Anda di halaman 1dari 79

SALURAN DISTRIBUSI BUBUK KOPI CV.

KIN-NIKKO 2001
KENAGARIAN TABEK PATAH KABUPATEN TANAH DATAR
Oleh : Cindy Agustine
(Di bawah bimbingan Sri Nofianti, SP., M.Si)
RINGKASAN
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah
produk termasuk bubuk kopi adalah pemilihan saluran distribusi yang tepat.
Saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai
kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan barang atau jasa dari produsen
ke konsumen. Sebagai produsen yang menghasilkan bubuk kopi tentunya CV.
Kin-Nikko 2001 juga melakukan pemilihan saluran distribusi yang akan
digunakan untuk memasarkan bubuk kopi agar sampai ketangan konsumen secara
efektif dan efisien.
Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan
Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilakukan di CV. Kin-Nikko
2001 yang berlokasi di Kenagarian Tabek Patah, Kecamatan Salimpauang,
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Adapun tujuan dari penulisan
Laporan Tugas Akhir ini adalah mengetahui penerapan jenis saluran distribusi
bubuk kopi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan saluran
distribusi bubuk kopi CV. Kin-Nikko 2001. Kegiatan PKPM ini dimulai pada
tanggal 27 Februari – 06 Mei 2017. Data yang digunakan dalam penulisan tugas
akhir ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang
penulis gunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yaitu wawancara,
observasi, studi pustaka dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil PKPM yang dilakukan, CV. Kin-Nikko 2001
menggunakan 2 jenis saluran distribusi yaitu saluran distribusi langsung dan
saluran distribusi tidak langsung. Untuk saluran distribusi tidak langsung
menggunakan tingkat saluran yaitu saluran tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3.
Masing-masing saluran menggunakan lembaga perantara seperti pedagang besar
dan pedagang pengecer, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
saluran tersebut berupa sifat produk, skala produksi dan jumlah pembeli potensial.
Dengan melakukan pemasaran produk bubuk kopi secara langsung dan tidak
langsung, maka permintaan konsumen akan bubuk kopi di wilayah pemasaran
dapat terpenuhi. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola saluran
distribusi produknya dengan baik, agar perusahaan mampu meningkatkan
penjualan yang pada akhirnya dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan
serta memperluas daerah jangkauan pemasaran.
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis Cindy Agustine. Lahir pada tanggal

30 Agustus 1995 di Kisaran, Sumatera Utara. Penulis

merupakan anak dari Bapak Suyono dan Ibu Erna

Rusmawati serta anak kedua dari empat bersaudara. Penulis

beragama Islam dan memiliki satu orang saudara

perempuan dan dua orang saudara laki-laki. Alamat penulis

sekarang ini adalah di Sukadamai, Kecamatan Pulo Bandring, Kabupaten

Asahan. Riwayat Pendidikan Penulis yaitu SD Negeri 010062 (2002–2008), SMP

Negeri 2 Pulo Bandring (2008-2011), SMA Negeri 3 Kisaran (2011-2014) dan

melanjutkan Pendidikan Diploma III (D-III) di Politeknik Pertanian Negeri

Payakumbuh (2014-2017) dengan mengambil Program Studi Agribisnis

Pertanian. Penulis melakukan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa di CV. Kin-

Nikko 2001 yang berlokasi di Kenagarian Tabek Patah, Kecamatan Salimpaung,

Kabupaten Tanah Datar, serta menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Saluran

Distribusi Bubuk Kopi CV. Kin-Nikko 2001 Kenagarian Tabek Patah

Kabupaten Tanah Datar”.


Laporan Tugas Akhir 1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan berperan

penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai

sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi satu setengah

juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2005). Selain itu, kopi juga

merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukan

bahwa Indonesia mengekspor kopi keberbagai negara senilai US$ 499.612.731

(Pusat Data Dan Statistik Pertanian, 2015). Negara utama tujuan ekspor kopi

Indonesia adalah Amerika Serikat dengan share rata-rata sebesar 19,35 persen

dari total ekspor kopi Indonesia. Untuk kawasan Asia yakni negara Jepang dengan

share rata-rata 14,35. Sedangkan untuk ekspor kopi Indonesia di daerah Eropa,

yaitu Jerman dan Italia dengan share rata-rata 15,88 persen dan 6,71 persen

(Hadiutomo, 2010).

Diluar dan dalam negeri kopi juga sudah lama dikenal oleh masyarakat,

sehingga prospek industri pengolahan kopi sangat baik untuk diusahakan. Salah

satu industri pengolahan kopi yang berkembang di Indonesia khususnya daerah

Sumatera Barat adalah CV. Kin- Nikko 2001, yang dikenal sebagai pelopor

industri pasca panen di Nagari Tabek Patah, Kecamatan Salimpauang, Kabupaten

Tanah Datar. Kopi kiniko merupakan kopi olahan tradisional yang terbuat dari

kopi robusta dengan pengolahan sederhana dan dapat menghasilkan bubuk kopi

yang halus.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 2

Dalam pemasaran produk ke konsumen, CV. Kin-Nikko 2001 tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan saluran distribusi, tanpa adanya kegiatan distribusi tidak

akan ada penyaluran hasil produksi kepada konsumen. Kegiatan saluran distribusi

mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan jumlah dan kualitas

penjualan. Saluran distribusi dianggap penting karena distribusi merupakan ujung

tombak kemajuan perusahaan, karena saluran distribusi sangat menentukan

bagaimana produk sampai ketangan konsumen.

Bubuk kopi kiniko merupakan produk unggulan dari CV. Kin-Nikko 2001

dari produk-produk minuman lainnya seperti kopi spesial, serbat, ramuan pinang,

kopi pinang, kopi jahe dan coffea beans. Bubuk kopi kiniko memiliki citarasa

yang gurih dan memiliki kadar asam yang rendah, sehingga bubuk kopi kiniko ini

banyak diminati oleh kalangan masyarakat, karena sesuai dengan selera konsumen

serta aman untuk dikonsumsi. Selain itu, Bubuk kopi kiniko juga merupakan

produk minuman yang paling banyak terjual dengan rata-rata penjualan 4.019,3

kg perbulannya dibandingkan produk minuman lainnya di Kiniko. Data penjualan

untuk masing-masing produk minuman dapat dilihat pada lampiran 1. Selain

merupakan produk minuman yang paling banyak terjual, bubuk kopi kiniko juga

merupakan produk minuman dengan jumlah yang paling banyak diproduksi oleh

pihak perusahaan, yaitu rata-rata hasil produksi mencapai 1 ton bubuk

kopi/minggu, sehingga dalam kegiatan pemasaran produknya, bubuk kopi kiniko

menggunakan tingkat saluran distribusi terbanyak dibandingkan produk-produk

kiniko lainnya. Maka dari itu, pihak perusahaan harus memilih dan menggunakan

saluran distribusi yang tepat dalam menyalurkan produk sampai ketangan

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 3

konsumen, agar pihak perusahaan mendapatkan keuntungan serta memperluas

daerah jangkauan pemasaran.

Saluran distribusi adalah lembaga–lembaga penyalur yang mempunyai

kegiatan untuk menyalurkan/menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke

konsumen, sehingga distribusi sangat berpengaruh pada cepat atau lambatnya

suatu produk sampai ketangan konsumen. Distributor–distributor bekerja secara

aktif untuk mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti

agar barang–barang dapat dibeli oleh konsumen. Dengan adanya saluran distribusi

yang baik, maka penyebaran produk serta jangkauan ke daerah pemasaran

semakin luas. Semakin baiknya saluran distribusi yang digunakan oleh produsen

terhadap konsumen, maka akan semakin banyak konsumen yang dapat direbut

(Kotler, 2007). Disamping itu, keterlambatan yang terjadi pada proses distribusi

akan dapat mengganggu operasi perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu,

perusahaan harus mampu memiliki dan mengelola saluran distribusi produknya

agar perusahaan mampu meningkatkan penjualan dan pada akhirnya dapat

menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Dengan adanya saluran distribusi ini, maka pihak perusahaan dapat memilih

serta menggunakan saluran distribusi yang ada secara tepat, hal ini tentu

tergantung pada tujuan-tujuan skala usaha perusahaan. Demikian juga CV Kin-

Nikko 2001 dalam menyalurkan hasil produk bubuk kopinya ke tangan

konsumen, tentunya menggunakan saluran distribusi pemasaran yang cocok

dengan tujuan perusahaannya. Dari uraian diatas maka penulis merasa tertarik

untuk membahas lebih lanjut sebuah laporan tentang CV. Kin-Nikko 2001 yang

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 4

berjudul SALURAN DISTRIBUSI BUBUK KOPI CV. KIN-NIKKO 2001

KENAGARIAN TABEK PATAH KABUPATEN TANAH DATAR.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui penerapan jenis saluran distribusi bubuk kopi CV. Kin-Nikko

2001

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan saluran distribusi

bubuk kopi CV. Kin-Nikko 2001

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Produk

2.1.1 Kopi

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam family

Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan mencapai tinggi 12 m

(Danarti & Najiyati, 2008). Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang

mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi dipasaran dunia, disamping

merupakan salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat.

Sudah hampir tiga abad kopi diusahakan penanamannya di Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri (Siswoputranto,

2008). Lebih dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh masyarakat. Di dunia

perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering

dibudidayakan adalah kopi arabika, kopi robusta dan kopi liberika (Danarti &

Najiyati, 2008).

Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo, (2005) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionita
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Astridae
Ordo : Rubiaceace
Genus : Coffea
Spesies : Coffea robusta

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 6

2.1.2 Agroekosistem Tanaman Kopi

Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh iklim

dan tanah. Tanah yang dibutuhkan untuk tanaman kopi berbeda-beda menurut

keadaan darimana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki

tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur dan banyak mengandung humus.

Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang lebih tinggi, yang berarti tanah

dengan sistem drainase yang kurang baik dan tanah liat berat tidak cocok untuk

pertumbuhan tanaman kopi. Selain itu, tanaman kopi menghendaki kondisi tanah

dengan reaksi yang agak asam dengan ph 5,5-6,5. Akan tetapi, hasil yang lebih

optimum sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam dengan keadaan

fisik yang baik (Rumah Kopi, 2012).

Suhu mempunyai korelasi yang erat dengan ketinggian tempat, sehingga

pengembangan tanaman kopi yang menghendaki suhu tertentu untuk masing-

masing jenis tanaman kopi perlu diketahui dengan baik. Faktor suhu berperan

penting terhadap masa pertumbuhan vegetatif, makin tinggi elevasi akan makin

lambat pertumbuhan kopi yang pada akhirnya akan mempengaruhi umur tanaman

kopi saat produktif.

Tanaman kopi akan tumbuh baik bila suplai air cukup tersedia, walaupun

kelembapan yang rendah, udara yang sangat kering selama periode pertumbuhan

dan perkembangan tanaman kopi akan menyebabkan penurunan hasil. Sebaliknya

kelembapan berlebihan akan merangsang pertumbuhan jamur yang serius bagi

tanaman kopi. Untuk itu upaya pengaturan kelembapan perlu dilakukan dengan

mengatur naungan (Syamsulbahari,2012).

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 7

2.1.3 Jenis-Jenis Kopi

Menurut Syakir (2010), terdapat tiga jenis kopi yang telah dibudidayakan,
yakni:

1. Kopi Arabika

Kopi arabika (coffea arabica) merupakan jenis kopi yang paling disukai

karena rasanya dinilai paling baik. Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam

diketinggian 1000-2100 mdpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian

diatas 800 mdpl. Bila ditanam didataran yang lebih rendah, jenis kopi ini sangat

rentan terhadap penyakit HV.

Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah.

Meski memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tapi mutu biji kopi yang

dihasilkan jauh lebih baik.

2. Kopi Robusta

Kopi robusta (coffea canephora) lebih toleran terhadap ketinggian lahan

budidaya. Jenis kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400-800 mdpl dengan suhu

21-24 0C. Budidaya jenis kopi inisangat cocok dilakukan didataran rendah dimana

kopi arabika rentan terhadap serangan penyakit HV.

Para penggemar kopi menghargai robusta lebih rendah dari arabika.

Karena harganya yang murah, para petani seringkali mengolah biji kopi robusta

dengan proses kering yang lebih rendah biaya.

3. Kopi Liberika

Kopi liberika (coffea liberica) bias tumbuh dengan baik didataran rendah,

dimana robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan

terhadap penyakit HV dibandingkan jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 8

keunggulan dari kopi liberika. Ukuran daun, percabangan dan tinggi pohon jenis

kopi liberika lebih besar dari arabika dan robusta. Kopi liberika mutunya dianggap

lebih rendah dari robusta dan arabika.

2.1.4 Proses Pengolahan Kopi

Menurut siswoputranto (2005), proses pengolahan kopi bertujuan

memisahkan biji kopi dari kulitnya dan pengeringan dengan kadar air 10-13%.

Pengolahan kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Pengolahan Basah

Pada prinsipnya pengolahan kopi secara basah dalam prosesnya banyak

menggunakan air. Proses ini dimulai dengan pemanenan yang baik,

dimana biji kopi difermentasi dengan air selama kuran lebih 72 jam.

Pengolahan basah dengan cara difermentasi dimaksudkan untuk

membentuk unsur-unsur citarasa khas dari kopi.

2. Pengolahan Kering

Pengolahan cara kering biasanya digunakan untuk jenis kopi robusta,

karena tanpa proses fermentasi sudah dapat diperoleh mutu yang baik.

Dengan metode kering, biji kopi yang telah dipetik dibentangkan pada

tikar khusus dan biarkan untuk terjemur sinar matahari selama 2-3 minggu.

2.1 Saluran Distribusi Pemasaran

2.2.1 Pengertian Saluran Distribusi

Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang bertujuan menciptakan nilai

tambah produk melalui fungsi pemasaran dengan menyalurkan, menyebarkan,

mengirimkan atau menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen,

yang digunakan sesuai keperluan (jenis, jumlah, harga, tempat dan waktu). Proses

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 9

ini memperlancar arus pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non

fisik.

Menurut Kotler (2002) saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi

yang saling tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa

siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam proses tersebut terdapat lembaga-

lembaga mulai dari produsen, lembaga perantara, hingga konsumen akhir. Karena

adanya perbedaan jarak dari lokasi produsen ke lokasi konsumen, maka fungsi

lembaga perantara sering diharapkan kehadirannya untuk membantu penyaluran

barang dari produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dengan

konsumen, maka saluran pemsaran yang terbentukpun akan semakin panjang.

Perantara memiliki keunggulan yang didasarkan pada kemampuan untuk

melakukan efisiensi dan membuat produk tersedia secara luas dan terjangkau oleh

pasar sasaran.

Sementara menurut Firdaus (2008) saluran distribusi adalah seperangkat

atau sekelompok organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses yang

memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi penggunaan atau konsumsi

oleh konsumen.

2.2.2 Jenis Saluran Distribusi

Menurut Dwiyanto (2005) Terdapat dua macam saluran distribusi dengan

kelebihan dan kelemahan masing-masing , yaitu:

1) Saluran Distribusi Langsung

Dalam distribusi langsung produsen melakukan transaksi langsung dengan

konsumen tanpa melalui perantara atau penyalur. Keuntungan menggunakan

distribusi langsung adalah ketika produsen menjual langsung kepada konsumen,

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 10

sehingga mempunyai kontrol penuh. Adapun kelebihan dan kelemahan dari

penggunaan saluran distribusi langsung ini adalah:

a) Kelebihan:

 Harga produk lebih murah

Dengan melakukan pemasaran secara langsung maka biaya-biaya yang

ditimbulkan akibat perpindahan produk dari beberapa saluran distribusi dapat

dihindari sehingga harga jual yang sampai ditangan konsumen akan lebih murah.

 Risiko rusak kecil

Produk yang dijual secara langsung kepada konsumen akan langsung

diterima dan digunakan oleh konsumen. Sehingga akan mengurangi resiko

kerusakan produk.

 Waktu pengiriman cepat dan konsumen dapat menikmati produk yang

dipesan dengan cepat

Dengan pemasaran secara langsung konsumen dapat menerima produk

dalam waktu cepat tanpa melalui perantara, sehingga konsumen pun dapat

menikmati produk yang dipesan dengan cepat.

b) Kelemahan:

 Perusahaan harus melakukan kontak penjualan lebih banyak

Tanpa adanya perantara maka produsen harus melakukan kontak dengan

setiap konsumen yang membeli produk mereka. Sehingga kontak penjualan antara

konsumen dan produsen terjadi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan

dengan pemasaran secara tidak langsung. Dalam pemasaran tidak langsung

produsen cukup melakukan kontak dengan beberapa pedagang perantara yang

memasarkan produk mereka.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 11

2) Saluran Distribusi Tidak Langsung

Dalam distribusi tidak langsung, produsen dalam menyalurkan produknya

melalui perantara kemudian dari perantara disalurkan kepada konsumen akhir.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari suluran distribusi tidak langsung ini

adalah:

a) Kelebihan:

 Mengurangi tugas produsen dalam kegiatan distribusi untuk mencapai

konsumen

Dengan adanya pedagang perantara maka kontak penjualan yang terjadi

antara produsen dan konsumen akan lebih sedikit dibandingkan jika produsen

melakukan penjualan secara langsung. Sehingga dengan menggunakan pedagang

perantara atau melakukan penjualan secara tidak langsung maka akan mengurangi

jumlah pekerjaan yang harus dilakukan produsen. Disamping itu, produsen juga

tidak perlu melakukan, kegiatan promosi terhadap produknya, karena tugas

tersebut akan diambil oleh pedagang perantara.

 Perantara dapat membantu di bidang penyimpanan dengan menyediakan

fasilitas-fasilitas penyimpanan

Salah satu alasan produsen menggunakan pedagang perantara dalam

memasarkan produknya adalah untuk mencegah dan mengurangi produk pada

kerusakan. Dengan adanya fasilitas penyimpanan yang disediakan perantara,

maka kualitas produk hingga sampai ketangan konsumen dapat dijaga.

 Membantu di bidang keuangan dengan menyediakan sejumlah dana untuk

melakukan pembelian tunai dari produsen

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 12

Pedagang perantara biasanya melakukan pembelian produk secara tunai dari

produsen. Sehingga hasil penjualan produk tersebut dapat digunakan kembali oleh

produsen sebagai modal untuk kegiatan produksi berikutnya.

 Membantu kegiatan pomosi, pencarian konsumen dan menyediakan

informasi

Dengan menjual produk kepada pedagang perantara maka tugas-tugas

pemasaran seperti promosi, pencarian konsumen, dan penyediaan informasi akan

dilakukan oleh pedagang perantara. Produsen hanya bertugas menghasilkan

produk yang dibutuhkan oleh konsumen.

b) Kelemahan

 Waktu sampai ke konsumen lama

Semakin panjang rantai pemasaran suatu produk maka semakin lama produk

tersebut akan diterima oleh konsumen. Jika produk dipasarkan secara langsung

oleh produsen, maka produk tersebut langsung diterima oleh konsumen. Namun,

dengan adanya pedagang perantara, maka produk dari produsen akan disalurkan

terlebih dahulu kepada pedagang perantara kemudian baru mencapai konsumen

akhir.

 Bisa jadi harga produk semakin mahal

Dengan bertambahnya saluran pemasaran, maka akan menimbulkan biaya

tambahan disetiap saluran distribusi. Sehingga harga jual produk saat sampai

ditangan konsumen akan lebih mahal dibandingkan dengan harga jika pemasaran

dilakukan secara langsung.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 13

2.2.3 Jenis-Jenis Barang pada Saluran Distribusi

Menurut Kotler (2007) jenis barang pada saluran distribusi bedakan menjadi

2 golongan yaitu :

a. Saluran Distribusi Barang Konsumen

Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan

konsumen akhir sendiri bukan untuk tujuan bisnis.

Macam-macam saluran distribusi barang konsumen :

1. Produsen-Konsumen (saluran nol tingkat)

Saluran ini merupakan saluran distribusi langsung atau penjualan

dilakukan secara langsung kepada konsumen tanpa melalui perantara.

2. Produsen-Pengecer-Konsumen (saluran satu tingkat)

Saluran ini disebut dengan saluran distribusi tidak langsung, karena

pedagang pengecer melakukan pembelian kepada produsen.

3. Produsen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen (saluran dua tingkat)

Saluran ini disebut dengan saluran distribusi tradisional. Disini produsen

hanya melayani penjualan dalam jumlah besar ke pedagang besar saja,

sedangkan pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar dan

pembelian oleh konsumen dilayani oleh pedagang pengecer.

4. Produsen-Agen-Pedagang Besar-Pedagang Pengecer-Konsumen (saluran

tiga tingkat)

Pada saluran ini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Sasaran

penjualannya terutama ditujukan kepada pedagang pengecer besar.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 14

Menurut Kotler dan Keller (2007), saluran distribusi barang konsumen

dapat digambarkan sebagai berikut :

Saluran tingkat 0 Saluran tingkat 1 Saluran tingkat 2 Saluran tingkat 3

Produsen Produsen Produsen Produsen

Pengecer Pedagang Besar Agen

Pengecer Pedagang Besar

Pengecer

Konsumen

Gambar 1. Saluran Distribusi untuk Barang Konsumen

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 15

b. Saluran Distribusi Barang Industrial

Barang industrial adalah produk atau jasa yang dibeli untuk digunakan

dalam proses produksi barang atau jasa lainnya dalam operasi bisnis atau

dijual kembali kepada konsumen.

Macam-macam saluran distribusi barang industri :

1. Produsen-Pemakai Industrial (saluran nol tingkat)

Saluran ini merupakan distribusi langsung yang dipakai produsen jika

transaksi penjualan kepada pemakai industrial relative cukup besar.

2. Produsen-Distributor Industrial- Pemakai Industrial (saluran satu tingkat)

Produsen barang-barang jenis ini, perlengkapan operasi dan

perlengkapan aksesorinya kecil sehingga dapat menggunakan distributor

industrial untuk mencapai pasarnya.

3. Produsen-Distributor Industrial-Pengecer-Pemakai Industrial (saluran

dua tingkat)

Saluran ini dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen

pemasaran, dan juga perusahaan yang ingin memperkenalkan barang

baru untuk daerah pemasaran baru.

4. Produsen-Agen-Distributor Industrial-Pengecer-Pemakai Industrial

(saluran tiga tingkat)

Saluran distributor ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan

pertimbangan yaitu bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk

dipasarkan secara langsung

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 16

Menurut Kotler dan Keller (2007), saluran distribusi barang industri dapat

digambarkan sebagai berikut :

Saluran tingkat 0 Saluran tingkat 1 Saluran tingkat 2 Saluran tingkat 3

Produsen Produsen Produsen Produsen

Distributor Industrial Distributor Industrial Agen

Pengecer Distributor Industri

Pengecer

Pemakai Industrial

Gambar 2. Saluran Distribusi untuk Barang Industrial

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 17

2. 2.4 Strategi Saluran Distribusi

Menurut Kotler (2006) dalam menentukan jumlah perantara yang digunakan

pada setiap saluran terdapat 3 strategi yaitu :

a. Distribusi Intensif

Strategi distribusi intensif yaitu strategi distribusi dengan menempatkan

produk sebanyak mungkin dibeberapa toko melalui pengecer dalam jumlah yang

banyak, sehingga dapat menciptakan sebuah merek dan dapat dikenal serta mudah

didapat. Strategi ini biasanya digunakan untuk barang kebutuhan sehari-hari dan

barang mentah.

b. Distribusi Ekslusif

Strategi distribusi ekslusif merupakan strategi distribusi dengan cara

melimpahkan hak-hak eksklusif kepada sejumlah penyalur untuk

mendistribusikan sebuah produk dalam wilayah mereka sendiri. Tujuannya adalah

agar para penyalur tidak saling bersaing. Dengan menggunakan strategi ini,

produsen berharap dapat melakukan penjualan yang lebih terkendali sehingga

dapat mengawasi kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh perantara dalam

menentukan harga, promosi, kredit dan jasa-jasa lain. Selain itu dengan

menerapkan strategi ekslusif, diharapkan perusahaan dapat meningkatkan citra

produk dan dapat menaikan harga. Biasanya saluran ini dipakai untuk

memasarkan produk baru seperti barang shopping.

c. Distribusi selektif

Merupakan strategi yang dilakukan oleh produsen dengan menggunakan

beberapa orang perantara yang bersedia untuk menjual produk-produk tertentu

(khusus). Dengan menggunakan strategi ini perusahaan tidak memerlukan banyak

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 18

tenaga kerja untuk menjaga toko-toko, sehingga keuntungan yang diperoleh bisa

lebih besar. Selain itu cara ini juga dapat menciptakan hubungan baik antara

produsen dengan para perantara tertentu. Dengan melakukan distribusi selektif ini,

maka dapat memungkinkan produsen untuk meraih ruang lingkup pasar yang

cukup besar dengan pengawasan yang lebih baik juga dengan biaya yang lebih

sedikit.

Perantara dapat dibedakan berdasarkan hak kepemilikan barang menjadi dua

golongan, yaitu pedagang perantara (merchant middleman) dan agen perantara

(agent middleman), bentuk-bentuk perantara diuraikan sebagai berikut :

1. Merchant Middleman (Pedagang Perantara)

Menurut Tjiptono dan Fandy (2008) merchant middleman adalah perantara

yang memiliki barang (dengan membeli dari produsen) untuk kemudian dijual

kembali. Merchant Middleman disebut juga pedagang, dimana sebagai perantara

yang bertindak atas nama sendiri untuk keperluan sendiri dalam hal menjual atau

membeli barang atau jasa. Dimana hal ini terjadi pemindahan kepemilikan dan

keuntungan yang didapatnya berupa laba. Adapun lembaga-lembaga yang

termasuk dalam golongan perantara pedagang adalah :

a. Pedagang besar (wholesaler)

Pedagang besar merupakan pedagang perantara yang melakukan kegiatan

perdagangan besar yang membeli dan menjual kembali barang-barang kepada

pengecer dan pedagang lain. Pedagang besar tidak melakukan penjualan eceran

kepada konsumen akhir.

