Setting Dekor
Balairung istana, agak usang tampaknya. Gaya arsitekturnya mengesankan gaya gothic. Di
bagian tengah pentas menempel pada dinding belakang. Terdapat undakan yang menuju ke
tempat singgasana Raja. Di masing-masing sisinya, tapi di downstage, terdapat beberapa
kursi singgasana lainnya yang ukurannya lebih kecil. Inilah tempat kedua permaisuri Raja.
Upstage, sebelah kiri, terdapat sebuah pintu kecil menuju ke kamar Raja. Di sebelah kanan,
masih di upstage, terdapat sebuah pintu lainnya lagi, juga berukuran kecil. Di downstage dan
masih di sebelah kanan, terdapat pintu berukuran besar. Di antara kedua pintu di kanan ini
terdapat sebuah jendela yang bergaya gothic.
Di sebelah kiri terdapat sebuah jendela lagi. Sedang di downstage, masih di bagian kiri,
terdapat sebuah pintu kecil.
Dramatic Personae
RAJA
RATU MAHRIT
RATU MARI
JULIET
TABIB
PENGAWAL
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia paduka Raja! Panjang usia!
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia ratu Mahrit, istri pertama sang Raja. Diiring oleh Juliet sang pembantu rumah
tangga, disertai abdi dalam para ratu. Panjang usia ratu kita!
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia ratu Mari, Istri kedua tapi paling dicintai oleh sang Raja, diiringi oleh Juliet dan
abdi dalem. Panjang usia ratu kita.
MARI DIIKUTI OLEH JULIET DARI PINTU BESAR DAN PERGI KE LUAR LEWAT
PINTU DI PANGGUNG KIRI BAWAH MARI, PARASNYA LEBIH MUDA DAN LEBIH
CANTIK DARIPADA MAHRIT. MARI MENGENAKAN JUBAH WARNA
LEMBAYUNG, DIKEPALANYA SEBUAH MAHKOTA, DI SAMPING ITU DIA
MENGENAKAN PERHIASAN INTAN BERLIAN. JUBAHNYA ITU POTONGAN
MODERN DAN TAMPAKNYA DIBUAT OLEH PENJAHIT KELAS ATAS.
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia tabib pribadi sang Raja, anggota dewan kehormatan sekaligus algojo keRajaan,
dan tak asing lagi sebagai ahli perbintangan!
PENGAWAL
Panjang usia ratu kita!
JULIET
Yang mulias, saya tidak sempat membersihkan kamar tamu ini. Barusan saya memerah susu.
Sapi-sapi kita telah kering susunya.
MAHRIT
Bukan kamar tamu! Ini balairung istana. Berapa kali kau ini harus kuberitahu tentang nama
ruangan ini?
JULIET
Baiklah, yang mulia. Balairung istana, seperti kata Yang Mulia. Saya tidak sempat
membersihkan kamar tamu ini.
MAHRIT
Di sini dingin sekali!
PENGAWAL
Saya sudah menghubungi pusat pengatur panas, tapi gagal karena sistemnya macet. Langit
selalu mendung dan awan-awan kelihatannya enggan menghilang. Matahari terbit terlambat.
Padahal saya telah mendengar paduka yang mulia Tuanku Raja kita telah memerintahkan
matahari terbit tepat pada waktunya.
MAHRIT
Kok begitu!? matahari telah tuli terhadap perintah-perintah Tuanku Raja!
PENGAWAL
Saya mendengar bunyi-bunyi gemeretak sepanjang malam. Ada retak lebar dinding tembok
istana.
PENGAWAL
Juliet dan saya telah berusaha memerbaikinya tadi.
JULIET
Tengah malam buta kala saya sedang enak-enaknya tidur, ia bangunkan saya.
PENGAWAL
Apakah perlu kami coba lagi untuk memerbaikinya, yang mulia?
MAHRIT
Percuma. Kita mustahil memutar jarum jam mundur ke belakang (KEPADA JULIET) di
mana ratu Mari?
JULIET
Beliau sedang berdandan.
MAHRIT
Bisaa!
JULIET
Beliau bangun sebelum fajar
MAHRIT
Oh! Itu istimewa sekali!
JULIET
Saya dengar beliau menangis di dalam kamarnya.
MAHRIT
Ketawa dan menangis. Cuma itulah yang bisa dikerjakannya! (KEPADA JULIET) mohon
kepada ratu Mari agar datang kemari sekarang juga. Pergilah dan iringkanlah beliau!
TEPAT PADA SAAT ITU JUGA MUNCUL RATU MARI DENGAN PAKAIAN YANG
DIKENAKANNYA TADI.
MARI
Aku tahu.
MAHRIT
Jangan menangis lagi.
MAHRIT
Jangan sembrono, apa pun yang terjadi. Semua peristiwa ini jelas normal dan wajar. Kau toh
sudah tahu segalanya akan berakhir begini. Atau kau tidak pernah mengira segalanya akan
berakhir begini?
MARI
Itulah yang selama ini diharapkan!
MAHRIT
Juga yang hebat penuh kebesaran! Kini tiba saatnya! (KEPADA JULIET) He! Kau mestinya
memerbanyak saputangan untuk ratu Mari!.
MARI
Aku tetap masih berharap
MAHRIT
Percuma dan sia-sia! Harapan! (IA MENGANGKAT PUNDAKNYA) Tak ada lagi yang
digumamkan bibir mereka, kecuali berharap. Harapan! Sementara Cuma berfungsi
meneteskan air mata! Tingkah macam apa ini!?
MARI
Dengan tabib, kau sudah jumpa lagi? Apa katanya?
MAHRIT
Jangan lagi mengharapkan yang tidak-tidak! Pertanda-pertanda yang tampak, sudah
meyakinkan.
MARI
Mungkin saja tabib itu keliru dalam menafsirkan pertanda-pertandanya.
MAHRIT
Jika kita amati segalanya dengan objektif, tak mungkin ada kesalahan. Dan kau juga sudah
tahu semua itu.
MAHRIT
He! Kau akhirnya bisa melihat retak itu! dan itu bukan satu-satunya tanda. Ini semua
kesalahanmu sendiri jika dia lengah untuk menerima segalanya. Kau biarkan dia menuruti
kemauannya sendiri. kau bahkan telah ikut merambah jalan bersama dia, menolongnya selalu.
Padahal kau toh sudah tahu itu menyimpang.
O, ya! Hidup sangatlah mengasyikan! Dengan keceriaanmu dan senda guraumu, tari-tarian
kalian, pesta arak-arakan, makan malam yang mewah, gerak-gerikmu yang menawan hati dan
pesta kembang api, sendok-sendok perak murni dan bulan madu-bulan madu kalian! Berapa
kali kalian sudah mengadakan tamasya bulan madu!?
MAHRIT
Dan itu empat kali dalam setahun! “Kita mesti mereguk hidup ini penuh-penuh” begitu selalu
slogan yang kalian teriakan di mana-mana.
MARI
Dia sendiri yang menyukai pesta-pesta itu.
MAHRIT
Orang-orang tahu hal yang satu itu. mereka juga tahu tapi tidak mau tahu. Tapi dia! Dia
seorang Raja! Dia! Harus ingat hal yang satu itu! penglihatannya mesti dibuka seterang-
terangnya, sehingga dia betul-betul menyadari setiap tahap yang dilaluinya, tahu betul berapa
panjang jalan yang mesti dilaluinya, dan tidak pernah ngawur atau hilang arah.
MARI
O, cintaku yang malang. Rajaku, jungjunganku yang malang.
MARI (DUDUK)
Aku tidak kuasa mengutarakan hal yang satu ini kepadanya.
MAHRIT
Akulah yang akan mengatakan hal itu padanya. Aku bisaa ditugasi hal semacam ini.
MARI
Tapi apa gunanya? Sebaiknya jangan diberitahu. Sebaiknya tidak. Jangan ucapkan satu kata
pun yang ada hubungannya dengan hal itu, aku betul-betul memohon padamu.
