Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KEPERAWATAN JIWA II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

OLEH : KELOMPOK 2

A11-A

Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari 17.321.2674

Luh Putu Nia Budi Martsiani 17.321.2680

Luh Putu Sukmayanti 17.321.2681

Ni Made Septyari 17.321.2696

Ni Nengah Ayu Sudiantari 17.321.2697

Ni Wayan Novi Uliandari 17.321.2704

Tjok Istri Nita Dewi 17.321.2710

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2019


LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

I. MASALAH UTAMA

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep, 2009). Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan
tentang diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung (Fitria,2012). Harga diri rendah adalah penilaian
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri (Prabowo, 2014). Harga diri rendah yaitu
individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain (Direja, 2011).

Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri


sendiri, hilang percaya diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat
bertanggungjawab atas kehidupan sendiri serta gagal dalam
menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.

2. Komponen Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran konsep diri sebagai ide perasaan dan
kepercayaan untuk mengenal dan siap berhubungan, berkomunikasi
dengan orang lain. Kemudian dikatakan juga bahwa konsep diri dapat
diartikan cara individu memandang dirinya secara untuh, fisikal, mental,
intelektual, sosial dan spiritual. Konsep diri sendiri terbagi menjadi
beberapa komponen yaitu :

1. Citra Tubuh

Citra tubuh atau gambaran diri adalah sikap individu


terhadap dirinya (fisik) baik disadari maupun tidak disadari.
Komponen ini mencakup persepsi masa lalu dan/atau sekarang
mengenai ukuran dan bentuk tubuh serta potensinya.

2. Peran Diri

Peran diri adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan


tujuan yang diharapkan kelompok sosial terkait dengan fungsi
seseorang di dalam masyarakat.

3. Identitas Diri

Identitas terbentuk ketika individu memecahkan tiga


masalah utama: pilihan pekerjaan/karir, adopsi nilai (agama dan
politik), dan keyakinan identitas seksual. Identitas diri merupakan
isu psikososial yang mendominasi perkembangan masa remaja
hingga masa dewasa awal. Identitas didefinisikan sebagai sebuah
cara yang dipilih individu untuk membedakan antara diri sendiri dan
yang bukan diri sendiri (Nurjannah, 2016). Identitas diri mencakup
rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari
seorang individu sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi.
Identitas diri digunakan individu untuk membuat dirinya berbeda
dan terpisah dari orang lain yang bukan dirinya, sekaligus menjadi
seseorang yang utuh dan unik (Potter & Perry, 2005).

4. Ideal Diri

Ideal diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia


seharusnya berperilaku berdasarkan standar pribadi dan terkait
dengan cita-cita. Pembentukan ideal diri mulai terjadi sejak masa
anak-anak dan dipengaruhi oleh orang-orang yang dekat dengan
dirinya.

5. Harga Diri

Harga diri merupakan persepsi individu terhadap hasil yang


dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah
laku dengan ideal dirinya. Komponen konsep diri yang satu ini mulai
terbentuk sejak kecil karena adanya penerimaan dan perhatian dari
sekitarnya.

3. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep


diri seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab
terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.(
Yosep,2009). Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang
mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan
faktor presipitasi sebagai berikut :

a) Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang


tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe


peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.

b) Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah


kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat
dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan
karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat
klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.( Yosep,2009).

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping


individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik
positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan
ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan
awal.(Townsend,2008)

4. Proses Terjadinya Masalah

a) Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut


Herman (2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh

2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit

3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi


tubuh

4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.

Faktor predisposisi harga diri rendah adalah :

1) Penolakan

2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak


konsisten,terlalu dituruti,terlalu dituntut

3) Persaingan antar saudara

4) Kesalahan dan kegagalan berulang

5) Tidak mampu mencapai standar.

Faktor predisposisi gangguan peran adalah :

1) Stereotipik peran seks

2) Tuntutan peran kerja

3) Harapan peran kultural.

Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :

1) Ketidakpercayaan orang tua

2) Tekanan dari peer grup

3) Perubahan struktur sosial ( Herman,2011)

b) Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya


sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri
kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana
situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri,
khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan
phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.

2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak


mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan
peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan
peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan
tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak
mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang
peran yang sesuai

a) Trauma peran perkembangan

b) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan

c) Transisi peran situasi

d) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau


berkurang

e) Transisi peran sehat-sakit

f) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan


bagian tubuh, perubahan bentuk , penampilana dan fungsi
tubuh, prosedur medis dan keperawatan. (Herman,2011)

3) Perilaku

a) Citra tubuh yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian


tubuh tertentu, menolak bercermin, tidak mau
mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak usaha
rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan
menyangkal cacat tubuh.
b) Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang
lain, produkstivitas menurun, gangguan berhubungan
ketengangan peran, pesimis menghadapi hidup, keluhan
fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup
bertentangan, distruktif kepada diri, menarik diri secara
sosial, khawatir, merasa diri paling penting, distruksi pada
orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah, mudah
tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.

c) Keracunan identitasdiantaranya tidak ada kode moral,


kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal
yang ekploitatif, perasaan hampa, perasaan mengambang
tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak
mampu empati pada orang lain, masalah estimasi.

d) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas,


perasaan terpisah dari diri, perasaan tidak realistis, rasa
terisolasi yang kuat, kurang rasa berkesinambungan, tidak
mampu mencari kesenangan. Perseptual halusinasi dengar
dan lihat, bingung tentang seksualitas diri,sulit membedakan
diri dari orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti
dalam mimpi, kognitif bingung, disorientasi waktu,
gangguan berfikir, gangguan daya ingat, gangguan penilaian,
kepribadian ganda. ( Herman, 2011)

5. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu:

a) Mengkritik diri sendiri

b) Perasaan tidak mampu

c) Pandangan hidup yang pesimis

d) Penurunan produktifitas

e) Penolakan terhadap kemampuan diri


f) Terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri

g) Berpakaian tidak rapih

h) Selera makan kurang

i) Tidak berani manatap lawan bicara

j) Lebih banyak menunduk

k) Bicara lambat dengan nada suara lemah (Direja,2011)

6. Rentang Respon

7.Respon Adaptif Respon


8. Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi


positif rendah identitas

Gambar 1.1 : Rentang Respon Harga Diri Rendah (Sumber Keliat 1999
dalam Fitria 2012

a) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari
hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
b) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain. (Eko P,2014)

6. Penatalaksanaan

Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah


dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya.
Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada
diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri
rendah, yaitu :

a) Psikofarmakologi

Menurut Hawari (2013), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2


golongan yaitu :

1) Golongan generasi pertama (typical)

Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:


Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), ThioridazineHCL (Melleril),
dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace)

2) Golongan kedua (atypical)

3) Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone


(Risperdal,Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa),
Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril)

b) Psikotherapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan


apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan
dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan
pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan
gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK)

c) Therapy Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara


artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik (Maramis, 2005)

d) Therapy Modalitas

Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan


untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.
Theapy kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy


aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, therapy aktivitas
kelompok stimulasi sensori, theray aktivitas kelompok stimulasi
realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat, 2005: 13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada idividu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah therapy aktvitas kelompok
stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat
dan Akemat, 2005: 49)

e) Terapi somatik

Terapi somatic adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan


tujuan mengubah perilaku yang maladatif menjadi perilaku yang
adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik
(Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis therapy somatik yaitu:

1) Restrain

Restrain adalah terapi denga menggunakan alat-alat mekanik


atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan
Purwanto, 2009)

2) Seklusi

Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam


ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009)

3) Foto therapy atau therapi cahaya

Foto therapy ata sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien dengan sinar terang (5-20
kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009)

4) ECT (Electro Convulsif Therapie)


ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik
maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009)

f) Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi


interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi)

III. POHON MASALAH

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi Effect

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah Core Problem

Koping individu tidak efektif Causa

Gambar 2.1 : Pohon Masalah Harga Diri Rendah (Sumber Keliat 2009
dalam Fitria 2012)

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat.


Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang
dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan
masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa
masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama.
Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu dari masalah yang
lain, demikin seterusnya. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah
klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.

IV. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Data Subjektif

a) Klien mengatakan ingin diakui jati dirinya.

b) Klien mengatakan tidak ada lagi yang peduli dengannya.

c) Klien mengatakan tidak bisa apa-apa.

d) Klien mengatakan dirinya tidak berguna.

e) Klien mengkritik dirinya sendiri.

f) Klien mengatakan enggan berbicara duluan dengan orang lain.

Data Objektif

a) Merusak diri sendiri

b) Menarik diri dari hubungan sosial

c) Tampak mudah tersinggung

d) Suara pelan dan tidak jelas

e) Kurang energy

f) Kurang spontan

g) Apatis (Acuh terhadap lingkungan)

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tgl No. Dx Perencanaan


Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1 Harga Diri TUM :


Rendah 1. Bina hubungan saling percaya
Klien memiliki konsep diri 1. Setelah …..x interaksi klien
dengan menggunakan prinsip
yang positif menunjukkan ekspresi wajah
komunikasi terapeutik:
bersahabat, menunjukkan
 Sapa klien dengan ramah, baik
rasa senang, ada kotak mata,
TUK 1 : verbal maupun non verbal
mau menyebutkan nama,
 Perkenalkan diri dengan sopan
Klien dapat membina mau menjawab salam, klien
mau duduk berdampingan  Tanyakan nama lengkap dan
hubungan saling percaya
denga perawat, mau nama panggilan kesukaan
dengan perawat
mengutarakan masalah yang klien

dihadapi  Jelaskan tujuan pertemuan


 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
 Beri perhatian dan perhatian
kebutuhan dasar klien
TUK 2 : 2. Setelah ….x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien tentang:
menyebutkan :  Aspek positif yang dimiliki
Klien dapat mengidentifikasi
 Aspek positif dan klien, keluarga, lingkungan
aspek positif dan kemampua
kemampuan yang  Kemampuan yang dimiliki
yang dimiliki
dimiliki klien klien
 Aspek positif keluarga 2. Bersama klien buat daftar tentang :
 Aspek positif  Aspek positif klien, keluarga
Lingkungan klien dan Lingkungan
 Kemampuan yang dimiliki
klien
3. Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
TUK 3 : 3. Setelah ….x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien
menyebutkan kemampuan kemampuan yang dapat
yang dapat dilaksanakan dilaksanakan
Klien dapat menilai 2. Diskusikan kemampuan yang
kemampuan yang dimiliki dapat dilanjutkan pelaksanaannya
untukdilaksanakan

