Anda di halaman 1dari 33

8

Tinjauan Pustaka

Rujukan

Pengertian rujukan. Menyerahkan tanggung jawab dalam tugas

pemeberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dari fasiltas kesehatan yang satu

ke fasilitas kesehatan lain dilaksanakan secara timbal balik baik secara mendatar

ataupun tegak lurus dimana wajib dipatuhi oleh peserta jaminan kesehatan dan

seluruh fasilitas kesehatan disebut rujukan ( Permenkes No. 001, 2012).

Gambar 1. Alur Pelayanan Kesehatan

Jenis rujukan. Pelimpahan tanggung jawab pelayanan kesehatan dapat

dilakukan dengan cara yang mendatar maupun yang tegak lurus. Rujukan yang

secara mendatar adalah rujukan ini dilakukan pada tempat pelayanan kesehatan

dalam satu tingkat jika tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang

merujuk pasien tidak dapat memberikan perawatan dan pengobatan pasien sesuai

dengan kebutuhan kondisi pasien dikarenakan oleh fasilitas yang terbatas, sarana

dan prasarana berua peralatan dan/atau tidak ada atau terbatasnya jumlah tenaga
9

kesehatan seperti dokter spesialis maupun petugas kesehatan yang lain yang

sifatnya sementara atau menetap.

Rujukan yang vertical adalah pelimpahan tanggung jawab dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang berbeda tingkat, dapat dilakukan dari

tingkat pelayanan yang dasar ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau

sebaliknya.

Pelimpahan tanggung jawab pasien secara mendatar dilakukan jika:

a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter pasien membutuhkan perawatan dan

pengobatan secara spesialis atau subspesialis;

b. Fasilitas kesehatan yang merujuk dikarenakan fasilitas yang terbatas, serta

peralatan dan/atau jumlah tenaga yang kurang di tempat tempat pelayanan

kesehatan yang merujuk.

Rujukan yang secara tegak lurus dari tempat yang memeberikan pelayanan

kesehatan yang lebih tinggi tingkatnya ke fasilitas yang pelayanannya lebih

rendah apabila :

a. Apabila tempat pelayanan pengobatan pasien yang lebih rendah tingkatnya

mempunyai kemampuan dan kewenangan .

b. Rujukan untuk mempermudah pasien dari tempat pengobatan pasien yang

rendah tingkatnya merujuk ke tempat pengobatan yang lebih tinggi.

c. Penyebab terbatasnya sarana dan psarana, alat kesehatan dan/atau tenaga

kesehatan maka perujuk tidak dapat melakukan perawatan dan pengobatan

pasien sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan pasien (BPJS, 2014).

Persyaratan dalam memberikan rujukan. Dalam memberikan rujukan

maka persyaratan berdasarkan Permenkes RI No. 001 Tahun 2012 sebagai berikut:
10

a. Pasien dan/atau keluarganya menyetujui rujukan setelah mendapat

penjelasan dari petugas kesehatan.

c. Penjelasan oleh petugas kesehatan meliputi :

1) Penyakit dan pengobatan dan tindakan medis yang dibutuhkan

2) penyebab mengapa dilakukan rujukan

3) jika tidak dilakukan rujukan maka resiko apa yang bisa muncul

4) Kendaraan merujuk pasien

5) Selama dalam perjalanan menuju rumah sakit rujukan maka msalah

apa yang akan muncul.

Petugas kesehatan di tempat asal rujukan sebelum melakukan rujukan

harus melakukan hal seperti berikut:

a. Dengan tujuan menyelamatkan pasien selama proses rujukan dan untuk

menstabilkan keadaan pasien dengan tindakan cepat dan tepat sesuai

dengan kondisi pasien dan kemampuan dari fasilitas kesehatan yang

dituju.

b. Fasilitas kesehatan asal rujukan melakukan memastikan bahwa tujuan

tempat rujukan menerima pasien dengan melakukan konfirmasi dalam

kondisi pasien yang gawat darurat.

c. Adanya surat pengantar rujukan yang telah dibuat oleh perugas kesehatan

perujuk untuk disamaikan kepada fasilitas kesehatan yang menerima

pasien.

Petugas kesehatan yang penerima rujukan dalam hal komunikasi maka

wajib:
11

a. Memberitahukan kepada petugas fasilitas kesehatan yang merujuk tentang

kondisi alat kesehatan serta sarana dan petugas kesehatan yang tersedia

serta kompetensinya.

b. Menjelasakan tentang pertimbangn medis keadaan pasien yang dirujuk.

Fasilitas kesehatan telah menerima pasien dari fasilitasn kesehatan yang

merujuk maka dianggap roses rujukan telah terjadi. Fasilitas kesehatan yang

menerima rujukan harus memberi penjelassan kepada fasiliatas yang merujuk

tentang kemajuan kondisi pasien setelah selesai memberikan peraewatan,

selain itu fasilitas yang menerima rujukan bertanggung jawab melakukan

pengobatan dan perawatan lanjutan.

Rujukan dikarenakan kriteria pembagian wilayah. Fasilitas kesehaatan

pada sistem rujukan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

sesuai dengan ketentuan wilayah serta tingkat kemampuan sesuai kondisi pasien,

sebagaimana telah diatur oleh pemerintah pembagian wilayah dalam memberikan

pelayanan kesehatan.

Pelayanan secara pembagian wilayah dalam sistem rujukan kesuali bagi

kondisi pasien yang gawat darurat. Kriteria Sistem rujukan tersebut sebagai berikut:

1. Rumah sakit mampu menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan

karakteristik kelas rumah sakit

2. Adanya koordiansi rumah sakit dengan Fakultas Kedokteran

3. Kemudahan akses dalam mencapai rumah sakit tujuan rujukan.

4. Keadaan geografis pada wilayah fasilitas kesehatan.

Memilih tujuan rumah sakit rujukan maka perlu dipertimbangkan faktor


12

preferensi dari pasien dan keluarga ppasien dalam melakukan sistem pemetaan

wilayah rujukan (Syafrudin dalam Khoirunnisa, 2016).

Rujukan dengan Cara Berjenjang. Rujukan dengan cara berjenjang

yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan rujukan baik

secara lurus maupun mendatar yang dilakukan dari fasilitas kesehatan yang lebih

rendah ke fasilitas kesehatan lebih tinggi maupun sebaliknya (Kemenkes RI, 2013).

Gambar 2. Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang

Ketentuan Rujukan Secara Berjenjang. Ketentuan rujukan secara

berjenjang dapat dibagi sebagai berikut :

1. Pelayanan yang secara perorangan tediri dari :

a. Pemberian pengobatan kesehatan untuk tingkat yang dasar

b. Pemberian pengobatan kesehatan untuk tingkat yang kedua

c. Pemberian pengobatan kesehatan untuktingkatt yang ketiga

2. Pemberian pelayanan kesehatan untuk tingkat yang dasar yaitu

memberi perawatan pada pasien yang dasar.


13

3. Pemberian pengobatan kesehatan untuk tingkat yang kedua yaitu

memberikan pengobatan secara khusus oleh dokter yang lebih ahli.

4. Pemberian pelayanan kesehatan untuk tingkat yang ketiga yaitu

memberikan pengobatan secara khusus dan lebih mendalam dari

yang tingkat kedua yang dilakukan oleh dokter sub ahli atau dokter

gigi sub ahli.

5. Sistem rujukan dilaksanakan secara berjenjang wajib sesuai

peraturan perundang-undangan yang berrlaku dilakukan oleh

fasilitas kesehatan tingkaat rendah maupun fasilitas kesehatan lebih

tinggi.

6. BPJS kesehatan tidak akan membayarkan kepada peserta yang

mendapatkan pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan prosedur

sistem rujukan secara berjenjang.

7. BPJS kesehatan mengevaluasi penyelenggara kesehatan dengan

mensurvei kinerja yang tidak melakukan pelayanan kesehatan secara

berjenjangg.

8. Memberikan pelayanan kesehatan rujukan dilaksanakan baik secara

lurus maupun mendatar.

9. Pemberian pelayanan kesehatan rujukan mendatar yaitu pemberian

rujukan antar fasilitas ppelayanan kesehatan pada satu tingkat yang

sama dilakukan jika yang merujuk dikarenanakan terbatasnya

fasilitas, alat kesehatan, dan petugas kesehatan bersifat sementara

atau yang menetap sehingga tidak dapat memberikan pelayanan

kesehatan.
14

10. Pemberian rujukan yang secara tegak lurus dilaksanakan oleh

fasilitas kesehatan yang tingkatannya berbeda, hal ini dapt dilakukan

dari tingkatan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Hal yang Perlu Diperhatikan Pemberian Rujukan Secara Berjenjang.

Dalam pemberian rujukan secara berjenjang perlu diperhatikan sebagai berikut

1. BPJS Kesehatan tidak akan membayar bagi pasien tidak mematuhi aturan

selama mendapat perawatan, kecuali pada keadaan pasien yang

membutuhkan tindakan cepat, kondisi bencana, kondisi lokasi yang tidak

memungkinkan dan keterbatasan alat pemeriksaan dan pengobatan dari

tempat asal rujukan.

2. Pelayanan rujukan diperbolehkan untuk kawasan lintas kabuaten jika pada

pasien perbatasan atas pertimbangan geografis dan tujuan untuk

menyelamatkan pasien pada satu kabupaten tidak memungkinkan

dilakukannya rujukan. (BPJS Kesehatan, 2014).

Rumah Sakit

Definisi rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang

melakukan pengobatan dan perawatan kesehatan kepada seseorang secara

kompleks dengan menyediakan jenis pelayanan yang berbentukgawat darurat,

rawat jalan serta rawat inap menurut permenkes No. 56 tahun 2014.

Rumah sakit adalah suatu lembaga yang berfungsi memberikan pelayanan

pengobatan dan perawatan yang lengkap baik secara preventif dan kuratif kepada

pasien dengan jenis pelayanan rawat jalan dan rawat inap dan bagian integral dari

suatu bagian organisasi sosial (Rijadi dalam Khudoiri, 2012).


15

Tugas dan fungsi rumah sakit. Tugas dari rumah sakit yaitu melakukan

perawatan dan pengobatan kepada individu secara secara lengkap. Sedangkan

fungsi rumah sakit yaitu :

1. Melakukan pengobatan serta memulihkan pasien dari penyakit sesuai

dengan aturan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.


2. Melalui pelayanan kesehatan yang lengkap pada pelayanan kesehatan

tingkat kedua dan ketiga dengan memilhara dan meningkatkan kesehatan

perorangan sesuai kebutuhan medis.


3. Rumah sakit juga berfungsi meningkatkan kemampuan dalam

memberikan pelayanan kesehatan dengan menyelenggarakan pendidikan

dan pelatihan tenaga kesehatan.


4. Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memperhataikan etik

dan ilmu pengetahuan pada bidang kesehatan maka rumah sakit

menyelenggarakan penelitian dan teknologi yang berkaitan dengan

kesehatan.

Klasifikasi rumah sakit. Menurut Permenkes Nomor 56 Tahun 2014,

rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, diselenggarakan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, sehingga rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah

sakit.

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan

dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus

1. Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi:

a) Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas


16

oleh pemerintah, dimana rumah sakit ini ditetapkan sebagai

pelayanan rujukan tertinggi. Pelayanan yang diberikan antara lain :

Pelayanan medik (6 pelayanan medik), kefarmasian, keperawatan

dan kebidanan, penunjang klinik, penunjang nonklinik, rawat inap.

Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% dari

seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan 20%

dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik swasta. Sedangkan

jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5 % dari seluruh

tempat tidur untuk Rumah Sakit milik pemerintah dan swasta.

b) Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan

subspesialis terbatas. Pelayanan yang diberikan antara lain:

Pelayanan medik (6 pelayanan medik), kefarmasian, keperawatan

dan kebidanan, penunjang klinik, penunjang nonklinik, rawat inap.

Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% dari

seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit Milik Pemerintah dan 20%

dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik swasta. Sedangkan

jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% dari seluruh

tempat tidur untuk rumah sakit milik pemerintah dan swasta.

c) Rumah Sakit Umum Kelas C; Pelayanan medik (7 pelayanan medik),

kefarmasian, keperawatan dan kebidanan, penunjang klinik,

penunjang nonklinik, rawat inap. Jumlah tempat tidur perawatan

kelas III paling sedikit 30% dari seluruh tempat tidur untuk rumah

sakit milik Pemerintah dan 20% dari seluruh tempat tidur untuk
17

rumah sakit milik swasta. Sedangkan jumlah tempat tidur perawatan

intensif sebanyak 5% dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit

milik pemerintah dan swasta

(1). Aspek Ketenagaan Rumah Sakit Umum Kelas C

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56

Tahun 2014, Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan

jenis dan tingkat pelayanan, dengan ketentuan :

a). Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada sembilan

orang dokter dan dua orang dokter gigi untuk pelayanan gigi

mulut.

b) Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-

masing minimal dua orang dokter spesialis untuk setiap

pelayanan.

c) Ada setiap pelayanan spesialis penunjang medik masing-

masing minimal satu orang dokter spesialis setiap pelayanan

dan satu orang dokter gigi spesialis untuk setiap jenis

pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.

d) Tenaga kefarmasian minimal terdiri dari satu orang apoteker

sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit, dua apoteker

bertugas di rawat inap yang dibantu minimal 4 orang tenaga

teknis kefarmasian, 4 orang apoteker di rawat inap yang

dibantu 8 orang tenaga teknis kefarmasian serta satu orang


18

apoteker yang dapat merangkap melakukan pelayanan

farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan.

e) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah

2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan

pelayanan di Rumah Sakit.

f) Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga non

kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah

sakit.

(2) Aspek Sarana, Prasarana dan Organisasi Rumah Sakit Umum

Kelas C

Peralatan rumah sakit umum kelas C harus memenuhi standar

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peralatan yang harus memenuhi standar antara lain peralatan

medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat

intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium

klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medic, farmasi, instalasi gizi,

dan kamar jenazah. Pelayanan rawat inap rumah sakit umum kelas

c harus dilengkapi dengan fasilitas antara lain jumlah tempat tidur

perawatan kelas III minimal 30 % dari seluruh tempat tidur untuk

Rumah Sakit milik Pemerintah, jumlah tempat tidur perawatan

kelas III minimal 20% dari seluruh tempat tidur untuk Rumah

Sakit milik swasta dan junlah tempat tidur perawatan intensif

sebanyak 5% dari seluruh tempat tidur untuk rumah sakit milik


19

pemerintah dan rumah sakit milik swasta (Permenkes No.56

Tahun 2014).

d) Rumah Sakit Umum Kelas D, Pelayanan yang diberikan antara

lain pelayanan medis (4 pelayanan medis) dan pelayanan

kefarmasian, keperawatan dan kebidanan, penunjang klinik,

penunjang nonklinik, rawat inap. Jumlah tempat tidur perawatan

kelas III paling sedikit 30% dari seluruh tempat tidur untuk rumah

sakit milik pemerintah dan 20% dari seluruh tempat tidur untuk

rumah sakit milik swasta. Sedangkan jumlah tempat tidur

perawatan intensif sebanyak 5% dari seluruh tempat tidur untuk

rumah sakit milik pemerintah dan swasta.

e) Rumah Sakit Umum Kelas D pratama, didirikan dan diselenggarakan

untuk menjamin ketersediaan dan meningkatkan aksesibilitas

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tingkat kedua. RSU

Kelas D Pratama hanya dapat didirikan dan diselenggarakan di

daerah tertinggal, perbatasan, atau kepulauan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi:

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A; Rumah sakit khusus kelas A adalah rumah

sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit

pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai

kekhususan yang lengkap.

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B


20

Rumah sakit khusus kelas B adalah rumah sakit khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas

c. Rumah sakit khusus kelas C

Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang

minimal.

Preferensi

Pengertian preferensi. Preferensi (preference) adalah penilaian atas

sesuatu hal terhadap sesuatu pilihan yang diminati diharapkan dapat memberikan

keuntungan yang lebih baik. (Kotler dalam Fauzia, 2014).

Preferensi juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan konsumen

didalamnya terjadi proses pengambilan keputusan dimulai dari kegiatan mencari,

membeli, menggunakan sampai mengevaluasi untuk mendapatkan barang-barang

ataupun jasa. Dari rangkaian pengertian dari preferensi memunyai dua bagian

yang penting, yakni: (1) proses mengambil keputusan dalam membeli barang atau

jasa dan (2) proses mengevaluasi barang dan jasa yang didapatkan

Beberapa determinan keputusan pilihan (Preferensi) rumah sakit

rujukan. Determinan preferensi merupakan faktor yang melatarbelakangi

seseorang dalam memilih suatu barang ataupun jasa. Menurut model Sandhusen

menjelasakan bahwa tanggap seorang pembeli dalam melakukan proses

pembelian dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh faktor internal di dalam

diri konsumen sepperti karakteristik yang melekat pada diri seseorang dan faktor
21

eksternal yaitu segala sesuatu yang berasal dari luar pembeli itum hal menentukan

respon untuk memilih suatu produk dipengaruhi segala hal berasal dari dan luar

diri konsumen.

Menurut Kotler dan Keller (2009) perilaku konsumen adalah mempelajari

bagaimana seorang, kelompok dalam memuaskan kebutuhan dan hasrat sehingga

memilih dan kemudian membeli suatu barang dan jasa.

Perilaku konsumen coba disederhanakan dengan pembuatan model-model

terkait perilaku konsumen karena tidak teratur. Berikut ini adalah model perilaku

pembeli yang dikemukakan oleh Kotler .

Gambar 3 Model Perilaku Konsumen Kotler

Rangsangan pemasaran. Amstrong (2008) menjelaskan bahwa bauran

pemasaran (marketing mix) adalah dalam mencapai sasaran pada respon di pasar

yang diinginkan oleh perusahaan dengan menggunakan suatu cara atau strategi

yang terdiri dari:


a. Produk

Kotler dan Keller (2009) menjelasakan bahwa produk adalah segala

sesuatu yang diberikan dalam mencapai keinginan ataupun kebutuhan dari


22

konsumen. Dalam mengambil keputusan terhadap pembelian suatu produk maka

konsumen perlu menilai produk.

Suatu produk dapat dikatakan sukses atau tidak dengan melihat dari

beberaa hal yang tidak dapat berdiri sendiri jika tidak didukung oleh faktor lain

seperti harga, distribusi atauun iklan (Fauzia, 2014).

b. Harga

Harga adalah suatu nilai terhadap suatu produk ataupun jasa dalam bentuk

uang Kotler dan Amstrong (2008). Seorang pelanggan untuk mendapatkan suatu

produk atau jasa maka harus berkorban dengan memberikan sesuatu disebut juga

harga.

Menurut Engel, Blackwell, Miniard (1994) dalam Swastha dan Hani

(2000) bahwa harga produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Jika

harga suatu produk ya dinilai mahal akan menimbulkan kekhawatiran mengenai

resiko pengeluaran biaya yang banyak dalam pembelian, yang pada gilirannya

menyebabkan pencarian yang lebih besar terhadap produk lain. Karena menurut

Hartono (2010), “harga” bagi konsumen tidak hanya uang, namun pengorbanan

lain seperti waktu, tenaga, biaya perjalanan, dan kejemuan dalam menunggu

pelayanan (Setiadi,2015)

c. Tempat

Menurut Lupiyoadi dan Hamdani, tempat merupakan keputusan dalam

menentukan lokasi dalam mencapai barang ataupun jasa. Seringkali lokasi

menjadi faktor yang sangat krusial dalam menentukan kesuksesan suatu penjualan

jasa. Menurut Hartono bahwa lokasi merupakan dalam menentukan pilihan untuk

memperoleh pelayanan kesehatan maka menjadi salah satu pertimbangan


23

pelanggan.

Menurut Engel, Blackwell. Miniard bahwa selain lokasi maka jarak lokasi

rumah sakit merupakan determinan keputusan dalam pemilihan tempat penjualan.

Jarak lokasi tempat penjualan dengan calon pembeli juga merupakan hal yang

diperhatikan oleh pemasar. Selain itu Engel, Blackwell.

d. Promosi

Promosi merupakan suatu kegiatan oleh suatu penghasil produk untuk

memberitahu dan mengenalkan keunggulan produk agar mempengaruhi

pelanggan untuk berminat sehingga membeli atau menggunakan roduk tersebut.

Menurut Hartono (2010) bahwa pelanggan dalam memilih fasilitas

pelaynan salah satunya dikarenakan pelanggan tersebut memiliki kemudahan

ataupun mendapatkan informasi. Rumah sakit atau penyelenggara pelayanan

kesehatan sebaiknya melakukan pengamatan untuk memahami faktor-faktor yang

menjadi keinginan konsumen terhadap pelayanan. Carvens dalam Nurhasanah

mengemukakan bahwa kegiatan promosi digunakan untuk membantu produsen

berkomunikasi dengan konsumen (Fauzia, 2014).

Karakteristik pembeli. Karakteristik pembeli dipengaruhi oleh budaaya,

soosial, faktor di dalam pribadi dan kejiwaaan seseorang.

a. Faktor budaya

Faktor budaya merupakan nilai-nilai yang dasar dari tingkah laku,

persepsi, keinginan yang melekat yang telah dipelajari oleh seseorang dari

anggota keluarga, masyarakat ataupun suatu lembaga. Faktor budaya ini menjadi

penyebab paling tinggi dari keinginan seseorang.

Tingkah laku dari pelanggan dapat ditunjukkan dari kebiasaan dan


24

kehidupannya menginginkan suatu barang ataupun jasa ditentukan oleh

kebudayaan, oleh karena itu perusahaan penyedia barang atau jasa tersebut

dituntut ,untuk memahami memenuhi keinginan konsumen

b. Faktor sosial

Thamrin Abdullah dan Francis Tantri dalam Setiadi (2015) mengemukakan

bahwa perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok

kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen.

1. Kelompok Panutan

Kelompok yang memberikan pengaruh terhadap keputusan dalam bersikap

seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung dimana Kelompok

ini ikut serta dalam berinteraksi

2. Keluarga

Anggota keluarga merupakan kelompok Panutan yang paling pertama kali

kita jumai dalam mempengaruhi untuk menentukan sikap. Pengaruh

pasangan hidup (suami/istri) keluarga prokreasi (family of procreation)

serta keluarganya lain seperti anak-anaknya merupakan pengaruh yang

lebih langsung dalam membeli sautu produk sehari-hari.

Terdapat beberapa tipe keluarga menurut Kotler (2009) yaitu autonomic

(keputusan diambil oleh suami dan istri perannya sama banyaknya),

husband domination (sebagian besar diputuskan oleh suami), wife

domination (sebagian besar pembelian diputuskan oleh istri), dan

syncratic (sebagian besar keputusan dilakukan bersama-sama) (Fauzia,

2014).
25

Engel, Blackwell, Miniard (1994) dalam Swastha dan Hani (2000)

mengatakan bahwa dalam memutuskan sutu produk maka setidaknya

harus melibatkan sekurangnya lima dari anggota keluarga. Keluarga

berperan sebagai pengaruh (Influencer) yaitu dalam pembelian suatu

produk maka keluarga mencari seseorang yang pendapatnyya didengar

sesuai dengan kriteria evaluasi.

