Anda di halaman 1dari 49

BAB III

KAJIAN SITUASI

A. Profil Rumah Sakit Immanuel Bandung


Rumah Sakit Immanuel merupakan Rumah Sakit Swasta yang diselenggarakan
oleh Yayasn Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan. Rumah Sakit Immanuel
mempunyai tugas upaya kesehatan, pendidikan serta penelitian di bidang kedokteran,
keperawatan, dan kesehatan serta berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya peneyembuhan dan pemulihan serta melaksanakan upaya rujukan yang di
laksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya penungkatan dan pencegahan dengan
tidak menyampingkan kualitas mutu pelayanan dengan melihat terpenuhnya pelanggan
dengan senantiasa menyempurnakan serta kesinambungan sistem menejemen mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit immnanuel secara konsisten. Rumah Sakit Immanuel
bandung merupakan rumah sakit swasta setara tipe B setelah terakerditasi 16 jenis
pelayanan dan telah mengikuti ISO 9001:2008. Serta telah lulus akreditasi rumah sakit
dengan kelulusan paripurna.
Rumah sakit immanuel bandung mempunyai 3 area rawat inap yaitu rawat inap
prima 1, rawat inap prima 2, dan IPI (instalasi perawatan intensif). Area rawat inap prima
1 terdiri dari kelas 3B sampai 1C, rawat inap prima 2 terdiri dari kelas 1, VIP dan VVIP.
Sedangkan ruang IPI terdiri dari ruang HCU, ICU, NICU-PICU, CATH LAB, atau bisa di
sebut juga ruangan cateterisasi jantung.
1. Logo Rumah Sakit Immanuel Bandung

” Heman Geten Ka Papancen”


Artinya yang tersirat dalam logo Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen
Pasundan :
Heman : Penuh kasih saying
Geten : Penuh perhatian dan telaten

28
29

Ka : Kepada
Papancen : Tugas dan kewajiban
Arti warna pada lambing Rumah Sakit Immanuel menunjukkan :
Warna merah : Darah Yesus Kristus yang menyelamatkan
Warna Biru : Kedamaian, kejujuran, ketulusan
Warna kuning : keagungan karya penyaliban Yesus Kristus Juruselamat dunia.
2. Visi dan Misi Keperawatan Rumah sakit Immanuel
a. Visi keperawatan Rumah Sakit Immanuel
Menjadi keperawatan Rumas Sakit Immanuel sebagai pilihan layanan
keperawatan profesional atas dasar kasih Kristus.
b. Misi keperawatan Rumah Sakit Immauel
 Meningkatkan komitmen perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan profesional.
 Menerapkan sistem pemberian pelayanan keperawata profesional.
 Meningkatkan budaya pebelajaran ilmu keperawatan secara
berkesinambungan.
3. Visi dan Misi Rumah Sakit Immanuel Bandung
a. Visi Rumah sakit Immanuel Bandung
Memberikan pelayanan dan Pendidikan kesehatan yang prima dan inovasif
berfokus kepada pasien sebagai perwujudan cinta kasih Allah”.
b. Misi Rumah Sakit Immanuel Bandung
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima dan berbasis
keselamatan pasien.
2) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dana mengembangkan budaya
ilmiah di bidang kesehatan
3) Mengembangkan layanan primer, unggul dan berkembang
4) Membangun budaya kerja dan karakter sumber daya manusia yang
berlandaskan nilai-nilai kristiani agar memberikan pelayanan terbaik, handal
dan beretika dalam menjalankan kompetensinya.
5) Menjalani kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya memperkuat peran
rumah sakit dalam pelayanan dan pendidikan kesehatan.
30

4. Tujuan Rumah Sakit Immanuel Bandung


1) Terwujudnya layanan dan pendidikan kesehatan yang memberikan kepuasan dan
kepercayaan pelanggan.
2) Adanya penelitian dan pengembangan di bidang pelayanan dan pendidikan
kesehatan yang menghasilkan produk inovatif
3) Terwujudnya sinergitas kerja sama dengan semua pihak alam rangka memperkuat
peran rumah Sakit dalam pelayanan pendidikan kesehatan.
5. Falsafah keperawatan Rumah Sakit Immanuel
Falsafah keperawatan Rumah Sakit Immanuel yakni EMPATI artinya melakukan
tindakan nyata untuk mengatasi penderitaan atau kesulitan orang lain yang dijabarkan
sebagai berikut :
a. Energik : bersemangat untuk melaksanakan tugas
b. Mutu : memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan
dengan kualitas terbaik yang memeuhi kebuthan dan harapan pelanggan.
c. Profesional: memberikan pelayaa keperawatan dan pelayanan kebidanan
berdasarkan standar profesi da kode etik profesi.
d. Aman : memberika pelayana keperawatan dan pelayanan kebidanan yang
bebas dari bahaya atau risiko bagi pasien, diri sendiri, staf lain dan Rumah Sakit.
e. Tekun : senantiasa memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan
kebidanan dengan sungguh-sungguh.
f. Integritas : bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan, pedoman,
panduan dan standar yang berlaku di Rumah Sakit Immanuel.
B. Profil Ruang Hana Jokebed
1.Sumber Daya
a. Ketenagaan (M1-Man)
1) Struktur organisasi
Bagan 3.1
Struktur Organisasi

KEPALA INSTALASI RUANG RAWAT INAP


Liana Ginting, S. Kep.,Ners

KEPALA RUANGAN
Ida Lestari, S. Kep., Ners
31

PENANGGUNG JAWAB SHIFT

Eti Yutiasih, AMK

Endah Asri, AMK

Yeti Setiati, AMK

Risda Sagala, AMK

Nurlaela, S. Kep., Ners

Trifani, AMK

Agus Wasinton H. Pantaitan, AMK

Sondang L Tobing, AMK

Doni Hamdani, AMK

Ane Ayunitami, AMK

Reski Sri Agustina, AMK

Esteria Magdalena Siagian, AMK

Susanti Afi, S. Kep., Ners

Theresia Mami, S. Kep. Ners

Fajar Purnama, AMK

Bayu Pebriadi, S. Kep., Ners

Fetri Insani, AMK

Febri Nick Daniel Sihombing, S. Kep., Ners

Fedwarto Ndruru, S.Kep.,Ners

Jullia Anastasya Maruanaja, S.Kep.,Ners

Shiddiq Permana, S.Kep.,Ners


32

2) Ketenagaan di ruang Hana dan Jokebed


Tabel 3.1
Distribusi perawat dan non perawat
Berdasarkan jabatan, pendidikan dan lama bekerja

