PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TANAH
Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan organik dan air yang dapat
mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai struktur yang lepas dan
mengandung bahan-bahan padat dan rongga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah
dibentuk oleh batuan induk dari pelapukan secara fisik, kimia dan biologi. Susunan bahan
organik terdiri dari sisa-sisa biomas tanaman dari berbagai tingkat penguraian atau
pembusukan.
Fraksi padat dari jenis tanah produktif yakni terdiri dari kurang lebih 5% bahan organik
dan 95% bahan anorganik. Beberapa jenis tanah seperti tanah gambut dapat mengandung bahan
organik 95% dan beberapa tanah lainnya ada yang hanya mengandung 1% bahan organik
(Rujaesich, achmad.2004.79)
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas
dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar
hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
1 kandungan makro dalam tanah
a. Kandungan organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik
dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan
bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-organik. Bahan organik tanah sangat
menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa
(2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-
organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik
dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka
sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar
Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat
mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan
menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
b. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman
dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005). Menurut Hardjowigeno
(2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
1.Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar
2.Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
3.Pupuk
4.Air Hujan
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari
aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya
terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas
jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan
0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut (Hardjowigeno
2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif,
serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain
(RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-
bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini
terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan
urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam
tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N
terangkut, sebagian kembali sebagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi,
hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau
bertambah karena pengendapan.
c. Fosfor
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-
mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7
(Hardjowigeno 2003). Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil
keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-
terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman
fiksasi dan pelindian (Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor
yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di
lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang
lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik
dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman
tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah
2005). Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat
dan pertumbuhannya kerdil.
d. Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh
tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan
listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al.
(1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan
dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri
dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan
dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman
dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar
kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat
lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium
yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan
melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk
diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium.
e. Kalsium
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan
Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat
oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan
tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan
bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan,
membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
f. Natrium
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang
berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di
daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di
laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi
oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-
garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl).
Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah
pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat
toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah,
2005).
g. Magnesium
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara
lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun.
Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan
magnesium (Hanafiah 2005).
h. Belerang
Belerang dari dalam tanah diasimilasi oleh tanaman sebagai ion sulfat SO4-. Di suatu
daerah terjadi pencemaran SO2 di atmosfer, maka belerang dapat diadsorpsi oleh daun daun
tanaman sebagai sulfur oksida. Kandungan SO2 yang cukup tinggi di atmosfer dapat
mematikan tanaman.
2. Kandungan mikro dalam tanah
Ada Sembilan unsur yang tergolong unsur hara mikro esensial dalam tanah, yaitu :
boron, klor, tembaga, besi, manag , molibden, natrium, vanadium dan seng. Unsur-unsur ini
hanya diperlukan dalam tanah dalam konsentrasi yang sangat rendah, dan akan menjadi toksik
pada tingkat yang lebih tinggi.
Jenis-jenis tanah
a. Tanah Kapur (Terarrosa)
Tanah ini terbentuk karena pelapukan batuan kapur. Tanah kapur banyak terdapat di
Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Sumatera.
b. Tanah Gambut (Tanah Rawa)
Tanah ini berasal dari bahan organik yang hidup di rawa-rawa. Tanah ini terdapat di
pantai timur Sumatera, Kalimantan dan bagian selatan Papua.
c. Tanah Vulkanik (Tanah Gunung Api)
Tanah vulkanik adalah jenis tanah dari pelapukan batuan letusan gunung api. Tanah ini
terdapat di Jawa, Sumatra, Halmahera, dan Sulawesi.
d. Tanah Aluvial
Tanah ini terbentuk akibat proses pengendapan bahan-bahan yang dibawa oleh aliran
sungai. Tanah ini banyak terdapat di lembah, sungai dan daerah pertemuan antara laut dan
sungai.
e. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh :
Kalimantan Barat dan Lampung.
C. SIFAT-SIFAT TANAH
1. Sifat kimia tanah
a. Derajat keasaman
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah
selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada
tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7
disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah umumnya
berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5
sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya
masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan
pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat.
Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena
banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).
b. Kapasitas tukar kation
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah
atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan
tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1.Reaksi tanah 2.Tekstur atau jumlah liat 3.Jenis mineral liat 4.Bahan organik
dan,5.Pengapuran serta pemupukan.Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation
tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam
tanah berbeda-beda pula.
Peristiwa pertukaran kation dalam tanah merupakan mekanisme dimana senyawa
anorganik dan logam mikro esensialmenjadi tersedia bagi tanaman. Ketika ion-ion logam hara
diserap oleh akar tanaman, ion hydrogen bertukar dengan ion-ion logam.proses ini karena
adanay “leaching” dari kalsium, magnesium dan ion logamlainnya dari dalam tanah oleh air
yang mengandung asam karbonat cenderung membuat tanah menjadi asam.
Tanah)Ca2+ + 2CO2+ 2H2O tanah 2H+ + Ca2+ akar) + 2HCO3
Dalam suatu lahan dengan curah hujan rendah tanah akan cenderung menjadi basa
karena terdapatnya garam-garam seperti Na2CO3 dalam tanah, sifat ini dapat dihilangkan
dengan cara dengan cara menambahkan aluminium dan besi sulfat yang akan melepaskan asam
dalam proses hidrolisis
2 Fe3+ + 3 SO42- + 6 H2O 2Fe(OH)3 + 6H+ + 3SO42-
Bias juga dengan menambahkan belerang. Belerang yang ditambahkan ke dalam tanah
dioksidasi oleh bakteri sebagai mediator reksi pembentukan asam sulfat.
S + 1 ½ O2 + H2O 2H+ + SO42-
c. Kejenuhan basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan
kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah
kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya
terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut
dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah dengan
kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang
berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada
permukaan koloid (Anonim 1991).
Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu
tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat
kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika
kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan
pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa dapat
dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50% (Anonim 1991).
2. Sifat fisika tanah
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah
sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih.
Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai
akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap
seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena
pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat
disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau
kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda
terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya.
Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna
bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol
atau warna yang terkonsentrasi. Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk
utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki
keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil
dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan
mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik
dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan
cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan
memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara
agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa padatan, fasa
cair, dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari
imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori).
Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan
pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang
cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat
apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
A. Kesimpulan
Tanah merupakan campuran dariberbagai mineral, bahan oraganik dan air yang dapat
mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai struktur yang lepas dan
mengandung bahan-bahan padat dan rongga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah
dibentuk oleh batuan induk dari pelapukan secara fisik, kimia dan biologi. Susunan bahan
organic terdiri dari sisa-sisa biomas tanaman dari berbagai tingkat penguraian atau
pembusukan.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas
dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar
hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah
cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya
dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan permukaan
tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses pembersihan pencemaran
tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
B. Saran
Untuk lebih memahami semua tentang tanah dan pencemaran tanah, disarankan para
pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu,
diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari – hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang ada di
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno, Sarwono Frof Dr. Ir. H. M,Sc. 2003. Klasifikasi Tanah dan
Phetagonesis.Jakarta: Akademika Presindo.
Sumber asli: