Central Hypoventilation atau yang juga dikenal dengan kutukan Ondine adalah gangguan
kontrol otomatis pernapasan. Dimana penderita yang mengalami penyakit ini akan berhenti
bernafas jika sedang dalam keadaan terlelap.
Gejala yang dialami bayi jika memiliki penyakit ini adalah berikut.
Jika bayi diduga memiliki sindrom hipoventilasi, sebuah studi tidur dilakukan untuk
menentukan seberapa parah kesulitan bernafas. Tes khusus lainnya dari fungsi pernafasan bisa
dilakukan juga. Pemeriksaan jantung dan neurologis lengkap dilakukan untuk menyingkirkan
jenis lainnya gangguan. Diagnosis dini dan pengobatan yang penting untuk mencegah
komplikasi serius yang disebabkan oleh periode oksigen rendah atau tidak ada.
Pengobatan berfokus pada penyediaan dukungan bernapas, biasanya melalui penggunaan alat
pernapasan (ventilator).
Beberapa anak dengan penyakit ini akan membutuhkan ventilator 24 jam per hari, yang lain
hanya mungkin perlu bantuan pernapasan saat tidur. Pada beberapa individu, implan bedah di
otot diafragma dapat memungkinkan rangsangan listrik dari otot untuk mengontrol
pernapasan.
Anak-anak dengan penyakit Central Hypoventilation ini mampu menjalani kehidupan aktif.
Mereka, perlu pengawasan yang ketat sambil berenang atau bermain di kolam, karena tubuh
mereka mungkin "lupa" untuk bernafas saat di bawah air. Penyakit ini adalah kondisi seumur
hidup, tetapi dengan perawatan yang tepat itu tidak mengubah harapan hidup.
Kim, Ibu Liam mengatakan, “Setiap hari dokter merasa kagum betapa sehatnya dia. Dia
melampaui semua dugaan. Kami harus terus mengawasinya. Dia bisa sangat aktif dan
kemudian detak jantungnya bisa jadi benar-benar turun. Dia sangat bersemangat, dia fantastis.
Dia senang tersenyum dan tertawa. Dia sangat penuh kasih-sayang. Dia memiliki semua sifat
kebanyakan anak-anak. Setiap hari dalam hidupnya merupakan bonus.”
Dokter yang merawat liam di Southampton General Hospital, Hants, Dr. Gary connet
mengatakan, “Ini benar-benar kondisi yang sangat langka. Liam adalah pasien pertama yang
saya diagnosa dengan central hypoventilation saat saya datang ke rumah sakit ini 12 tahun lalu.
Yang paling tidak biasa tentang liam adalah dia memiliki kanker yang tumbuh didalam dan ia
memiliki masalah dengan usus besarnya. Saya tidk bisa menemukan laporan apapun tentang
anak-anak yang memiliki semua masalah ini dan hidup. Ini cukup mengagumkan. Saya akan
mengatakan dia unik dalam skala dunia.”
Kutukan ondine merupakan referensi terhadap mitos ondine, peri air yang memiliki kekasih
yang tak setia. Ia bersumpah pada ondine bahwa di setiap nafasnya saat bangun tidur adalah
pernyataan cintanya, dan ketika dia menyeleweng, peri itu mengutuknya jika kekasihnya itu
tidur, dia akan lupa untuk bernafas.
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi tugas terstruktur dari dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia
Untuk lebih mendalami lagi tentang gangguan pada pernafasan yaitu ‘hipoventilasi’
Pembaca mampu memahami tentang Hipoventilasi
1.3. Rumusan Masalah
Sistem Pernapasan
Pengertian Hipoventilasi
Mekanisme Terjadinya Hipoventilasi
Tanda dan Gejala Hipoventilasi
TINJAUAN PUSTAKA
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen masuk
melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya
masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus utama,
bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, sampai ke alveolus.
1). Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang
utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf
frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura
dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada
sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses
pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-
9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume
darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau
tekanan darah sistemik.
3). Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon
dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi
antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi
akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100
mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan
berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45
mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara
atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin,
1997).
Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di sini
membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel
epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-
kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium
pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan
pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).
Dead space (VD). Terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi dengan baik, tetapi
perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik tetapi mendapat ventilasi dengan gas
yang mengandung banyak CO2 Dead space kurang mampu untuk eliminasi CO2. Dead space
yang meningkat akan menyebabkan hiperkapnia.
Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih kecil dari CO2 yang
dihasilkan oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah (hiperkapnia).
Hiperkapnia menyebabkan peningkatan produksi asam karbonat dan menyebabkan
peningkatan pembentukan H+ yang akan menimbulkan keadaan asam yang disebut asidosis
respiratorik.
Hipoventilasi akan menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun. Bila pertukaran gas
intrapulmonal tidak terganggu, penurunan PaO2 sesuai dengan menurunnya PAO2.
Gagal nafas (yang menyebabkan hipoksemia dan atau hiperkapnia), dapat juga disebabkan
karena obstruksi saluran nafas, disfungsi parenkim paru dan ventilatory pump failure. Supaya
pernafasan menjadi efektif, perlu tekanan intrapleura yang negatif, dan keadaan ini dihasilkan
oleh kerja otot nafas dengan iga. Kegagalan ventilatory pump dapat disebabkan oleh disfungsi
pusat nafas, disfungsi otot nafas atau kelainan struktur dinding dada. Anatomi saluran nafas
dan parenkim parunya mungkin normal. Kifosis dan flail chest adalah contoh kelainan
perubahan struktur dinding dada yang menyebabkan kontraksi otot nafas dan pembuatan
tekanan pleura menjadi inefisien.
Hipoventilasi juga dapat terjadi apabila otot inspirasi diafragma dan iga dinding toraks
berkontraksi secara asinkron (pada paralisis diafragma, kuadriplegia, stroke akut). Sebagai
penyebab utama disfungsi pump pernafasan adalah kekuatan otot yang menurun. Ketahanan
serabut otot ditentukan oleh keseimbangan antara suplai nutrisi dengan kebutuhannya. Otot
pernafasan yang kekurangan nutrisi bekerjanya menjadi inefisien dan lelah.
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun,
maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis
merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan
hipoventilasi.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang
tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi.
Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang
diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative.
Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter])
mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi
hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.
2.3. Penyebab Terjadinya Hipoventilasi
Pusing
Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga)
Letargi
Disorientasi
Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
Disritmia jantung
Ketidakseimbangan elektrolit
Konvulsi
Koma
Henti Jantung
2.5. Terapi Hipoventilasi
2. Memberikan oksigen
Apabila tidak ditangani, maka kondisi klien akan menurun dengan cepat. Akibatnya, dapat
terjadi kebingungan, tidak sabar dan kematian.
Central Hypoventilation atau yang juga dikenal dengan kutukan Ondine adalah
gangguan kontrol otomatis pernapasan.Dimana penderita yang mengalami penyakit ini akan
berhenti bernafas jika sedang dalam keadaan terlelap.
Gejala yang dialami bayi jika memiliki penyakit ini adalah berikut.
Jika bayi diduga memiliki sindrom hipoventilasi, sebuah studi tidur dilakukan untuk
menentukan seberapa parah kesulitan bernafas. Tes khusus lainnya dari fungsi pernafasan bisa
dilakukan juga. Pemeriksaan jantung dan neurologis lengkap dilakukan untuk menyingkirkan
jenis lainnya gangguan. Diagnosis dini dan pengobatan yang penting untuk mencegah
komplikasi serius yang disebabkan oleh periode oksigen rendah atau tidak ada.
Pengobatan berfokus pada penyediaan dukungan bernapas, biasanya melalui penggunaan alat
pernapasan (ventilator).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun,
maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis
merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan
hipoventilasi.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang
tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi.
Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang
diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative.
Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter])
mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi
hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.
3.2. Saran
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang
tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi.
Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang
diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative.
Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28% [1 sampai 3 liter])
mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi
hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Asril. 1990. Tuberkulosis Paru. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Editor:
Soeparman, dkk. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Kozier, Barbara, Glenora Erb, Kathleen Blais, Judith Wilkinson. 1995. Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process and Practice 4th Edition. Canada: Addison-Wesley Publishing
Company.
Taylor C., Lilis C., Le Mone P. 1997. Fundamentals of Nursing: The Art and Science of
Nursing Care. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
http://rarediseases.about.com/od/rarediseaseso/a/071004.htm
http://www.metrogaya.com/home/liam-derbyshire-penderita-penyakit-langka-berhenti-
bernafas-saat-tidur
http://archive.kaskus.us/thread/5349152
http://http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-
merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-
merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-
merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://www.kaskus.us/showthread.php">http://archive.kaskus.us/thread/4218828
http://archive.kaskus.us/thread/6468542
http://rarediseases.about.com/od/rarediseasesr/a/russellsilver05.htm
Laurence Martin, Md, FACP, FCEP. Pulmonary Psyology Inclinical Practise, 1987
Robert, M.K, PHD and James K. Stoller, MD., Current Respiratory Care, 1988,90 - 92
Terkait dengan makalah yang terlampir, konsep utama diuraikan dengan jelas beserta dengan
bukti yang sangat berkaitan. Sehingga meningkatkan pengetahuan topik artikel dengan
pemahaman yang baik.