Selain influencer, keluarga juga memiliki peranan decider. Engel,

Blackwell, Miniard mengatakan bahwa peranan keluarga dalam pembelian

salah satunya adalah sebagai pengambil keputusan (decider). Pengambil

keputusan adalah peran dari salah satu keluarga yang memutuskan karena

mempunyai wewenang dalam memutuskan pengeluaran uang dalam

memilih produk yang diinginkan (Setiadi, 2015).

3. Status dan Pengaruh


Status dan Pengaruh seseorang dapat menentukan posisi dalam suatu

kelompok baik dalam keluarga maupun organisasi. Posisi merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh sesorang dan dari peran yang telah dilakukan

seseorang tersebut maka akan memunculkan status ppada diri seseorang.


c. Faktor Pribadi

Menurut Sumarwan dalam Setiadi (2015) karakteristik dalam pribadi

seseorang akan memberikan pengaruh dalam memutuskan membeli suatu produk

yaitu usia pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keuangan, gaya hidup, serta

kejiwaan dan konsep diri.

1. Usia dan Tahap Daur Hidup


Seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka akan berbeda dalam
kebutuhan untuk membeli barang ataupun jasa oleh karena itu setiap

perusahaan memilih kelompok-kelompok untuk menjadi sasaran pasarnya.


26

2. Pekerjaan dan Keadaan Ekonomi

Membeli suatu barang atau jasa akan dipengaruhi oleh pekerjaan seseorang.

Pekerjaan juga erat kaitannya dengan pendidikan seseorang. Menurut Engel,

Blackwell, Miniar mengatakan bahwa pekerjaan dapat dijadikan sebagai

penentu kelas konsumen dalam membeli barang atau jasa, gaya hidup diri

seseorang dipengaruhi oleh pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan maka akan

memiliki pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Dengan tingginya

tingkat pendidikan juga menjadikan pembeli mencari aspek dari produk

sebelum keputusan pembelian (Fauzia, 2014)

Dalam mengumpulkan aspek atau valensi yang disebut sebagai nilai sifat dari

lingkungan biologis, aspek informasi dibagi menjadi positif dan negative.

Clawson menjelaskan bahwa valensi positif berarti sesuatu yang apabila

mengurangi tegangan bila pribadi mendapatkan sesuatu itu, hal ini bersifat

menarik. Sedangkan valensi negatif berarti apabila sesuatu yang meningkatkan

tegangan bila pribadi menghampirinya, hal ini bersifat menolak (Fauzia, 2014).

Kotler dan Keller. Hal ini membuat pemasar juga harus memperhatikan

keadaan ekonomi dari pelanggan untuk dapat mengidentifikasi pasaran produk

di kalangan profesi atau pekerjaan pelanggan. Kondisi keuangan seseorang

sangat memppengaruhi dalam membeli suatu barang dan jasa. Hal yang sama

diungkapkan oleh Widhadiningrat dalam Khudori dalam Fauzia (2014) yang

menyatakan bahwa faktor kondisi keuangan dalam keluarga kan memengaruhi

seorang ibu dalam keluarga khususnya pada ibu hamil untuk mendapatkan

kesehatan kehamilannya. Contoh produk dalam hal ini ialah pelayanan

kesehatan untuk ibu hamil.


27

3. Gaya Hidup dan Perilaku

Gaya hidup merupakan Kegiatan, hobi dan pendapat dari yang dapat

mengekspresikan pola hidup dari seseoran, dimana gaya hidup ini merupakan

proses interaksi seseorang dengan lingkungannya. Perusahaan menjadi gaya

hidup menjadi strategi baru dalam menjadi sasaran pasar untuk menjual

barang atau produknya (Setiadi, 2015).

4. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian merupakan ciri kejiiwaan yang melekat pada diri seseorang yang

menimbulkan respon, dimana karakteristik ini berbeda pada setiap orang

sehingga dalam membeli suatu barang dan jasa maka akan berbeda pula

(Setiadi, 2015).

Faktor psikologi. Faktor kejiwaan pada diri seseorang seperti motivasi,

persepsi, keyakinan dan pendirian serta pembelajaran akan memengaruhi

seseorang dalam memilih suatu barang mauun jasa.

1. Motivasi

Motivasi merupakan segala seseuatu yang membuat seseorang untuk

bertindak dalam memenuhi kebutuhan, seperti kebutuhan untuk kesehatan

yang menjadi dorongan seseorang untuk mencapai ke tingkat yang

memadai dan bertindak untuk memenuhi kebutuhannya (Kotler dalam

Fauzia, 2014).

2. Persepsi

Persepsi merupakan bagaimana seseorang menyeleksi, dan kemudian

menginterprestasikan informasi yang dieroleh untuk menimbulkan suatu

gambaran akan sesuatu sehingga mempunyai arti. Proses penilaian


28

terhadap lingkungan disekitarnya tergantung pada rangsangan fisik,

lingkungan sekitar dan juga kondisi seseorang untuk dijadikan bahan

pertimbangan seseorang untuk memilih sesuatu (Kotler dalam Fauzia,

2014).

3. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses integrasi antara rangsangan,

dorongan, tindakan, tanggapan serta pengautan sehingga akan

menimbulkan perubahan tingkah laku dari diri seseorang. Pengalaman

yang dialami seseorang dari suatu peristiwa maka akan menimbulkan

pembelajaran. Dari pembelajaran, seseorang dapat membuat keputusan

dalam memilih untuk bertindak.

4. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan berdasarkan diperoleh seseorang berdasarkan dari ilmu

pengetahuan, pendapat atau kepercayaan sehingga menghasilkan emikiran

yang dimilki seseorang tentang sesuatu hal. Keyakinan yang dimiliki

seseorang dapat mempengaruhi dalam memilih atau membeli suatu barang

atau produk.

Social Pribadi
Budaya Umur dan siklus hidup
• Budaya Kelompok
Pekerjaan
• Sub budaya acuan
Situasi
• Tingkat sosial sosial Keluarga Keuangan
Peran dan status Pola hidup
Kejiwaan dan konsep diri

Gambar 4. Faktor-faktor determinan perilaku konsumen


Proses Pengambilan Keputusan
29

Keputusan adalah proses evaluasi dari beberapa pilihan untuk menentukan

preferensi dari bebarapa jenis produk (Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam

Juwita, 2015). Menurut Ristyanti Prasetijo, & John J.O.I Ihalauw dalam Setiadi

(2015) mendefiniskan keputusan adalah tindakan untuk memilih dua atau lebih

pilihan.

Perusahaan yang menghasilkan suatu barang atau produk

sebaiknyamelihat emasaran yang tepat dengan memahami perilaku pelanggan

terhadap apa yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhannya sehingga dapat

mengambil keputusan. Perlu memahami pelanggan dikarenakan roses

pengambilan keputusan pelanggan dalam membeli suatu roduk diengaruhi oleh

beberapa faktor.

Menurut Deliyanti Oentoro dalam Juwita (2015) dalam proses

memutuskan membeli suatu barang atau jasa maka maka memilki struktur, oleh

karena itu setiap penghasil barang atau jasa perlu menyusun struktur yang terdiri

dari :

1. Keputusan tentang Jenis Produk

Penyedia barang atau jasa memusatkan perhatiannya kepada pelanggan yang

berminat serta mempertimbangkan produk pilihan yang lain sehingga mereka

mengambil keputusan

2. Keputusan tentang Merek


Penghasil barang atau jasa harus memahami konsumen memilih sebuah merek

dimana setiap merek yang dihasilkan mempunyai perbedaan dengan merk

yang lain sehingga pelanggan dapat mengambil keputusan merk apa yang

akan dibelinya.
30

3. Keputusan tentang Penjualnya


Penghasil barang dan jasa serta distributornya harus memahami dimana

pelanggan memutuskan memilih tempat membelinya suatu barang atau jasa.


4. Keputusan tentang Waktu Pembelian
Penghasil barang dan jasa harus memahami faktor-faktor yang mejadikan

keputusan pelanggan dalam menentukan waktu membeli, hal ini terkait

tersedianya uang pada pelanggan sehingga memutuskan kapan dapat membeli

suatu barang atau jasa.


5. Keputusan tentang Cara Pembayaran
Mempertimbangkan bagaimana metode atau cara membayar suatu barang

atau jasa dalam memutuskan membeli suatu barang atau jasa sehingga

perusahaan harus memahami keinginan konsumen.


Interaksi Sosial Antara Dokter daan Pasien

Hubungan antara dokter dan pasien pada hakikatnya tidak dapat terjadi

tanpa melalui interaksi yang bersifat komunikatif dimana kedua belah pihak saling

berpartisipasi (hubungan timbal balik). Interaksi adalah terjadinya hubungan

timbal balik antara komunikator dan komunikan baik bersifat perorangan,

kelompok atau masyarakat. Interaksi sangat membantu pasien dalam proses

penyembuhan dan pengobatan dimana baik dokter ataupun pasien akan saling

memberi informasi sehingga tidak hanya dokter yang aktif tetapi pasien juga

diharapkan aktif sehingga tidak menyebabkan terjadinya hubungan paternalistik

dimana dokter serba tahu (Andhy, 2016).

Menurut Katz bahwa hubungan paternalistik kondisi disebabkan karena

dalam memustuskan tindakan atau pilihan pengobatan pasien menyerahkan penuh

kepada dokter karena dokter dianggap sebagai profesi yang tidak mungkin berbuat

salah dalam melakukan tindakan kesehatan, karena dianggap adanya pencitraan

oleh dokter dan dokter menyadari akan adanya pencitaan ini sehingaa dibawah
31

alam sadar dokter mengangga bahwa dirinya lebih tahu dari ppasien (Andhy,

2016).

Menurut Szasz dan Holender (Andhy, 2016) pola hubungan dokter dan

pasien dapat dilihat dalam tiga pola, yaitu :

1. Activity – Passivity (hubungan aktif-pasif) yakni yang mengendalikan arus

komunikasi dan membuat keputusan adalah dokter sebagai ahli medis dan

membuat karena dianggapp lebih dari 0engetahuan dan keahlian sementara

pasien mempercayai dokter karena pada posisi kurang tahu.

2. Guidance Cooperation (hubungan membimbing kerjasama) yakni pada model

ini kondisi kooperatif antara dokter dan pasien, dokter pada posisi yang

dominan dalam memutuskan tindakan akan tetapi pasien bebas memutuskan

sesaui keinginan. Dokter memberikan penjelasaan dann mengarahkan pada

pasien.

3. Mutual Participation (hubungan saling berperan serta) yakni dasar pandangan

dari model ini adalah equal (keseimbangan) artinya bahwa dokter dan pasien

berpartisipasi penuh. Untuk mendapatkan informasi mengenai pasien dokter

menanyakan kepada pasien karena dianggap yang lebih mengetahui tentang

kondisinya adalah pasien itu sendiri. Informasi terkait dengan keluhan pasien

yang berkaitan dengan kesehatannya dan mencoba merahasiakan

informasi

tersebut (hanya untuk dokter).

Penelitian Lain yang Relevan

Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian kajian pengambilan

keputusan dalam proses rujukan pada pasien adalah :


32

1. Customers’s Preference For Selecting Private Hospital : A Study In

Minipur ( Rajkumar Grinhari Singh, Dr. Md. Kheiruddin Shah, 2013).


Hasil penelitian menunjukkan dari beberapa faktor atribut memilih rumah

sakit yaitu jarak, kenyaman transportasi, biaya, infrastruktur, tersedianya

dokter spesialis, Kegawatdaruratan pasien, Saran dari keluarga,

rekomendasi dokter, Keamanan dan kenyamanan, pengaruh media, serta

ketersediaan fasilitas maka proporsi tertinggi adalah tersedianya dokter

spesialis diikutin dengan faktor Infrastruktur serta kenyamanan dan

keamanan.