TUK 4 : 4. Setelah …x interaksi 1. Rencana bersama klien aktivitas


klien,membuat rencana yang dapat dilakukan setiap hari
Klien dapat merencanakan
kegiatan harian sesuai kemampuan klien :
kegiatan sesuai dengan
 Kegiatan mandiri
kemampuan yang dimiliki
 Kegiatan dengan bantuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi klien
3. Beri contoh pelaksanaan yang
dapat klien lakukan
TUK 5 : 5. Setelah …x interaksi klien 1. Anjurkan klien untuk
melakukan kegiatan sesuai melaksanakan kegiatan yang telah
Klien dapat melakukan
jadwal yang dibuat direncanakan
kegiatan sesuai rencana yang
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
dibuat
klien
3. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan klien
4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang
TUK 6 : 6. Setelah …x interaksi klien 1. Beri pendidikan kesehatan pada
memanfaatkan system keluarga tentang cara merawat
Klien dapat memanfaatkan
pendukung yang ada di klien dengan harga diri rendah
system pendukung yang ada
keluarga 2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan
Lingkungan dirumah
VII. IMPLEMENTASI

Pasien Keluarga
SP 1. SP 1.
1. Mengidentifikasi kemampuan yang 1. Mengidentifikasi masalah
dimiliki. dirasakan dalam merawat pasien.
a. Mendiskusikan bahwa pasien 2. Menjelaskan proses terjadinya
masih memiliki sejumlah HDR.
kemampuan dan aspek positif 3. Menjelaskan tentang cara merawat
seperti kegiatan pasien di rumah pasien.
adanya keluarga dan lingkungan 4. Memainkan peran dalam merawat
terdekat pasien. pasien HDR.
b. Memberi pujian yang realistis 5. Menyusun RTL keluarga/jadwal
dan hindarkan setiap kali keluarga untuk merawat pasien.
bertemu dengan pasien
penilaian yang negative.
2. Menilai kemampuan yang dapat
dilakukan saat ini.
a. Mendiskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
digunakan saat ini.
b. Membantu pasien
menyebutkannya dab memberi
penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
c. Memperlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif.
3. Memilih kemampuan yang akan
dilatih.
4. Mendiskusikan dengan pasien
beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
5. Membantu pasien menetapkan
aktivitas mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri.
a. Aktivitas yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga.
b. Aktivitas apa saja yang perlu
bantuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat pasien.
c. Memberi contoh cara
pelaksanaan aktifitas yang dapat
dilakukan pasien.
d. Menyusun bersama pasien
aktifitas atau kegiatan sehari-
hari pasien.
6. Menilai kemampuan pertama yang
telah dipilih.
a. Mendiskusikan dengan pasien
untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan.
b. Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan
pasien.
c. Memberikan dukungan atau
pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
7. Memasukkan dalam jadwal
kegiatan pasien.
a. Memberi kesempatan pada
pasien untuk mencoba kegiatan.
b. Memberi pujian atas aktifitas/
kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari.
c. Meningkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi dan perubahan
sikap.
d. Menyusun daftar aktivitas yang
sudah dilatihkan bersama pasien
dan keluarga.
e. Memberikan kesempatan
mengungkapkan perasaannya
setelah pelaksanaan kegiatan.
Meyakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien.
SP 2. SP 2.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu 1. Mengevaluasi kemampuan SP 1.
(SP 1) 2. Melatih keluarga langsung ke
2. Memilih kemampuan kedua yang pasien.
dapat dilakukan. 3. Menyusun RTL keluarga / jadwal
3. Memasukkan dalam jadwal keluarga untuk merawat pasien.
kegiatan pasien.
SP 3. SP 3.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu 1. Mengevaluasi kemampuan
(SP 1 dan 2). keluarga.
2. Memilih kemampuan ketiga yang 2. Mengevaluasi kemampuan pasien.
dapat dilakukan. 3. RTL keluarga.
3. Memasukkan dalam jadwal a. Follow Up
kegiatan pasien. b. Rujukan
VIII. EVALUASI

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (keliat, dkk 2009). Hasil yang ingin dicapai pada
klien dengan harga diri rendah yaitu:

1) Dapat menunjukkan peningkatan harga diri

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b) Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang


dimiliki.

c) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.

d) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki.

e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

f) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk Tujuh
Diagnosa Keperawatan Jiwa Berat bagi Profesi S1 Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Keliat, C. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Prabowo, E. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :


Nuhamedika.

Towsend. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.


Jakarta : EGC

Stuart dan Sundeen. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai