DENGAN DIARE
Oleh : Kelompok 2
DODY
EDDI EKO. WS
HARUDIN
EVI AGUSTININGSIH
GITA NARALIA
HERLINA
HARYANTI
A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak
terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi
penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran
orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang
menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada
terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare
dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang.
Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga
mungkin saja diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor
3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak
meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung.
Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan
serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap
harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus
kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian
disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak
terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan
kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan
diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu
bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran
pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
(lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di
Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya.
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap
anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk
dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi
melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan
sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama
disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
(piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan
adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan,
164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa
. (yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk
mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada
beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk
ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol
dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit
tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
4. Pemeriksaan Diagnostik
– Pemeriksaan tinja.
– Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
– Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
– Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
5. Penatalaksanaan
6. Komplikasi
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji
data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia
kemudian timbul diare.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
1. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
1. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
1. Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis :
keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
· Perkusi : adanya distensi abdomen.
· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
· Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan
Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai
status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per
oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga
terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah
keadaan klinis klien memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi
kebutuhan nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja
gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju
Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien
yang anaknya mengalami masalah yang sama
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya
orang yang mengalami masalah yang demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan anaknya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga
klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan
diri anaknya
Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam
perawatn yang dilakukan
Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan
klien
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum
1. 4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada
yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
\
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak Arya
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Tanjungpandan
Tanggal Masuk: 23 Februari 2020
Diagnosa medis: gastroenteritis
5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi
yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak
ada teman sebaya. karakter periang.
8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari
selama sakit ps tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap
putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak
300cc dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau
khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau
khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB
selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak
terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk
kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps
tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam
tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika
ps tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan
sama.
9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala :
lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus,
warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.
b. Mata :
mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m
ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..
c. Hidung :
hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak
ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.
d. Telinga:
posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membne timpani
tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut :
simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru :
bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada
simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
g. Jantung:
iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas
jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2
terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus :
abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan
asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak
terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada.
Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah
muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid.
i. Genitalia :
simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j. Ektremitas dan punggung :
punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas
simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan
otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit :
lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.
Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting
susu ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.
03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
B. Analisa Data
No. Data Fokus Penyebab Masalah
1. DO: Alergi susu Diare
BAB encer, berlendir serta berdarah sapi
KU ps. Lemah
Bising usus 38x/menit
BAB 7-8 Perhari
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR
46 x/menit
DS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4
hari, jumlah sedikit.
2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan
Warna anus kemerahan sering integritas kulit
Terdapat lesi disekitar anus
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
Daerah sekitar anus lembab
DS:
Keluarga mengatakan lesi dibagian anus
sudah 2 hari.
3. Do: Kelemahan Menyusui tidak
Bayi tampak malas menyusu kepada reflek efektif
ibunya menyusui
Reflek menyusu lemah
BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
KU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%
Wajah bayi agak pucat
DS:
Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui
anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya
tidak teratur
C. Diagnosa Keperawatan
Diare b.d Alergi susu sapi
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
D. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Diare b.d Alergi susu sapi Setelah dilakukan tidakan Fluid management
Ditandai dengan : keperawatan dalam 5 x 24 Timbang
Keluaga jam eliminasi BAB dan popok/pembalut
mengatakan BAB status hidrasi efektif. jika diperlukan
encer sudah 4 hari, Pertahankan catatan
jumlah sedikit. Kriteria hasil: intake dan output
BAB encer, Tidak ada diare yang akurat
berlendir serta Konsistensi tidak cair Monitor status
berdarah Ada ampas hidrasi
KU ps. Lemah Tidak ada tanda-tanda (kelembaban
Bising usus dehidrasi membran mukosa,
38x/menit TTV dalam batas nadi adekuat,
BAB 7-8 Perhari normal tekanan darah
TTV: Suhu: 36,6 Bising usus dalam ortostatik), jika
C, Nadi 140 batas normal diperlukan
x/menit, RR 46 Monitor vital sign
x/menit Monitor masukan
makanan / cairan
dan hitung intake
kalori harian
Kolaborasikan
pemberian cairan
intravena IV
Monitor status
nutrisi
Dorong masukan
oral
Kontrol bising usus
Dorong keluarga
untuk membantu
pasien minum susu
Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
Berikan oralit
sesuai indikasi
2 kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tidakan Skin care
b/d ekskresi/BAB sering keperawatan dalam 5 x 24 § Hindari kerutan padaa
DO: jam membrane mukosa dan tempat tidur
Warna anus kulit kembali efektif § Jaga kebersihan kulit
kemerahan agar tetap bersih dan kering
Terdapat lesi Kriteria Hasil : § Mobilisasi pasien (ubah
disekitar anus v Integritas kulit yang baik posisi pasien) setiap dua
Frekuensi diare 7- bisa dipertahankan (sensasi, jam sekali
8 x/ hari elastisitas, temperatur, § Monitor kulit akan
Daerah sekitar hidrasi, pigmentasi) adanya kemerahan
anus lembab v Tidak ada luka/lesi pada § Oleskan lotion atau
DS: kulit minyak/baby oil pada
v Perfusi jaringan baik derah yang tertekan
Keluarga mengatakan lesi v Menunjukkan pemahaman § Monitor status nutrisi
dibagian anus sudah 2 dalam proses perbaikan kulit pasien
hari. dan mencegah terjadinya § Memandikan pasien
sedera berulang dengan sabun dan air
v Mampu melindungi kulit hangat
dan mempertahankan § Jaga kulit tetap kering
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Menyusui tidak Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management
efektif b.d Kelemahan keperawatan dalam 7 x 24 § Kaji BB setiap hari
reflek menyusui d.d: jam status nutrisi dan § Kaji adanya kelemahan
Do: menyusui efektif. dan kelasan bayi dalam
Bayi tampak malas Kriteria Hasil : menyusui
menyusu kepada Adanya peningkatan § Kaji kadar Hb
ibunya berat badan sesuai § Ajarkan ibu pentingnya
Reflek menyusu dengan tujuan memberi susu secara
lemah malnutrisi teratur
BB turun = 6,5 kg Tidak terjadi § Kaji adanya pucat
– 6 kg dalam 3 hari penurunan berat § Beritahu ibu pentingnya
KU lemah badan yang berarti ASI bagi bayi
Ps. Hanya minum Ibu mau menyusui
susu ASI anaknya dengan
Hb: 9,8 gr% teratur
Wajah bayi agak Reflek menyusui
pucat anak baik
Hb dalam batas
DS: normal
Ibunya Bayi tidak lagi malas
mengatakan bahwa mengisap putting
jarang menyusui susu
anaknya Bayi tidak lagi pucat
Ibunya
mengatakan
mrnyusui anaknya
tidak teratur
A. Pengkajian
Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan
Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :
No. Data Senjang Penyebab Masalah
1. DO: Alergi susu sapi Diare
BAB encer, berlendir serta berdarah
KU ps. Lemah
Bising usus 38x/menit
BAB 7-8 Perhari
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR
46 x/menit
DS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4
hari, jumlah sedikit.
2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan
Warna anus kemerahan sering integritas kulit
Terdapat lesi disekitar anus
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
Daerah sekitar anus lembab
DS:
Keluarga mengatakan lesi dibagian anus
sudah 2 hari.
3. Do: Kelemahan reflek Menyusui tidak
Bayi tampak malas menyusu kepada menyusui efektif
ibunya
Reflek menyusu lemah
BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
KU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%
Wajah bayi agak pucat
DS:
Ibunya mengatakan bahwa jarang
menyusui anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya
tidak teratur
Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6
diagnosa. Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan
pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:
1. Diare b.d Alergi susu sapi
Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.
2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda
3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur
C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status
hidrasi bias efektif
1. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif
3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui
efektif.
1. Implementasi
1. Diare b.d Alergi susu sapi
1. Mengukur TTV
2. Mengkaji keadaan umum ps
3. Memberikan cairan lewat infus
4. Mengukur balance cairan
5. Mengkaji BAB
6. Menimbang popok
7. Mengukur bising usus
2. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
1. Mengkaji adnya lesi
2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam
3. Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit
4. Memandikan ps
5. Melakukan verbeden
3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi
2. menimbang BB
3. Mengkaji turgor kulit
4. Mengkaji adanya alergi
5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
6. Memberiakan diit sesuai indikasi
7. Mengukur Hb
Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa
intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola
pasien.
E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompok lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
Diare b.d Alergi susu sapi
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu,
implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas ruangan
perawatan klien.
B. Saran
à Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam
pembuatan tugas.
à Bagi Rumah Sakit
Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang
mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.
NIC (Nursing Intervention Classification)
NOC (Nursing Outcomes Classification)
NANDA