangkan yang baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 1997)

BTO = Jumlah Pasien keluar (hidup mati)


Jumlah tempat tidur

Tabel 2. 12
Indikator Efisiensi Unitan Standar Nasional RSUD Kab Ciamis
No Indikator Standar
1 BOR 60-85%
2 LOS 6-9 hari
3 BTO 40-50 kali
4 TOI 1-3 hari
Sumber : Depkes RI

b. Data
Tabel 2.13
Indikator Efisiensi Unit Rawat
Di ruang Hasan Sobari Lantai II
INDIKATOR
No Bulan
BOR LOS TOI BTO

1 Oktober 67,18 3,78 2,07 4,93

2 Nopember 70,75 3,81 1,86 4,73

3 Desember 80,73 3,83 1,09 5,50


c. Analisa

Tabel 2.14
Perbandingan Efisiensi Unit Rawat Inap Hasan Sobari Lantai II dalam 1 Tahun
No Indikator Jumlah Standar RSU Ketarangan

BOR 70,74 60-85% Sesuai

LOS 3,46 6-9 hari Sesuai

TOI 1,95 40-50 kali Sesuai

BTO 3,0 1-3 hari Sesuai

Sumber : Ruang H. Hasan Sobari Lt. 2, Desember 2019

BOR (pemakaian tempat tidur, di ruang Hasan Sobari Lantai II Tahun 2019 sebanyak
70,74 % sesuai dengan standar rumah sakit umum, dengan demikaian pemakaian tempat
tidur sudag efisien. LOS (lama rata-rata hari rawat) klien di ruang Hasan Sobari Lantai II
adalag 3, 46 % berarti sesuai dengan standar rumah sakit yang dimiliki. BTO (frekuensi
pemakaian tempat tidur) yaitu 3 kali berarti sesuai dengan standar rumah sakit. TOI (rata-
rata tempat tidur kosong) di Ruang Hasan Sobari Lantai II adalag 1,95, nilai ini sesuai
dengan standar.

2. Kepuasan Kerja Karyawan


a. Teori
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang perkerja mereka. Kepuasaan
kerja mencerminkan kepuasaan seseorang terhadap pekerjaanya dan Nampak dari sikap
positif karyawan terhadap pekerjaanya serta segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan
kerja (Handoko, 1993)
Peningkatan suasana kerja yang kondusif seperti pemberian dukungan dari perawat
yang mempunyai posisi yang lebih tinggi, peningkatan hubungan interpersonal dapat
meningkatkan kepuasaan kerja dan menurunkan Turn Over perrawat sehingga diperlukan
adanya rentang dukungan yang kontinu bagi perawat sejak bekerja di unit atau tatanan
pelayanan kesehatan yang lain.
Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) keperawatan akan meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan. Program oebingkatan mutu keperawatan terkait erat dengan
sponsorisasi pendidikan sehingga dapat meningkatkan kepuasaan kerja. Kepuasaan kerja
dapat dicapai dengan cara L
- Pengelola harus menjadi pendamping dan pembimbing
- Memperhatikan kebutuhan pribadi bawahan
- Dinamis dalam memberi tugas
- Mencipkatakan suasana kerja yang akrab dan terbuka
- Memberi tugas yang spesifik dan jelas
- Meningkatkan tanggung jawab pada pekerjaan sendiri
- Mengurangi kontrol pada tugas yang telah diberikan untuk mengembangkan
kemandirian dan pertanggung jawaban
- Memberikan reimforcement pada penampilan yang positif
- Program pendidikan berkelanjutkan baik formal maupun informal
SDM atau tenaga kerja adalah unsure penting dalam situasi RS. Jika mutu tenaga
kerja rendah maka dapat dipastikan mutu pengelolaan dan pelayanan RS akan rendah. Untuk
meningkatkan mutu tenaga kerja harus diterpenuhi cara :
- Penempatan tenaga kerja yang sesuai
- Pemberian penghargaan yang wajar berdasar prestasi kerja
- Hubungan kerja yang manusiawi
- Adanya usaha untuk meningkatkan SDM
- Kejelasan siapa atasan fungsional dan atasan struktural

b. Data
Pada Kuesioner kepuasan kerja perawat yang terdiri dari 20 pertannyaan dibagikan pada 9
perawat, hasil rekapitulasi dapat dilihat pada table berikut :
Gambar 3.4
Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Di R Hasan Sobari Lantai II
RSUD Kabupaten Ciamis
Tahun 2020

3%
puas

tidak
puas
97%
Berdasarkan diagram diatas menunjukan bahwa tingkat kepuasan kerja perawat di
Ruang Hasan Sobari Lantai II tidak puas 97% dan puas 3%, yaitu tidak adanya pemberian
insentif tambahan dan reward atas prestasi atau kerja ekstra, kemudian ketidak lengkapan
persedian alat yang mendukung pekerjaan.
c. Analisa
Hasil kuesioner kepuasaan kerja perawat yang paling banyak memilih kriteria puas sebanyak
97% dengan kriteria puas dan 3% tidak puas.
3. Hasil Evaluasi bimbingan PKK
a. Teori
Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan meliputi :
- Mengorientasikan mahasiswa di unitan menyangkut : karakteristik unitan,
klienprotap, alat dan kegaiatan unitan, serta satf perawat dan medis dan non medis
sebelum dimulai praktik
- Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa
- Mengarahkan dan membimbing siswa dan mahasiswa dalam rangka pencapaian
kopetensi yang diharapkan
- Menotivasi minat dan semangat belajar untuk peningkatan kemampuan siswa dan
mahasiswa.
- Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan hubungan serta
pelaporan pada pihak terkait.
- Mengevaluasi bimbingan praktek meliputi : pengetahuan, sikap dan keterampilan
- Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktek mahasiswa/ mahasiswa
kesatuan kerja yang terkait
- Mengikuti rapat yang diadakan satuan kerja yang terkait yang ada di rumah sakit,
dan institusi pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan praktek
- Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan balik asuhan keperawatan yang
telah dibuat mahasiswa pada saat evaluasi keterampilan
- Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien
Ada beberapa metode bimbingan yang diberikan oleh seorang pembimbing praktik
klinik keperawatan diantaranya adalah orientasi, pre comperence, post comperence,
bedsite teaching, ronde keperawatan/ nursing round, role model dan konsultasi individu
atau kelompok.
Untuk melaksanakan bimbingan dengan baikm, pembimbing PKK harus memiliki
waktu dan kesempatan yang cukup sehingga mampu berperan sebagai model, pengamat,
narasumber, fasilitator, penasehat. Diperlukan suasana yang kondusif bagi praktikum
untuk mempraktekan pengetahuan dan keterampilan.
b. Data
Pada saat dilaksanakan praktek manajemen, terdapat mahasiswa yang sedang praktek juga
di ruang Hasan Sobari Lantai II yaitu Siswa dari SMK Bakti Kencana Banjar sejumlah 14
orang.
c. Analisa
Di ruang Hasan Sobari Lantai II RSUD Kabupaten Ciamis telah memiliki Clinical
Instruktur dengan pendidikan S1 Keperawatan (S.Kep., Ners) dan sudag mendapat
pelatihan CI sehingga meningkatkan bimbingan klinik.

Anda mungkin juga menyukai