MAHRIT
Ini urusanku! Kita masih tetap membutuhkanmu. Kau tahu, setelah itu, nanti, kau tetap
dibutuhkan untuk upacara kebesaran terakhir itu. kau bisaanya menyukai kedudukan resmi
dalam upacara kebesaran.
MARI
Tapi bukan upacara yang satu ini.
JULIET
Baik yang mulia (JULIET MENGERJAKANNYA)
MAHRIT
Aku setuju acara ini tidak harus semenarik acara tari-tarian dalam pesta-pesta keRajaan. Tari-
tarian yang kalian hidangkan itu memang untuk anak-anak, orang tua dan pengantin baru.
Untuk mengumpulkan dana bagi korba bencana alam, untuk para pemenang sayembara.
Untuk wanita-wanita penulis novel atau tarian amal untuk panitia penyelenggaranya. Tapi
upacara yang satu ini hanyalah untuk lingkungan keluarga, tanpa penari atau tarian.
MARI
Jangan! Jangan beritahu dia! Akan lebih baik baginya jika dia tidak menyadari akan hal yang
satu ini.
MAHRIT
…dan begitu saja lewat lalu sirna bagaikan cahaya? Mustahil!
MARI
Engkau tidak punya hati!
MAHRIT
O, ada! Aku punya! Ini dia sedang memukul-mukul dari dalam.
MARI
Engkau tidak berperikemanusiaan!
MAHRIT
Apa artinya kata-katamu itu?
MARI
Ini kekejaman! Dia belum siap-siap untuk ahl ini.
MAHRIT
Salahmu jika dia tidak pernah bersiap-siap! Ia seperti pengelana yang selalu hendak bercokol
membenamkan diri di setiap penginapan yang dicapainya, ingin melupakan bahwa tempat
penginapan bukanlah tujuan akhir perjalanannya itu. ketika aku memeringatkan kau tentang
nasib Tuanku Raja yang paling ujung itu, kau cemooh aku sebagai orang yang sombong dan
sok.
MARI
Ya, tak bisa dihindari lagi. Tapi setidaknya ia mesti diberitahu secara lebih bijaksana.
Bijaksana, hati-hati sekali!
JULIET
Jadi ruang tamu ini tidak perlu saya bersihkan dulu?
MAHRIT
Sudah terlambat. Tidak apa. Tinggalkan kami.
MARI
Beritahu dia secara baik-baik. Aku mohon padamu. Jangan buru-buru. Ia mungkin mendapat
serangan jantung.
MAHRIT
Kita sama-sama merasakan beratnya, berat bagimu, berat bagiku. Juga berat baginya. Jangan
terus-terusa merengek begitu! ini perintahku!
MARI
Ia tidak akan mau menerimanya
MAHRIT
Memang tidak pada mulanya
MARI
Aku akan menahannya
MAHRIT
Jangan coba lakukan itu! segalanya mesti berjalan dengan seksama. Marilah kita jadikan ini
sebuah kemenangan. Sudah lama tidak ada lagi kemenangan-kemenangan. Istananya sudah
semakin rusak. Padang-padangnya kering tandus. Gunung-gunungnya terbenam. Laut telah
menghancur leburkan bendungan dan menyebabkan negeri dilanda banjir. Dia biarkan
segalanya jadi puing berserakan. Kau gagasannya yang cemerlang dengan cara mendekapnya
ke dalam pelukanmu yang menyebarkan wewangian itu! selera rendah! Padahal semula
mengatasnamakan pemabngunan. Tapi memang dia suka begiTuan. Tanah-tanah tidak
dimanfaatkannya menjadi pertanian dan perkebunan yang subur, tanah-tanah ini malah
dibiarkannya terlantar, dan akhirnya lenyap ditelan lubang-lubang besar tanah rengkah
dimana-mana.
MARI
Sok ahli. Sepertinya bisa mengentikan gempa bumi!
MAHRIT
Sebenarnya aku bosan meladenimu!.... ia masih bisa menanami pasir dengan pohon pakujajar
misalnya, atau membetoni yang mungkin terbang! Tapi tidak dikerjakannya! Sekarang
keRajaan ini nyaris seperti tempe busuk yang banyak lubangnya itu!