Menurut Tjiptono (2008), pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang

membeli, mengambil kepemilikan, biasanya melakukan penyimpanan dan

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 19

penanganan barang secara fisik dalam jumlah yang besar, dan menjual barang-

barang tersebut (biasanya dalam jumlah yang lebih kecil) kepada pengecer atau

kepada pemakai industrial atau pemakai bisnis.

b. Pengecer (retailer)

Yaitu pedagang perantara yang melakukan kegiatan yang berhubungan

langsung dengan penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir untuk

keperluan pribadi. Menurut Tjiptono (2008), pengecer adalah perantara pedagang

yang melakukan kegiatan usaha terutama menjual barang kepada konsumen akhir.

2. Agent Middleman (Agen Perantara)

Yaitu perantara yang bertindak bukan atas dirinya sendiri, jadi perantara

tersebut tidak memiliki hak atas barang atau jasa dari perusahaan ke konsumen.

Menurut Tjiptono (2008) agent middleman (broker) adalah perantara yang hanya

mencarikan pembeli, menegosiasikan dan melakukan transaksi atas nama

produsen.

2.2 Faktor-Faktor Pemilihan Saluran Distribusi

Produsen harus memperhatikan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh

dalam pemilihan saluran distribusi. Dalam pemilihan saluran distribusi, setiap

produsen tidak lepas dari faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor tersebut menurut

Tjiptono dan Fandy (2008), yaitu :

a. Pertimbangan Pasar

1. Jenis Pasar

Misalnya untuk mencapai pasar industri, perusahaan tidak akan memerlukan

pengecer.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 20

2. Jumlah Pelanggan Potensial

Jika pelanggan potensial relatif sedikit, maka akan lebih baik bila perusahaan

memakai tenaga penjual sendiri untuk menjual secara langsung kepada pembeli

individu dan pembeli industri. Sebaliknya perusahaan lebih baik menggunakan

perantara jika pelanggan potensial relatif banyak.

3. Jumlah dan Ukuran Pesanan

Sebuah perusahaan manufaktur akan menjual secara langsung pada jaringan

grosir yang besar, karena jumlah pemesanan yang besar menyebabkan bentuk

pemasaran langsung ini lebih banyak (feasible). Sedangkan untuk toko grosir

kecil yang pemesanannya relatif kecil, perusahaan akan menggunakan pedagang

grosir (wholeseller) untuk melakukan penjualan langsung.

b. Pertimbangan Produk

1. Nilai Unit (unit value)

Semakin rendah nilai unit maka saluran distribusinya semakin panjang.

Namun juga produk yang nilai unitnya rendah itu dijual dalam kuantitas besar

atau dikombinasikan dengan barang-barang lain sehingga jumlah pemesanan total

menjadi lebih besar, maka saluran distribusi yang pendek secara ekonomis lebih

feasible. Sementara itu produk yang nilai unitnya tinggi kerap kali dijual melalui

armada penjual perusahaan.

2. Perishability

Untuk produk-produk yang fisiknya mudah rusak dan tidak tahan lama lebih

baik disalurkan melalui saluran distribusi yang pendek.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 21

c. Pertimbangan Perantara

1. Jasa Yang Diberikan Perantara

Produsen hendaknya memilih perantara yang memberi jasa pemasaran yang

tidak bisa dilakukan perusahaan secara teknis maupun ekonomis.

2. Keberadaan Perantara Yang Diinginkan

Kesulitan yang dihadapi adalah bahwa seringkali perantara yang diinginkan

produsen tersebut juga menyalurkan produk-produk yang bersaing dan mereka

tidak bersedia menambah lini produknya.

3. Sikap Perantara Terhadap Kebijakan Perusahaan

Kadang-kadang pilihan saluran distribusi produsen menjadi terbatas karena

kebijakan pemasarannya tidak bisa diterima oleh perantara-perantara tertentu.

d. Pertimbangan Perusahaan

1. Sumber-Sumber Finansial dan Kemampuan Manajemen

Perusahaan yang kuat keuangannya cenderung lebih tertarik untuk

mengorganisasikan armada penjualnya sendiri sehingga mereka relatif kurang

membutuhkan perantara. Pemilihan saluran juga dapat dipengaruhi oleh

pengalaman dan kemampuan pemasaran dari pihak manajemen perusahaan.

Kurangnya pengalaman dari manajemen akan menyebabkan perusahaan lebih

suka memanfaatkan perantara untuk mendistribusikan barangnya.

2. Tingkat Pengendalian yang Diinginkan

Apabila dapat mengendalikan saluran distribusi, maka perusahaan dapat

melakukan promosi yang agresif dan dapat mengawasi kondisi persediaan barang

dan harga eceran produknya. Untuk tujuan ini seringkali perusahaan memilih

saluran distribusi yang pendek, walaupun biayanya tinggi.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 22

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman

Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) tahun ajaran 2016-2017, yang dilaksanakan

selama 2,5 bulan (10 minggu) dimulai dari tanggal 27 Februari – 6 Mei 2017.

PKPM dilakukan di CV. Kin-Niko 2001 yang berada di Kenagarian Tabek Patah,

Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.

3.2 Ruang lingkup

Ruang lingkup masalah yang akan dibahas pada laporan tugas akhir ini

adalah mengetahui saluran distribusi bubuk kopi yang diterapkan perusahaan dan

mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan saluran

distribusi bubuk kopi CV. Kin-Nikko 2001.

3.3 Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang digunakan pada laporan ini terdiri dari data
primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer merupakan referensi utama yang diperoleh dari observasi

langsung di lapangan dan juga dari wawancara dengan pihak perusahaan,

karyawan dan petani atau masyarakat sekitar.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat dari literatur baik buku,

internet, jurnal dan berbagai sumber lainnya yang sesuai judul laporan dan praktek

yang dilakukan, guna menunjang, menguatkan dan mendukung isi laporan ini.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 23

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan laporan tugas

akhir ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi langsung ke lapangan yaitu dengan cara melakukan kegiatan

produksi pengemasan dan pemasaran bubuk kopi, pengamatan dan pencatatan

terhadap kegiatan – kegiatan yang terjadi di CV. Kin-Niko 2001

b. Wawancara yaitu pengumpulan informasi dengan cara melakukan tanya jawab

atau diskusi dengan pimpinan, pembimbing lapang, karyawan, petani dan

masyarakat sekitar

c. Studi pustaka, mempelajari teori-teori dari literatur dan referensi yang berkaitan

kegiatan pengemasan bubuk kopi serta aspek pemasaran

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah CV.Kin-Nikko 2001

Perusahaan kiniko didirikan oleh Drs. Abdul Aziz Idris pada tahun 1981 dan

telah dikeluarkan izin No. 453/3122/VII/86288/1986 sebagai badan usaha kecil

dengan nama Kiniko Enterprise. Usaha ini di mulai dengan keinginan untuk

memajukan ekonomi daerah setempat. Kiniko menyerap dan mengolah hasil

panen dari petani di Tanah Datar dengan harapan supaya petani setempat semakin

giat dalam bertani dan meningkatkan ekonomi.

Nama kiniko berasal dari dua bahasa yaitu bahasa Jepang “Kin Nikko” yang

artinya cahaya atau sinar emas dan bahasa minang Kiniko yang artinya saat ini

atau sekarang ini. Pada tahun 1989 perusahaan Kiniko dirubah menjadi CV. Kin-

Nikko dengan penanggungjawab yaitu :

1. Direktur 1 Drs.Abdul Aziz Idris

2. Direktur II Zofri Aziz ( Datuak Malano Kuniang)

3. Komanditer Roslaini Aziz

Pada tahun 2001 akta CV. Kin-Nikko diubah menjadi CV. Kin-Nikko 2001

dengan penanggungjawab :

1. Direktur I Zofri Aziz (Datuak Malano Kuniang)

2. Direktur II Satrio Budiman Aziz

3. Komanditer I Rina Armeniza S.Par

4. Komanditer II D.Hj Isdalaily Aziz

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 25

CV. Kin-Nikko 2001 dengan giat meneruskan idealisme pendiri perusahaan,

Almarhum Drs. Abdul Aziz Idris yang menegaskan pentingnya menjalankan

usaha sekaligus membantu membangun kesejahteraan masyarakat setempat.

Manajemen CV. Kin-Nikko 2001 menjunjung tinggi profesionalisme dalam

menjalankan perusahaan.

Diawal berdiri CV. Kin-Nikko 2001 usaha pertama yang dijalankannya

adalah pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi dan berkembang hingga produksi

berbagai macam makanan dan minuman dengan sertifikat SNI No. 01-3542-94

dan telah terdaftar di Badan POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia No.

SP dalam menghasilkan kopi bubuk, kopi jahe, kopi daun, serbat, ramuan pinang,

pisang sale original, pisang sale coklat, pisang sale wijen, dodol pepaya, dodol

nanas, dodol sirsak.

Tahun 1987 CV. Kin-Nikko 2001 membentuk centra oleh – oleh yang

dijadikan tempat penjualan produk – produk makanan dan minuman yang telah

diproduksi oleh Kiniko dan UKM yang ada di 14 kecamatan pada wilayah Tanah

Datar, sehingga wisatawan domestik dan mancanegara tidak sulit mencari oleh –

oleh ketika berkunjung ke Tanah Datar, karena CV. Kin-Nikko 2001 berada di

kawasan strategis di pertengahan jalur wisata Sumatera Barat yang sering

dikunjungi wisatawan dalam negeri maupun luar negeri.

Tahun 2008 Kiniko membangun kafe untuk menyambut tamu Nasional dan

Internasional yang menyajikan berbagai makanan Indonesia dan mancanegara

serta pilihan minuman yang menyegarkan. Tamu dapat menikmati kemegahan

pemandangan Gunung Merapi, hawa dataran tinggi yang sejuk melengkapi

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 26

suasana yang menyenangkan yang merupakan ciri khas keistimewaan alam

Sumatra Barat.

Tahun 2016 dibentuk organisasi sukarelawan dengan nama Sumatera

Volunteer yang bersifat non-profit, menyediakan pendidikan gratis bagi anak -

anak dan membantu masyarakat pedesaan dengan program dibidang Pendidikan

Bahasa Inggris, Kesehatan, Lingkungan dan Seni Budaya. Sumatera Volunteer

meyakini dengan memberikan wadah seperti yang ada didalam program akan

memberikan pandangan hidup yang lebih cerah di masa depan untuk anak – anak

daerah setempat yang kurang mampu.

Adapun berbagai produk yang diproduksi oleh CV. Kin-Nikko 2001 yaitu :

1. Kopi Kiniko

2. Kopi Spesial

3. Coffe Beans

4. Serbat

5. Ramuan Pinang

6. Kopi Jahe

7. Kopi Pinang

8. Pisang Sale

9. Karabu Saga

10. Keripik Pisang

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 27

4.1.2 Visi dan Misi CV. Kin-Nikko 2001

a. Visi

“Menjadi perusahaan industri pasca panen yang dikenal di Indonesia maupun

Mancanega”.

b. Misi

1. Menjadi pemimpin dalam industri pasca panen di Tanah Datar, khususnya

Nagari Tabek Patah dengan menyerap hasil panen petani – petani setempat dan

diolah menjadi barang produksi

2. Memperkenalkan dan memasarkan barang hasil produksi ke wilayah Sumatra

Barat. CV.Kin-Nikko 2001 bekerja sama dengan pengusaha – pengusaha di

luar pulau Sumatera sebagai usaha memperkenalkan hasil produksi ke seluruh

wilayah Indonesia.

3. CV. Kin-Nikko 2001 dalam rangka menyongsong Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015, mempersiapkan diri dengan memperkuat sumber daya manusia,

produksi sehingga pemasaran dapat merambah ke negara – negara ASEAN.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 28

4.1.3 Organisasi Perusahaan

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 29

Deskripsi tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing divisi perusahaan :

a. Direktur

Direktur memiliki tanggung jawab memimpin dan mengurus CV,

mengambil keputusan dan membuat kebijakan perusahaan dalam bidang

operational .

b. Komanditer bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap

keberlangsungan perusahaan

c. Security bertanggung jawab menjaga keamanan perusahaan

d. Keuangan mengelola dan mengatur setiap pembelanjaan (pengeluaran)

dan pemasukan perusahaan serta pemberian upah karyawan

e. HRD/Personalia mengelola dan mengatur ketenagakerjaan baik kelancaran

dan kenyamanan karyawan

f. Pemasaran mengelola dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

pemasaran produk yang dihasilkan oleh bagian produksi dan mengatur

arus permintaan dan penawaran barang di pasar dan mengkoordinasikan

dengan bagian produksi

g. ADM Officer bertanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan administrasi

(perkantoran, pelayanan tamu) dan laporan keuangan

h. Leader, mengelola seluruh kegiatan produksi dimasing – masing unit

kegiatan untuk menghasilkan produk sesuai dengan target secara kuantitas

dan kualitas yang telah ditetapkan perusahaan serta mengawasi kerja para

karyawan dibawahnya

i. Karyawan bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan

tugas sesuai bidang pada masing – masing unit

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 30

4.1.4 Sumber Daya Manusia CV. Kin-Nikko 2001

CV. Kin-Nikko 2001 memiliki karyawan dengan status yang berbeda-beda

yaitu karyawan tetap untuk staf kantor sebanyak 9 orang, tenaga kerja harian

untuk karyawan masing – masing unit sebanyak 16 orang dan tenaga kerja

borongan sebanyak 2 orang. Jam kerja untuk karyawan CV. Kin-Nikko dimulai

dari jam 08.00 – 16.000 WIB dan jika melebihi waktu tersebut maka akan di

hitung jam lembur. Sedangkan untuk riwayat pendidikan sumber daya manusia

(tenaga kerja) perusahaan, dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut ini merupakan

jumlah tenaga kerja CV.Kin-Nikko 2001 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja CV.Kin-Nikko 2001 tahun 2017


Status
Tenaga Kerja Tenaga Kerja Tenaga Kerja
No Bagian Total
Tetap Harian Borongan
L P L P L P
1 Staf Kantor 5 4 - - - - 9
Unit
2 Minuman 2 4 - - 2 - 8
Unit
3 Makanan - 3 - - - - 3
4 Unit Centra - 1 - - - - 1
5 Unit Café 1 3 - - - - 4
Unit
6 Pertanian - - 1 1 - - 2
Jumlah 27
Sumber : CV. Kin-Nikko 2001

4.1.5 Kondisi Keuangan CV. Kin-Nikko 2001

Kondisi keuangan CV. Kin-Nikko 2001 dapat dilihat dari laporan keuangan

laba/rugi Bulan April 2017 sebagai berikut:

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 31

CV.KIN-NIKKO 2001
LAPORAN LABA RUGI
APRIL 2017

Tabel 2. Laporan Laba/Rugi CV. Kin-Nikko April 2017

KETERANGAN JUMLAH (Rp)


PENDAPATAN
Penjualan 414.129.000
Pendapatan Lain 1.931.665
Total Pendapatan 416.060.665
HARGA POKOK PENJUALAN
Harga pokok penjualan barang dagang 255.955.215
Laba Kotor 160.105.450
BIAYA USAHA

Biaya Gaji 59.939.975


Lembur 11.040.750
Tunjangan 2.398.000
Listrik 3.452.000
Biaya Perlengkapan 1.179.000
Biaya Penyusutan -
Sewa 500.000
Asuransi 4.131.420
Potongan Tunai -
Biaya penjualan & pemasaran 3.090.000
Biaya usaha lainnya 653.000
Biaya discount 4.787.500.
Biaya Pembelian 1.872.900
Biaya Stor Cv 11.028.000
Biaya Promosi 7.235.500
Biaya % Guide 17.813.000
Biaya Iklan -
Telp -
Speedy -
TOTAL BIAYA USAHA 128.202.045
PENDAPATAN & BIAYA LAIN
Pendapatan lain diluar usaha 1.464.000
Biaya lain diluar usaha (24.650)
JUMLAH PENDAPATAN & BIAYA LAIN 1.488.650
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK 32.473.055
Sumber : CV. Kin-Nikko 2001

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 32

4.1.6 Kegiatan Bisnis

a. Deskripsi produksi

Kegiatan bisnis yang dijalankan oleh CV. Kin-Nikko 2001 terdiri dari 5 unit

kegiatan yaitu produksi minuman, produksi makanan, centra oleh – oleh, cafe

Kiniko dan unit pertanian. Untuk produksi minuman yaitu dengan memproduksi

biji kopi menjadi bubuk kopi mulai dari kegiatan persiapan alat dan bahan,

penyangraian, pencampuran bahan, penggilingan dan pengemasan bubuk kopi

(pengisian bubuk kopi kedalam kemasan, penimbangan, pensealeran,

pengepakan). Untuk produksi makanan yaitu salah satunya ialah memproduksi

pisang sale dengan proses produksi dimulai dari persiapan alat dan bahan,

pengupasan pisang, pengirisan pisang, pengovenan pisang, pemotongan pisang,

pencelupan pisang kedalam tepung, penggorengan dan pengemasan. Untuk unit

centra oleh-oleh tidak melakukan proses produksi melainkan memasarkan produk

minuman dan makanan CV. Kin-Nikko 2001 secara langsung dan untuk kegiatan

produksi cafe tergantung pada pesanan para pengunjung (konsumen) yang datang

ke cafe kiniko untuk melakukan pembelian produk. Sedangkan untuk unit

pertanian tidak melakukan proses produksi melainkan melakukan kegiatan

budidaya tanaman pisang pada lahan kiniko milik pribadi. Namun kegiatan

budidaya ini sudah tidak aktif lagi dilakukan, dikarenakan sedikitnya hasil panen

yang didapat dari budidaya tanaman pisang tersebut, sehingga pihak perusahaan

dalam memproduksi produk pisang sale dan keripik pisang melakukan pembelian

pada pemasok pisang yang berasal dari petani daerah setempat.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 33

b. Deskripsi produk

Produk dihasilkan oleh CV. Kin-Nikko 2001 adalah produk barang berupa

makanan dan minuman yang dihasilkan oleh perusahaan. Produk minuman yang

diproduksi sendiri oleh perusahaan antara lain kopi kiniko, kopi spesial, kopi jahe,

kopi pinang, coffe beans, serbat dan ramuan pinang. Bubuk kopi kiniko

merupakan kopi olahan tradisional yang terbuat dari kopi robusta dengan

pengolahan sederhana, namun menghasilkan bubuk kopi yang halus. Dimana pada

saat melakukan penyeduhan bubuk kopi mudah larut dengan air. Selain itu, bubuk

kopi kiniko memiliki citarasa yang gurih dan memiliki kadar asam yang rendah,

karena pada saat proses produksi bubuk kopi kiniko menggunakan bahan

penolong seperti jagung, gaplek dan gula. Untuk produk makanan yang

diproduksi sendiri oleh perusahaan terdiri dari 3 jenis makanan yaitu pisang sale,

keripik pisang dan krabusaga, sedangkan untuk produk supplier yang dititipkan di

CV. Kin-Nikko 2001 terdiri dari 61 jenis produk (dapat dilihat pada lampiran 3).

Untuk menu makanan yang ada di cafe antara lain pisang bakar keju, nasi goreng,

mie ayam, ayam kecap, capcai dan lainnya. Produk minuman dan makanan tidak

dilakukan penitipan produk ditempat lain, namun produk-produk tersebut

dipasarkan secara langsung di unit centra oleh-oleh CV. Kiniko.

c. Deskripsi pelanggan

CV. Kin-Nikko memiliki 2 jenis pelanggan yakni pelanggan lokal dan non

lokal. Pelanggan lokal merupakan pelanggan daerah setempat (Sumbar) dan

pelanggan non lokal merupakan pelanggan diluar Sumatera Barat dan para

wisatawan. Untuk pelanggan produk minuman dan makanan terdiri dari

pelanggan lokal dan non lokal, dimana pelanggan lokal ini merupakan masyarakat

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 34

daerah setempat (Sumbar) yang melakukan pembelian produk secara langsung di

unit centra oleh-oleh CV. Kin-Nikko, sedangkan untuk pelanggan non lokal

merupakan pelanggan diluar Sumbar dan para pengunjung (wisatawan) yang

datang ke perusahaan secara langsung dan melakukan pembelian langsung di unit

centra oleh-oleh CV. Kin-Nikko. Selain itu, pelanggan untuk produk minuman

khususnya produk bubuk kopi kiniko terdapat di daerah Kota Padang terutama di

grosir-grosir dan pedagang pengecer.

d. Deskripsi pemasok

Pemasok bahan baku unit makanan (bahan baku pisang) berasal dari petani

daerah setempat, warung/grosiran setempat dan kebun pisang sendiri, sedangkan

pemasok untuk bahan baku unit minuman (bahan baku biji kopi) adalah dari

pedagang pengumpul wilayah Sumatera Barat dan grosir/warung di wilayah Batu

sangkar. Pemasok untuk unit centra adalah pengusaha–pengusaha rumahan di

wilayah Sumatera Barat terutama Batu sangkar dan untuk pemasok unit cafe

adalah pasar, grosir, warung yang berada di Kota batu sangkar. Untuk pemasok

biji kopi dapat dilihat pada lampiran 4.

e. Deskripsi kegiatan pemasaran

Produk yang dipasarkan di CV. Kin-Nikko 2001 diantaranya adalah pisang

sale, keripik pisang, krabusaga, kopi kiniko, kopi spesial, kopi jahe, kopi pinang,

coffe beans, serbat, ramuan pinang dan produk-produk dari supplier. Produk-

produk tersebut dipasarkan secara langsung untuk setiap harinya, sedangkan

bubuk kopi kiniko dipasarkan secara langsung dan tidak langsung.

Untuk pemasaran produk secara langsung seperti pisang sale, keripik

pisang, krabusaga, kopi kiniko, kopi spesial, kopi jahe, kopi pinang, coffe beans,

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 35

serbat, ramuan pinang dan produk-produk supplier dilakukan di unit centra

Kiniko dengan menyusun setiap produk pada rak-rak yang telah tersedia secara

rapi, sehingga mempermudah konsumen untuk melihat dan berbelanja produk

yang diinginkan. Untuk pemasaran bubuk kopi secara tidak langsung, CV. Kin-

Nikko 2001 menggunakan tenaga kerja pemasaran dan pedagang besar.

Pemasaran produk tersebut dilakukan di Kota Padang.

Adapun saluran distribusi produk CV. Kin-Nikko 2001 adalah sebagai

berikut :

Produsen

Pedagang Besar

D C
Pedagang
Besar B A

Pedagang Pengecer

Konsumen

Gambar 4. Bagan alir pemasaran produk CV. Kin-Nikko 2001

Keterangan :

A : saluran distribusi tingkat 0


B : saluran distribusi tingkat 1
C : saluran distribusi tingkat 2
D : saluran distribusi tingkat 3

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 36

Berikut ini adalah saluran distribusi untuk masing-masing produk CV.

Kin-Nikko 2001 yaitu :

Tabel 3. Jenis saluran distribusi yang digunakan setiap produk


No Nama Produk Jenis Saluran
1 Kopi kiniko A, B, C, D
2 Kopi jahe A
3 Kopi pinang A
4 Coffe beans A
5 Kopi special A
6 Serbat A
7 Ramuan pinang A
8 Pisang sale A
9 Keripik pisang A
10 Krabusaga A

Sementara itu, strategi pemasaran berupa bauran pemasaran yang

diterapkan oleh CV. Kin-Nikko 2001 dalam memasarkan produknya adalah :

1. Strategi produk

Produk bubuk kopi kiniko dikemas dalam 4 kemasan yaitu kemasan 15 g,

45 g, 90 g dan 235 g. Berikut merupakan tabel jenis kemasan produk bubuk kopi

kiniko yaitu :

Tabel 4. Jenis kemasan bubuk kopi kiniko

Jumlah
No Jenis Kemasan Produk (Buah)

Pak/Lapik Bal
1 Bubuk Kopi 235 g 4 80
2 Bubuk Kopi 90 g 10 200
3 Bubuk Kopi 45 g 20 400
4 Bubuk Kopi 15 g ( gantungan) 10 2.500

Untuk produk bubuk kopi kemasan 15 g dikemas secara rentengan (lapik).

Dimana 1 lapik berisi 10 sachet kemasan 15 g, 1 ikat berisi 5 lapik dan 1 bal berisi

50 lapik. Untuk produk bubuk kopi kemasan 45 g yaitu 1 pak berisi 20 kemasan

45 g dan 1 bal berisi 20 pak. Untuk produk bubuk kopi kemasan 90 g yaitu 1 pak

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 37

berisi 10 kemasan 90 g dan 1 bal berisi 20 pak. Sedangkan kemasan produk bubuk

kopi kemasan 235 g yaitu 1 pak berisi 4 kemasan 235 g dan 1 bal berisi 20 pak.

Dalam proses pengemasan masing-masing produk menggunakan kemasan

plastik polipropylen. Kemasan bubuk kopi kiniko memiliki design dan warna

yang terang untuk menarik minat beli konsumen yaitu menampilkan design rumah

gadang (rumah khas suku minang) dengan perpaduan warna merah dan gold.

Untuk produk minuman lainnya seperti serbat, ramuan pinang, kopi jahe dan kopi

pinang menggunakan kemasan berbahan kertas tebal yang berbentuk persegi

dengan menampilkan perpaduan antara warna dan gambar komoditi produk.

Sedangkan untuk kopi spesial dan coffea beans menggunakan kemasan berwarna

gold dan ditambah design gambar kopi yang menarik. Nama produk beserta harga

produk CV. Kin-Nikko 2001 dapat dilihat pada lampiran 3.

Untuk strategi produk unit makanan seperti pisang sale, keripik pisang dan

krabusaga menggunakan packaging dan label. Untuk produk pisang sale dikemas

dalam 2 kemasan yaitu kemasan 200 g dan 500 g, sedangkan untuk produk keripik

pisang dikemas dalam kemasan 200 g dan untuk produk krabusaga dikemas dalam

kemasan 350 g. Pada penggunaan label, perusahaan mencantumkan komposisi

produk, berat produk, merek dagang, alamat email dan website CV. Kin-Nikko

2001. Sementara itu, untuk strategi produk yang dijual di unit cafe sesuai pesanan

konsumen, dimana memberikan produk sesuai menu pesanan yang dipilih

konsumen, kemudian menghidangkannya kepada konsumen dengan ramah dan

secepat mungkin, sehingga konsumen tidak menunggu terlalu lama. Selain itu,

unit cafe juga memanfaatkan suasana keindahan alam dan suasana tradisional

yaitu masih memanfaatkan serta menggunakan peralatan tradisional seperti

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 38

tempurung kelapa, yang penggunaannya bertujuan sebagai wadah atau tempat

untuk menghidangkan minuman kopi, minuman daun murbei dan minuman kawa

daun. Dengan suasana alam yang indah dan udara yang sejuk maka menjadikan

cafe kiniko menjadi tempat objek wisata yang disukai oleh para pengunjung.

2. Strategi harga
Strategi penetapan harga jual produk bubuk kopi yang diterapkan CV.

Kin-Nikko 2001 berdasarkan biaya produksi yang dikeluarkan dan keuntungan

yang diinginkan, serta mempertimbangkan harga pasar yang tengah berlaku pada

produk tersebut. Pemasaran secara langsung ditetapkan harga jual bubuk kopi 1

kg yaitu sebesar Rp 50.000/kg/pak untuk konsumen non lokal dan harga jual Rp

40.000/kg/pak untuk konsumen lokal, sedangkan pemasaran tidak langsung

ditetapkan harga bubuk kopi 1 kg sebesar Rp 38.000/kg/pak melalui tenaga kerja

pemasaran dan harga jual Rp 36.000/kg/pak melalui pedagang besar. Daftar harga

produk bubuk kopi untuk masing-masing saluran distribusi dapat dilihat pada

lampiran 5.

Untuk strategi harga pada unit makanan yang dijual secara langsung di

unit centra oleh-oleh kiniko hampir sama dengan harga jual pesaing (centra oleh-

oleh sanjai), namun untuk produk supplier yang dititipkan di unit centra oleh-

oleh, CV. Kin-Nikko 2001 menggunakan strategi harga jual produk dengan cara

menaikan harga normal dari produk yang dititipkan oleh supplier (titip jual).

Sedangkan untuk harga jual produk yang ada di unit cafe sesuai dengan harga jual

yang telah disediakan di kertas menu cafe.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 39

3. Strategi distribusi

Saluran distribusi sangat diperlukan oleh setiap perusahaan, karena tujuan

utama sebuah usaha adalah memproduksi sebuah produk yang kemudian akan

disalurkan ke tangan konsumen. Saluran distribusi yang dilakukan CV. Kin-Nikko

2001 yaitu distribusi langsung dan tidak langsung. Distribusi langsung dipasarkan

langsung di unit centra perusahaan, sedangkan distribusi secara tidak langsung

produk akan dipasarkan melalui tenaga pemasaran dan pedagang besar.

4. Strategi promosi

CV. Kin-Nikko 2001 dalam memasarkan produknya melalui dua saluran

distribusi yaitu saluran distribusi langsung dan tidak langsung. Untuk pemasaran

secara langsung, promosi yang digunakan untuk memasarkan produk minuman,

produk makanan dan produk cafe yaitu secara personal selling (saling bertatap

muka) dengan konsumen dan pemberian tester. Selain itu, promosi penjualan juga

menggunakan media promosi berupa lefleat, bliboard dan daftar menu cafe.

Sedangkan untuk pemasaran secara tidak langsung, promosi yang digunakan

untuk produk minuman (bubuk kopi) adalah menggunakan jasa tenaga pemasaran,

pedagang besar dan guide. Guide merupakan pemandu wisata dari layanan travel

agent. Promosi yang dilakukan guide ini yaitu mempromosikan produk-produk

kiniko kepada para wisatawan, sehingga wisatawan tersebut berkunjung dan

berbelanja ke CV. Kin-Nikko 2001.

4.2 Analisis Saluran Distribusi Bubuk Kopi Kiniko

Terdapat dua jenis saluran distribusi bubuk kopi yang digunakan CV. Kin-

Nikko 2001 yaitu saluran distribusi langsung dan saluran distribusi tidak

langsung. Untuk wilayah pemasaran secara langsung dilakukan di daerah

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 40

setempat yaitu di daerah Tabek Patah tepatnya di centra oleh-oleh kiniko,

sedangkan wilayah pemasaran secara tidak langsung dilakukan di daerah Kota

Padang. Hasil produksi biji kopi menjadi bubuk kopi rata-rata menghasilkan 1

ton/minggu dengan proses produksi mulai dari persiapan alat dan bahan,

penyangraian, pencampuran bahan, penggilingan dan pengemasan bubuk kopi

(pengisian bubuk kopi kedalam kemasan, penimbangan, pensealeran, dan

pengepakan). Hasil produksi tersebut menghasilkan kopi kiniko. Berikut adalah

bagan saluran distribusi bubuk kopi :

Produsen

Pedagang Besar

Pedagang
Besar

Saluran 3 Saluran 2 Saluran 1

Pedagang Pengecer

Saluran 0

Konsumen

Gambar 5. Saluran distribusi bubuk kopi kiniko

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 41

1. Saluran distribusi langsung

a. Saluran tingkat 0

Produsen Konsumen

Tingkat Lama
Tingkat
No distribusi
Saluran Nama langsung
No juga Jabatan
Namadikenal dengan saluranPendidikan
Jabatan Bekerja
tingkat nol, Pendidikan
Satrio Budiman Satrio Budiman
1 Aziz 1
dimana produk dipasarkan oleh produsen Direktur
Aziz langsung kepada S1
Direktur
konsumen tanpa 5 Tahun
S1
2 Evlyne 2 HRD
Evlyne HRDS1 5 Tahun
S1
melalui perantara.
3 Proses
Della penjualan
Mestika 3 produk
ADM.
Della dilakukan
Officer di unit
Mestika ADM. centra
S1 perusahaan, 5 Tahun
Officer S1
Tonton Tonton
4
yaitu di centra HendrawanKiniko
oleh-oleh 4 Manager
Tabek Marketing
Patah.
Hendrawan Kegiatan S1
penjualan
Manager Marketing langsung 2 Tahun
S1
5 Yasril 5 Security
Yasril SMA
Security 2 Tahun
SMA
dikerjakan oleh
6 satu Martini
orang tenaga
6 kerja wanita
Karyawan
Martini dan sekaligusKaryawan
sebagai
SD kasir di unit10 Tahun
SD
7 Syamsuir 7 Karyawan
Syamsuir KaryawanSD 10 Tahun
SD
centra tersebut.
8 Produk bubuk
Yustin kopi yang dijual
Karyawan secara langsung yaitu
SD bubuk kopi 23 Tahun
8 Yustin Karyawan SD
9 Masrizal 9 Karyawan
Masrizal SD 10 Tahun
kemasan 15 g (gantungan), kemasan 45 g, kemasan 90 g Karyawan
dan kemasan 235 g. SD
10 Yulia 10 Karyawan
Yulia KaryawanSD 23 Tahun
SD
11 Mursida
Untuk harga jual produk bubuk Karyawan
11 kopi dapat
Mursida SMA
Karyawan
dilihat pada lampiran 23
9. Pemasaran SMA Tahun
12 Yetrawati 12 Karyawan
Yetrawati KaryawanSD 23 Tahun
SD
bubuk kopi13secara Ermayulis
langsung sebanyak
13 200 kg/minggu dariKaryawan
Karyawan
Ermayulis total SD
hasil produksi23 Tahun
SD
14 Afri Wijaya 14 AfriKaryawan
Wijaya SMK
Karyawan 10 Tahun
SMK
yaitu menghasilkan
15 1 ton bubuk
Junaidi 15 kopi/minggu.
Karyawan
Junaidi SMA
Karyawan 3 Tahun
SMA
Tenaga Kerja Tenaga Kerja
Penjualan
16 bubuk
Joni kopi16secara langsung
Pemasaran
Joni dapat bersifat pesanan, ketika10 Tahun
SMA
Pemasaran SMA
17 Murniati 17 Karyawan
Murniati SMP
Karyawan 15 Tahun
SMP
konsumen 18 tidak dapat berbelanja
Ade RD 18 langsung ke
Karyawan unit centra. Dimana
SD konsumen 15 Tahun
Ade RD Karyawan SD
19 Lenny Karyawan SMA 10 Tahun
menghubungi langsung pihak 19 perusahaanLenny Karyawan
melalui media komunikasi (handphone) SMA
20 Zarti Madona20 ZartiKaryawan
Madona SMK
Karyawan 2 Tahun
SMK
21 pesanan
dan melakukan Ayu Fransiska
produk. Ayu Karyawan
21 Produk Fransiska
yang dipesan dapatKaryawan SMPsendiri oleh 5 Tahun
diambil SMP
22 Riswandi 22 Karyawan
Riswandi SMA
Karyawan 10 Tahun
SMA
pemesan 23 atau diantar
Nurdianismalangsung
23 kealamat
Karyawan
Nurdianisma pemesan. Pengiriman
KaryawanSD barang 10 Tahun
SD
24 Fitrawati 24 Karyawan
Fitrawati SMP
Karyawan 2 Tahun
SMP
menggunakan jasa pengiriman barang dan biaya pengiriman barang tersebut

ditanggung oleh konsumen. Sebelum barang dipaketkan, konsumen terlebih

dahulu mentransfer biaya pembelian produknya sesuai pesanan melalui via ATM.

Selain menjual bubuk kopi kiniko, centra oleh-oleh Kiniko juga menjual

produk dari supplier (dapat dilihat pada lampiran 3) yang bersifat konsinyasi.

Konsinyasi merupakan kerjasama antara pemilik produk (supplier) dengan

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 42

perantara dalam menitipkan produknya (CV. Kin-Nikko 2001). Setiap penitipan

produk dari supplier ke centra oleh-oleh Kiniko harus memberikan tester sebagai

media promosi kepada pelanggan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah kasir

dalam melakukan kegiatan promosi, dengan langsung memberikan tester produk

yang ditawarkan. Sistem pembayaran produk yang dititipkan oleh supplier ke

perusahaan adalah produk yang dititipkan akan dibayar setelah produk tersebut

laku terjual. Dalam proses penjualan produk supplier, pihak perusahaan tidak

menghilangkan harga normal produk supplier, melainkan menaikkan harga

normal untuk setiap produk yang dititipkan (titip jual). Untuk proses pengecekan

produk kembali, jika produk yang dititipkan bersifat tidak tahan lama, maka yang

melakukan pengecekan kembali adalah pihak supplier yang dilakukan 1 minggu

sekali, sedangkan jika produk yang dititipkan bersifat tahan lama, maka yang

melakukan pengecekan kembali adalah pihak kasir perusahaan, dengan cara kasir

perusahaan melakukan komunikasi dengan pihak supplier melalui Handphone.

Salah satu syarat dalam sistem konsinyasi yang dilakukan pihak perusahaan

dengan supplier adalah bahwa produk yang dititipkan tidak boleh sama dengan

produk yang ada di Kiniko.

Persentase penjualan bubuk kopi secara langsung sekitar 20% dari total

penjualan bubuk kopi selama 1 minggu dengan rata-rata penjualan lebih kurang

200 kg dari rata-rata hasil produksi 1 ton bubuk kopi/minggu. Sedikit banyaknya

penjualan bubuk kopi secara langsung juga dipengaruhi oleh banyaknya tamu

(pengunjung) yang datang ke perusahaan untuk berbelanja. Semakin banyaknya

pengunjung yang datang, maka semakin tinggi pula peluang penjualan bubuk

kopi, karena tamu (pengunjung) yang datang merupakan tamu non lokal, sehingga

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 43

bubuk kopi yang dibeli oleh tamu tersebut dijadikan oleh-oleh. Biasanya

konsumen yang melakukan pesanan bubuk kopi adalah masyarakat lokal,

khususnya daerah Batu Sangkar Sumatera Barat, sedangkan tamu atau

pengunjung (non lokal) lebih banyak melakukan transaksi belanja secara langsung

di unit centra. Melihat kondisi tersebut, maka karyawan centra (kasir) melakukan

kegiatan promosi personal selling kepada konsumen dengan cara

menginformasikan produk-produk apa saja yang dipasarkan, ukuran produk,

manfaat produk dan harga produk. Promosi bubuk kopi juga dilakukan di unit

cafe dengan cara pemberian tester kepada para konsumen. Untuk konsumen non

lokal diberikan secara gratis, sedangkan untuk konsumen lokal dikenakan tarif

harga Rp 3.000/gelas.

Selain untuk menambah tingkat penjualan bubuk kopi, kegiatan pemasaran

langsung ini juga bertujuan untuk mempertahankan konsumen yang telah ada dan

memenuhi permintaan konsumen. Menurut Asri dan Marwan (2000), saluran

distribusi langsung merupakan suatu cara penyampaian barang ke tangan

konsumen akhir yang membutuhkan, dilakukan sendiri/secara menyeluruh oleh

produsen barang tersebut tanpa melalui pihak lain sebagai perantara. Jadi dalam

proses distribusi produsen melakukan transaksi langsung dengan konsumen.

Adapun kelebihan melakukan pemasaran secara langsung yaitu konsumen dapat

memperoleh harga yang lebih rendah karena pendeknya rantai pemasaran, waktu

produk sampai ketangan konsumen lebih cepat sehingga konsumen memperoleh

produk yang berkualitas bagus dan dapat langsung menikmati produk lebih cepat.

Selain itu, produsen lebih tanggap dalam mengatasi keluhan konsumen, adanya

interaksi langsung yang dapat mengakrabkan hubungan baik antara produsen

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 44

dengan konsumen, biaya lebih rendah karena biaya pengiriman barang ditanggung

oleh pihak konsumen dan pengetahuan tentang kendala dilapangan dapat

diketahui lebih dini oleh pihak produsen.

Penjualan bubuk kopi kiniko di unit centra bagi konsumen lokal dan non

lokal tidak memiliki perbedaan produk, seperti kemasan, komposisi ataupun berat

produk. Akan tetapi, harga yang ditawarkan kepada masing-masing konsumen

berbeda yaitu untuk konsumen lokal harga bubuk kopi yang ditawarkan sebesar

Rp. 40.000/kg/pak sedangkan untuk konsumen non lokal harga bubuk kopi yang

ditawarkan sebesar Rp. 50.000/kg/pak. Kebijakan dalam membedakan harga

tersebut merupakan strategi pemasaran yang dilakukan oleh pihak perusahaan

untuk memperoleh keuntungan dan menutupi pengeluaran dari pemberian tester

bagi konsumen non lokal. Namun, terdapat beberapa kelemahan dari saluran

distribusi langsung ini yaitu bagi produsen penjualan produk belum terjamin atau

belum pasti habis, karena penjualan produk tergantung banyaknya konsumen yang

berbelanja, sehingga resiko produk tidak terjual cukup tinggi, sedangkan bagi

konsumen adanya perbedaan harga jual produk antara konsumen lokal dengan

konsumen non lokal.

Berikut ini merupakan produk bubuk kopi yang dipasarkan secara


langsung dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Bubuk kopi yang dipasarkan secara langsung di unit centra

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 45

Proses pendistribusian bubuk kopi yang dilakukan CV. Kin-Nikko 2001

masih menemukan kendala, sehingga pelaksanaan distribusi produk ke konsumen

menjadi kurang optimal. Adapun kendala yang dihadapi pada pendistribusian

produk bubuk kopi secara langsung yaitu kendala ketersediaan produk bubuk kopi

di unit centra yaitu kurangnya ketersediaan produk bubuk kopi. Hal ini

disebabkan karena bahan baku kopi terbatas akibat meningkatnya harga jual biji

kopi. Selain itu, adanya kewajiban perusahaan dengan pemasok kopi yang harus

dibayar terlebih dahulu, sebelum membeli biji kopi dari pemasok tersebut.

Sehingga ketika tamu (pengunjung) banyak datang untuk berbelanja, maka unit

centra kekurangan stock bubuk kopi untuk dijual.

2. Saluran distribusi tidak langsung

Saluran distribusi tidak langsung merupakan saluran distribusi bertingkat,

yaitu produsen menggunakan satu atau lebih peran perantara dalam memasarkan

produknya ke konsumen. Saluran distribusi secara tidak langsung yang digunakan

CV. Kin-Nikko 2001 adalah distribusi tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3. Dimana,

dalam memasarkan bubuk kopi terdapat tiga perantara sebelum bubuk kopi

tersebut diterima oleh konsumen akhir.

a. Saluran tingkat 1

Produsen P. Pengecer Konsumen

Dalam memasarkan produk bubuk kopi (kemasan 15 g, 45 g, 90 g dan 235

g), pihak perusahaan menggunakan tenaga kerja pemasaran yang berada di

Indarum kota Padang. Produk bubuk kopi diantarkan ke Padang menggunakan

mobil grandmax oleh Manager pemasaran disetiap hari jumat. Kegiatan

pemasaran secara tidak langsung ini hanya dilakukan seminggu sekali. Jumlah

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 46

penjualan produk bubuk kopi secara tidak langsung lebih besar daripada penjualan

bubuk kopi secara langsung yaitu sebesar 80% dari total penjualan bubuk kopi

selama 1 minggu, dengan rata-rata penjualan ke Padang sebesar 800 kg bubuk

kopi dari rata-rata hasil produksi bubuk kopi sebanyak 1 ton/minggu. Sehingga

persentase penjualan bubuk kopi untuk saluran tingkat 1 melalui tenaga kerja

pemasaran di kota Padang yaitu sebesar 50% atau 500 kg bubuk kopi/minggu.

Penjualan bubuk kopi kiniko berdasarkan permintaan pasar, sehingga volume

penjualan ke Padang lebih besar daripada penjualan langsung di unit centra.

Selain itu, masyarakat lokal cenderung lebih menyukai bubuk kopi kiniko (non

ori) dibandingkan bubuk kopi spesial (ori), karena kopi spesial (ori) rasanya lebih

pekat dan pahit, sedangkan bubuk kopi kiniko (non ori) dalam proses

pengolahannya sudah dicampur dengan bahan lainnya, sehingga memiliki citarasa

yang gurih dan memiliki kadar asam yang rendah seperti kopi-kopi instan pada

umumnya yang ada dipasaran. Sedangkan untuk tamu non lokal menyukai bubuk

kopi kiniko dan bubuk kopi spesial, karena menurut tamu non lokal cita rasa kopi

spesial seperti kopi arabika yang pekat dan memiliki kadar asam cukup tinggi.

Meskipun demikian, tamu non lokal juga mengkonsumsi kawa daun sebagai

penetral kadar asam yang tinggi dari kopi spesial tersebut.

Dalam pemasaran produk, tugas dari tenaga kerja pemasaran perusahaan

(Joni) adalah mengantarkan produk bubuk kopi ke warung-warung kecil

(pedagang pengecer) di wilayah pemasaran yang dituju (dapat dilihat pada

lampiran 6). Harga jual bubuk kopi yang dikeluarkan perusahaan kepada tenaga

kerja pemasaran di Padang sebesar Rp 38.000/kg/pak. Sedangkan Pedagang

pengecer akan menjual bubuk kopi tersebut kepada konsumen akhir. Harga bubuk

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 47

kopi ditingkat konsumen akhir bisa mencapai Rp 41.000-Rp 42.000/ kg. Biaya-

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerja pemasaran yaitu biaya

uang jalan sebesar Rp 300.000/minggu, gaji tenaga kerja pemasaran Rp

500.000/minggu sehingga Rp 2.000.000/bulan dan upah angkut sebesar Rp

60.000/orang. Perusahaan menggunakan jasa upah angkut pada saat tenaga kerja

pemasaran mengantarkan produk bubuk kopi ke pedagang pengecer. Jasa upah

angkut yang digunakan adalah satu orang tenaga kerja pria.

Selain gaji pokok yang diterima, tenaga kerja pemasaran Padang juga

mendapatkan bonus tambahan dari hasil penjualan bubuk kopi kepedagang

pengecer yaitu sebesar Rp 2.000/kg. Sistem pembayaran untuk gaji tenaga kerja

pemasaran biasanya sama dengan tenaga kerja lainnya yaitu gaji tenaga kerja

dapat diambil 1 minggu sekali secara cash melalui administrasi kantor perusahaan.

Sistem penjualan yang disepakati antara perusahaan dengan tenaga kerja

pemasaran yaitu sebelum barang minggu selanjutnya dikirim ke Padang, maka

uang penjualan minggu sebelumnya ditransfer ke rekening perusahaan terlebih

dahulu melalui via ATM. Produk bubuk kopi yang tidak terjual ditanggung oleh

perusahaan, namun hal ini jarang sekali terjadi, karena penjualan bubuk kopi

secara tidak langsung sesuai dengan permintaan pasar.

Berikut ini adalah kegiatan pemasaran bubuk kopi kiniko secara tidak

langsung kepada pedagang pengecer di daerah Bandar Buat dengan menggunakan

jasa upah angkut dapat dilihat pada gambar 7.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 48

Gambar 7. Kegiatan pemasaran bubuk kopi menggunakan jasa upah angkut dalam
mengantarkan produk bubuk kopi ke pedagang pengecer

b. Saluran tingkat 2

Produsen Pedagang Besar 1 P. Pengecer Konsumen

Pemasaran secara tidak langsung juga dilakukan melalui pedagang besar,

dimana CV. Kin-Nikko 2001 menggunakan 2 pedagang besar yang berlokasi di

Kota Padang. Penjualan bubuk kopi di Padang melalui pedagang besar sama

halnya dengan penjualan bubuk kopi melalui tenaga kerja pemasaran, yaitu pada

hari jumat. Produk bubuk kopi yang dipasarkan kepada pedagang besar adalah

bubuk kopi kemasan 15 g, 45 g, 90 g dan 235 g. Permintaan bubuk kopi di Kota

Padang cukup tinggi, sehingga permintaan konsumen terhadap bubuk kopi kiniko

selalu continue (terus-menerus). Pada saluran tingkat 2 ini, pedagang besar yang

biasa digunakan oleh perusahaan bernama Buya yang berlokasi di kelurahan Air

Pacah Simpang 4 kota Padang. Untuk pedagang besar 1 (Buya) menjual kembali

bubuk kopi kiniko kepada para pedagang pengecer di kelurahan Air Pacah

Simpang 4 (dapat dilihat pada lampiran 7). Rata-rata penjualan bubuk kopi di kota

Padang sebesar 800 kg/minggu, sehingga persentase untuk penjualan bubuk kopi

saluran tingkat 2 sebesar 10% atau penjualan bubuk kopi kepada pedagang besar 1

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 49

sebanyak 100 kg/minggu. Harga jual bubuk kopi yang diberikan perusahaan

kepada pedagang besar 1 sebesar Rp 36.000/kg, sehingga harga jual bubuk kopi

sampai ketangan konsumen mencapai Rp 41.000-Rp 42.000/kg.

c. Saluran tingkat 3
Produsen Pedagang Besar 2 P. Besar P. Pengecer Konsumen

Pada saluran tingkat 3, perusahaan menggunakan pedagang besar yang

bernama Ujang yang berlokasi di Kalumbu kota Padang. Bubuk kopi yang

dipasarkan kepada pedagang besar Ujang adalah kemasan 15 g, 45 g, 90 g dan

235 g. Pedagang besar 2 (Ujang) memasarkan bubuk kopi kepada grosir di

kelurahan Balai Baru, Kalumbu, Kuranji, Belimbing, Lubuk Minturun dan Limau

Manis (dapat dilihat pada lampiran 8). Harga jual bubuk kopi yang diberikan

perusahaan kepada pedagang besar 2 sama dengan harga jual bubuk kopi yang

diberikan kepada pedagang besar 1 yaitu sebesar Rp 36.000/kg. Rata-rata

penjualan bubuk kopi di kota Padang sebesar 800 kg/minggu, sehingga persentase

untuk penjualan bubuk kopi saluran tingkat 3 sebesar 20% atau penjualan bubuk

kopi kepada pedagang besar 2 sebanyak 200kg/minggu.

Dalam proses pemasaran produk bubuk kopi di Kota Padang, antara tenaga

kerja pemasaran dan kedua pedagang besar tidak boleh memasuki wilayah

pemasaran satu sama lainnya, karena setiap perantara sudah mempunyai pasar dan

pelanggannya masing-masing, sehingga tidak ada persaingan diantara ketiganya.

Berikut ini merupakan produk bubuk kopi yang dipasarkan secara tidak

langsung melalui pedagang pengecer di Kota Padang dapat dilihat pada gambar 8.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 50

Gambar 8. Bubuk kopi yang dipasarkan melalui pedagang pengecer

Adapun kelebihan menggunakan saluran distribusi tidak langsung yaitu

tingkat penjualan produk lebih tinggi, dikarenakan penjualan berdasarkan

permintaan pasar bukan berdasarkan tamu (pengunjung) sehingga penjualan lebih

terjamin, resiko produk tidak terjual kecil, mengurangi tugas produsen dalam

rangka mencapai konsumen langsung dengan cara produsen cukup menyampaikan

nota order kepada tenaga kerja pemasarannya, perantara sebagai media promosi

dalam penjualan produk, kontak produsen dengan konsumen lebih sedikit

sehingga penggunaan waktu lebih efisien. Selain itu, perantara juga menyediakan

fasilitas penyimpanan produk agar produk tersebut tetap terjaga kualitasnya

sampai ketangan konsumen akhir. Namun, saluran distribusi secara tidak langsung

juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu waktu produk sampai

ketangan konsumen lambat, harga jual produk sampai ketangan konsumen relatif

mahal, biaya pemasaran lebih tinggi karena adanya biaya transportasi biaya gaji

dan biaya angkut, serta perusahaan tidak mengetahui keluhan konsumen secara

cepat.

Dalam menentukan perantara yang digunakan (tenaga kerja pemasaran dan

pedagang besar), CV. Kin-Nikko 2001 menggunakan strategi distribusi selektif,

dimana CV. Kin-Nikko 2001 menggunakan perantara dalam memasarkan bubuk

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 51

kopi. Dengan menggunakan strategi ini pihak perusahaan tidak membutuhkan

banyak tenaga kerja untuk menjual produk, namun produk tersebut dapat diterima

oleh pasar. Selain itu, pihak perusahaan juga dapat meraih ruang lingkup pasar

yang besar.

Dalam memasarkan produk bubuk kopi secara tidak langsung di Kota

Padang, masih terdapat beberapa kendala yang menghambat proses

pendistribusian produk, diantaranya yaitu kendala ketersediaan produk bubuk kopi

di Kota Padang kurang, sehingga ketersediaan produk bubuk kopi kepada

pedagang pengecer juga mengalami kekurangan. Penyebab dari masalah ini

hampir sama dengan kendala pada penjualan distribusi langsung yaitu kurangnya

jumlah produksi bubuk kopi. Kendala yang kedua yaitu tingginya permintaan

pasar akan bubuk kopi kiniko hampir tidak terpenuhi, dikarenakan perusahaan

tidak mempunyai cukup dana untuk membeli biji kopi untuk diproduksi, sehingga

pedagang pengecer cukup kecewa dengan kondisi seperti ini, karena pesanan atau

permintaan bubuk kopi yang diinginkan tidak sesuai dengan yang dipesan atau

yang diterima oleh pedagang pengecer maupun grosir.

Selain itu, kendala juga ditemukan pada ketepatan waktu pengiriman

prduk, dimana bubuk kopi yang seharusnya diantar ke Kota Padang hari Jumat,

namun karena produksi bubuk kopi belum cukup atau belum selesai dikemas

mengakibatkan keterlambatan pengiriman, sehingga bubuk kopi diantar pada hari

selanjutnya yaitu pada hari sabtu atau hari minggu. Kendala lainnya yang

ditemukan dalam pendistribusian produk adalah masalah armada yang digunakan.

Armada tersebut mengalami gangguan teknis karena sesuatu hal misalnya ban

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 52

kempes atau kecelakaan. Kendala-kendala ini menyebabkan terlambatnya produk

pesanan sampai ketempat tujuan.

Sulitnya memasuki pasar baru juga merupakan kendala dalam

pendistribusian produk bubuk kopi kiniko, hal ini dikarenakan setiap daerah atau

wilayah yang dimasuki tenaga kerja pemasaran, konsumen mempunyai selera

kopi yang berbeda atau konsumen sudah menyukai rasa khas kopi lainnya (produk

yang sudah dikenal atau sudah pernah dikonsumsi sebelum produk bubuk kopi

kiniko). Selain itu, pihak perusahaan juga sulit memasuki produk bubuk kopi ke

toko swalayan (market), karena perputaran penjualan barang tersebut lama,

sehingga modal terpendam atau produk yang dititipkan tersebut dikembalikan

kembali kepada perusahaan (produk tidak laku).

4.3. Faktor-Faktor Pemilihan Saluran Distribusi Bubuk Kopi Kiniko

CV. Kin-Nikko 2001 dalam kegiatan memasarkan produk bubuk kopi

melalui dua saluran distribusi yaitu saluran distribusi langsung dan saluran

distribusi tidak langsung. Persentase penjualan bubuk kopi untuk masing-masing

saluran yaitu sebesar 20% dan 80%.

Menurut Dwiyanto (2005) pemilihan saluran distribusi sebuah produk

dapat dilihat dari beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik produk,

karakteristik perusahaan, karakteristik perantara dan karakteristik pasar.

Berdasarkan literature, maka produk bubuk kopi lebih banyak didistribusikan

secara tidak langsung dibandingkan secara langsung, karena adanya beberapa

pertimbangan resiko dan keuntungan yang akan diperoleh pihak perusahaan.

Adapun alasan pemilihan saluran distribusi bubuk kopi CV. Kin-Nikko

2001 melalui perantara yaitu :

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 53

1. Sifat produk

Sifat produk bubuk kopi yang akan dipasarkan merupakan produk tahan

lama dan tidak mudah rusak, rata-rata masa simpan produk bubuk kopi yang telah

dalam kemasan selama 2 bulan, sehingga menjadi alasan pihak perusahan untuk

melakukan penjualan produk menggunakan distribusi tidak langsung atau melalui

perantara. Kegiatan pemasaran produk ini dilakukan seminggu sekali di Kota

Padang. Bubuk kopi diantar ke Padang oleh Manager Pemasaran setiap

minggunya yaitu pada hari jumat. Jumlah pesanan produk bubuk kopi yang

dibawa rata-rata 800 kg dari hasil produksi kopi yaitu rata-rata 1 ton bubuk kopi

/minggu. Bubuk kopi ini akan dipasarkan kepada 2 pedagang besar dan 1 tenaga

kerja pemasaran. Namun dalam pemesanan bubuk kopi, kedua pedagang besar

dan satu tenaga kerja pemasaran memesan dalam jumlah yang berbeda. Untuk

pedagang besar I (Buya) rata-rata bubuk kopi yang dipesan sebanyak 100

kg/minggu, untuk pedagang besar 2 (Ujang) rata-rata bubuk kopi yang dipesan

sebanyak 200 kg/minggu, sedangkan untuk tenaga kerja pemasaran (Joni) rata-

rata bubuk kopi yang dipesan sebanyak 500 kg/minggu. Untuk tenaga kerja

pemasaran dan pedagang besar 1 memasarkan atau menjual kembali produk

bubuk kopi kepada pedagang pengecer saja, sedangkan untuk pedagang besar 2

hanya memasarkan atau menjual kembali produk bubuk kopi ke pedagang besar

(grosir).

Alasan mengapa jumlah produk bubuk kopi yang dipesan pedagang besar

2 lebih banyak daripada pedagang besar 1 adalah target pasar dari pedagang besar

2 itu sendiri adalah grosir, biasanya grosir lebih banyak dalam melakukan jumlah

pembelian bubuk kopi dibandingkan dengan pedagang pengecer. Selain itu,

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 54

pedagang besar 2 memiliki kedai harian pribadi yang cukup besar, sehingga

grosir-grosir di daerah pemasaran setempat melakukan pembelian bubuk kopi

langsung ke kedai harian tersebut dan ada juga beberapa grosir yang

mengharuskan pedagang besar 2 mengantarkannya langsung ke lokasi pemasaran

(sesuai kesepakatan). Sementara itu, untuk pedagang besar 1 mengantarkan

produk bubuk kopi langsung kepedagang pengecer dengan biaya transportasi

ditanggung oleh pihak pribadi. Sistem penjualan bubuk kopi kepada pedagang

besar dibayar cash setelah produk bubuk kopi di antar kelokasi masing-masing

pedagang besar sesuai pesanan.

Berikut ini adalah produk bubuk kopi yang dipasarkan secara tidak

langsung kepada pedagang besar 1, dapat dilihat pada gambar 9 dibawah ini :

Gambar 9. Bubuk kopi yang dipasarkan kepada pedagang besar 1

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 55

Disamping itu, produk bubuk kopi juga dipasarkan secara tidak langsung

kepada pedagang besar 2 dapat dilihat pada gambar 10 yaitu :

Gambar 10. Bubuk kopi yang dipasarkan kepada pedagang besar 2 (kedai harian)

2. Skala atau jumlah produksi

Skala produksi bubuk kopi tergolong skala cukup besar, karena hasil

produksi kopi menghasilkan rata-rata 1 ton bubuk kopi /minggu. Dengan skala ini

akan sulit melakukan pemasaran secara langsung, sehingga 80% penjualan bubuk

kopi dilakukan secara tidak langsung di Kota Padang. Disamping itu, skala usaha

yang cukup besar mampu memenuhi kebutuhan produk pada setiap saluran tidak

langsung dan periode produksinya yang telah continue.

3. Jumlah pembeli potensial

Pembeli potensial atau konsumen bubuk kopi kiniko lebih banyak berada

di Kota Padang dibandingkan diwilayah perusahaan atau unit centra. Hal ini

dikarenakan tinggi rendahnya persentase penjualan langsung di unit centra

berdasarkan tamu atau pengunjung yang datang dan singgah ke CV. Kin-Nikko

2001 untuk menikmati minuman khas kopi dan berbelanja. Biasanya dalam

penjualan langsung ini, tamu yang sering belanja adalah tamu non lokal,

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 56

sedangkan tamu lokal jarang belanja. Jika tamu sepi, maka pendapatan yang

diperoleh perusahaan sedikit, karena kedatangan tamu tidak dapat dipastikan

secara tepat dan pasti. Sedangkan untuk penjualan secara tidak langsung,

pedagang pengecer memesan produk dalam jumlah cukup besar, hal ini

menunjukkan bahwa konsumen menyukai produk bubuk kopi kiniko. Dengan ciri

khas yang dimiliki kopi kiniko, maka produsen dapat memenuhi selera konsumen

yang ada dipasaran dengan memberikan bubuk kopi yang halus dari proses olahan

kopi robusta secara tradisional, sehingga memiliki aroma kopi yang khas, citarasa

kopi yang gurih, namun memiliki kadar asam yang rendah sehingga aman untuk

kesehatan. Maka dari itu, dengan menggunakan saluran distribusi tidak langsung,

pihak perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang diharapkan karena saluran

distribusi tidak langsung dapat memperluas pemasaran.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa distribusi memegang

peranan yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan. Saluran distribusi

merupakan unsur penggerak produk yang dihasilkan perusahaan menuju

konsumen. Tanpa adanya distribusi produsen akan kesulitan dalam memasarkan

produknya dan konsumen pun akan bersusah payah mengejar produsen untuk

dapat menikmati produknya. Selain itu dengan adanya saluran distribusi yang baik

dapat menjamin ketersediaan produk yang dibutuhkan oleh pasar dan menunjang

terhadap hasil penjualan demi kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 57

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan PKPM yang telah dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. CV. Kin-Nikko 2001 dalam memasarkan produknya berupa bubuk kopi

dilakukan melalui dua saluran distribusi yaitu :

a. Saluran distribusi langsung sebanyak 20%. Kegiatan pemasaran dilakukan

di unit centra. Untuk masyarakat lokal harga jual kopi sebesar Rp

40.000/kg/pak, untuk masyarakat non lokal harga jual kopi sebesar Rp

50.000/kg/pak.

b. Saluran distribusi tidak langsung melalui perantara sebanyak 80%.

Kegiatan pemasaran dilakukan di Kota Padang melalui tenaga kerja

pemasaran dan pedagang besar (Buya dan Ujang). Harga jual bubuk kopi

kepada pedagang besar sebesar Rp 36.000/kg/pak. Harga jual bubuk kopi

kepada tenaga kerja pemasaran sebesar Rp 38.000/kg/pak. Bubuk kopi

tersebut akan dijual kembali kepedagang pengecer dengan harga Rp

39.000- Rp 40.000/kg, sedangkan harga jual bubuk kopi sampai ketangan

konsumen berkisar Rp 41.000- Rp 42.000/kg.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan saluran distribusi bubuk kopi CV.

Kin-Nikko 2001 yaitu :

a. Sifat produk

Sifat produk bubuk kopi yang akan dipasarkan merupakan produk tahan

lama dan tidak mudah rusak, rata-rata masa simpan produk bubuk kopi

yang telah dalam kemasan selama 2 bulan, sehingga memungkinkan bagi

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 58

perusahaan untuk melakukan penjualan produk menggunakan distribusi

tidak langsung atau melalui perantara.

b. Skala atau jumlah produksi

Skala produksi bubuk kopi tergolong skala cukup besar, karena kopi yang

diproduksi menghasilkan bubuk kopi 1 ton/minggu, sehingga 80%

penjualan bubuk kopi dilakukan secara tidak langsung di Kota Padang.

c. Jumlah pembeli potensial

Jumlah pembeli potensial bubuk kopi kiniko lebih banyak di Kota Padang

dibandingkan disekitar wilayah pemasaran unit centra Kiniko, hal ini

dikarenakan konsumen menyukai citarasa khas kopi kiniko yang gurih,

sehingga selera konsumen terpenuhi.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 59

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Rumah Kopi.http://www.starfarmagris.co.cc. html. Diakses


Tanggal 25 Maret 2017.
Asri, M. 2000. Marketing. Edisi kedelapan. BPFE. Yogyakarta.
Danarti, N. 2008. Budidaya Tanaman Kopi. Gramedia. Jakarta.
Dwiyanto, W. 2005. Evaluasi Saluran Distribusi pada Perusahaan Roti Sari di
Banyudono Boyolali. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Hadiutomo, M. 2010. Kopi Indonesia. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor. 12 hal.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Prenhellindo. Jakarta.
Kotler, P dan Amstrong, G. 2006. Manajemen Pemasaran Jilid I Edisi 11.
Prentice-Hall Inc. Jakarta.
Kotler, P dan Keller. 2007. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 13 Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
Pusat Data Dan Statistik Pertanian. 2015. Indonesia Ekspor Kopi Dunia. Pusat
Data Statistik Pertanian.
Rahardjo, P. 2005. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Siswoputranto, K. 2008. Pengolahan Kopi. Erlangga. Jakarta.


Syakir, M. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Pengembangan dan
Penelitian Perkebunan. Bogor.
Syamsulbahari. 2012. Agroekosistem Tanaman Kopi. Erlangga. Jakarta.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. PT Index .Kelompok Gramedia. Jakarta.

