Anda di halaman 1dari 16

Naftali Yahya – XI IPA 2 / 26

Central Hypoventilation (Sindrom Hipoventilasi)

Central Hypoventilation atau yang juga dikenal dengan kutukan Ondine adalah gangguan
kontrol otomatis pernapasan. Dimana penderita yang mengalami penyakit ini akan berhenti
bernafas jika sedang dalam keadaan terlelap.

Gejala yang dialami bayi jika memiliki penyakit ini adalah berikut.

 Tidak banyak bernafas, terutama saat tidur


 Abnormal pupils (70% of individuals)
 Kesulitan makan karena refluks asam dan menurunkan motilitas usus
 Gangguan usus yang disebut penyakit Hirschsprung (20% dari individu), di mana
bagian dari usus besar tidak memiliki saraf

Untuk dapat diagnosa Central Hypoventilationnya, seseorang harus memenuhi persyaratan


berikut.

 Bukti tidak banyak bernafas saat tertidur


 Gejala dimulai selama tahun pertama kehidupan
 Tidak ada kondisi pernafasan atau otot lain yang dapat menjelaskan kesulitan bernapas
 Tidak ada bukti penyakit jantung

Jika bayi diduga memiliki sindrom hipoventilasi, sebuah studi tidur dilakukan untuk
menentukan seberapa parah kesulitan bernafas. Tes khusus lainnya dari fungsi pernafasan bisa
dilakukan juga. Pemeriksaan jantung dan neurologis lengkap dilakukan untuk menyingkirkan
jenis lainnya gangguan. Diagnosis dini dan pengobatan yang penting untuk mencegah
komplikasi serius yang disebabkan oleh periode oksigen rendah atau tidak ada.
Pengobatan berfokus pada penyediaan dukungan bernapas, biasanya melalui penggunaan alat
pernapasan (ventilator).

Beberapa anak dengan penyakit ini akan membutuhkan ventilator 24 jam per hari, yang lain
hanya mungkin perlu bantuan pernapasan saat tidur. Pada beberapa individu, implan bedah di
otot diafragma dapat memungkinkan rangsangan listrik dari otot untuk mengontrol
pernapasan.
Anak-anak dengan penyakit Central Hypoventilation ini mampu menjalani kehidupan aktif.
Mereka, perlu pengawasan yang ketat sambil berenang atau bermain di kolam, karena tubuh
mereka mungkin "lupa" untuk bernafas saat di bawah air. Penyakit ini adalah kondisi seumur
hidup, tetapi dengan perawatan yang tepat itu tidak mengubah harapan hidup.

Seperti yang dialami Liam Derbyshire,


penderita Central Hypoventilation. Anak
laki-laki ini menantang vonis dokternya
yang menyatakan ia tak akan bertahan
hingga usia 11 karena penyakit anehnya
itu, dimana dia berhenti bernafas setiap
kali tertidur. Untuk itu orangtuanya harus
memakaikan alat pendukung pernafasan
setiap malam untuk menjaganya tetap
hidup. Keluarganya di Gosport, Hants,
telah menghabiskan banyak biaya listrik untuk peralatan bantu pernafasan dan juga memasang
lampu emergency jika terjadi mati listrik saat malam.

Meski harus dipasangi tabung tracheostomy pernafasan untuk seumur hidup di


tenggorokannya, Liam tetap bersekolah di sekolah khusus Heathfield di Fareham, Hants. Dia
pun sedang menjalani pemulihan dari kanker yang ia derita saat masih kecil. Namun meski
begitu, liam menolak prediksi dokter.

Kim, Ibu Liam mengatakan, “Setiap hari dokter merasa kagum betapa sehatnya dia. Dia
melampaui semua dugaan. Kami harus terus mengawasinya. Dia bisa sangat aktif dan
kemudian detak jantungnya bisa jadi benar-benar turun. Dia sangat bersemangat, dia fantastis.
Dia senang tersenyum dan tertawa. Dia sangat penuh kasih-sayang. Dia memiliki semua sifat
kebanyakan anak-anak. Setiap hari dalam hidupnya merupakan bonus.”

Dokter yang merawat liam di Southampton General Hospital, Hants, Dr. Gary connet
mengatakan, “Ini benar-benar kondisi yang sangat langka. Liam adalah pasien pertama yang
saya diagnosa dengan central hypoventilation saat saya datang ke rumah sakit ini 12 tahun lalu.
Yang paling tidak biasa tentang liam adalah dia memiliki kanker yang tumbuh didalam dan ia
memiliki masalah dengan usus besarnya. Saya tidk bisa menemukan laporan apapun tentang
anak-anak yang memiliki semua masalah ini dan hidup. Ini cukup mengagumkan. Saya akan
mengatakan dia unik dalam skala dunia.”

Kutukan ondine merupakan referensi terhadap mitos ondine, peri air yang memiliki kekasih
yang tak setia. Ia bersumpah pada ondine bahwa di setiap nafasnya saat bangun tidur adalah
pernyataan cintanya, dan ketika dia menyeleweng, peri itu mengutuknya jika kekasihnya itu
tidur, dia akan lupa untuk bernafas.

Liam mendapatkan perhatian 24 jam dan


seseorang dibayar untuk mengawasinya di
malam hari supaya orangtuanya bisa tidur.
Dia memiliki ventilator berbatere jika dia
tertidur di mobil atau pesawat. Dia harus
memakan porsi besar makanan sehari-hari
karena dia memiliki sistem pencernaan
yang sangat kecil. Keluarganya
menghabiskan £700 per bulan untuk
makanannya sendiri karena pola makan liam yang tak biasa.

Sumber artikel : http://penyakitlangkautamismasa.blogspot.com/2011/03/central-


hypoventilation-sindrom.html
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Paru merupakan organ penting bagi tubuh yang mempunyai fungsi utama sebagai alat
pernafasan (respirasi). Proses pernafasan yaitu pengambilan oksigen dari udara luar dan
pengeluaran CO2 dari paru- paru. Dirongga hidung udara dibersihkan dari debu , dipanaskan
dan dilembabkan oleh bulu dan lendir hidung sebelum masuk ke trakea. Debu yang lolos
ditangkap oleh lendir dari sel-sel mukosa di bronkus dan bronkioli, cilia set mukosa ini
bergerak berirama mendorong kotoran keluar dengan kecepatan 16 mm/menit. Proses transfer
oksigen setelah sampai di alveoli terjadi proses difusi oksigen ke eritrosit yang terikat oleh
haemoglobin sejumlah 20 ml/100 ml darah dan sebagian kecil larut dalam plasma 0,3 ml/ 100
CC, jika Hb 15 gr% Dan sebaliknya karbondioksida dari darah dibawa ke alveoli untuk
dikeluarkan melalui udara ekspirasi. Proses ventilasi (keluar masuknya udara) didukung oleh
unsur-unsur jalan nafas, jaringan paru, rongga thorax, otot natas dan saraf nafas.

PERNAFASAN terdiri dari 4 proses:

Ventilasi : pertukaran udara keluar masuk paru-paru.

Distribusi : pembagian udara ke cabang-cabang bronchus

Diffusi : peresapan masuknya oksigen dari alveoli ke darah danpengeluaran CO2


dari darah ke alveoli

Perfusi : aliran darah yang membawa O2 ke jaringan

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

 Untuk memenuhi tugas terstruktur dari dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia
 Untuk lebih mendalami lagi tentang gangguan pada pernafasan yaitu ‘hipoventilasi’
 Pembaca mampu memahami tentang Hipoventilasi
1.3. Rumusan Masalah
 Sistem Pernapasan
 Pengertian Hipoventilasi
 Mekanisme Terjadinya Hipoventilasi
 Tanda dan Gejala Hipoventilasi

1.4. Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan
dengan telaah pada buku-buku atau sumber lain yang dapat dijadikan sumber atau referensi
serta memiliki ketersambungan atau keterkaitan materi dengan kajian atau pokok bahasan
dalam makalah ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk


kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran respirasi oksigen
diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen
dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan didifusi masuk kapiler darah untuk
dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme

Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen masuk
melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya
masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus utama,
bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, sampai ke alveolus.

1). Ventilasi

Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang
utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf
frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.

Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura
dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.

Kepatenan Ventilasi tergantung pada faktor :

1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.

2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan

3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru

4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa,


otot abdominal.
2). Perfusi Paru

Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada
sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses
pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-
9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume
darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau
tekanan darah sistemik.

3). Difusi

Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon
dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi
antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi
akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100
mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan
berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45
mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

Anatomi paru

Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara
atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.

2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin,
1997).

Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di sini
membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel
epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-
kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium
pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan
pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).

2.2. Pengertian Hipoventilasi

Hipoventilasi adalah kurangnya ventilasi dibandingkan dengan kebutuhan metabolik,


sehingga terjadi peningkatan PCO2 dan asidosis respiratorik. Hipoventilasi merupakan
penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis
respirasi yasng sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Menurunnya VA,
pertama dapat disebabkan oleh karena menurunnya faktor minute ventilation (VE) yang sering
disebut sebagai hipoventilasi global atau kedua, karena meningkatnya dead space (VD).
Penyebab hipoventilasi global adalah overdosis obat yang menekan pusat pernafasan.

Dead space (VD). Terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi dengan baik, tetapi
perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik tetapi mendapat ventilasi dengan gas
yang mengandung banyak CO2 Dead space kurang mampu untuk eliminasi CO2. Dead space
yang meningkat akan menyebabkan hiperkapnia.

Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih kecil dari CO2 yang
dihasilkan oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah (hiperkapnia).
Hiperkapnia menyebabkan peningkatan produksi asam karbonat dan menyebabkan
peningkatan pembentukan H+ yang akan menimbulkan keadaan asam yang disebut asidosis
respiratorik.

Hipoventilasi akan menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun. Bila pertukaran gas
intrapulmonal tidak terganggu, penurunan PaO2 sesuai dengan menurunnya PAO2.

Penyebab Gagal Nafas

Gagal nafas (yang menyebabkan hipoksemia dan atau hiperkapnia), dapat juga disebabkan
karena obstruksi saluran nafas, disfungsi parenkim paru dan ventilatory pump failure. Supaya
pernafasan menjadi efektif, perlu tekanan intrapleura yang negatif, dan keadaan ini dihasilkan
oleh kerja otot nafas dengan iga. Kegagalan ventilatory pump dapat disebabkan oleh disfungsi
pusat nafas, disfungsi otot nafas atau kelainan struktur dinding dada. Anatomi saluran nafas
dan parenkim parunya mungkin normal. Kifosis dan flail chest adalah contoh kelainan
perubahan struktur dinding dada yang menyebabkan kontraksi otot nafas dan pembuatan
tekanan pleura menjadi inefisien.

Hipoventilasi juga dapat terjadi apabila otot inspirasi diafragma dan iga dinding toraks
berkontraksi secara asinkron (pada paralisis diafragma, kuadriplegia, stroke akut). Sebagai
penyebab utama disfungsi pump pernafasan adalah kekuatan otot yang menurun. Ketahanan
serabut otot ditentukan oleh keseimbangan antara suplai nutrisi dengan kebutuhannya. Otot
pernafasan yang kekurangan nutrisi bekerjanya menjadi inefisien dan lelah.

Hypoventilasi adalah ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak mencukupi


kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari
beberapa obat.

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun,
maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis
merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan
hipoventilasi.

Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang
tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi.
Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang
diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative.
Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter])
mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi
hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.
2.3. Penyebab Terjadinya Hipoventilasi

Hypoventilasi sering terjadi karena gangguan pada :

 jalan atas : obstruksi, aliran udara terhambat


 rongga thorax : gangguan gerak karena nyeri operasi, farktur costae,pleister lebar
jaringan ketal. pneumothorax dan pleural effusion
 jaringan paru : atelektasis
 otot nafas : paralyse diaphragma / otot nafas lain karena obat pelumpuh otit
myasthenia gravis
 syaraf nafas : kerusakan N-phrenicus, polio, anestesi spinal
 pusat nafas : depresi sentral nafas karena obat anestesi, narkotik, sedatif, trauma
alkohol
Dengan pemberian O2, hipoksia berkurang (p02 naik) tetapi pCO2 tetap atau naik.
Pada hipoventilasi ringan. pemberian O2 bermanfaat. Sedangkan pada hipoventilasi berat
jusrtu mengakibatkan paradoxical apnea, sehingga penderita jadi apnea setelah diberi oksigen

2.4. Tanda dan Gejala Hipoventilasi

 Pusing
 Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga)
 Letargi
 Disorientasi
 Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
 Disritmia jantung
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Konvulsi
 Koma
 Henti Jantung
2.5. Terapi Hipoventilasi

Terapi yang benar pada hipoventilasi adalah :

1. Membebaskan jalan nafas

2. Memberikan oksigen

3. Menyiapkan nafas buatan

4. Terapi causal penyebabnya

Terapi untuk menangani hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang


mendasari gangguan tersebut, kemudian tingkatkan oksigenasi jaringan, perbaiki fungsi
ventilasi, dan upayakan keseimbangan asam-basa.

Apabila tidak ditangani, maka kondisi klien akan menurun dengan cepat. Akibatnya, dapat
terjadi kebingungan, tidak sabar dan kematian.

2.6. Central Hypoventilation (Sindrom Hipoventilasi)

Central Hypoventilation atau yang juga dikenal dengan kutukan Ondine adalah
gangguan kontrol otomatis pernapasan.Dimana penderita yang mengalami penyakit ini akan
berhenti bernafas jika sedang dalam keadaan terlelap.

Gejala yang dialami bayi jika memiliki penyakit ini adalah berikut.

 Tidak banyak bernafas, terutama saat tidur


 Abnormal pupils (70% of individuals)
 Kesulitan makan karena refluks asam dan menurunkan motilitas usus
 Gangguan usus yang disebut penyakit Hirschsprung (20% dari individu), di mana
bagian dari usus besar tidak memiliki saraf.

Untuk dapat diagnosa Central Hypoventilationnya, seseorang harus memenuhi


persyaratan berikut.

 Bukti tidak banyak bernafas saat tertidur.


 Gejala dimulai selama tahun pertama kehidupan
 Tidak ada kondisi pernafasan atau otot lain yang dapat menjelaskan kesulitan bernapas
 Tidak ada bukti penyakit jantung

Jika bayi diduga memiliki sindrom hipoventilasi, sebuah studi tidur dilakukan untuk
menentukan seberapa parah kesulitan bernafas. Tes khusus lainnya dari fungsi pernafasan bisa
dilakukan juga. Pemeriksaan jantung dan neurologis lengkap dilakukan untuk menyingkirkan
jenis lainnya gangguan. Diagnosis dini dan pengobatan yang penting untuk mencegah
komplikasi serius yang disebabkan oleh periode oksigen rendah atau tidak ada.
Pengobatan berfokus pada penyediaan dukungan bernapas, biasanya melalui penggunaan alat
pernapasan (ventilator).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun,
maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis
merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan
hipoventilasi.

Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang
tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi.
Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang
diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative.
Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter])
mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi
hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.

3.2. Saran

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan


oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi.
Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan
menyebabkan hipoventilasi.

Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang
tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi.
Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang
diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative.
Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28% [1 sampai 3 liter])
mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi
hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Asril. 1990. Tuberkulosis Paru. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Editor:
Soeparman, dkk. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Kozier, Barbara, Glenora Erb, Kathleen Blais, Judith Wilkinson. 1995. Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process and Practice 4th Edition. Canada: Addison-Wesley Publishing
Company.

Taylor C., Lilis C., Le Mone P. 1997. Fundamentals of Nursing: The Art and Science of
Nursing Care. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.

http://rarediseases.about.com/od/rarediseaseso/a/071004.htm
http://www.metrogaya.com/home/liam-derbyshire-penderita-penyakit-langka-berhenti-
bernafas-saat-tidur
http://archive.kaskus.us/thread/5349152
http://http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-
merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-
merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://ruanghati.com/2009/11/23/tidak-boleh-menangis-seumur-hidup-karena-bisa-
merenggut-nyawa-gadis-cilik-ini/
http://www.kaskus.us/showthread.php">http://archive.kaskus.us/thread/4218828
http://archive.kaskus.us/thread/6468542
http://rarediseases.about.com/od/rarediseasesr/a/russellsilver05.htm

Barry A, Shapiro, MD,DABa, FCCP, Cs : Clinical Application of Respitory Care, 49

Laurence Martin, Md, FACP, FCEP. Pulmonary Psyology Inclinical Practise, 1987

Rahardjo E, Penanganan gangguan Nafas dan Pernafasan Buatan Mekanik , 1997

Robert, M.K, PHD and James K. Stoller, MD., Current Respiratory Care, 1988,90 - 92

Sumber makalah : http://www.academia.edu/8364963/Askep_Hipoventilasi (dengan


perbaikan)
Ulasan : Apa yang diuraikan dalam artikel memberi informasi dari salah satu penyakit langka
yang dideritanya. Namun, apa yang disampaikan belum jelas dan tidak spesifik. Artikel lebih
mengutamakan pengalaman hidup dari penderita, bukan penyakitnya. Sehingga membuat
pembaca akan memiliki konsep/pengetahuan yang dangkal, ataupun pembaca mungkin saja
akan berasumsi hal yang salah tentang penyakit tersebut.

Terkait dengan makalah yang terlampir, konsep utama diuraikan dengan jelas beserta dengan
bukti yang sangat berkaitan. Sehingga meningkatkan pengetahuan topik artikel dengan
pemahaman yang baik.

Anda mungkin juga menyukai