2. Gutacker melakukan penelitian tahun 2016 tentang Alasan mengapa

seseorang memilih rumah sakit.

Penelitian ini dilakukan April 2010 dan Maret 2013 pada semua pasien

penggantian pinggul di rumah sakit umum dan swasta di Inggris

memperoleh hasil bahwa pasien lebih memilih rumah sakit yang kualitas

nya baik yaitu dengan melaporkan secara lengkap perkembangan

kesehatan mereka, walaupun mereka harus menempuh jarak dengan

perjalanan yang jauh untuk mencapai rumah sakit yang mereka inginkan.

3. Penelitian Haryanto dan Ollivia pada tahun 2014 untuk melihat

kecendrungan Pasien dari Indonesia berobat ke Singapura.


Hasil penelitian menunjukkan pasien dari Indonesia berobat ke luar negeri

yaitu Singapura padahal di dalam negeri banyak fasilitas kesehatan

dikarenakan karena kualitas dari dokter dan pelayanan yang diberikan

selama perawatan bukan karena persesi seorang terhadap pelayanan rumah

sakit.
33

4. Penelitian Dumpapa, dkk tahun 2013 di rumah sakit Belitung tentang

faktor-faktor dalam memilih rumah sakit.


Penelitian ini menunjukkan bahwa seorang konsumen dalam memilih

rumah sakit tidak dikarenakan lokasi untuk mencaai rumah sakit, akan

tetapi pelanggan memilih rumah sakit dikarenakan karena bharga yang

harus dikeluarkan, kualitas dokter dan perawat dan juga informasi yang

diperoleh.
5. Penelitian Aggrhaeni tahun 2013 di rumah sakit Muhammadiyah Kabuaten

Boyolali tentang keputusan dalam memilih rumah sakit.


Penelitian ini dilakuakan Aggrhaeni menunjukkan bahwa masyarakat

memiih pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, biaya

pengobatan akan tetapi pengaruh fasilitas dalam memilih pelayanan

kesehatan tidak mempengaruhi.


6. Penelitian Magdalena tahun 2017 tentang keputusan dalam memilih rumah

sakit di Bangka Belitung.


Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian menggunakan

Analitycal Hierarcy Process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar atau keluarga pasien di Bangka Belitung memilih rumah

sakit yang mempunyai layanan kesehatan paling baik dan sebagian besar

pasien yang dirujuk adalah pasien dengan rujukan poli rawat inap bangsal.
Kerangka Berpikir

Pada penelitian ini kerangka berpikir yang merupakan gambaran ringkasan

berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka yang telah

dilakukan sebelumnya, seperti gambar dibawah ini

Determinan Pengambilan Keputusan Pasien


Dalam Pilihan Rumah sakit Rujukan
34

- Pengambil Keputusan
- Fasilitas
- Persepsi kualitas
- Dokter ahli (dokter spesialis)
- Geografis
- Relasi sejawat
- Emergensi
- Pembelajaran
- Referensi
- Sosial
- Agama dan budaya

Keputusan Pasien ke Rumah sakit Rujukan

Gambar 5. Kerangka Pikir

Dari gambar kerangka berpikir di atas menjelaskan bahwa determinan

pengambilan keputusan pasien dalam pilihan rumah sakit rujukan di RSUD kota

Subulussalam terdiri dari siapa pengambil keputusan, dan adanya berbagai faktor

determinan seperti fasilitas, persepsi kualitas, dokter ahli (dokter spesialis),

geografis, relasi sejawat, emergensi, pembelajaran, referensi, sosial, agama dan

budaya sehingga dipustuskan lah rumah sakit rujukan.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

dimana penelitian difokuskan pada proses yang terjadi pada penelitian.

Pendekatan pada penelitian ini adalah fenemologi yang menjelaskan struktur

kesadaran dalam pengalaman manusia. Pendekatan ini berupaya membiarkan

realistas mengungkapkan dirinya sendiri secara alami. Melalui “pertanyaan


35

pancingan”, subjek penelitian dibiarkan menceritakan segala macam dimensi

pengalamannya berkaitan dengan sebuah fenomena/peristiwa. Studi fenomologi

bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai

pengalamannya dalam suatu peristiwa (Creswell, 2016). Pada penelitian ini

menggunakan pendekatan fenomologi karena ingin menggali kesadaran dokter

perujuk, pasien dan keluarga pasien mengenai pengalaman dalam proses

pengambilan keputusan dalam memilih rumah sakit rujukan di RSUD kota

Subulussalam.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan obyek penelitian adalah RSUD Kota Subulussalam

kelas C Pemerintah Daerah Kota Subulussalam. Alasan pemilihan lokasi

penelitian ini adalah karena bervariasinya tujuan rujukan dari RSUD Kota

Subulussalam, dan secara Geografis kota Subulussalam yang merupakan daerah

perbatasan antara propinsi Aceh dan Sumatera Utara serta berdasarkan penelitian

sebelumnya bahwa tingginya angka rujukan dan pengguna rujukan yang tidak

sesuai dengan sistem yang sebenarnya di wilayah kerja RSUD Kota Subulussalam

tersebut. 35

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai dengan

bulan Oktober 2018 (mulai dari survei penelitian sampai penyajian hasil

penelitian).

Informan Penelitian

Informan adalah orang yang diwawancarai dan dimintai informasi

oleh pewawancara yang diperkirakan menguasai masalah penelitian dan


36

memahami data informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informasi

adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan

bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan

menggunakannya untuk membuat Keputusan.

Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kualitatif,

maka penentuan informan didasarkan pada kriteria sesuai dengan tujuan

penelitian. Informan ditetapkan secara purposive berdasarkan pertimbangan

bahwa mereka dianggap dapat memberikan data dan informasi pengambilan

keputusan dalam pilihan rumah sakit rujukan di RSUD Kota Subulussalam.