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 60

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data penjualan produk unit minuman CV.Kin-Nikko 2001


tahun 2017
Bulan/ Kg Rata-
Nama Produk Jumlah rata
Januari Februari Maret April (Kg)
Bubuk kopi
kiniko 4.508 3.816 4.522 3.231 16.077 4.019,25
Kopi spesial 0 84,25 73,25 81 238,5 59,625
coffee beans 24 0 41,25 0 65,25 16,31
Kopi jahe 0 0 0 0 0 0
Ramuan pinang 10,8 12,6 50,9 43,4 117,7 29,43
Serbat 3,6 4,5 13,2 8,3 29,6 7,4
Sumber : CV.Kin-Nikko 2001, tahun 2017

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 61

Lampiran 2. Riwayat Pendidikan Tenaga Kerja CV. Kin-Nikko 2001


Lama
Tingkat
No Nama Jabatan Bekerja
Pendidikan
1 Rina A. Aziz Komanditer S1 16 Tahun
2 DR. Hj. Isdalaily Komanditer S3 16 Tahun
3 Zofry A. DT. Malano .Kuniang Direktur S1 28 Tahun
4 Satrio Budiman Aziz Direktur S1 16 Tahun
5 Evlyne HRD S1 16 Tahun
6 Barra Akuntansi Keuangan S1 2 Tahun
7 Della Mestika ADM. Officer S1 2 Tahun
8 Tonton Hendrawan Manager Marketing S1 2 Tahun
9 Yasril Security SMA 2 Tahun
10 Martini Karyawan SD 10 Tahun
11 Syamsuir Karyawan SD 10 Tahun
12 Yustin Karyawan SD 23 Tahun
13 Masrizal Karyawan SD 10 Tahun
14 Yulia Karyawan SD 23 Tahun
15 Mursida Karyawan SMA 23 Tahun
16 Yetrawati Karyawan SD 23 Tahun
17 Ermayulis Karyawan SD 23 Tahun
18 Afri Wijaya Karyawan SMK 10 Tahun
19 Junaidi Karyawan SMA 1 Tahun
20 Joni Tenaga Kerja Pemasaran SMA 10 Tahun
21 Murniati Karyawan SMP 15 Tahun
22 Ade RD Karyawan SD 15 Tahun
23 Lenny Karyawan SMA 10 Tahun
24 Zarti Madona Karyawan SMK 2 Tahun
25 Ayu Fransiska Karyawan SMP 5 Tahun
26 Riswandi Karyawan SMA 10 Tahun
27 Nurdianisma Karyawan SD 10 Tahun
28 Fitrawati Karyawan SMP 2 Tahun

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 62

Lampiran 3. Daftar Nama Produk dan Harga Produk


Nama Produk
Harga Berat Bahan
No CV. Kin-Nikko 2001
1 Pisang Sale Rp 13.000 200 gr Pisang
2 Kerabu Saga Rp 15.000 350 gr Ubi Jalar
3 Keripik Pisang Rp 18.000 200 gr Pisang
4 Pisang Sale Rp 33.000 500 gr Pisang
5 Coffea Beans Rp 20.000 250 gr Kopi
6 Serbat Rp 15.000 200 gr Jahe
7 Kopi Spesial Rp 30.000 200 gr Kopi
8 Kopi Bubuk Kiniko Rp 50.000 940 gr Kopi
9 Kayu Manis Rp 15.000 200 gr Kayu Manis
10 Kopi Bubuk Renteng Rp 15.000 200 gr Kopi
11 Ramuan Pinang Kiniko Rp 15.000 250 gr Pinang
12 Daun Kopi Kiniko Rp 20.000 150 gr Daun Kopi
13 Bubuk Kulit Kayu Manis Rp 20.000 200 gr Kulit Kayu Manis
No Nama Produk Dari Supplier Harga Berat Bahan
1 Dendeng Pucuk Ubi Rp 20.000 100 gr Daun Ubi
2 Dendeng Pucuk Ubi Rp 30.000 200 gr Daun Ubi
3 Kipang Mihun Rp 12.000 100 gr Beras
4 Kipang Emping Rp 12.000 100 gr Emping
5 Kipang Kacang Rp 12.000 100 gr Kacang
6 Beras Rendang Rp 15.000 250 gr Beras
7 Gulamai Rp 15.000 300 gr Tepung Beras
8 Keripik Malaysia Rp 20.000 200 gr Tepung Beras
9 Kacang Tujin Rp 25.000 200 gr Kacang
10 Sagun Bakar Rp 20.000 250 gr Tepung
11 Kue Bangkit Keju Rp 20.000 200 gr Keju
12 Kue Bangkit Kacang Rp 20.000 250 gr Kacang
13 Sagun Bakar Umbi Dahlia Rp 25.000 250 gr Umbi Dahlia
14 Sagun Bakar Serunai Rp 25.000 250 gr Tepung
15 Kue Karak Kaliang Rp 25.000 300 gr Telur
16 Emping Goreng Kiniko Rp 15.000 150 g Beras
17 Emping Jagung Rp 20.000 200 gr Jagung
18 Jagung Peda Manis Rp 15.000 200 gr Jagung
19 Jagung Telur Rp 15.000 200 gr Telur
20 Kerupuk Jangek Rp 18.000 100 g Kulit Sapi
21 Rakik Kacang Rp 25.000 600 gr Kacang
22 Kacang Goreng Rp 20.000 200 gr Kacang
23 Kue Bunga Durian Rp 25.000 400 gr Tepung
24 Kembang Loyang Rp 15.000 200 gr Tepung

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 63

25 Batiah Rp 15.000 300 gr Beras


26 Karapuk Kamang Rp 15.000 150 gr Ubi Kayu
27 SanjaiBalado Hijau Rp 15.000 200 gr Ubi Kayu
28 Sanjai Balado Merah Rp 15.000 200 gr Ubi Kayu
29 Serundeng Pisang Rp 15.000 100 gr Pisang
30 Kerupuk Jangek Eli Rp 20.000 100 gr Kulit Sapi
31 Kue Dakak-Dakak Rp 25.000 400 gr Tepung
32 Kue Bawang Morela Rp 15.000 200 gr Tepung
33 Kue Kare-Kare Rp 15.000 200 gr Tepung
34 Stick Ubi Jalar Ungu Rp 15.000 200 gr Ubi Jalar Ungu
35 Keripik Lapis Ovie Rp 15.000 200 gr Tepung
36 Emping Melinjo Rp 15.000 150 gr Emping
37 Kerupuk Bayam Rp 15.000 100 gr Bayam
38 Emping Jagung Pedas Manis Rp 15.000 200 gr Jagung
39 Kue Sapik Kacang Rp 20.000 150 gr Kacang
40 Kue Sapik Jagung Rp 20.000 200 gr Jagung
41 Kue Sapik Ubi Ungu Rp 20.000 200 gr Ubi Ungu
42 Kue Sagon RAT Rp 13.000 250 gr Tepung
43 Keripik Tempe Mansurin Rp 15.000 150 gr Tempe
45 Rendang Daging Kareza Rp 150.000 250 gr Daging
46 Macho Crispy Rp 20.000 150 gr Macho/Ikan
47 Rendang Ikan Rp 45.000 200 gr Ikan
48 Daun Mulbery Rp 20.000 150 gr Daun Murbey
49 Daun Sirsak Rp 20.000 100 gr Daun Sirsak
50 Teh Celup Daun Kopi Rp 40.000 70 gr Daun Kopi
51 Kacinamo Rp 20.000 40 gr Daun The
52 Sabai Teh Kawa Rp 18.000 30 gr Daun Kopi
53 Keripik Bawang Rp 20.000 250 gr Tepung
54 Onde-Onde Piletus Rp 15.000 250 gr Tepung
55 Rakik Macho dan Udang Rp 12.000 100 gr Telur
56 Kipang Kacang Sianok Rp 15.000 200 gr Kacang
57 Vinata Madu Riau Rp 150.000 250 ml Madu
58 Karak Kaliang Talua Rp 15.000 100 gr Telur
59 Dakak-Dakak Ubi Ungu Rp 15.000 75 gr Ubi Ungu
60 Kue Bulat-Bulat Rp 15.000 100 gr Tepung
61 Daun Shina Maki Rp 20.000 100 gr Daun Shina Maki

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 64

Lampiran 4. Daftar Pemasok Bji Kopi

No Bahan Baku Pemasok Alamat

1 Biji Kopi Haji Bas Koto Tuo Sungai Tarap

2 Biji Kopi Misrawati Tabek Patah

3 Biji Kopi Ario Muarolabuh

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 65

Lampiran 5. Daftar Harga Produk Pada Masing-Masing Saluran Distribusi

a. Saluran Langsung (Unit Centra)


Jumlah
No Jenis Produk Harga Jual
ke Konsumen Lokal
Pak/Lapik
1 Bubuk Kopi 235 gr 4 Rp 40.000
2 Bubuk Kopi 90 gr 10 Rp 40.000
3 Bubuk Kopi 45 gr 20 Rp 40.000
4 Bubuk Kopi 15 gr ( gantungan) 10 Rp 15.000

Jumlah Harga Jual


No Jenis Produk ke Konsumen Non
Pak/Lapik Lokal
1 Bubuk Kopi 235 gr 4 Rp 50.000
2 Bubuk Kopi 90 gr 10 Rp 50.000
3 Bubuk Kopi 45 gr 20 Rp 50.000
4 Bubuk Kopi 15 gr ( gantungan) 10 Rp 20.000

b. Saluran Tidak Langsung (Padang)


Jumlah
No Jenis Produk Harga Jual dari Perusahaan
Pak/Lapik ke TK Pemasaran

1 Bubuk Kopi 235 gr 4 Rp 38.000


2 Bubuk Kopi 90 gr 10 Rp 38.000
3 Bubuk Kopi 45 gr 20 Rp 38.000
Bubuk Kopi 15 gr
4 10 Rp 7.500
(gantungan)

Jumlah
Harga Jual
No Jenis Produk
Pak/Lapik ke Agen

1 Bubuk Kopi 235 gr 4 Rp 36.000


2 Bubuk Kopi 90 gr 10 Rp 36.000
3 Bubuk Kopi 45 gr 20 Rp 36.000
Bubuk Kopi 15 gr
4 10 Rp 6.500
(gantungan)

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 66

Lampiran 6. Wilayah Pemasaran Dan Daftar Nama Perantara Untuk


Saluran Tingkat 1
No Nama Pedagang Pengecer Wilayah Pemasaran
1 Loli Bandar Buat
2 Herman Bandar Buat
3 Herman Bandar Buat
4 Nikmat Bandar Buat
5 Ali Bandar Buat
6 Bary Lubis Bandar Buat
7 Ety Bandar Buat
8 Nurdin Bandar Buat
9 Bayu Bandar Buat
10 Yal C Baipas
11 Kuntum Baipas
12 Asril Baipas
13 Epi Baipas
14 Ahmad Baipas
15 Nani Gadui
16 IMCL Gadui
17 SKS Gadui
18 Riska Gadui
19 Samsi Indarum
20 Budi Indarum
21 Samsir Indarum
22 Aidil Indarum
23 Ermus Indarum
24 Sani Indarum
25 Edo Indarum
26 Eva Kampung Jua
27 Leni Kampung Jua
28 Salsi Kampung Jua
30 Lilis Kampung Jua
31 Jaso Mande Pasar Baru
32 Zul Pasar Baru
33 Soli Pasar Baru
34 Wanda Pasar Baru
35 Buya Alai
36 Nadila Alai
37 Yal Alai
38 Anto Binua
39 Bira Binua

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 67

Lampiran 7. Wilayah Pemasaran Dan Daftar Nama Perantara Untuk


Saluran Tingkat 2

No Nama Pedagang Pengecer Wilayah Pemasaran


1 Budi Air Pacah Simpang 4
2 Sally Air Pacah Simpang 4
3 Danang Air Pacah Simpang 4
4 Gusti Air Pacah Simpang 4
5 Kasni Air Pacah Simpang 4
6 Abdul Air Pacah Simpang 4
7 Sarah Air Pacah Simpang 4
8 Nuni Air Pacah Simpang 4
9 Odi Air Pacah Simpang 4
10 Loli Air Pacah Simpang 4
11 Kasmin Air Pacah Simpang 4

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 68

Lampiran 8. Wilayah Pemasaran Dan Daftar Nama Perantara Untuk


Saluran Tingkat 3
No Nama Pedagang Besar Wilayah Pemasaran
1 Ferdy Belimbing
2 Udin Belimbing
3 Bagus Kalumbu
4 Yoni Kalumbu
5 Opi Kalumbu
6 Jagat Kalumbu
7 Jefri Kalumbu
8 Sulaiman Kalumbu
9 Leni Kalumbu
10 Joko Kalumbu
11 Sisil Balai Baru
12 Sartika Balai Baru
13 Darwin Balai Baru
14 Murni Balai Baru
15 Taty Balai Baru
16 Dedy Balai Baru
17 Yono Balai Baru
18 Popi Balai Baru
19 Bayu Kuranji
20 Kasna Kuranji
21 Bari Limau Manis
22 Fahri Limau Manis
23 Leni Limau Manis
24 Deni Lubuk Minturun
25 Woli Lubuk Minturun
26 Udin Lubuk Minturun
27 Popi Lubuk Minturun

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 69

Lampiran 9. Matriks Pelaksanaan Kegiatan PKPM

Minggu ke

No Aspek

I II III IV V VI VII VIII IX X

Pengenalan
1 Gambaran/Lingkungan
Umum Perusahaan

Pencatatan
2 Keuangan/Pembukuan

3 Penanganan Pasca Panen

Pengumpulan Data Sesuai


4 Topik Laporan Tugas
Akhir
Penyusunan Laporan
5 Tugas Akhir

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 70

Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan PKPM

a. Produk Minuman

b. Produk Makanan

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 71

c. Kegiatan Produksi

d. Kegiatan Pengemasan Produk

Program Studi Agribisnis Pertanian


Laporan Tugas Akhir 72

e. Kegiatan di Office

f. Kegiatan Pemasaran

Program Studi Agribisnis Pertanian

Anda mungkin juga menyukai