Anda di halaman 1dari 11

Dosen pembimbing : Ikes Dwiastuti, S.Km.

epid

Mata kuliah : Biostatistik

UJI BEDA PROPORSI,KONSEP UJI HIPOTESIS BEDA SATU PROPORSI

OLEH :
Kelompok 1

Aisyah Afsari K.16.01.002

Arfan Sulaiman` K.16.01.004

Eka K.16.01.007

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) MEGA BUANA PALOPO
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini. Dalam proses penyusunan tugas
ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun berkat dukungan materil dari
berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup
baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya
tugas ini.

Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat penyusun harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan
penyusun semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca lain pada umumnya.

Palopo,02 december 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I ....................................................................................................................
a. Latar belakang ...........................................................................................
b. Rumusan masalah......................................................................................
c. Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................


a. Uji Beda Proporsi ......................................................................................
b. Konsep Uji Hipotesis Beda Satu Proporsi ................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................
a. Kesimpulan ...............................................................................................
b. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bab-bab yang telah lalu kita telah mempelajari analisis data dari
data numeric , bagaimana kalau data terdiri dari kata kategorik. Di dalam
mempelajari statistic deskriptif data yang berasal dari skala ukuran nominal
dan ordinal akan membentuk data kategori, contoh, Golongan darah terdiri
dari empat kategori (O,A,B,AB). Kepada responden suatu penelitian
ditanyakan apakah merekah merokok atau tidak, mungkin didapatkan dua
kategori perokok dan bukan perokok. Misalnya dari 50 orang yang ditanyakan
15 orang merokok, didapatkan proporsi perokok adalah (x/n) = 15/50 = 0,3 (p)
sedangkan proporsi bukan perokok adalah (1-p) = 1-0,3 = 0,7. Biasa juga
disimbolkan dengan (q).
Dasar analisis data kategorik adalah pendekatan distribusi binominal kepada
distribusi normal, hal ini dapat dilakukan apabila jumlah sampel (n) cukup
besar dan np ≥ 5 atau n (1-p) ≥ 5. Pendekatan ke distribusi normal diperlukan
dua parameter, yaitu mean dan standar deviasi untuk data proporsi.
X = np s = √np ( 1-p) = √npq
Untuk melakukan inferensi data proporsi, di perlukan distribusi sampling
harga proporsi. Sama dengan distribusi sampling harga mean menurut central
limit theorem adalah:
1. Proporsi dari distribusi sampling harga proporsi akan sama dengan
proporsi populasi (𝜋)
2. Standar deviasi distribusi sampling proporsi (Standar Eror)
3. Distribusi sampling harga proporsi membentuk distribusi normal
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana uji beda proporsi ?
2. Bagamana konsep uji hipotesis beda satu proporsi ?
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui uji beda proporsi
2. Mampu mengetahui konsep uji hipotesis beda satu proporsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Uji Beda Proporsi


a. Etimasi proporsi populasi (dengan confidence interval)
Estimasi proprsi suatu populasi dengan estimasi selang (interval estimate)
prosedurnya sama juga dengan estimasi data numeric:

𝑝𝑞
Rumus : 𝜋 = p ± X1/2𝛼 SE = P ± Z1/2𝛼 √
𝑛

Contoh: Dari suatu penelitian yang dilakukan di puskesmas “PQR” dengan


jumlah sampel 50 ibu hamil yang di ambil secara random didapatkan ibu yang
anemia (Hb ≤ 11 gr%) sebanyak 20 ibu. Di perkirakanlah di populasi wilayah
puskesmas tersebut ibu hamil yang mengalami anemia Confidence interval =
95% 𝛼 = 0,05.
Penyelesaian:
n = 50. X =20 …p=20/50=0,4 berarti q = 1-0,4=0,6 Z1/2𝛼 = 1,96
0,4𝑋0,6
𝜋 = 0,4 ± 1,96 √ 50

= 0,4 ± 0,14
= (0,26 ; 0,54)………CI 95%
Jadi diyakni proporsi ibu hamil yang anemia dipopulasi sinya (puskesmas
“PQR”) terletak antara 0,26 dan 0,54atau di antara 26% s/d 54%.
b. Estimasi perbedaan dua prporsi
Penelitian di puskesmas lain (puskesmas “XYZ”) dari 30 sampel ibu
hamil didapatkan 15 ibu menderita anemia. Kalau dari kedua sampel ini mau
dilihat berapa pernbedaan proporsi anemia pada kedua populasi “PQR” dan
populasi di puskesmas “XYZ” kita berhadapan dengan estimasi perbedaan dua
proporsi.
Contoh:
Puskesmas “PQR” n=50 x=30 p1=30/50=0,3
Puskesmas “XYZ” n=30 x=15 p2=15/30=0,5

Untuk mendapatkan SE, kedua proporsi digabungkan sehingga didapatkan


proporsi gabungan disimbolkan p`

P`= x1+x2

n1+n2 q’ = (1-p’)

untuk permasalahan diatas maka p’ = 20+15

= 0,44 q’ =1-0,44= 0,56

50+30

Rumus:

(ᴫ1-ᴫ2) = (p1-p2) Z1/2aSE

1 1
(ᴫ1-ᴫ2) = (p1-p2) Z1/2a √𝑝′ 𝑞( + 𝑛2)
𝑛1

Kalau dimasukkan nilai yang berasal dari soal diatas maka pada Cl 95%

1 1
(ᴫ1-ᴫ2) = (0,3-0,5) ± 1.96 √0,44𝑥0,56( + 30)
50

= -0,2 ± 0,23

= (-0,46 ; 0,03) ……Cl 95%

c. Uji hipotesis perbandingan satu proporsi


Suatu sampel yang diambil dari sekelompok mahasiswa (75 orang)
didapatkan 35 orang perokok. Kalau di dalam masyarakat umum diketahui
bahwa proporsi perokok adalah 0,25 apakah kesimpulan peneliti terhadap
sampel yang diambil dari mahasiswa tersebut ± = 0,05.
Dalam hal ini akan dilakukan uji hipotesis apakah ada perbedaan
antara proporsi sampel dan proporsi populasi, seperti juga pada data
numerik langkah ujinya :
1. Hipotesis nol tidak ada perbedaan proporsi perokok antara kelompok
mahasiswa dan populasi, hipotesis alternatif ada perbedaan proporsi
perokok pada sampel dan populasi.
2. Batas kritis alfa = 0,05
3. Uji yang akan dilakukan adalah uji Z dan untuk SE karena ada sampel
dan ada populasi yang dipakai adalah proporsi populasi
Rumus : Z = p-ᴫ
√ᴫ(1 − 𝑛)
n
sampel: x=35 n=75 p(perokok) =35/75=0,47
Z = 0,47 – 0,25 = 022 = 4,4 …… pv = 0,0000-
√0,25𝑥0,75 0,05
75
4. Dari nilai pv keputusan uji adalah Ho ditolak
5. Kesimpulan ada perbedaan yang signifikan proporsi perokok antara
sampel (mahasiswa) dan populasi (masyarakat umum)

d. Uji hipotesiss perbandingan dua proporsi


Kalau ada dua simpel atau dua populasi yang berbeda proporsi dari
suatu peristiwa dapat dilakukan uji apakah perbedaan antara dua proporsi
tersebut diatas signifikan atau bukan (perbedaan hanya secara kebetulan=
by chance)
Contoh : dari sampel yang terdiri dari dua kelompok mahasiswaa,
kelompiok pertama 50 orang, kelompok kedua adalah sebanyak 80 orang
didapatkan 30 orang perokok. Pertanyaannya apakah perbedan kedua
kelompok mahasiswa ini dalam hal merokok.
Penyelesaian :
Kelompok I n=50 p1=xl/n1= 15/50= 0,30 ql=0,70
Kelompok II n=80 p2=x2/n2= 30/80= 0,38 q2=0,62
Penyelesaian :
1. Ho ….p1 = p2 Ha ….. p1≠ p2
2. ∝ = 0,05
3. Uji yang dilakukan adalah uji Z
Z = P1-P2
SE
SE adalah gabungan dari kedua sampel p’
P’ = x1+x2 SE = √𝑝′ 𝑞 ′ (1 + 1)
n1+n2 n1 n2
p’ = (15+30)/ (50+80) = 0,35…… q’ = 0,65

Z = 0,3 – 0,38 = − 0,08 = −0,73 ………. Pv=0,233


√0,35x0,65 (1 + 1 ) 0,11
50 80
4. Dari nilai pv>0,05 …… Ho gagal ditolak
5. Kesimpulan, tidak ada perbedaan proporsi perokok antara dua
kelompok mahasiswa tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dasar analisis data kategorik adalah pendekatan distribusi binominal
kepada distribusi normal, hal ini dapat dilakukan apabila jumlah sampel (n)
cukup besar dan np ≥ 5 atau n (1-p) ≥ 5. Pendekatan ke distribusi normal
diperlukan dua parameter, yaitu mean dan standar deviasi untuk data proporsi.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika mkalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta krtitik yang
membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Luknis Sabri, Susanto Priyo Hastono, 2018. Statistik kesehatan

Anda mungkin juga menyukai