Anda di halaman 1dari 5

1.

Produksi Daging Sapi Domestik


Sumber : Daud, A.R. 2013. Employing Agent-Based Simulation to Understand The Behavior Of Domestic Beef-
Cattle Production. Jurnal Sosiohumaniora, Volume 15 No. 3. Universitas Padjajaran, Bandung.

 Agent :
Pada permodelan sistem berbasis agen di sini, terdapat tiga agen utama yang saling berinteraksi
satu sama lain. Sebagian besar agen tersebut merupakan hewan ternak dalam berbagai jenis
karakteristik. Tiga agen utama tersebut adalah cow (sapi betina usia 15-24 bulan), heifer (sapi
betina usia 9-15 bulan), dan male cattle (sapi jantan). Ketiga agen tersebut saling berinteraksi
dengan skema sebagai berikut.

 Emergent Outcome :
- Emergent Outcome dari hasil simulasi yaitu menilai dinamika populasi ternak yang diberikan
struktur populasi hipotetis dan mengetahui perilaku produksi daging sapi di Indonesia yang
diperoleh berdasarkan estimasi dinamika populasi sapi potong lokal. Dalam menjalankan
model, telah ditetapkan suatu waktu simulasi tunggal untuk mewakili satu bulan secara real-
time. Dalam setiap simulasi, sekitar 1000 kali simulasi dijalankan. Simulasi-waktu ini dapat
mewakili periode yang terdiri dari 80 tahun secara real time. Kemudian dilakukan kembali 12
kali percobaan untuk mendapat hasil optimal.
- Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan bahwa secara umum pendekatan model berbasis agen
berkinerja baik dalam menjelaskan perilaku yang muncul untuk sistem agrikultur, terutama
sistem produksi ternak. Beberapa fenomena penting dalam sistem produksi ternak sangat
bervariasi, salah satunya yaitu dalam proses produksi daging sapi. Pendekatan ABM memang
memberikan kita metode untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sistem
peternakan, terutama secara parsial. Didapatkan kesimpulan bahwa perlunya menstabilkan
tingkat produksi daging sapi untuk memastikan jumlah yang dipasok ke pasar. Selain itu,
beberapa mekanisme sediaan pengaman diperlukan untuk mengurangi dampak dari fluktuasi
produksi.
 Behavior :
- Karakteristik populasi hewan ternak
- Tingkat daging sapi yang dipasok ke pasar dapat sangat bervariasi setiap kali periode produksi.
2. On-Mobility Demand Service pada Rute Kendaraan
Sumber : Certicky, M., Jakob, M., Pibil, R. 2015. Analyzing On-demand Mobility Services by Agent-based
Simulation. Journal of Ubiquitous Systems & Pervasive Networks Volume 6, No. 1 (2015) pp. 17-26. Czech
Technical University : Prague.

 Agent :
Agen yang terdapat pada simulasi ini yaitu kendaraan. Terdapat interaksi antara agen dan
lingkungan yang diwujudkan dengan sensor yang memproses model bagaimana agen benar-
benar memanipulasi lingkungan (contohnya yaitu kendaraan ketika bergerak). Interaksi antar
agen diwujudkan dalam protokol komunikasi. Hal tersebut diwujudkan dalam testbed yang saat
ini menyediakan protokol pengiriman pesan 1-ke-1, pesan 1 ke banyak dan lelang.
 Emergent Outcome :
On-Mobility Demand Service pada Rute Kendaraan disajikan dengan menggunakan testbed.
Testbed memungkinkan penggunanya untuk menggabungkan mekanisme kontrol mereka sendiri,
serta mengevaluasi sehubungan dengan berbagai metrik kinerja dan untuk membandingkan
kinerja mereka dengan mekanisme alternatif di bawah kondisi yang sama menggunakan skenario
benchmark, berdasarkan real-system. Dengan demikian, testbed dapat membantu pembuat
kebijakan dan operator transportasi untuk menilai layanan mobilitas permintaan dan membantu
para peneliti dalam mengembangkan mekanisme kontrol mobilitas berdasarkan permintaan. Dua
fitur yang direncanakan untuk ditambahkan dalam waktu dekat adalah penggabungan profil
kecepatan bergantung waktu real-time untuk jaringan yang terdapat pada jalan dan penggunaan
model berbasis aktivitas untuk menghasilkan demand penumpang.
 Behavior :
Perilaku agen dapat ditentukan dari kegiatan berupa kontrol reaktif yang menerapkan logika.
Logika tersebut menentukan tindakan yang dijalankan agen pada titik waktu tertentu atau sebagai
respons terhadap pesan yang diterima dari agen lain (contohnya aktivitas mengemudi
kendaraan). Sebagai bagian dari behavior, agen mungkin perlu membuat keputusan yang
memerlukan pengeksekusian suatu algoritma kompleks, termasuk yang terdiri dari mekanisme
kontrol yang ingin dievaluasi.
3. Industri Kuliner
Sumber : Ramadhan, F., Nugraha, C., Rispianda. 2014. Pemodelan dan Simulasi Berbasis Agen untuk Sistem
Industri Kuliner. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional No.03 Vol 01. Itenas : Bandung.

 Agent :
Di sini terdapat beberapa agen yang terlibat, yaitu konsumen, pelaku usaha kuliner, pemerintah,
serta faktor lingkungan dari sistem yang diwakili secara agregat. Beberapa agen tersebut saling
berinteraksi satu sama lain dengan skema sebagai berikut.

Pada skema tersebut dapat dilihat bahwa Konsumen akan mempengaruhi usaha kuliner dengan
adanya rating dan penambahan pendapatan, sedangkan usaha kuliner akan mempengaruhi
konsumen dengan meninggalkan kesan tertentu. Konsumen akan dipengaruhi lingkungan dan
konsumen lain saat menentukan usaha kuliner yang ingin didatangi. Usaha kuliner akan
dipengaruhi usaha kuliner lain dan lingkungan dalam melakukan pengembangan usaha.
Konsumen dan usaha kuliner akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Pemerintah dapat
menentukan kebijakan yang nantinya akan mempengaruhi usaha kuliner dan lingkungan,
sedangkan usaha kuliner akan menambah pendapatan pajak pemerintah.
 Emergent Outcome :
Tingkat pertumbuhan kuliner suatu kawasan dengan melihat rata-rata jumlah usaha kuliner
sukses/bulan, rata-rata pendapatan usaha kuliner/bulan, rata-rata keuntungan usaha
kuliner/bulan, rata-rata pendapatan pajak pemerintah/bulan, trend pertumbuhan pendapatan
usaha kuliner
 Behavior :

- Pengenalan kebutuhan konsumen : Proses yang terjadi ketika pembeli menyadari adanya
kebutuhan akan produk yang ingin dibeli. Kemudian konsumen akan mulai memutuskan apakah
produk itu itu merupakan suatu kebutuhan atau hanya keinginan semata. Dalam kasus industri
kuliner ini pembeli akan terdorong untuk melakukan kegiatan pembelian dengan pemicu lapar
atau haus.
- Pencarian informasi : Konsumen akan mencari informasi secara mendetail akan produk yang ingin
dibeli karena terangsang akan kebutuhannya.
- Evaluasi alternatif : Pada tahapan ini konsumen akan melakukan informasi terhadap beberapa
jenis merek produk, konsumen akan mengevaluasi beberapa jenis makanan yang menjual produk
berjenis sama dan membandingkan satu dengan yang lain
- Pembelian : Setelah mengumpulkan informasi dari beberapa jenis produk, konsumen akan
mengambil keputusan untuk membeli produk dengan merek yang diinginkan.
- Hasil : Pada tahap akhir konsumen akan memperoleh suatu hasil dimana dirinya memperoleh
kepuasan atau ketidakpuasan setelah membeli produk.
4. Penjadwalan Bus Rapid Traffic Trans Jogja
Sumber : Arfani, R., et.al. 2018. Penggunaan ODD Protocol dalam Mendesain Model Simulasi Penjadwalan
Armada BRT Trans Jogja Berbasis Agen. Seminar dan Konferensi Nasional IDEC : Surakarta.

 Agent :
Agen yang terdapat pada sistem ini yaitu BRT Trans Jogja dan Penumpang. Disini terdapat batasan
terhadap objek penelitian yang digunakanBRT Trans Jogja trayek 1A. Jam operasi dibatasi hanya
pada weekday (Senin – Jumat) mulai pukul 5.30 – 21.30 WIB. Kedua agen tersebut saling
berinteraksi dan bergantungan satu sama lain.
 Emergent Outcome :
Emergent outcome yang dihasilkan di sini yaitu penjadwalan Armada BRT Trans Jogja. ODD
Protocol mampu mendokumentasikan permodel sistem berbasis agen BRT Trans Jogja trayek 1A
pada tingkat detail dengan sangat baik. Dampaknya adalah proses pembangunan permodelan
sistem berbasis agen dengan perangkat lunak Netlogo menjadi lebih mudah dilakukan. Selain itu
peneliti lain akan terbantu ketika akan mereplikasi model yang sama tersebut karena elemen-
elemen model, interaksi antar elemen, emergence dan unsur penting lainnya dipaparkan dengan
jelas dalam ODD Protocol. Keberadaan ODD Protocol benar-benar mampu menjawab kritikan
kepada metode permodel sistem berbasis agen yang dianggap kurang ilmiah karena tidak
terdokumentasi dengan baik.
 Behavior :
- Trans Jogja dalam operasionalnya selama ini menerapkan headway (waktu keberangkatan
antar armada) yang tetap di sepanjang jam operasinya dan memasang layanan kapasitas
yang tetap
- Kedatangan penumpang di halte bersifat dinamis. Pada jam kerja dan jam pulang kerja
kedatangan penumpang meningkat. Sebaliknya di luar kedua waktu di atas kedatangan
penumpang cenderung berkurang.
5. Sistem Ketahanan Produk Beras di Jawa Barat
Sumber : Rizqiansyah, R., et.al. 2014. Pemodelan dan Simulasi Berbasis Agen Untuk Sistem Ketahanan Pangan
Pokok Beras di Jawa Barat. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional No.04 Vol 02. Itenas : Bandung.

 Agent :
Dalam sistem ketahanan pangan pokok beras di Jawa Barat, agen-agen yang terkait dan berperan
penting dalam jalannya sistem ini antara lain petani, tengkulak, satgas, bulog, pedagang besar,
pedagang pengecer, pemerintah, konsumen agregat, lingkungan agregat dan organisme
pengganggu tanaman. Konsumen dan lingkungan dianggap agregat karena agen tersebut tidak
mewakili satu per satu individu agen, namun merupakan kesatuan yang memiliki perilaku sama.
Semua agen tersebut saling berinteraksi satu sama lain yang digambarkan dengan skema berikut.

 Emergent Outcome :
Emergent outcome dalam sistem ketahanan pangan pokok beras yaitu jumlah beras yang
tersedia tiap periode, surplus / defisit beras terhadap kebutuhan per periode, dan harga beras
per periode.
 Behavior :
Pada jurnal, behavior tidak dijelaskan untuk setiap agen. Namun hanya dijelaskan bahwa detail
behavior setiap agen dideskripsikan dalam suatu activity diagram. Terdapat 32 activity diagram
yang telah dirancang meliputi activity diagram keseluruhan (interaksi seluruh agen) serta activity
diagram behavior masing-masing agen. Contoh activity diagram untuk perilaku penjualan panen
oleh Agen Petani dapat dilihat pada gambar berikut.

Anda mungkin juga menyukai