Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIARE

Oleh : Kelompok 2
DODY
EDDI EKO. WS
HARUDIN
EVI AGUSTININGSIH
GITA NARALIA
HERLINA
HARYANTI

POLTEKKES KEMENKES PANGKAL PINANG


PRODI D III KEPERAWATAN BELITUNG
FEBRUARI 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak
terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi
penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran
orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang
menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada
terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare
dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang.
Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga
mungkin saja diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor
3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak
meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung.
Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan
serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap
harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus
kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian
disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak
terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan
kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan
diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu
bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran
pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
(lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di
Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya.
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap
anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk
dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi
melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan
sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama
disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
(piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan
adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan,
164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa
. (yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk
mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada
beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk
ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol
dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit
tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).

B. Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare

 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
PEMBAHASAN

TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Etiologi

a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Manifestasi klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

4. Pemeriksaan Diagnostik

– Pemeriksaan tinja.
– Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
– Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
– Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien


diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution
(ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah
mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi
adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena
merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus.
Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut
bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat
penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi
stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri
oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba
coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat
membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

6. Komplikasi

Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia,


disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan
shock hipovolemik.

1. Konsep Asuhan Keperawatan


1. 1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji
data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia
kemudian timbul diare.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
1. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
1. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
1. Kebutuhan dasar.
 Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
 Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
 Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
 Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
 Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis :
keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
· Perkusi : adanya distensi abdomen.
· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
· Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

1. 2. Diagnosa yang Mungkin Muncul

a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

1. 3. Intervensi dan Rasional

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan
 Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.
 Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti.
 Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai
status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
 Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
 Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
 Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
 Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per
oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga
terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah
keadaan klinis klien memungkinkan.
 Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi
kebutuhan nutrisi klien
 Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja
gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju

Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
 Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

 Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase


punggung dan kompres hangat abdomen
 Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan
kemampuan koping
 Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
 Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
 Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
 Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
 Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
 Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

 Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat.
 Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
 Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien
yang anaknya mengalami masalah yang sama
 Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya
orang yang mengalami masalah yang demikian

 Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
 Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
 Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan anaknya.
 Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan sebelumnya.
 Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
 Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga
klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul
 Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
 Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
 Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan
diri anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan

 Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam
perawatn yang dilakukan
 Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
 Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
 Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
 Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan
klien
 Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

1. 4. Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah


direncanakan sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada
yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

\
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak Arya
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Tanjungpandan
Tanggal Masuk: 23 Februari 2020
Diagnosa medis: gastroenteritis

Nama Ayah : Tuan Endang


Umur :35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Tanjungpandan

Nama Ayah : Bu Novi


Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Tanjungpandan
1. Keluhan Utama
Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB
yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda.
3. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar
kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB
berlendir dan berdarah serta encer.
4. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan
sudah ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada
riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada
penyakit menular atau keturunan.

5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi
yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.

6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak
ada teman sebaya. karakter periang.

7. Riwayat Tumbuh Kembang


motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari
selama sakit ps tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap
putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak
300cc dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau
khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau
khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB
selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak
terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk
kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps
tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam
tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika
ps tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan
sama.

9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala :
lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus,
warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.
b. Mata :
mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m
ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..
c. Hidung :
hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak
ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.
d. Telinga:
posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membne timpani
tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut :
simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru :
bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada
simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
g. Jantung:
iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas
jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2
terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus :
abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan
asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak
terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada.
Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah
muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid.
i. Genitalia :
simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j. Ektremitas dan punggung :
punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas
simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan
otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit :
lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.

10. Pemeriksaan Neurologis

Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting
susu ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic


– Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)
– Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)
– Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)

12. Terapi Yang Diberikan


 02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

 03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

 02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

B. Analisa Data
No. Data Fokus Penyebab Masalah
1. DO: Alergi susu Diare
 BAB encer, berlendir serta berdarah sapi
 KU ps. Lemah
 Bising usus 38x/menit
 BAB 7-8 Perhari
 TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR
46 x/menit
DS:
 Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4
hari, jumlah sedikit.
2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan
 Warna anus kemerahan sering integritas kulit
 Terdapat lesi disekitar anus
 Frekuensi diare 7-8 x/ hari
 Daerah sekitar anus lembab
DS:
 Keluarga mengatakan lesi dibagian anus
sudah 2 hari.
3. Do: Kelemahan Menyusui tidak
 Bayi tampak malas menyusu kepada reflek efektif
ibunya menyusui
 Reflek menyusu lemah
 BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
 KU lemah
 Ps. Hanya minum susu ASI
 Hb: 9,8 gr%
 Wajah bayi agak pucat
DS:
 Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui
anaknya
 Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya
tidak teratur

C. Diagnosa Keperawatan
 Diare b.d Alergi susu sapi
 kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
 Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

D. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Diare b.d Alergi susu sapi Setelah dilakukan tidakan Fluid management
Ditandai dengan : keperawatan dalam 5 x 24  Timbang
 Keluaga jam eliminasi BAB dan popok/pembalut
mengatakan BAB status hidrasi efektif. jika diperlukan
encer sudah 4 hari,  Pertahankan catatan
jumlah sedikit. Kriteria hasil: intake dan output
 BAB encer,  Tidak ada diare yang akurat
berlendir serta  Konsistensi tidak cair  Monitor status
berdarah  Ada ampas hidrasi
 KU ps. Lemah  Tidak ada tanda-tanda (kelembaban
 Bising usus dehidrasi membran mukosa,
38x/menit  TTV dalam batas nadi adekuat,
 BAB 7-8 Perhari normal tekanan darah
 TTV: Suhu: 36,6  Bising usus dalam ortostatik), jika
C, Nadi 140 batas normal diperlukan
x/menit, RR 46  Monitor vital sign
x/menit  Monitor masukan
makanan / cairan
dan hitung intake
kalori harian
 Kolaborasikan
pemberian cairan
intravena IV
 Monitor status
nutrisi
 Dorong masukan
oral
 Kontrol bising usus
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien minum susu
 Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
 Berikan oralit
sesuai indikasi
2 kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tidakan Skin care
b/d ekskresi/BAB sering keperawatan dalam 5 x 24 § Hindari kerutan padaa
DO: jam membrane mukosa dan tempat tidur
 Warna anus kulit kembali efektif § Jaga kebersihan kulit
kemerahan agar tetap bersih dan kering
 Terdapat lesi Kriteria Hasil : § Mobilisasi pasien (ubah
disekitar anus v Integritas kulit yang baik posisi pasien) setiap dua
 Frekuensi diare 7- bisa dipertahankan (sensasi, jam sekali
8 x/ hari elastisitas, temperatur, § Monitor kulit akan
 Daerah sekitar hidrasi, pigmentasi) adanya kemerahan
anus lembab v Tidak ada luka/lesi pada § Oleskan lotion atau
DS: kulit minyak/baby oil pada
v Perfusi jaringan baik derah yang tertekan
Keluarga mengatakan lesi v Menunjukkan pemahaman § Monitor status nutrisi
dibagian anus sudah 2 dalam proses perbaikan kulit pasien
hari. dan mencegah terjadinya § Memandikan pasien
sedera berulang dengan sabun dan air
v Mampu melindungi kulit hangat
dan mempertahankan § Jaga kulit tetap kering
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Menyusui tidak Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management
efektif b.d Kelemahan keperawatan dalam 7 x 24 § Kaji BB setiap hari
reflek menyusui d.d: jam status nutrisi dan § Kaji adanya kelemahan
Do: menyusui efektif. dan kelasan bayi dalam
 Bayi tampak malas Kriteria Hasil : menyusui
menyusu kepada  Adanya peningkatan § Kaji kadar Hb
ibunya berat badan sesuai § Ajarkan ibu pentingnya
 Reflek menyusu dengan tujuan memberi susu secara
lemah  malnutrisi teratur
 BB turun = 6,5 kg  Tidak terjadi § Kaji adanya pucat
– 6 kg dalam 3 hari penurunan berat § Beritahu ibu pentingnya
 KU lemah badan yang berarti ASI bagi bayi
 Ps. Hanya minum  Ibu mau menyusui
susu ASI anaknya dengan
 Hb: 9,8 gr% teratur
 Wajah bayi agak  Reflek menyusui
pucat anak baik
 Hb dalam batas
DS: normal
 Ibunya  Bayi tidak lagi malas
mengatakan bahwa mengisap putting
jarang menyusui susu
anaknya  Bayi tidak lagi pucat
 Ibunya
mengatakan
mrnyusui anaknya
tidak teratur

E. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf
/ hari Dx
04 09.00 I  Mengukur TTV S: – TTD
Feb 09.10  Mengkaji keadaan O:
2020 10.00 umum ps – berat popok 500
 Memberikan cairan gr
Kamis 12.00 lewat infus – TTV: S: 36,6 C
12.30  Mengukur balance N:
12.45 cairan 140x/menit
13.00  Mengkaji BAB RR:46
 Menimbang popok X/menit
 Mengukur bising usus – IVFD=RL 20 tts
/ menit mikro.
– Balance cairan
+150 ml
– KU ps lemah
– BAB encer,
berlendir, dan
berdarah
– Bisisng usus =
38 x / menit
A: Diare b.d Alergi
susu sapi belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
04 09.00 II  Mengkaji adnya lesi S: TTD
Feb 09.10  Mengkaji frekuensi
2020 diare setiap 24 jam
19.15  Mengobservasi tanda – keluaga
Kamis – tanda kerusakan mengatakan ada lesi
integritas kulit dibagian anus
10.00  Memandikan ps O:
12.00  Melakukan verbeden – frekuensi
diare 7-8 x/ hari
– terdapat
kemerahan disekitar
anus
– verbeden
setiap hari
– ps. Tamapk
tenag setelah
dimandikan dan
diberi lotion
A: kerusakan
integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering
belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
04 10.00 III Mengkaji kekuatan menusui S:- TTD
Feb pada bayi O:
2020 12.00 § Menimbang BB – Ps. Alergi susu
12.10 § Mengkaji turgor kulit sapi
Kamis 12.15 § Mengkaji adanya alergi – Diit diberikan
12.30 § Mengkaji tingkat kerajinan sesuai konsultasi ahli
ibu dalam menyusui bayinya. gizi
Memberiakn diit sesuai – BB: 6 kg
12.45 indikasi – Turgor kulit
§ Mengukur Hb jelek
– Lingkungan
nyaman selama
pemberian diit
– Tidak ada
perubahan pigmen
kulit
– Hb 9,8 gr%
A: Menyusui tidak
efektif b.d
Kelemahan reflek
menyusui belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


/ hari Dx
06 09.00 I  Mengukur TTV S: – TTD
Feb 09.10  Mengkaji keadaan O:
2020 10.00 umum ps – berat popok 400 gr
 Memberikan cairan – TTV: S: 36,8 C
Sabtu 12.00 lewat infus N: 148 x /menit
12.30  Mengukur balance RR:50 x /menit
12.45 cairan – IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
13.00  Mengkaji BAB – Balance cairan +170 ml
 Menimbang popok – KU ps lemah
 Mengukur bising – BAB encer, berlendir, dan
usus berdarah
– Bisisng usus = 36 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi
P=Intervensi dilanjutkan
06 09.00 II  Mengkaji adnya lesi S: TTD
Feb 09.10  Mengkaji frekuensi – keluaga mengatakan masih
2020 diare setiap 24 jam ada lesi dibagian anus
19.15  Mengobservasi O:
Sabtu tanda – tanda – frekuensi diare 6-7 x / hari
kerusakan integritas – terdapat kemerahan disekitar
10.00 kulit anus
12.00  Memandikan ps – verbeden setiap hari
 Melakukan – ps. Tampak tenag setelah
verbeden dimandikan dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
06 10.00 III § mengkaji kekuatan S:- TTD
Feb menusui pada bayi O:
2020 12.00 § menimbang BB – Ps. Alergi susu sapi
12.10 § Mengkaji turgor kulit – Diit diberikan sesuai konsultasi
Sabtu 12.15 § Mengkaji adanya alergi ahli gizi
12.30 § Mengkaji tingkat – BB: 6,1 kg
kerajinan ibu dalam – Turgor kulit jelek
menyusui bayinya. – Lingkungan nyaman selama
12.45 § Memberiakn diit sesuai pemberian diit
indikasi – Tidak ada perubahan pigmen
13.00 § Mengukur Hb kulit
– Hb 10,2 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


/ hari Dx
05 09.00 I  Mengukur TTV S: – TTD
Feb 09.10 O:
2020 10.00  Mengkaji keadaan – berat popok 350 gr
umum ps – TTV: S: 36,5 C
Jumat 12.00  Memberikan cairan N: 140 x /menit
12.30 lewat infus RR: 46 x /menit
12.45  Mengukur balance – IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
13.00 cairan – Balance cairan +170 ml
 Mengkaji BAB – KU ps lemah
 Menimbang popok – BAB encer, berlendir, dan
 Mengukur bising berdarah
usus – Bising usus = 32 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi
P=Intervensi dilanjutkan
05 09.00 II  Mengkaji adnya lesi S: TTD
Feb 09.10  Mengkaji frekuensi – keluaga mengatakan masih
2020 diare setiap 24 jam ada lesi dibagian anus
19.15  Mengobservasi O:
Jumat tanda – tanda – frekuensi diare 5 x / hari
kerusakan integritas – terdapat kemerahan disekitar
10.00 kulit anus
12.00  Memandikan ps – verbeden setiap hari
 Melakukan – ps. Tampak tenag setelah
verbeden dimandikan dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
05 10.00 III § mengkaji kekuatan S:- TTD
Feb menusui pada bayi O:
2020 12.00 § menimbang BB – Ps. Alergi susu sapi
12.10 § Mengkaji turgor kulit – Diit diberikan sesuai konsultasi
Jumat 12.15 § Mengkaji adanya alergi ahli gizi
12.30 – BB: 6,3 kg
– Turgor kulit jelek
§ Mengkaji tingkat – Lingkungan nyaman selama
12.45 kerajinan ibu dalam pemberian diit
menyusui bayinya. – Tidak ada perubahan pigmen
13.00 § Memberiakn diit sesuai kulit
indikasi – Hb 10,7 gr%
§ Mengukur Hb A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan
Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :
No. Data Senjang Penyebab Masalah
1. DO: Alergi susu sapi Diare
 BAB encer, berlendir serta berdarah
 KU ps. Lemah
 Bising usus 38x/menit
 BAB 7-8 Perhari
 TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR
46 x/menit
DS:
 Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4
hari, jumlah sedikit.
2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan
 Warna anus kemerahan sering integritas kulit
 Terdapat lesi disekitar anus
 Frekuensi diare 7-8 x/ hari
 Daerah sekitar anus lembab
DS:
 Keluarga mengatakan lesi dibagian anus
sudah 2 hari.
3. Do: Kelemahan reflek Menyusui tidak
 Bayi tampak malas menyusu kepada menyusui efektif
ibunya
 Reflek menyusu lemah
 BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
 KU lemah
 Ps. Hanya minum susu ASI
 Hb: 9,8 gr%
 Wajah bayi agak pucat

DS:
 Ibunya mengatakan bahwa jarang
menyusui anaknya
 Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya
tidak teratur

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.

B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6
diagnosa. Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan
pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:
1. Diare b.d Alergi susu sapi
Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.
2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda
3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur
C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status
hidrasi bias efektif
1. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif
3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui
efektif.

1. Implementasi
1. Diare b.d Alergi susu sapi
1. Mengukur TTV
2. Mengkaji keadaan umum ps
3. Memberikan cairan lewat infus
4. Mengukur balance cairan
5. Mengkaji BAB
6. Menimbang popok
7. Mengukur bising usus
2. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
1. Mengkaji adnya lesi
2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam
3. Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit
4. Memandikan ps
5. Melakukan verbeden
3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi
2. menimbang BB
3. Mengkaji turgor kulit
4. Mengkaji adanya alergi
5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
6. Memberiakan diit sesuai indikasi
7. Mengukur Hb

Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa
intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola
pasien.

E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompok lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
 Diare b.d Alergi susu sapi
 kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
 Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu,
implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas ruangan
perawatan klien.

B. Saran
à Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam
pembuatan tugas.
à Bagi Rumah Sakit
Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang
mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.
NIC (Nursing Intervention Classification)
NOC (Nursing Outcomes Classification)
NANDA

Anda mungkin juga menyukai