Melalui pertimbangan faktor kebutuhan akan data dan informasi, faktor

dukungan sumber daya yang dimiliki peneliti dan informan, maka informan yang

diwawancarai adalah :

1. Pasien yang akan dirujuk ke Rumah sakit Rujukan


2. Keluarga Pasien
3. Dokter Spesialis yang merujuk
4. Dokter Umum yang merujuk
5. Verifikator BPJS Kesehatan di RSUD Subulussalam

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

metode wawancara mendalam, teknik observasi dan teknik dokumentasi

1. Metode Wawancara (interview)

Teknik pengumpulan utama dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam

dengan subjek penelitian. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab dengan bertatapan muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, (Sumantri,

2013). Teknik ini berpedoman kepada panduan wawancara yang telah


37

dipersiapkan. Teknik ini dilakukan untuk menjelasakan bagaimana

pengambilan keputusan pasien dalam pilihan rumah sakit rujukan di RSUD

Kota Subulussalam.

2. Metode Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugyono, 2013). Dokumentasi pada penelitian ini yaitu berkaitan

dengan data rujukan pasien di RSUD Kota Subulussalam, data profil RSUD

Kota Subulussalam serta data rekam medis RSUD Kota Subulussalam.

Definisi Konsep

Untuk mempermudah dalam pengolahan data dan pembahasan maka

dirumuskan defenisi konsep penelitian yaitu :

1. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pengintegrasian yang

mengkombinasi pengetahuan dalam mengevaluasi beberapa alternatif

untuk bertindak dan memilih salah satunya.


2. Pilihan Rumah sakit rujukan adalah suatu pilihan utama atau penilaian

terhadap rumah sakit yang dituju pasien untuk melakukan pelayanan

kesehatan lanjutan.
3. Pengambil keputusan adalah siapa saja yang terlibat dalam proses

pemilihan rumah sakit rujukan.


4. Fasilitas adalah Ketersediaan pelayanan yang memudahkan pasien untuk

mendapatkan pelayanan yang diperlukan seperti laboratorium,

pemeriksaan radiologi, obat dan alat kesehatan untuk keperluan

diagnosa dan pengobatan, secara langsung dan tidak langsung

berpengaruh terhadap kunjungan ke rumah sakit


38

5. Persepsi kualitas adalah peneliaian terhadap mutu pelayanan dari rumah

sakit rujukan
6. Emergensi merupakan Kondisi dimana pasien membutuhkan pertolongan

segera yaitu cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian.


7. Dokter ahli (spesialis) adalah dokter yang menguasai di bidangnya.
8. Geografis adalah posisi atau letak dari rumah sakit berada sehingga

memengaruhi jarak dari rumah sakit rujukan.


9. Referensi adalah kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun

tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.


10. Relasi sejawat adalah hubungan profesional anatara dokter rumah sakit

asala dengan dokter rumah sakit rujukan.


11. Pembelajaran adalah perubahan perilaku yang diperoleh dari pengalaman

sebelumnya terhadap suatu peristiwa.


12. Sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen suatu masyarakat

yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setiap

jenjang itu memiliki nilai - nilai, kepentingan atau minat, serta tingkah

laku yang sama seperti keluarga


13. Agama dan Budaya Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar,

persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota

masyarakat dari keluarga dan lembaga peting lainnya.

Instrumen Penelitian

Instrumen untuk penelitian ini adalah peneliti sendiri yang menggunakna

pedoman dokumentasi dan wawancara mendalam. Mengenai instrumen pokok

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Untuk

melibatkan peneliti sebagai instrumen bukan berarti menghilangkan esensi

manusianya, tetapi kepastian jiwa dan raganya dalam mengamati, melacak,

memahami, bertanya dan mengabstrasikan merupakan suatu alat penting dalam


39

penelitian kualitatif ini. Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif bermaksud

ingin memahami, mengungkapkan perasaan, pengertian, persepsi dan perilaku

manusia. Selain itu ingin menemukan makna dan interaksi manusia sebagai

subyek dari kehidupan sehari-hari dalam situasi tertentu. Maka, tidak salah

apabila peneliti merupakan satu-satunya instrumen utama dalam penelitian ini.

Metode Analisis Data

Menurut Creswell (2016) Terdapat prosedur yang penting dalam

melaksanakan penelitian pendekatan fenemologi sebagai berikut :

1. Tahap awal.

Peneliti mendeskripsikan seppenuhnya fenomena yang dialami

informan. Seluruh rekaman hasil wawancara mendalam dengan subjek

penelitian ditranskripsikan ke dalam bahasa tulisan

2. Tahap Horizonalization

Dari hasil transkripsi, peneliti menginventarisasi pernyataan-

pernyataan penting yang relevan dengan topik. Pada tahap ini, peneliti

harus bersabar untuk menunda penilaian.

3. Tahap Cluster of Meaning

Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan tadi ke

dalam tema-tema atau unit-unit makna, serta menyisihkan pernyataan

yang tumpang tindih atau berulang-ulang. Peneliti juga mencari segala

makna yang mungkin berdasarkan refleksi si peneliti sendiri, berupa

opini, perasaan, harapan subjek penelitian tentang fenomena yang

dialaminya.

4. Tahap deskrisi esensi


40

Peneliti mengonstruksi (membangun) deskripsi menyeluruh mengenai

makna dan esensi engalaman para informan.

5. Peneliti melaporkan hasil penelitiannya.

Laporan ini memberikan pemahaman yang lebih baik kepada para

pembaca tentang bagaimana proses pengambilan keputusan pasien dalam pilihan

rumah sakit rujukan di RSUD Kota Subulussalam. Laporan dari penelitian ini

menunjukkan adanya kesatuan makna tunggal dari pengalaman subjek penelitian,

dimana seluruh pengalaman tersebut memiliki informasi yang penting.

Anda mungkin juga menyukai