No Nama perawat Jabatan Pendidikan Lama PK


perawat bekerja
1. Ida Lestari, Kepala Ners 22,4 3
S.Kep.,Ners ruangan
TIM 1
1. Eti Yutiasih, PJ Shift DIII 34,2 2
AMK
2. Endah Asri, PJ Shift DIII 12,8 2
AMK
3. Sondang L. PP DIII 31,6 2
Tobing, AMK
4. Doni Hamdani, PP DIII 9,2 2
AMK
5. Ane Ayunitami, PP DIII 6,6 2
AMK
6. Reski Sri PP DIII 5,0 2
Agustina, AMK
7. Fedwarto PP Ners 6,0 2
Ndruru,
S.Kep.,Ners
TIM 2
1. Yeti Setiati, PJ Shift DIII 17,0 2
AMK
2. Risda PJ Shift DIII 13,1 2
Sagala,AMK
3. Nurlaela, PJ Shift + Ners 10,1 2
S.Kep.,Ners CI
4. Trifani, AMK PJ Shift DIII 9,2 2
5. Esteria PP DIII 11,1 2
Magdalena
Siagian, AMK
6. Agus Wasinton PP DIII 6,9 2
H. Panjaitan,
AMK
7. Susanti Afi, PJ Ners 5,5 2
S.Kep.,Ners Shift+PJ
Mutu+CI
8. Theresia Mami, PP Ners 5,6 2
S.Kep.,Ners
9. Fajar Purnama, PP DIII 5,4 2
AMK
10. Bayu Pebriadi, PP Ners 5,2 2
S.Kep.,Ners
11. Fetri Insani, PP DIII 5,0 2
AMK
12. Febri N. D. PP Ners 5,0 2
Sihombing,
33

S.Kep.,Ners
13. Jullia Anastasya PP Ners 2,4 1
Maruanaja,
S.Kep.,Ners
14. Shiddiq PP Ners 0,8 Pra PK
Permana,
Skep.,Ners
15. Riska Diana PP Ners 1,0 Pra PK
S.Kep,. Ners
16. Lilis Inventaris SMP 36,0
Ratnaningsih
Sumber: Dokumentasi jadwal dinas ruang Hana dan Jokebed, Maret 2020
Interpretasi data:

Tabel 3.2
Klasifikasi pendidikan
Perawat ruang Hana dan Jokebed RS immanuel
No Jenis pendidikan Jumlah Presentase
%
1 S1+Ners 10 orang 56%
2 DIII Keperawatan 13 orang 44%
3 Total 23 orang 100 %
Sumber :Dokumen Ruang Hana dan Jokebed Maret 2020
Interpertasi Data :
Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan perawat diruang Hana dan
Jokebed adalah profesi Ners berjumlah 10 orang dengan presentase 56%
tingkat pendidikan D3 keperawatan berjumlah 13 orang dengan presentase
44% dan keseluruhan tenaga kerja perawat di Ruang Hana dan Jokebed

b. M2-Material
Tabel 3.3 Kapasitas Tempat Tidur Ruang Hana
Ruang Kelas Jumlah Tempat
Tidur
Hana II A 2 tempat tidur
II B 16 tempat tidur
Isolasi 1 tempat tidur
Sumber : Dokumen Ruangan Hana Rs Immanuel Bandung
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tempat tidur di ruang hana RS Immanuel
berjumlah 19 tempat tidur
Tabel 3.4
Kapasitas Tempat Tidur Ruang Jokebed
34

Ruang Kelas Jumlah tempat tidur


Jokebed IA 8 tempat tidur
Isolasi 1 tempat tidur
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tempat tidur di ruang jokebed RS
Immanuel berjumlah 9 tempat tidur.
Tabel 3.5
Berdasarkan persediaan Alat Kesehatan di Ruang Hana

No Alat Rumah Tangga Jumlah


.
1 Dextrose 40% 2 Ml 2
2 Nacl 25 Ml 2
3 Nacl 100 Ml 4
4 Selang 02 Facemask 1
5 Catheter 16 2
6 RL Sanbe 5
7 RL Otsu 5
8 Selang Nebu 1
9 NGT 2
10 Infus Set 2
11 Asering Otsu 5
12 Asering Sanbe 5
13 NS Otsu 5
14 NS Sanbe 5
15 Aquapack 02 2
16 Isap Slim 11
17 Handscoon Steril 2
18 Urine Bag 2
19 Spuit 1cc 5
20 Spuit 5cc 5
21 Spuit 10 Cc 5
22 Abocat 20 2
23 Abocat 22 2
24 Abocat 18 2
25 Abocat 24 1
26 Abocat 16 1
27 Spuit 20 Cc 2
28 Surplug 2
29 Condom Kateter 1
30 Mayo 5.5 1

Tabel 3.6
Berdasarkan persediaan Alat Kesehatan di Ruang Jokebed
35

No Alat Rumah Tangga Jumlah


1 Dextrose 40% 2 Ml 2
2 Nacl 25 Ml 2
3 Nacl 100 Ml 4
4 Selang 02 Facemask 1
5 Catheter 16 2
6 RL Sanbe 5
7 RL Otsu 5
8 Selang Nebu 1
9 NGT 2
10 Infus Set 2
11 Asering Otsu 5
12 Asering Sanbe 5
13 NS Otsu 5
14 NS Sanbe 5
15 Aquapack 02 2
16 Isap Slim 11
17 Handscoon 2
18 Urine Bag 2
19 Spuit 1cc 5
20 Spuit 5cc 5
21 Spuit 10 Cc 5
22 Abocat 20 2
23 Abocat 22 2
24 Abocat 18 2
25 Abocat 24 1
26 Abocat 16 1
27 Spuit 20 Cc 2
28 Surplug 2
29 Condom Kateter 1
30 Mayo 5.5 1

c. M3-Methode
1) Model asuhan keperawatan
model asuhan keperawaratan yang digunakan di ruang Hana dan Jokebeb
adalah model asuhan keperawatan dengan metode modular.
2) Pembagian shift
No Shift Jam datang dan pulang
.
1. Pagi 07-14.00 WIB

2. Siang 14.00-21.00 WIB


36

3. Malam 21.00-07.00 WIB

3) Sharing dan Operan Dinas


Sharing dengan kepala ruangan dilakukan pada saat pagi hari dan operan
dilakukan pada saat pergantian shift. Malam ke pagi (pukul 07.00). pagi ke
sore ( pukul 14.00). dan sore ke malam pukul (21.00). untuk mengevaluasi
seluruh kegiatan perawat dan masalah yang terjadi. Tetapi kadang kurang
optimal dikarenakan perawat ada yang telat datang ke ruangan sehingga
kurang optimal pada saat kegiatan operasional prosedur
4) Standar operasional prosedur
Pada ruang Hana dan Jokebed berlaku 690 standar operasional prosedur yang
mana masih ada perawat yang tidak melakukan tindakan sesuai dengan
SOP,SOP tersimpan dilemari bagian bawah an SOP pada komputer sedang
kerusakan sistem.
5) RS Immanuel telah terakreditasi standarisasi oleh ISO (International For
Standarition) yang merupakan suatu standar sistem manajemen mutu dan
telah meraih kelulusan di ringkat paripurna dari KARS.
d. M4-Money
Administrasi pasien dibagi menjadi 3 jenis yaitu, BPJS, Umum dan Asuransi
e. M5-Machine
Tabel 3.7
Barang Inventaris Di Ruang Hana
No Alat Rumah Tangga Jumlah Kondisi
.
1 Calculator 2 Baik
2 CPU 1 Baik
3 Keyboard Computer 1 Baik
4 Kipas Angin Tembok 12’’ 1 Baik
5 Monitor Computer 2 Baik
6 Mouse Computer 1 Baik
7 Kulkas 1 Baik
8 Dispenser Air Minum 3 Baik
9 Thermometer Digital 2 Baik
10 Nebulizer 1 Baik
11 Suction Pam 1 Baik
12 EKG 1 Baik
13 Emergency Kit 1 Baik
14 Tensi Meter Manual 2 Baik
37

15 Tensimeter Air Raksa 2 Baik


16 Tabung 02 Kecil 1 Baik
17 Satu Rasi 2 Baik
18 Timbangan 1 Baik

Tabel 3.8
Barang Inventaris Di Ruang Jokebed
No Alat Rumah Tangga Jumlah Kondisi
.
1 Calculator 2 Baik
2 CPU 1 Baik
3 Keyboard Computer 1 Baik
4 Kipas Angin Tembok 1 Baik
12’’
5 Monitor Computer 2 Baik
6 Mouse Computer 1 Baik
7 Kulkas 1 Baik
8 Dispenser Air Minum 3 Baik
9 Thermometer Digital 2 Baik
10 Nebu 1 Baik
11 Suction Pam 1 Baik
12 EKG 1 Baik
13 Emergency Kit 1 Baik
14 Tensi Meter Manual 2 Baik
15 Tensimeter Air Raksa 2 Baik
16 Tabung 02 Kecil 1 Baik
17 Satu Rasi 2 Baik
18 Timbangan 1 Baik
f. M6-Environtment
Tabel 3.9
Denah ruangan Hana

NURSE
STATION

KAMAR KAMAR RUAN


GANTI
ISOLASI G
KARU KAMAR KAMAR
Tabel 3.10 KAMAR KAMAR KAMAR KAMAR
6 5 4 3 2 1
Denah ruang Jokebeth

NURSE
STATION
38

KAMAR KAMAR KAMAR KAMAR


KAMAR KAMAR
1.1 2.1 3.1 5.1
GIZI KAMAR KAMAR KAMAR KAMAR ISOLASI

1.2 2.2 3.2 5.2


C. Manajemen ketenagaan
1. Perhitungan BOR

BOR =

BOR =
BOR = 82 %
Berdasarkan data rekam medis bulan februari 2020 didapatkan BOR (Bed Occupation
Ratio) di ruangan Hana Jokebeth sebesar 82 %. Menurut depkes RI (2005) nilai BOR
yang ideal adalah 60-85 %
2. Perhitungan tenaga perawat menurut Gillies

Tenaga perawat =

Tenaga perawat =
Tenaga perawat = 36,3 perawat (36 perawat)
3. Perhitungan tenaga kerja menurut hasil lokakarya PPNI

Tenaga perawat =

Tenaga perawat =
Tenaga perawat = 25,4 perawat ( 25 tenaga perawat yang dibutuhkan)
Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga perawat dengan menggunakan metode Gillies
dan hasil lokakarya PPNI didapatkan metode Gillies 36 perawat dan hasil lokakarya
sebanyak 25 perawat sehingga jumlah perawat diruangan Hana dan Jokebeth
berdasarkan kedua metode belum tercukupi.
D. Metode pengumpulan data
39

Kelompok melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dan lembar observasi
checklist. Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek
(Sugiyono, 2015). Observasi menggunakan lembar observasi checklist dilakukan pada
tanggal 9 Maret 2020 sampai 10 Maret 2020 diruang rawat inap Hana dan Jokebeth
Rumah Sakit Immanuel Bandung.

E. Identifikasi SWOT
pada tahap ini dilakukan analisis SWOT mengenai kekuatan dan kelemahan (faktor
eksternal) yang dimilikioleh ruang Hana dan Jokebeth sekaligus menganalisis peluang
dan ancaman (faktor eksternal) yang dimili ruang Hana dan Jokebeth, adalah sebagai
berikut:
1. Kekuatan (Strenght)
a. Rumah Sakit Immanuel bandung merupakan rumah sakit swasta setara tipe B
setelah terakerditasi 16 jenis pelayanan dan telah mengikuti ISO 9001:2008. Serta
telah lulus akreditasi rumah sakit dengan kelulusan paripurna.
b. Rumah Sakit Immanuel mempunyai tugas upaya kesehatan, pendidikan serta
penelitian di bidang kedokteran, keperawatan, dan kesehatan
c. Adanya pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh Rumah sakit Immenual dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
d. Rumah sakit Immanuel menjadi Rumah Sakit pendidikan yang memiliki kerja
sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel dan institusi pendidikan
lain.
e. Rumah Sakit Immanuel telah berdiri lebih dari 100 tahun
f. Adanya visi, misi dan filosofi RumahSakit sebagai dasar peayanan kesehatan
g. Rumah sakit immanuel bandung mempunyai 3 area rawat inap yaitu rawat inap
prima 1, rawat inap prima 2, dan IPI (instalasi perawatan intensif). Area rawat
inap prima 1 terdiri dari kelas 3B sampai 1C, rawat inap prima 2 terdiri dari kelas
1, VIP dan VVIP. Sedangkan ruang IPI terdiri dari ruang HCU, ICU, NICU-
PICU, CATH LAB, atau bisa di sebut juga ruangan cateterisasi jantung.
h. Rumah Sakit mempunyai Falsafah keperawat yakni EMPATI artinya melakukan
tindakan nyata untuk mengatasi penderitaan atau kesulitan orang lain
i. Tingkat pendidikan perawat diruang Hana dan Jokebed adalah profesi Ners
berjumlah 10 orang, DIII keperawatan berjumlah 13 orang dan keseluruhan tenaga
kerja perawat di Ruang Hana dan Jokebed
40

j. Tempat tidur di ruang Hana RS Immanuel berjumlah 19 tempat tidur dan tempat
tidur di ruang Jokebed RS Immanuel berjumlah 9 tempat tidur.
k. Model asuhan Keperawatan yang digunakan di ruang Hana dan Jokebeth adalah
model asuhan keperawatan dengan metode modular.
l. Pada ruang Hana dan Jokebed berlaku 690 standar operasional prosedur yang
mana masih ada perawat yang tidak melakukan tindakan sesuai dengan SOP
m. Administrasi pasien dibagi menjadi 3 jenis yaitu, BPJS, Umum dan Asuransi
n. Rumah Sakit Immanuel telah terakreditasi standarisasi oleh ISO (International
For Standarition) yang merupakan suatu standar sistem manajemen mutu dan
telah meraih kelulusan di ringkat paripurna dari KARS.
o. Terdapat satu troly emergency pada masing masing ruangan
p. Rumah Sakit Immanuel memiliki komite pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI)
q. Ruang Jokebeth memiliki ruang rawat inap kelas 1A dan ruang isolasi sedangkan
ruang Hana memiliki ruang rawat inap kelas IIA, IIB dan ruang isolasi
r. Sebanyak 100 % perawat mencantumkan assesment
s. Sebanyak 100 % perawat mencantumkan rekomendasi tindakan atau rekomendasi
yang diperlukan untuk memperbaiki masalah
t. mendokumentasikan seluruh informasi serah terima dengan SOAP tersebut pada
selembar catatan perkembangan pasien terintegrasi setiap 1 jam sebelum berakhir
u. Sebanyak 100 % perawat membubuhkan stampel pada serah terima pasien bagian
bawah
v. Sebanyak 100 % perawat melakukan penandatanganan serah terima pasien pada
stampel terima lengkapi nama jelas tanda tangan tanggal dan jam serah terima
w. SOP tersimpan dalam bentuk E-document
2. Kelemahan (Weakness)
a. Komunikasi serah terima antar shift jaga (handover)
1) Kepala ruangan memimpin kegiatan hand over secara bergantian antara ruang
hana jokebed.
2) Beberapa perawat tidak datang sesuai dengan jam dinas
3) Perawat mempunyai buku catatan pribadi operan shift di ruang jokobed tetapi
jarang digunakan.
4) Sebanyak 41,6% perawat di ruangan tidak datang tepat waktu sehingga
kegiatan Hand over lambat di lakukan.
41

5) Berdasarkan hasil observasi pada hari I terdapat 1 perawat tidak melakukan


handover pada pasien kelolaannya karena terlambat, sehingga perawat sift
pagi hanya membaca pada catatan SOAP.
6) Sebanyak 68,18% perawat diruangan tidak menyiapkan buku catatan overan
shift
7) Sebanyak 17,3% perawat melakukan operan tanpa membaca catatan rekam
medik.
8) Sebanyak 68,18% saat melakukan operan perawat tidak menyampaikan
kondisi ruangan, jumlah pasien, karakteristik pasien, rencana tindakan.
9) Sebanyak 9,09% perawat tidak mengidentifikasi nama pasien dan tanggal
masuk rumah sakit melalui stiker identitas
10) Sebanyak 13,63% perawat tidak menyebutkan diagnosa medis, DPJP, lama
hari rawat
11) Sebanyak 40,9% perawat tidak menyebutkan masalah keperawatan yang
didapat pada pasien ini
12) Sebanyak 68,18% perawat tidak menyebutkan keadaan umum pasien, tanda
vital terbaru
13) Sebanyak 9,09% perawat tidak mencantumkaan tindakan yang sudah
diberikan
14) Sebanyak 100% perawat mencantumkan riwayat alergi pasien (bila ada)
15) Sebanyak 100% perawat mencantumkan hasil laboratorium yang abnormal
tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya untuk perbandingan
16) Sebanyak 8,81 % perawat tidak mencantumkan riwayat medis
17) Sebanyak 54,54 % perawat tidak mencantumkan temuan klinis yang ada
18) Sebanyak 50 % perawat mencantumkan drain, luka dekubitus (bila ada)
19) Sebanyak 50 % perawat tidak mendiskusikan sistem pada pasien yang
terganggu
20) Sebanyak 18,18% perawat shift berikutnya tidak melakukan klarifikasi
penjelasan yang disampaikan
21) Sebanyak 18,18 % perawat shift berikutnya tidak melakukan klarifikasi
rencana harian masing-masing perawat dan beri masukan/saran/tindak lanjut
22) Sebanyak 18, 18 %perawat tidak menutup acara serah terima sambil
bersalaman
42

23) Sebanyak 36,36% perawat tidak melakukan ronde kepada seluruh pasien, shift
berikutnya melakukan kontrak dengan seluruh pasien
b. Edukasi perawat kepada pasien baru dan keluarga
1) Sebanyak 100% perawat tidak memberikan edukasi tentang langkah-langkah
cuci tangan untuk pasien baru dan keluarga
2) Sebanyak 100 % perawat pada saat ke pasien baru tidak mencuci tangan.
3) Jumlah perawat diruangan Hana dan Jokebeth berdasarkan kedua metode
belum tercukupi.
c. Belum optimalnya pelaksanaan cuci tangan (five moment)
1) Sebanyak 100% dari 12 perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum kontak
dengan pasien
2) Sebanyak 16,6% dari 12 perawat tidak mencuci tangan sebelum tindakan
aseptik
3) Sebanyak 8,3% dari 12% perawat tidak mencuci tangan setelah terkena cairan
tubuh pasien
4) Sebanyak 41,6% dari 12 perawat tidak mencuci tangan setelah kontak dengan
pasien
5) Sebanyak 100% dari 12 perawat tidak mencuci tangan setelah kontak dengan
lingkungan pasien.
6) Tidak semua bed pasien tersedia handrub pump
3. Peluang (Opportunities)
a. Adanya organisasi PPNI yang menaungi profesi keperawatan untuk menjamin
pelayanan keperawatan yang berkualitas dan dapat di pertanggung jawabkan,
sehingga semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pelayanan
keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung.
b. Letaknya Rumah sakit Immanuel strategis dan adanya jalur transportasi yang
mudah di jangkau oleh masyarakat untuk ke rumah sakit
c. Adanya tuntutan akreditasi Rumah sakit yang membuat mutu pelayanan
keperawatan semakin meningkat. Adanya peluang perawat untuk melanjutkan
jenjang pendidikan dari DIII ke S1 keperawatan.
d. Adanya seminar dan pelatihan keperawatan untuk meningkatkan kompetensi
perawat seperti pelatihan Pj-shift dan pelatihan bantu hidup dasar (BHD)
e. Telah di sahkanya Undang-undang perawatan no 38 yahun 2014, tentang
profesionalisme perawat
43

f. Terdapat hanrub di setiap pintu masuk ruang perawatan Hana – Jokobed.

g. Terdapat poster tentang five moment di ruang Hana – Jokobed.

h. Terdapat leflet tentang five moment di Ruang Hana – Jokobed.

i. Terdapat penilaian mutu pelayanan di Rumah Sakit Immanuel.

4. Ancaman (Threats)
a. Adanya persaingan antar ruangan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
yang sama seperti ruangan Lukas, Magdalena, LCA, Gidion
b. Adanya Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
sehingga menjadi peluang untuk meningkatkan mutu pelayanan untuk kepuasan
konsumen dan meningkatkan kepercayaan konsumen
c. Adanya Undang-undang Pasal 32 No.44 tahun 2009 tentang perlindungan hak
pasien
d. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas
e. Adanya peningkatan teknologi informasi yang membuat masyarakat semakin
kritis dalam menilai pelayanan kesehatan di rumah sakit
F. Matriks Strategis SWOT

Kekuatan/Strength : Kelemahan/Weakness:
Internal 1. Adanya system 1) Kepala ruangan memimpin
pengembangan staff berupa kegiatan hand over secara
pelatihan (PKRS, LSH, bergantian antara ruang hana
Manajemen, Audit, CI) jokebed.
2. 1 kepala ruangan dengan 2) Beberapa perawat tidak
masa kerjanya 22,4 tahun datang sesuai dengan jam
3. Adanya pelatihan perawat dinas
4. Mempunyai sarana dan 3) Perawat mempunyai buku
prasarana yang memadai catatan pribadi operan shift di
5. Tersediannya nurse station ruang jokobed tetapi jarang
6. Sudah diterapkan budaya digunakan.
SENYUM, SAPA, SALAM, 4) Sebanyak 41,6% perawat di
SOPAN, SANTUN. ruangan tidak datang tepat
7. RS memiliki visi misi sebagai waktu sehingga kegiatan
acuan melaksanakan kegiatan Hand over lambat di lakukan.
Eksternal
pelayanan 5) Berdasarkan hasil observasi
8. Rumah Sakit Immanuel pada hari I terdapat 1 perawat
bandung merupakan rumah tidak melakukan handover
sakit swasta setara tipe B pada pasien kelolaannya
setelah terakerditasi 16 jenis karena terlambat, sehingga
pelayanan dan telah mengikuti perawat sift pagi hanya
ISO 9001:2008. Serta telah membaca pada catatan SOAP.
lulus akreditasi rumah sakit 6) Sebanyak 68,18% perawat
dengan kelulusan paripurna. diruangan tidak menyiapkan
9. Rumah Sakit Immanuel buku catatan overan shift
mempunyai tugas upaya 7) Sebanyak 17,3% perawat
kesehatan, pendidikan serta melakukan operan tanpa
penelitian di bidang membaca catatan rekam
kedokteran, keperawatan, dan medik.
kesehatan 8) Sebanyak 68,18% saat
10. Adanya pelatihan-pelatihan melakukan operan perawat
yang dilaksanakan oleh tidak menyampaikan kondisi
Rumah sakit Immenual dalam ruangan, jumlah pasien,
rangka meningkatkan mutu karakteristik pasien, rencana
pelayanan kesehatan
11. Rumah sakit Immanuel tindakan.
menjadi Rumah Sakit 9) Sebanyak 9,09% perawat
pendidikan yang memiliki tidak mengidentifikasi nama
kerja sama dengan Sekolah pasien dan tanggal masuk
Tinggi Ilmu Kesehatan rumah sakit melalui stiker
Immanuel dan institusi identitas
pendidikan lain. 10) Sebanyak 13,63% perawat
12. Rumah Sakit Immanuel telah tidak menyebutkan diagnosa
berdiri lebih dari 100 tahun medis, DPJP, lama hari rawat
13. Adanya visi, misi dan filosofi 11) Sebanyak 40,9% perawat
RumahSakit sebagai dasar tidak menyebutkan masalah
peayanan kesehatan keperawatan yang didapat
14. Rumah sakit immanuel pada pasien ini
bandung mempunyai 3 area 12) Sebanyak 68,18% perawat
rawat inap yaitu rawat inap tidak menyebutkan keadaan
prima 1, rawat inap prima 2, umum pasien, tanda vital
dan IPI (instalasi perawatan terbaru
intensif). Area rawat inap 13) Sebanyak 9,09% perawat
prima 1 terdiri dari kelas 3B tidak mencantumkaan
sampai 1C, rawat inap prima 2
terdiri dari kelas 1, VIP dan tindakan yang sudah diberikan
VVIP. Sedangkan ruang IPI 14) Sebanyak 100% perawat
terdiri dari ruang HCU, ICU, mencantumkan riwayat alergi
NICU-PICU, CATH LAB, pasien (bila ada)
atau bisa di sebut juga ruangan 15) Sebanyak 100% perawat
cateterisasi jantung. mencantumkan hasil
15. Ruang Jokebeth memiliki laboratorium yang abnormal
ruang rawat inap kelas 1A dan tanggal dan waktu tes
ruang isolasi sedangkan ruang dilakukan dan hasil tes
Hana memiliki ruang rawat sebelumnya untuk
inap kelas IIA, IIB dan ruang perbandingan
isolasi 16) Sebanyak 8,81 % perawat
16. Rumah Sakit mempunyai tidak mencantumkan riwayat
Falsafah keperawat yakni medis
EMPATI artinya melakukan 17) Sebanyak 54,54 % perawat
tindakan nyata untuk tidak mencantumkan temuan
mengatasi penderitaan atau klinis yang ada
kesulitan orang lain 18) Sebanyak 50 % perawat
17. Tingkat pendidikan perawat mencantumkan drain, luka
diruang Hana dan Jokebed
adalah profesi Ners berjumlah dekubitus (bila ada)
10 orang, DIII keperawatan 19) Sebanyak 50 % perawat
berjumlah 13 orang dan tidak mendiskusikan sistem
keseluruhan tenaga kerja pada pasien yang terganggu
perawat di Ruang Hana dan 20) Sebanyak 18,18% perawat
Jokebed shift berikutnya tidak
18. Tempat tidur di ruang Hana melakukan klarifikasi
RS Immanuel berjumlah 19 penjelasan yang disampaikan
tempat tidur dan tempat tidur 21) Sebanyak 18,18 % perawat
di ruang Jokebed RS shift berikutnya tidak
Immanuel berjumlah 9 tempat melakukan klarifikasi rencana
tidur. harian masing-masing perawat
19. Model asuhan Keperawatan dan beri masukan/saran/tindak
yang digunakan di ruang Hana lanjut
dan Jokebeth adalah model 22) Sebanyak 18, 18 %perawat
asuhan keperawatan dengan tidak menutup acara serah
metode modular. terima sambil bersalaman
20. Pada ruang Hana dan Jokebed 23) Sebanyak 36,36% perawat
berlaku 690 standar tidak melakukan ronde kepada
operasional prosedur yang seluruh pasien, shift
mana masih ada perawat yang berikutnya melakukan kontrak
tidak melakukan tindakan dengan seluruh pasien
sesuai dengan SOP 24) Sebanyak 100% perawat
21. Administrasi pasien dibagi tidak memberikan edukasi
menjadi 3 jenis yaitu, BPJS, tentang langkah-langkah cuci
Umum dan Asuransi tangan untuk pasien baru dan
22. Rumah Sakit Immanuel telah keluarga
terakreditasi standarisasi oleh 25) Sebanyak 100 % perawat
ISO (International For pada saat ke pasien baru tidak
Standarition) yang merupakan mencuci tangan.
suatu standar sistem 26) Jumlah perawat diruangan
manajemen mutu dan telah Hana dan Jokebeth
meraih kelulusan di ringkat berdasarkan kedua metode
paripurna dari KARS. belum tercukupi.
23. Terdapat satu troly emergency 27) Sebanyak 100% dari 12
pada masing masing ruangan perawat tidak melakukan cuci
24. Rumah Sakit Immanuel tangan sebelum kontak
memiliki komite pencegahan dengan pasien
dan pengendalian infeksi (PPI) 28) Sebanyak 16,6% dari 12
perawat tidak mencuci tangan
sebelum tindakan aseptik
29) Sebanyak 8,3% dari 12%
perawat tidak mencuci tangan
setelah terkena cairan tubuh
pasien
30) Sebanyak 41,6% dari 12
perawat tidak mencuci tangan
setelah kontak dengan pasien
31) Sebanyak 100% dari 12
perawat tidak mencuci tangan
setelah kontak dengan
lingkungan pasien.
32) Tidak semua bed pasien
tersedia handrub pump
Opportunities (O): SO strategi : WO strategi :
1. Telah di sahkanya Undang- 1. Adanya peluang perawat
1. Terdapat hanrub di setiap pintu
undang perawatan no 38 untuk melanjutkan jenjang
masuk ruang perawatan Hana –
yahun 2014, tentang pendidikan dari DIII ke S1
profesionalisme perawat keperawatan. Jokobed.
2. Adanya tuntutan akreditasi 2. Adanya seminar dan
Rumah sakit yang membuat pelatihan keperawatan 2. terdapat poster tentang five
mutu pelayanan keperawatan untuk meningkatkan
moment di ruang Hana –
semakin meningkat. kompetensi perawat
Jokobed.
seperti pelatihan Pj-shift
dan pelatihan bantu hidup 3. Terdapat leflet tentang five
dasar (BHD)
moment di Ruang Hana –
3. Terdapat penilaian mutu
Jokobed.
pelayanan di Rumah Sakit
Immanuel. 4. Letaknya Rumah sakit
Immanuel strategis dan adanya
jalur transportasi yang mudah di
jangkau oleh masyarakat untuk
ke rumah sakit

Threats (T): ST Strategi: WT Strategi :


1. Adanya Undang-undang No.8 1. Adanya persaingan 1. Tingginya tuntutan
tahun 1999 tentang antar Rumah Sakit masyarakat terkait
perlindungan konsumen dalam memberikan pelayanan kesehatan
sehingga menjadi peluang pelayanan yang lebih profesional dan berkualitas
untuk meningkatkan mutu tinggi 2. Adanya peningkatan
pelayanan untuk kepuasan teknologi informasi yang
konsumen dan meningkatkan membuat masyarakat
kepercayaan konsumen semakin kritis dalam
2. Adanya Undang-undang menilai pelayanan kesehatan
Pasal 32 No.44 tahun 2009 di rumah sakit
tentang perlindungan hak
pasien
G. Pembobotan matrix IFE dan EFE

No. Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating


1. Kegiatan hand over
faktor Internal (IFAS)
1. Kekuatan
a. Kepala ruangan dengan masa kerjanya 22,4  0,01  3  0,03
tahun
b. Adanya pelatihan perawat tentang PJ shift  0,01  3  0,03 S – W=
dan BHD 2,56 - 3,25= -0,69
c. Mempunyai sarana dan prasarana yang  0,10  3  0,3
memadai
d. Tersediannya nurse station untuk melakukan  0,01  3  0,03
kegiatan handover
e. Tingkat pendidikan perawat diruang Hana
 0,02  4  0,08
dan Jokebed adalah profesi Ners berjumlah
10 orang, keseluruhan tenaga kerja perawat
di Ruang Hana dan Jokebed
f. Tempat tidur di ruang Hana RS Immanuel
 0,54  2  1,08
berjumlah 19 tempat tidur dan tempat tidur di
ruang Jokebed RS Immanuel berjumlah 9
tempat tidur.
g. Model asuhan Keperawatan yang digunakan
di ruang Hana dan Jokebeth adalah model
asuhan keperawatan dengan metode modular.  0,01  3  0,03
h. Pada ruang Hana dan Jokebed berlaku 690
standar operasional prosedur termasuk SOP
tentang hand over  0,3  4  1,2
Total

 1  2,56
2. Kelemahan
a. Kepala ruangan tidak memimpin kegiatan
hand over diruang Jokebeth  0,2  3  0,6
b. Perawat tidak mempunyai buku catatan
pribadi operan shift di ruang jokobed  3 O – T=
 0,1  0,3
c. DIII keperawatan berjumlah 13 orang dan 2,4 – 3,8= -1,4
keseluruhan tenaga kerja perawat di Ruang
 0,2  3  0,6
Hana dan Jokebed
d. Sebanyak 41,6% perawat di ruangan tidak
datang tepat waktu sehingga kegiatan Hand
over lambat di lakukan.  0,05  2  0,1
e. Terdapat 1 perawat tidak melakukan
handover pada pasien kelolaannya karena
alasan tertentu  0,05  3  0,15
f. Sebanyak 100% perawat melakukan kegiatan
handover tidak sesuai SOP yang ada
Total  0,3  4  1,2
Faktor Eksternal (EFAS)
3. Peluang  1  3,25
a. Adanya organisasi PPNI yang menaungi
profesi keperawatan untuk menjamin
pelayanan keperawatan yang berkualitas dan  3
 0,2  0,6
dapat di pertanggung jawabkan, sehingga
semakin meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada pelayanan keperawatan
Rumah Sakit Immanuel Bandung.

b. Adanya tuntutan akreditasi Rumah sakit yang


membuat mutu pelayanan keperawatan
semakin meningkat.
c. Adanya peluang perawat untuk melanjutkan  0,3  2  0,6
jenjang pendidikan dari DIII ke S1
keperawatan.
d. Adanya seminar dan pelatihan keperawatan  0,2  3  0,6
untuk meningkatkan kompetensi perawat.
Total

 0,3  2  0,6
4. Ancaman
 Tingginya tuntutan masyarakat terkait  1  2,4
pelayanan kesehatan profesional dan
berkualitas
 Adanya Undang-undang No.8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen sehingga  0,9  4  3,6
menjadi peluang untuk meningkatkan mutu
pelayanan untuk kepuasan konsumen dan
meningkatkan kepercayaan konsumen  0,1  2  0,2
Total
 1  3,8

2. Edukasi pasien baru dan keluarga S – W=


Faktor internal (IFAS) 1,95 – 3,3= -1,35
1. Kekuatan
a. Adanya pelatihan perawat  0,05  1  0,05
b. Sudah diterapkan budaya SENYUM, SAPA,  0,05  2  0,1
SALAM, SOPAN, SANTUN.
c. Rumah Sakit Immanuel bandung merupakan
rumah sakit swasta setara tipe B setelah  0,05  2  0,1
terakerditasi 16 jenis pelayanan dan telah
mengikuti ISO 9001:2008. Serta telah lulus
akreditasi rumah sakit dengan kelulusan
paripurna.
d. Adanya pelatihan-pelatihan yang
dilaksanakan oleh Rumah sakit Immenual  0,1  2  0,2
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan
 0,05  2  0,1
e. Adanya visi, misi dan filosofi Rumah Sakit
sebagai dasar peayanan kesehatan  0,1  2  0,2
f. Ruang Jokebeth memiliki ruang rawat inap
kelas 1A dan ruang isolasi sedangkan ruang
Hana memiliki ruang rawat inap kelas IIA,
IIB dan ruang isolasi  0, 1  1  0,1
g. Rumah Sakit mempunyai Falsafah keperawat
yakni EMPATI artinya melakukan tindakan
nyata untuk mengatasi penderitaan atau
kesulitan orang lain  0,3  3  0,9
h. Tempat tidur di ruang Hana RS Immanuel
berjumlah 19 tempat tidur dan tempat tidur di
ruang Jokebed RS Immanuel berjumlah 9
tempat tidur.  0,2  1  0,2
i. Administrasi pasien dibagi menjadi 3 jenis
yaitu, BPJS, Umum dan Asuransi
 1  1,95
Total

2. Kelemahan O – T=
 0,5  4  2
1) Sebanyak 100% perawat tidak memberikan 3 – 2,7= 0,3
edukasi tentang langkah-langkah cuci tangan
untuk pasien baru dan keluarga
2) Sebanyak 100 % perawat pada saat ke pasien  0,3  3  0,9
tidak mencuci tangan.
3) Jumlah perawat diruangan Hana dan  0,2  2  0,4
Jokebeth berdasarkan kedua metode belum
tercukupi.  1  3,3
Total
Faktor Eksternal (EFAS)
3. Peluang
a. Letaknya Rumah sakit Immanuel strategis  0,3  3  0,9
dan adanya jalur transportasi yang mudah di
jangkau oleh masyarakat untuk ke rumah
sakit
b. Telah di sahkanya Undang-undang  3
 0,2  0,6
perawatan no 38 yahun 2014, tentang
profesionalisme perawat
c. Terdapat penilaian mutu pelayanan di Rumah
 0,5  3  1,5
Sakit Immanuel.
Total
 1  3
4. Ancaman
a. Adanya Undang-undang No.8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen sehingga  0,3  2  0,6
menjadi peluang untuk meningkatkan mutu
pelayanan untuk kepuasan konsumen dan
meningkatkan kepercayaan konsumen
b. Adanya Undang-undang Pasal 32 No.44
tahun 2009 tentang perlindungan hak pasien  0,3  3  0,9
c. Adanya peningkatan teknologi informasi
yang membuat masyarakat semakin kritis  0,2  3  0,6
dalam menilai pelayanan kesehatan di rumah
sakit
d. Adanya persaingan antar Rumah Sakit dalam
memberikan pelayanan yang lebih tinggi  3
 0,2  0,6

Total

 1  2,7
3. Melakukan hand hygiene 5 moment S – W=
Faktor Internal (IFAS) 4 – 3,8= 0,2
1. Kekuatan
a. Mempunyai sarana dan prasarana yang  0,5  4  2
memadai termasuk wastafel, handwash dan
handrub untuk mencuci tangan
b. Pada ruang Hana dan Jokebed berlaku 690  0,5  4  2
standar operasional prosedur termasuk
prosedur cuci tangan 6 langkah
Total  1  4

2. Kelemahan
a. Sebanyak 100% dari 12 perawat tidak  0,2  4  0,8
melakukan cuci tangan sebelum kontak O – T=
dengan pasien 2,9 – 2,5= 0,4
b. Sebanyak 17% dari 2 perawat tidak mencuci  4
 0,2  0,8
tangan sebelum tindakan aseptik
c. Sebanyak 9% dari 12 perawat tidak mencuci
 0,1  4  0,4
tangan setelah terkena cairan tubuh pasien
d. Sebanyak 42% dari 12 perawat tidak
 0,1  4  0,4
mencuci tangan setelah kontak dengan pasien
e. Sebanyak 100% dari 12 perawat tidak
mencuci tangan setelah kontak dengan  0,2  4  0,8
lingkungan pasien.
f. Tidak semua bed pasien tersedia handrub
pump  0,2  3  0,6
Total
Faktor Eksternal (EFAS)  1  3,8
3. Peluang
a. Terdapat hanrub di setiap pintu masuk ruang
perawatan Hana – Jokobed.  0,2  3  0,6
b. Terdapat poster tentang five moment di
ruang Hana – Jokobed.  3
 0,3  0,9
c. Terdapat leflet tentang five moment di Ruang
Hana – Jokobed.
 0,2  1  0,2
d. Rumah sakit memiliki pegawai PPI yang
bertugas dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi
 0,3  4  1,2
Total
4. Ancaman
 1  2,9
a. Tingginya tuntutan masyarakat terkait
pelayanan kesehatan profesional dan
berkualita  0,2  2  0,4
b. Adanya peningkatan teknologi informasi
yang membuat masyarakat semakin kritis
dalam menilai pelayanan kesehatan di rumah  0,3  2  0,6
sakit

c. Adanya Undang-undang No.8 tahun 1999


tentang perlindungan konsumen sehingga
menjadi peluang untuk meningkatkan mutu  0,5  3  1,5
pelayanan untuk kepuasan konsumen dan
meningkatkan kepercayaan konsumen
Total

 1  2,5
Keterangan :
Bobot masing-masing faktor memili nilai yaitu:
1,0 = paling penting
0,0 = tidak penting

Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai, yaitu:
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
H. Diagram Cartesius Matrix Space

Diagram 3.1
Diagram Kartesius Matrix Space
O

(M2) 2 (M3)
(-1,35, 0,3) (0,2, 0,4)
1

W -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7
S
-1

(M1) -2
(-0,69, -1,4)
-3
Ket:
-4  M1: Kegiatan
-5 Handover
-6
 M2:
-7
Edukasi pasien
baru
 M3:
Cuci tangan 5
T Moment

1. Berdasarkan diagram Kartesius diatas bahwa ruangan Hana dan Jokebeth untuk
masalah kegiatan hand over berada pada kuadran IV strategi bertahan
2. Berdasarkan diagram Kartesius diatas bahwa ruangan Hana dan Jokebeth untuk
masalah edukasi pasien baru dan keluarga berada pada kuadran III strategi
pembenahan
3. Berdasarkan diagram Kartesius diatas bahwa ruangan Hana dan Jokebeth untuk
masalah cuci tangan 5 moment berada pada kuadran I strategi agresif
I. Prioritas masalah
Skoring prioritas masalah dengan metode CARL ruang Hana Jokebed

No Masalah C A R L Skor Ket


1. Belum 5 5 5 4 500 I
optimal
prosedur
pelaksanaan
hand over
2. Belum 5 5 4 4 400 II
optimal
pelaksanaan
edukasi pada
pasien baru
3. Belum 5 4 5 3 300 III
optimal
pelaksanaan 5
moment cuci
tangan

1. proses untuk mendapatkan masalah diatas dengan menggunakan metode


pembobotan yang memperhatian aspek
C : Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana, dan peralatan)
A : Accessbility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R : Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksanaan maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L : Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas
Rumus :

CxAxRxL

2. Rentang nilai yang digunakan adalah 1-5:


1. Sangat penting : 5
2. Penting : 4
3. Cukup penting : 3
4. Kurang penting : 2
5. Sangat kurang penting : 1
3. Perumusan masalah
1. Belum optimalnya hand over antar perawat di ruangan, hasil observasi
selama 2 hari dari tanggal 9-10 maret 2020 hand over yang di
observasi tidak berjalan dengan baik, penerapan hand over tidak sesuai
SOP bahkan tidak dilakukan tiap sift
2. Belum optimalnya edukasi pada pasien baru oleh perawat diruangan ,
hasil observasi selama 2 hari dari tanggal 9-10 maret 2020 terdapat
beberapa pasien tidak diedukasi ketika pertama kali masuk ruangan.
3. Belum optimalnya 5 moment cuci tangan oleh perawat diruangan ,
hasil observasi selama 2 hari dari tanggal 9-10 maret 2020 terdapat
beberapa perawat yang tidak melakukan cuci tangan sesuai SOP dan
melakukannya di 5 moment.
J. Analysis Fishbone
1. Belum optimalnya pelaksanaan prosedur Hand over

MONEY MATERIAL
MAN
Sebanyak 41,6% perawat di
ruangan tidak datang tepat waktu
sehingga kegiatan Hand over
Sebanyak 100% perawat lambat di lakukan.

melakukan hand over


Berdasarkan hasil observasi pada hari I terdapat 1
tidak sesuai SOP
perawat tidak melakukan handover pada pasien
kelolaannya karena terlambat, sehingga perawat sift
pagi hanya membaca pada catatan SOAP. PROBLEM
Belum optimalnya
pelaksanaan prosedur Hand
Ruangan Hana over
dan Jokebeth
hanya dipimpin
oleh 1 kepala
SOP tersimpan dalam bentuk ruangan,
soft copy dan SOP pada sehingga proses
komputer sedang kerusakan pengawasan
hand over tidak
sistem.
optimal

METHODE MACHINE ENVIRONMENT


2. Belum optimalnya pelaksanaan edukasi pada pasien baru

MAN MONEY MATERIAL

Sebanyak 100% perawat tidak


1 perawat menagani memberikan edukasi tentang Kapastias tempat tidur
3 sampai 4 pasien langkah-langkah cuci tangan diruangan Hana-Jokebet
S1 : 10 orang
D3 13 orang 28 tempat tidur
Tersedianya format
Belum tercukupi tenaga
informasi pasien
perawat berdasarkan metode
baru
perhitungan ketenagaan

Kesibukan perawat
dalam melakukan
Kurangnya kesadaran perawat
pendokumentasian dan
tentang pentingnya pemberian PROBLEM
asuhan keperawatan
edukasi pada pasien baru Belum optimalnya pelaksanaan
edukasi pada pasien baru

Sudah tersedia SOP


penerimaan pasien baru
dan edukasi pasien baru

METHODE MACHINE ENVIRONMENT


3. Belum optimalnya pelaksanaan 5 moment cuci tangan

MAN MONEY MATERIAL

Kurangnya kesadaran Sudah tersedia poster


Kurang pengawasan
perawat melakukan cuci tangan dan wastafel
pengisian cairan
five moment bagi perawat serta
handrub dan sabun di
Tidak semua bed handrub bagi pasien dan
bed pasien
pasien tersedia pengunjung. Tapi belum
Handrub digunakan secara optimal

Sebanyak 100%
perawat tidak
melakukan cuci tangan
sebelum kontak dengan PROBLEM
pasien Belum optimalnya pelaksanaan 5
moment cuci tangan

Ditemukan beberapa
handrub pump tidak terisi
Berdasarkarkan hasil cairan di bed pasien
Five moment tidak sesuai
SPO.

METHOD MACHINE ENVIRONMENT


K. Planning of Action (POA)

No Masalah Tujuan Strategi Intervensi Sasaran Waktu Penanggu


ng jawab

1. Belum 1. Mengoptimalka Desiminasi  Kolaborasi Perawat di 14-16 Danu, eva,


optimal n hand over memberikan dengan kepala ruang hana maret yohana,
prosedur sesuai prosedur informasi pada ruangan dan PJ dan jokebed. 2020 marsia,
pelaksanaan yang ada tenaga kerja di shift untuk lara,devi,
handover dirumah sakit ruang hana dan melakukan witna dan
2. Agar handover jokebed tentang desiminasi ningsih.
terlaksana hand over harus handover
dengan baik dilakukan.  Lakukan rollplay
3. Untuk Roll play tentang handover
melindungi hak koordinasi dengan
pasien dan kepala ruangan,
kewajiban dan CI ruangan
pasien untuk melakukan
mendapatkan Roll play di
pengobatan dan ruangan tentang
asuhan handover
keperawatan
yang sesuai
kebutuhan.
4. Memberikan
informasi yang
optimal dan
menghindari
kesalahan
informasi.
5. Meningkatkan
mutu pelayanan
dengan
melakukan
tindakan yang
dioperkan dari
dinas
sebelumnya.
2. Belum 1.Mengoptimalkan Coaching - Kolaborasi Semua 21-24 Danu, eva,
optimal edukasi pada pasien melakukan dengan kepala perawat Maret yohana,
pelaksanaan baru sesuai standar pemantauan secara ruangan untuk diruangan 2020 marsia,
edukasi operasional prosedur intensif dan mengidentifikas hana dan lara,devi,
pada pasien di rumah sakit memaksimalkan i belum jokebed baik witna dan
baru 2. pelaksanaan optimalnya PJ shift dan ningsih.
Memberikan edukasi pada pelaksanaan Perawat
pengetahuan pasien baru edukasi Pelaksana
baru pada - Diskusikan
pasien baru dengan kepala
seperti cuci rangan untuk
tangan yang mencari solusi
baik dan agar optimalnya
benar. edukasi pada
pasien baru.
- Anjurkan
kepala ruangan
melakukan
pendampingan
pada perawat
yang melakukan
edukasi pada
pasien baru.
3. Belum 1. Agar semua Desiminasi 1.Kolaborasi dengan 1.Semua 17-20 Danu, eva,
optimal perawat yang memberikan kepala ruangan perawat, Maret yohana,
pelaksanaan ada diruangan informasi pada untuk memberikan tenaga 2020 marsia,
5 moment hana dan tenaga kerja di informasi kembali kesehatan lara,devi,
cuci tangan jokebed ruang hana dan pada tenaga lain dan witna dan
mengetahui dan jokebed tentang kesehatan di ruang inventaris ningsih.
memahami five moment yang hana dan jokebed ruangan
tentang five harus dilakukan. terkait five
moment hand moment.
hygiene 2.Anjurkan kepala
menggunakan ruangan untuk
hand wash mereview kembali
maupun terkait apa, kapan,
handrub kapan dan
2. menggoptimalka mengapa harus
n pelaksanaan 5 melakukan five
moment cuci
tangan di ruang moment diruangan.
hana dan jokebed 3.Melakukan diskusi
sesuai prosedur Bersama kepala
yang ada di ruangan dan semua
rumah sakit. perawat untuk
3. Meningkatkan menyatukan
kesadaran tenaga pemahaman dan
kerja di ruangan melaksanakan
hana dan jokebed hasil diskusi.
bahwa 4.Anjurkan kepala
pelaksanaan five ruanga untuk
moment penting mengingatkan
bagi keselamatan kembali tenaga
diri dan pasien kesehatan untuk
4. Untuk memberikan
menghindari handrub pada
infeksi silang setiap bed pasien.
atau penularan 5.Anjurkan kepala
penyakit yang ruangan
berawal dari menfasilitasi dan
tangan. mengecek handrub
5. Untuk di setiap bed
mengingatkan pasien.
kembali tenaga
kesehatan
tahapan, tujuan,
manfaat dan
langkah-langkah
melakukan five
moment

Anda mungkin juga menyukai