Anda di halaman 1dari 2

KENALI KUSTA SECARA DINI

Dalam rangka menyambut Hari Kusta Sedunia (World Leprosy Day) yang jatuh pada
tanggal 25 Januari 2020, sehingga menjadi waktu yang tepat bagi Divisi Dermatologi Infeksi-
Bagian/KSM Dermatologi dan Venereologi FK UNSRI/RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang
untuk memberikan edukasi tentang penyakit kusta kepada masyarakat luas “Kenali Kusta
Secara Dini”.

Kusta termasuk penyakit tertua dalam sejarah, dikenal sejak tahun 1400 sebelum
masehi, sehingga dianggap sebagai penyakit kutukan dan masyarakat takut dengan keberadaan
penderita kusta. Penyakit kusta atau disebut juga dengan Morbus Hansen adalah infeksi kulit
kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut ditularkan
melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan penderita dan juga ditularkan melalui inhalasi
atau menghirup udara dalam bentuk droplet (butiran air) dari penderita. Hingga saat ini,
Indonesia menduduki peringkat ke-3 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita kusta
terbanyak. Infeksi ini menyerang saraf tepi dan kulit, kemudian saluran pernapasan atas, dan
bisa juga menyerang organ lain kecuali otak.

Gejala dan tanda kusta tidak nampak jelas dan berjalan sangat lambat dapat muncul
kisaran 2-5 tahun setelah pasien terinfeksi. Berikut ini gejala dini kusta yang perlu diwaspadai:
kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan yang kurang rasa
atau mati rasa, kulit tidak ditumbuhi rambut, kulit tidak mengeluarkan keringat, kulit tidak gatal
dan tidak sakit

Pada umumnya dari gejala dini ini, penderita sering kali tidak merasa terganggu
sehingga terabaikan dan muncul gejala lebih lanjut yang ditandai dengan kecacatan, misalnya
pasien tidak bisa menutup mata bahkan sampai buta, mati rasa pada telapak tangan dan kaki,
jari kiting, memendek dan putus (mutilasi), tangan dan kaki lunglai (semper). Kecacatan pada
penderita kusta biasanya terjadi akibat kurangnya kesadaran penderita akan gejala dini,
terlambatnya diagnosis dan pengobatan secara dini. Akibatnya, penderita akan mengalami
penurunan kualitas hidup, masalah sosial ekonomi, hilangnya pekerjaan dan stigma
masyarakat. Jika masyarakat menemui gejala-gejala dini kusta, diharapkan untuk segera
memeriksakan diri ke layanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut dan
mendapatkan pengobatan gratis.
Gambar. Bercak merah pada kulit yang kurang atau mati rasa.

Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa cacat bila penderita minum obat secara teratur
sesuai petunjuk tenaga kesehatan. Obat dapat diperoleh di Puskesmas terdekat selama 6 bulan
untuk kusta ringan dan 12 bulan untuk kusta berat. Pencegahan kusta melalui pemeriksaan
darah pada orang yang tinggal minimal 6 bulan sekitar penderita yang disebut narakontak,
sehingga pencegahan dapat dicapai. Pemeriksaan yang dilakukan adalah mendeteksi antibodi
bakteri kusta pada narakontak. Dengan mengenali gejala kusta sedini mungkin, maka
pengobatan dapat dilakukan lebih dini sehingga kecacatan dan penularan dapat dicegah.

Referensi:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 11 tahun 2019 tentang


Penanggulangan Kusta.

2. Panduan Praktik Klinis Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
(PERDOSKI) tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai