Menurut (Rahmanti, 2021) dalam (Jevon & Ewens , 2009) faktor-faktor yang
mempengaruhi
1) Adanya penyakit yang dapat mempengaruhi hemodinamik pasien seperti
adanya gangguan pada organ jantung, paru-paru, ginjal dimana pusat sirkulasi
melibatkan ketiga organ tersebut terutama jika terjadi di sistem kardiovaskular
dan pernafasan.
2) Obat-obatan/terapi seperti analgesik dan sedasi dapat mempengaruhi status
hemodinamik.
3) Status psikologi yang buruk atau psychological distress.
4) Aktifitas yang berlebih.
5) Mode Ventilator yang digunakan mempengaruhi hemodinamik karena setiap
mode memiliki fungsi masing-masing salah satunya melatih/memaksa pasien
untuk bernafas secara spontan.
2. Menurut kelompok: gejala pada klien yang mengalami gangguan hemodinamik bisa
terjadinya penurunan curah jantung, yang dapat dilihat apakah ada tanda kekurangan
oksigen, tekanan darah yang meningkat dan sebagainya.
Penyakit pernapasan masih menjadi penyebab utama tingginya angka kesakitan serta
kematian. Gejala dapat dilihat salah satunya dari apakah ada tanda kekurangan
oksigen, apabila respon tubuh yang mengalami kekurangan oksigen yang berlangsung
dalam jangka waktu yang lama maka dapat menyebabkan kegagalan fungsi jantung
dan gagalnya peningkatan kardiak output sehingga aliran darah berkurang ke seluruh
tubuh. Akibat yang disebabkan dari penurunan aliran darah ke organ tubuh yaitu
kerusakan jaringan otak, kerusakan organ tubuhh lain dan kematian (Azhari, 2021).
Sumber:
3. Menurut kelompok: Pemantauan hempodinamik yaitu sarana untuk menilai status
kardiovaskular seorang klien apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak
menggunakan alat-alat.
Hemodinamik yaitu pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan
karakteristik fisiologis vascular verifier (Jevon & Ewens , 2009). Sebagaimana
diketahui bahwa penilaian hemodinamik dapat dilakukan secara invasive dan non
invasive. Komponen pemantauan hemodinamik yaitu nadi serta tekanan darah yang
merupakan hasil dari kardiac out put. Selain itu juga heart rate atau denyut jantung
yang merupakan hasil dari aktivitas listrik jantung yang dipengaruhi oleh sistem
konduksi dan elektrolit, indikator perfusi perifer, warna kulit, CRT, kelembaban dan
suhu badan. Pernapasan, walaupun hemodinamik identik dengan jantung, cairan dan
pembuluh darah bukan berarti kita melupakan organ vital lainnya seperti paru dan
pasti juga otak tentunya, produksi urine. Sama halnya dengan paru dan organ lain,
ginjal dapat mengekspresikan gangguan hemodinamik yang sedang terjadi (Agustin,
Triyono, Setiyawan, & Safitri, 2019).
4. Menurut kel: penanganan terhadap klien yang mengalami gangguan hemodinamika
yaitu dengan terus memantau,dengan pemantauan hemodinamik dimana pasien
menerima informasi klinis dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan penilaian
klinis klien agar dapat memberikan penanganan yang optimal.
Dasar pemantauan dan penanganan adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti
keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan, mempertahankan
nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektrokimiawi sehingga manifestasi klinis dari
gangguan hemodinamik berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak di
tangani secara tepat dan cepat akan jatuh ke dalam fungsi organ multiple (Erniody,
2008).Menurut Horne & Swearingen (2001) Pemantauan hemodinamik dapat
bermanfaat dalam mengevaluasi abnormalitas volume. Perubahan pada tanda-tanda
vital dapat mengganggu keseimbangan cairan dan asam basa. Tandatanda vital
meliputi tekanan darah, pernafasan, suhu dan nadi
5. Menurut kel: penyebab terjadinya sesak nafas karena pengaruh kondisi kesehatan
jantung atau paru-paru bisa juga karena aktivitas yang terlalu berat.
Sesak napas disebabkan karena terjadinya penyempitan saluran napas oleh sekresi
mukus yang semakin banyak dan mengental. Obstruksi saluran pernapasan yang
menahun menyebakan terperangkapnya udara di saluran pernapasan karena udara
yang masuk waktu inspirasi lebih mudah dibanding waktu ekspirasi (Rad, 2010).
6. Menurut kel: saturasi oksigen dapat dikatakan normal ketika klien tidak mengalami
gejala antara lain: sesak nafas, sakit kepala, gelisah, pusing, nafas cepat, nyeri dada.
Menurut Hidayat, (2007) Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan
dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah 95-100%.Menurut
Tarwoto (2006) pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik,
penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien
terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak.Alat ini merupakan
metode langsung yang dapat dilakukan di sisi tempat tidur bersifat sederhana dan non
invasive untuk mengukur saturasi O2 arterial (Astowo, 2005).
7. Menurut kelompok: pertolongan pertama pada saat klien terjadi sesak nafas yaitu:
1. Periksa jalan napas
2. Melonggarkan pakaian yang sedang digunakan terutama pada bagian yang ketat.
3. Pastikan klien tetap tenang.
4. Berikan obat atau oksigen yang biasa digunakan klien.
8. Menurut kelompok, frekuensi pernapasan normal untuk orang dewasa saat istirahat
adalah 12 hingga 20 kali per menit. Frekuensi pernapasan di bawah 12 atau lebih dari
25 napas per menit saat istirahat dianggap abnormal.
9. Menurut kelompok, pada orang dewasa dengan kondisi tubuh sehat umumnya memiliki
tekanan darah normal sekitar 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
10. Menurut kel : frekuensi nadi yang dikatakan normal 60-100x per menit
Pada jantung normal manusia, tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA ( irama sinus
normal, NSR= Normal Sinus Rhythim). Waktu istirahat jantung berdenyut kira-kira 70
kali kecepatannya, berkurang waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam,
dan banyak rangsangan lainnya.Pada saat beristirahat atau tidak sedang beraktifitas
tinggi seperti bekerja atau sedang berolahraga, denyut nadi orang dewasa 60-80 kali
permenit, anak-anak 80-100 kali permenit, dan bayi 100-140 kali permenit.Bila
memeriksa denyut nadi perhatikanlah kecepatan, irama, dan volumenya. Hitung denyut
nadi dalam semenit penuh.
11. Menurut kel : CRT yang di katakan normal yaitu 2 detik
Normal dari CRT adalah kurang dari dua detik, sedangkan menurut Rasjidi (2008),
batas normal atas untuk pengisian kapiler pada bayi baru lahir adalah 3 detik
12. Menurut kel : penyebab CRT merupakan tanda dehidrasi
Pemanjangan CRT menandakan perfusi ke jaringan perifer yang tidak adekuat, hal ini
disebabkan oleh bakteri atau toksin yang dihasilkan akan mengaktivasi sistem imun dan
menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yaitu sitokin, faktor yang mendepresi
miokard, dan metabolit asam arakhidonat. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas vaskuler, gangguan pada miokard, dan penurunan resistensi vaskuler.
Selain itu, infeksi bakteri dapat menganggu sistem koagulasi, menyebabkan DIC
sehingga terjadi oklusi vaskuler yang juga menyebabkan penurunan perfusi ke jaringan
(Edmon., 2010, Stoll.,2008).
13. Menurut kel:
Ada nya sekret (Dahak) yang berlebih pada paru paru,
Ketidakmampuan mengeluarkan dan membersihkan sekret
Penyebab menurunnya ronchi pada pasien ISPA yang dikarenakan sumbatan (obstruksi)
pada saluran nafas yang berupa sputum.
Menurut Tim pokja SDKI DPP PPNI(2017), Klien yang mengalami Retraksi dinding
dada:
1. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
DAFTAR PUSTAKA
Jevon, P., & Ewens , B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis. (V. Umami, Ed.) (2nd ed.). .
Jakarta : Erlangga Medical Series.
Mistiyanti. (2020). Gambaran Status Hemodinamik.
https://repository.ump.ac.id/10172/3/Mistiyanti%20BAB%20II.pdf.
Rahmanti, A. (2021). Manajemen Keselamatan Pasien Kritis. Eureka Media Aksara.
Muttaqin,. A. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Diana,. E, dkk. (2018). Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus. Bandung: PT. Niaga Swadaya
Sandi, I. N. (2016). Pengaruh latihan fisik terhadap frekuensi denyut nadi. Sport and Fitness
Journal, 4(2), 1-6.
Fitriana, Lala Budi, and Paulinus Deny Krisnanto. "HUBUNGAN USIA GESTASI
DENGAN STATUS HEMODINAMIK PADA BAYI PREMATUR DI RSUD
SLEMAN YOGYAKARTA." Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta 2.2 (2017).
SN Daya, N Sukraeny - Ners Muda, 2020 - academia.edu. Program Studi Pendidikan Profesi
Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang