KARYA
ARIFIN C. NOER
RETNO
MAE
PEMUDA
PANUT
HAMUNG
KOYAL
TUKIJAN
DI BAWAH MEGA
SEJENAK TAK ADA BICARA. TIBA-TIBA RETNO BERHENTI MENYANYI SEBAB ADA
SEORANG PEMUDA LEWAT.
30.MAE : Edan!!
SUNYI SEBENTAR.
94. RETNO : Lama-lama aku jadi ingin pergi dari Jogja ini.
95. MAE : Kemana?
96. RETNO : Kemana saja (tiba-tiba) Aduuuuuuh!
97. MAE : Kalau kau bilang begitu pada Tu…..
98. RETNO : Diam! Si banci itu lewat lagi.
SUNYI SEBENTAR.
217. MAE : Dia pasti mendapat celaka! Pasti mendapat celaka! Tapi
memang dia masih bocah. Bukan salahnya (menangis)
246. KOYAL :
Wah! saya cari kemana-mana, rupanya kalian disini
247. MAE :
Kita disini malam ini. Malam terang bulan. Malam Syura.
Malam penuh berkah.
248. HAMUNG : Kau nanti….
249. KOYAL : Betul! Malam berkah melimpah (tertawa menang)
Lihatlah kedua tanganku. Di tangan kiri; lembaran lotre.
Di tangan kanan sobekan koran! Kalian tahu? Aku telah
menyobek koran yang terpasang di muka gedung Agung.
Aku terlalu girang. Aku sobek saja koran itu. Tak peduli!
(tertawa)
250. MAE : Koyal…..
251. RETNO & HAMUNG : (hampir bersamaan) Kau menang?
252. KOYAL : (tersenyum bangga ) Hampir!
253. RETNO : Ha?
254. KOYAL : (tersenyum bangga) Hampir! Cuma beda sedikit. Beda
satu (tertawa)
255. RETNO : Edan.
336. PANUT : Tidak usah, Yal. He, Yal. Dengan gampang kau akan
punya banyak uang asal kau mau turut saja malam ini.
337. KOYAL : Kemana?
338. PANUT : Turut sajalah.
339. HAMUNG : Ya, turut saja biar penjolmu bertambah penjol.
340. MAE : Jangan. Ayo, Panut, kau membantah Mae. Jangan pergi!
Disini saja! Koyal, kau pun tak usah pergi.
341. PANUT : Ayo, Yal. Jangan seperti kerbau banci.
342. KOYAL : Mencuri?
343. PANUT : Turut saja. Tanggung beres.
344. KOYAL : Tidak. Saya tidak mau.
345. MAE : Nah, kau anak pintar, Koyal.
346. PANUT : Betul kau tidak mau uang?
347. KOYAL : Kalau uang saya mau.
348. PANUT : Turut lah dengan saya. Segera.
349. KOYAL : (lama) Tidak mau.
BAGIAN 2
DI ATAS MEGA
SEMUA BERBARIS.
536. RETNO : Kebetulan sekali. Cuma ada seorang di sana yang sedang
makan.
537. KOYAL : Nampaknya malah sudah selesai.
538. MAE : Sudah ramai benar pasar.
539. HAMUNG : Memang waktunya. Sekarang sudah hampir pagi.
540. TUKIJAN : Kita ini mimpi.
541. KOYAL : Cerewet! Soalnya kan kita cari kenikmatan!
542. TUKIJAN : (menantang) Apa?
543. KOYAL : (ketakutan) Tidak—Kenapa takut? Bukankah malam ini
saya yang jadi raja? (pada bulan) Bukankah begitu
bulan?—-Harus? Baik (seketika berubah sikap untuk
meyakinkan dirinya ia bertolak pinggang) He, Jan!
Dengar!
544. TUKIJAN : (takut) Ya, Yal.
545. KOYAL : Kamu jangan banyak cerewet ya?
546. TUKIJAN : Ya, Yal.
547. KOYAL : Malam ini kita akan makan kabut.
548. TUKIJAN : Ya, Yal.
549. KOYAL : Dan menelan bulan.
550. TUKIJAN : Ya, Yal.
551. KOYAL : Kita akan mengenakan pakaian dari angin.
552. TUKIJAN : Iya, Yal.
553. MAE : Kalau perlu kita akan mencoba meniti garis kaki langit.
554. TUKIJIAN : Ya, Yal.
555. KOYAL : (pada bulan) Begitukah, bulan? (tertawa) Enak juga.
556. RETNO : E, kita ini jadi makan apa tidak?
557. KOYAL : Kenapa pula urung. Ayo. Makan sekenyang-kenyangnya.
Toh cuma mega—-Hamung, yang baik cara kau berjalan.
SEMUA KETAWA.
604. RETNO : Oh, Tuhan. Betapa bahagia saya. Sudah lama saya impi-
impikan barang ini (pada Mae) Lihatlah, Mae. Mungil.
B-H ini sangat bagus, bukan?
605. MAE : Bagus sekali, Retno. Bagus sekali. Coba pilihkan Mae
satu.
606. KOYAL : Satu! Satu kotak sekalian. Kamu tidak boleh begitu
gampang melupakan bentuk pakaian yang pertama
setelah lama nenek-nenek kita kedinginan, eh bukan!
Setelah lama nenek-nenek kita tidak sopan.
KOYAL MENENGADAH.
664. KOYAL : (tergesa) Ha, itu dia (mengejar) Solo! Solo! Sombong
betul dia. Bagaimana kalau kita sewa sedan saja?
665. HAMUNG : Kita bisa langsung.
666. RETNO : Begitu lebih baik. Kita bisa langsung. Bisa lebih cepat.
KOYAL MENDEKATI SEDAN ITU. DIA TAMPAK BERUNDING. TAPI KITA TIDAK
BISA MENDENGAR APA YANG MEREKA CAKAPKAN SEBAB MEREKA AGAK
JAUH. AKHIRNYA KITA TAHU KOYAL TERSENYUM DAN MELAMBAIKAN
TANGANNYA.
ANGIN MENDERU-DERU.
703. TUKIJAN : Cuma otot dan otak yang dibutuhkan tanah-tanah itu
Sumatera.
704. HAMUNG : Mahal ah.
705. MAE : (melihat kabut) Kabut itu. Hidup ini.
706. HAMUNG : Kenapa di sini justru lebih mahal? (berseru) Yal !
707. KOYAL : Apa?
708. HAMUNG : Beli jeruk.
709. KOYAL : (menunjukkan lot) Nah, lihat!
710. HAMUNG : (pada penjual jeruk) Lihat! (dengan cuma-cuma
mengambil tiga buah)
711. KOYAL : Terimakasih, bulan saya sangat terharu. Terimakasih.
712. MAE : Saya membutuhkan seekor untuk mendaki kabut itu.
713. HAMUNG : (berseru) Jan! (melemparkan sebuah padanya)
714. TUKJAN : (setelah dipandangnya jeruk itu lalu dengan malas
dilemparnya)
726. RETNO : Kita ke tempat air terjun. Pake— Yuk, kita berangkat.
MEREKA BERANGKAT.
SEMUA BERBARIS.
DI ATAS MEGA
889. KOYAL : Semua orang sudah tahu Koyal menang lotre. Kau juga
sudah tahu. Kelelawar juga sudah tahu, saya telah
menjadi orang yang terkaya. Kau juga, rumput. Kau juga
maklum, beringin tua. Lebih-lebih kau bulan. Kaulah
yang paling tahu segala apa yang sekarang ada pada
saya. Seantero jagat raya tahu segalanya tentang diri
saya. Tapi semuanya, juga kau bulan gendut tak pernah
tahu, tak pernah mau tahu……oh kalian…….oh,
kau……tak pernah peduli………pasti! Semuanya tidak tahu
bahwa sejak lama Koyal jatuh cinta……jatuh cinta pada
Retno……Kau menertawakan saya, ndut? Biar. Rumput-
rumputan juga mencibir. Biar. Kau juga terkekeh-kekeh,
beringin tua. Biar. Sudah sejak lama saya selalu ingin
memegang kakinya. (berhenti menangis) Malam ini, ya?
Ya? Saya akan pegang kaki itu. (tertawa) Bulan, kau pasti
jatuh hati pada kaki itu. Nah, saya pegang dia. — Berani.
Kenapa? —- Biar. Kalau dia marah beri saja dia uang
seratus dua ratus —- ribu. Saya orang kaya — (tertawa)
Kaya (tertawa) Kaki. Biar (bangkit perlahan dan dengan
bergetar dan nafas berdesah. Ia mendekati Retno yang
lelap tidur berselimut kain. Betisnya kelihatan. Beberapa
saat Koyal cuma memandangi saja dan sesekali ia
912. MAE : E,ee ada apa ini? Kenapa? Jan, jangan pukul dia.
913. TUKIJAN : Bangsat!
914. MAE : Ada apa? Kenapa?
915. TUKIJAN : Kamu telah menghina saya, Yal. Kamu telah mengejek
saya. Berapa kali telah saya katakan tentang ini semuua?
Kamu boleh, boleh melakukan apa saja dengan dia.
Siapa bisa melarang? Memang dia lonte. Saya tahu, Yal.
Dia lonte. Karena itu tidak ada yang bisa melarang kau
berbuat apa saja dengan dia. Tidak peduli kamu tidak
waras. Tapi janghan di muka hidung saya. Berapa kali
telah saya katakan? Jangan di muka saya. Semua kawan
mengerti. Tapi diam-diam rupanya kamu memancing-
mancing amarah saya.
RETNO TERBANGUN.
HAMUNG TERBANGUN.
RETNO PERGI MENYUSUP KEGELAPAN YANG MULAI AGAK TIPIS. SEJAK ITU
AGAK LAMA TAK TERJADI PERCAKAPAN. ANGIN SEMAKIN KENCANG.
MUNCUL RETNO.
1026. MAE : Ya, saya harap begitu. Saya harus merebutnya. Oh, saya
tiba-tiba takut sekali. Hamung sebentar lagi pergi.
Sebentar lagi. Semuanya akan kembali sepi, Kenapa
jantung saya? Saya gemetar sekali (sekonyong-konyong
menubruk dan memeluk Tukijan ) Jan! (dalam isak ) Jan.
(dalam isak) Kenapa sama sekali kau tak punya rasa
terimakasih? Tapi siapa yang memilikinya? Tapi kau
anakku. Kalau sama sekali kau tak punya apa-apa namun
paling sedikit kau harus punya rasa terimakasih.
Sekarang kau diam saja serupa patung-patung di
museum. Kau tak melihat saya dalam memandang saya.
Sebab itu gampang saja kau akan tinggalkan ibumu
sendiri di alun-alun ini, di tanah bebas yang tidak bebas
ini (melepaskan dirinya dari Tukijan dan duduk
menunduk) Kalau saya muda pasti saya tak akan
mengucapkan kata-kata itu. Hamung sekalipun cintamu
samar-samar, tapi pasti kepergianmu nanti akan
melengkapi kesepian saya (setelah mengosongkan
dirinya) Tapi sebagai orang tua, sebagai seorang Ibu
yang tabah tentu saja saya harus melepaskan kalian
berdua dengan doa restu, dan saya akan menyertai
PANUT BANGKIT.
1041. MAE : Tidak enak. ( Sambil batuk-batuk) Tidak enak. Tidak ada
yang enak.
1042. PANUT : Belum biasa.
1065. HAMUNG : Nah, lihat. Sekarang saya punya dua sekaligus. Sekali
waktu memang tak ada jeleknya kita menikmati sesuatu
lebih dari biasanya (tertawa)
1066. PANUT : Saya sungguh-sungguh senang.
1067. HAMUNG : Kau pikir begitu? Kau senang kalau saya mengisap rokok
pemberianmu ini?
1068. PANUT : Senang.
1069. HAMUNG : Biar kau lebih senang, berikan rokok itu semua.
1070. PANUT : Jangan, yang lima batang ini untuk saya sendiri.
1071. HAMUNG : Dan kau senang?
1072. PANUT : Senang.
1073. HAMUNG : Bagus. Kalau begitu kelak kau akan jadi laki-laki yang
jantan.
1074. PANUT : Saya makin senang sekarang.
1075. HAMUNG : Dan kalau kereta api itu membawa saya ke arah barat,
kau juga tetap senang?
1076. PANUT : Tidak.
1077. HAMUNG : Kenapa?
1078. PANUT : Karena saya sedih.
1079. HAMUNG : Jadi kau tidak senang karena kau sedih?
1080. PANUT : Saya tidak senang karena kita berpisah.
1081. HAMUNG : Betul?
1082. PANUT : Betul.
1083. HAMUNG : Betul tidak senang?
1084. PANUT : Tidak senang.
1085. HAMUNG : Betul sedih?
1086. PANUT : Sedih sekali
1132. PANUT : Terimalah uang ini, Mas Hamung. Untuk jajan di jalan.
1133. HAMUNG : (setelah menerima uang itu) Sekarang saya akan pergi ke
museum. Saya akan mandi. Lalu saya berangkat ke
stasiun.
1146. MAE : Saya harus mempertahankan Retno. Kalau dia juga pergi
saya akan merasa hilang.
MASIH DIAM.
MASIH DIAM.
RETNO DIAM.
1163. RETNO : Saya mencintai kau, tapi juga mencintai yang lain.
1164. TUKIJAN : Siapa?
1165. RETNO : Saya tidak bisa berdusta.
1166. TUKIJAN : Ya, kau mencintai dirimu juga. Kau tidak pernah
mencintai siapapun kecuali mencintai gincumu.
1167. RETNO : (bangkit marah) Apa kau pikir kau juga mencintai saya?
Omong kosong! Kau cuuma mencintai dirimu sendiri.
saya akui yang paling saya cintai tentu diri saya sendiri,
sebab tak ada orang yang mencintai orang lain lebih
daripada mencintai dirinya sendiri.
1168. TUKIJAN : Kenapa kau jadi marah-marah begitu?
SELESAI