Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Pencegahan dan Penanganan Hipertensi pada Lansia


Pokok Pembahasan : Mencegah dan Menangani Hipertensi
Sasaran : Lansia
Tempat :
Hari,Tanggal : Selasa, 11 Februari 2020
Waktu : 20 menit
Penyuluh : Kelompok I dan J

A. Pendahuluan
Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan
menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik
maupun psikososial yang paling banyak terjadi pada lansia seperti,
kesepian, perasaan sedih, depresi dan kecemasan. Kecemasan atau
ansietas termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling sering
muncul, ditambah bila lanjut usia tersebut mempunyai riwayat penyakit
salah satunya hipertensi. Menurut Efendi (2010) menua bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Sedangkan badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan
65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Menurut perkembangan saat ini hipertensi menjadi masalah global
karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya
hidup seperti merokok, obesitas (pola makan), inaktivitas fisik. Di
Indonesia, prevalensi hipertensi mengalami peningkatan yaitu dari 7,6%
pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).
Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23%
wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi.
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan maupun angka kematian, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto, 2014). Hipertensi sering ditemukan pada lansia dan biasanya
tekanan sistoliknya yang meningkat. Sementara menurut para ahli, angka
kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan hipertensi adalah
tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi pada usia yang
sama. Kondisi tubuh lansia yang mengalami hipertensi dapat kembali
membaik dan stabil, akan tetapi faktor-faktor psikologis lansia sangat
berpengaruh terhadap proses penanganan masalah hipertensi.
Keterbatasan fisik yang dialami oleh lansia, terkadang lansia mengalami
kecemasan karena berbagai penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh
bahkan semakin memburuk, sehingga harapan untuk sembuh menjadi
sedikit. Hal seperti ini yang pada akhirnya menyebabkan lansia
mengalami gangguan psikis seperti kecemasan. Ansietas pada lansia
memiliki gejala seperti, perasaan khawatir atau takut, mudah tersinggun,
kecewa, gelisah, perasaan kehilangan sulit tidur sepanjang malam, sering
membayangkan hal-hal yang menakutkan dan rasa panik pada hal yang
ringan, konflik-konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak
terselesaikan akan menimbulkan ansietas.
Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan lansia dapat mengubah
pola hidup menjadi sehat untuk mencegah dan mengatasi hipertensi,
sehingga tidak menimbulkan akibat atau masalah yang fatal dan
memperburuk kondisi kesehatan pada lansia.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, lansia mengetahui tentang
pencegahan dan penanganan hipertensi.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 15 menit, diharapkan sasaran
penyuluhan dapat :
1. Menjelaskan pengertian Hipertensi
2. Menjelaskan klasifikasi Hipertensi
3. Menjelaskan penyebab Hipertensi
4. Menjelaskan tanda dan gejala Hipertensi
5. Menjelaskan pencegahan dan penanganan Hipertensi

D. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian Hipertensi
2. Klasifikasi Hipertensi
3. Penyebab Hipertensi
4. Tanda dan gejala Hipertensi
5. Pencegahan dan penanganan Hipertensi

E. Media Penyuluhan
1. LCD
2. Leaflet

F. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan diskusi

G. Materi
Terlampir

H. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan disajikan pada tabel berikut:

Kegiatan Waktu Penyuluh Peserta


Pembukaan 2 Menit  Salam pembuka  Menjawab salam
 Menyampaikan  Menyimak
 Mendengarkan dan
tujuan penyuluhan
 Kontrak waktu menjawab
penyuluhan pertanyaan
Inti 15 Menit  Penyampaian garis  Mendengarkan
besar materi: dengan penuh
a. Pengertian perhatian
 Menanyakan hal-hal
Hipertensi
b. Klasifikasi yang belum jelas
Hipertensi  Memperhatikan
c. Penyebab jawaban dari
Hipertensi penceramah
d. Tanda dan
gejala
Hipertensi
e. Pencegahan
dan
penanganan
Hipertensi
 Memberi
kesempatan lansia
dan keluarga untuk
bertanya
 Menjawab
pertanyaan
 Evaluasi
Penutup 3 Menit  Menyimpulkan  Mendengarkan
 Salam penutup  Menjawab salam
 Kontrak waktu
penyuluhan
berikutnya

I. Setting Tempat

Keterangan :
: Penyaji
: Moderator
: Audience
: Observer
: Fasilitator

J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan-awal pelaksanaan :
a. Media sudah dipersiapkan, yaitu kalender dan power point
mengenai hipertensi
b. Pemateri sudah siap dalam melakukan penyuluhan
c. Kewajiban Pengorganisasian
1) Penyaji
a) Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
b) Mampu menjelasakan materi secara sistematis
c) Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan audien
d) Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
2) Fasilitator
Mampu memfasilitasi sasaran
3) Observer
Mampu mengukur ketepatan waktu
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan
peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang
diberikan.
c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara
penyuluh dengan sasaran.
d. Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta
yang meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan
berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK Penyuluhan
Misalnya:
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali pengertian, klasifikasi, penyebab, tanda gejala.
b. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali pencegahan dan penanganan hipertensi.

K. Absensi Peserta
Terlampir
L. Daftar Pustaka
Ardiansyah, M. (2012). Medikal bedah untuk mahasiswa. Yogyakarta:
Diva press.
Effendi, F & Makhfudli. (2010). Keperawatan Kesehatan Komunitas:
Teori dan Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Kemenkes RI, (2013). “Direktorat Jenderal PPM & PLP, Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan” Jakarta.
Kowalak, J. P., Welsh., Mayer, B. (2011). Buku ajar pathofisiologi, alih
bahasa oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Lisiswanti, R., Dananda, D. N. A. (2016). Upaya penceghan hipertensi.
Jurnal majoriti, Vol : 5, No. 3. (Online). Diakses pada tanggal 10
Februari 2020.
Sudarta & Wayan. (2013). Asuhan keperawatan klien dnegan gangguan
sistem kardiovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Triyanto & Endang. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita
hipertensi secara terpadu. Yogyakarta: Graha ilmu.
Utaminingsih, W. R. (2015). Mengenal & mencegah penyakit diabetes,
hipertensi, jantung dan stroke untuk hidup lebih berkualitas.
Yogyakarta: Media ilmu.
Materi Penyuluhan Pencegahan dan Penanganan
Hipertensi

A. Definisi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan maupun angka kematian, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih
dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan
sistolik 150-155 mmHg diangga masih normal pada lansia (Sudarta,
2013).
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan hipertensi merupakan
gangguan tekanan darah diatas normal yaitu tekanan darah sistolik diatas
140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg.

B. Klasifikasi
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi
primer atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak
diketahui dan hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit
ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung dan gangguan ginjal. Menurut
JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan
tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang
berbeda (Indrayani, 2009).
Klasifikasi berdasarkan tinggi rendahnya tekanan sistlik dan
diastlik yaitu :

No Klasifikasi Sistolik Diastolik


1 Optimal <120 mmHg <80 mmHg
2 Normal <130 mmHg <85 mmHg
3 Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
4 Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
5 Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
6 Hipertensi berat >180 mmHg >110 mmHg

C. Penyebab
1. Penyebab yang dapat dirubah
a. Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko yang berpengaruh
terhadap hipertensi karena dengan bertambahanya usia maka
semakin tinggi pula risiko mendapatkan hipertensi (Triyanto,
2014).
b. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap
hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui
syaraf simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas syaraf
simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(Triyanto, 2014).
c. Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah
kegemukkan atau obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi
memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki
berat badan normal (Triyanto, 2014).
d. Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulasi pelepasan
katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial
serta terjadi fase kontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah
(Ardiansyah, 2012).
e. Kopi
Kandungan kafein dalam kopi menstimulus sistem syaraf simpatis
dan menyebabkan pembuluh darah mengalami kontriksi disusul
dengan terjadinya peningkatan tekanan darah (Blush, 2014).
2. Penyebab yang tidak dapat dirubah
a. Genetik
Riwayat keluarga yang menderita hipertensu menjadi pemicu
seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut
penyakit turunan (Triyanto, 2014).
b. Ras
Orang yang berkulit hitam memiliki risiko yang lebih besar untuk
menderita hipertensi (Kowalak, Weish, dan Mayer, 2011).

D. Tanda dan gejala


Pada sebagian besar penederita hipertensi tidak menimbulkan
gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi secara
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang diamaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah normal.
Pada hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati dapat
menimbulkan gejala berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual dan atau muntah
4. Sesak nafas
5. Gelisah
6. Pandangan kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.
7. Penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan
otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan
penanganan segera (Utaminingsih, 2015).

E. Pencegahan dan Penanganan Hipertensi


1. Pencegahan hipertensi menurut Lisiswanti (2016) yaitu :
a. Olahraga teratur
Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan latihan
aerobik karena dapat menurunkan tehakan darah 5-7 mmHg pada
orang dewasa dengan hipertensi. Contoh kegiatan aerobik dapat
berupa berjalan, jogging, bersepeda dan berenang setidaknya 30
menit per hari.
b. Gizi seimbang
Modifikasi gaya hidup yaitu dengan penurunan berat
badan, penerapan perencanaan makan, pembatasan asupan garam
NaCl dan membatasi asupan alkohol. Diit makanan yang dapat
dilakukan yaitu dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan
sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahnya serta kacang-
kacangan. Diit ini mengandung tinggi kalium, fosfor, dan protein
sehingga perlu dipertimbangkan untuk pasien dengan gangguan
penurunan fungsi ginjal.
c. Pemberian obat anti hipertensi.
d. Menghindari merokok.
e. Istirahat yang cukup.
f. Pengendalian stress.
2. Penanganan hipertensi pada lansia
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal
sebelum penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu
diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan
lansia hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini
dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita.
Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan
hipertensi. Menurut beberapa ahli, pengobatan nonfarmakologis sama
pentingnya dengan pengobatan farmakologis, terutama pada
pengobatan hipertensi derajat I. Pada hipertensi derajat I, pengobatan
secara nonfarmakologis kadang-kadang dapat mengendalikan tekanan
darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau
pemberiannya dapat ditunda. Jika obat antihipertensi diperlukan,
pengobatan nonfarmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. Pendekatan
nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
a. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan beban kerja jantung.
b. Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan
aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah,
dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang
baik dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk
olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat
menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu
turun.
c. Perubahan pola makan
1) Mengurangi asupan garam
Beberapa cara yang dapat dilakukan:
a) Perbanyak makanan segar, kurangi makan yang diproses.
b) Pilihlah produk dengan natrium rendah.
c) Jangan menambah garam pada makanan saat memasak.
d) Jangan menambah garam saat di meja makan.
e) Batasi penggunaan saus-sausan.
f) Bilaslah makanan dalam kaleng.
2) Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam
makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan
konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari
minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber
dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
3) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu
rendah lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral
bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat
kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan
mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi
kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan
darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur
(banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak
mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu
mengandung banyak kalsium.
d. Menghilangkan stress
Cara untuk menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup
dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari
dapat meringankan beban stres.
Perubahan-perubahan itu ialah:
1) Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk
kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara
atau kita terpaksa harus terburu-buru untuk tepat waktu
memenuhi suatu janji atau aktifitas.
2) Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.
3) Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
4) Siapkan cadangan untuk keuangan
5) Berolahraga.
6) Makanlah yang benar
7) Tidur yang cukup.
8) Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang
dilanda stres.
9) Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.
10) Binalah hubungan sosial yang baik.
11) Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan
perasaan kritis atau negatif terhadap diri sendiri. Sediakan
waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus.
12) Carilah humor.
13) Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.
ABSENSI PESERTA PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA

Hari/Tanggal :
Di .........................................................................................

NAMA Alamat TTD

Anda mungkin juga menyukai