MAHRIT
Belum termasuk peperangan yang membawa malapetakan bagi negeri ini. Bala tentaranya
mabuk dan tertidur karena kebanyakan makan. Ingat pada malam hari sehabis pesta makan
siang itu, Negara-negara tetangga yang memusuhi kita aktif mencaplok daerah-daerah
perbatasan. Lama kelamaan garis batas kekuasaan negeri kita makin menciut. Bala tentaranya
menolak untuk bertempur kembali.
MARI
Soalnya mereka tidak setuju peperangan
MAHRIT
Dengan mudahnya kalian terima mereka sebagai kelompok penganut paham anti perang! Tapi
kau tahu nama kelompok macam itu menurut musuh-musuh kita? Namanya pengecut!
Namanya, Desertir! Dan kelompok macam itu mereka jatuhi hukuman tembak! Akibat semua
kau lihat sendiri; kota-kota diratakan musuh, pemandian kita dibakar, sementara tempat-
tempat hidburan kita diporakporandakannya! Para pemuda dan pemudi kita pada akhirnya
mengungsi ke luar negeri. Ketika dia pertama kali menduduki tahtanya, jumlah penduduk di
negeri kita ini tidak kurang dari 120 juta.
MARI
Untuk ukuran negeri ini, jumlah itu namanya kelebihan penduduk. Kekurangan tempat untuk
menam pung mereka.
MAHRIT
Sekarang sisanya tinggal sekitar seribu orang. Tidak sampai seribu. Bahkan sewaktu aku
mengatakan ini, satu persatu mereka mati setelah meregang nyawa masing-masing.
MARI
Masih ada kurang lebih 45 orang muda-mudi.
MAHRIT
Tak ada lagi yang menginginkan mereka. Kita pun tidak lagi membutuhkan harapan-harapan
bangsa itu kembali ke negeri kita. Kau tahu, mereka jadi cepat tua! Waktu mereka kembali ke
negeri ini, mereka berubah seperti orang berumur 80 tahun lebih! Kau jangan pura-pura
menganggap cara itu tidak normal.
MARI
Tapi, Tuanku Raja masih tetap muda belia.
MAHRIT
Betul. Kemarin dia begitu. tadi malam saja dia masih muda, tapi lihat sebntar lagi, apakah dia
masih tetap muda belia!?
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia tabib pribadi sang Raja sudah kembali! Yang mulia! Yang mulia!
TABIB
Selamat pagi, yang mulia ratu. Selamat pagi, yang mulia ratu. Selamat pagi.
(UCAPAN SELAMAT PAGI YANG PERTAMA DITUJUKAN KEPADA MAHRIT, YANG
KEDUA KEPADA MARI)
Saya mohon yang mulia berdua sudi memaafkan keterlambatan saya ini. Saya langsung
datang dari rumah sakit, saya harus melaksanakan beberapa operasi bedah yang boleh
dibilang sangat penting sebagai ilmu pengetahuan kita.
MARI
Engkau tidak perlu melakukan operasi bedah atas diri Tuanku Raja.
MAHRIT
Memang benar tidak lagi diperlukan operasi itu
MARI
Tabib, apakah ada keterangan baru? Ia sudah agak membaik , kukira? Betul begitu? ada
tanda-tanda yang menunjukan hal itu, tabib?
TABIB
Tuanku Raja menunjukan gejala-gejala normal seperti penderita sakit lainnya, dan hal ini
tidak ada yang bisa merobahnya lagi. Sudah sewajarnya, begitulah keadaannya.
MARI
Ya, memang benar, sudah tidak ada harapan lagi (MELIRIK PADA MAHRIT) Ia tidak mau
aku punya ahrapan. Ia tidak mengizinkan aku untuk berharap.
MAHRIT
Banyak orang yang mengkhayalkan hal-hal yang agung dan besar, tapi kau diliputi kabut
kahyal kekerdilan jiwa! Tak ada seorang ratu pun di dunia ini macam engkau. Kau membuat
aku seakan wajahku dicoreng arang! Ho! Dia siap merengek kembali!
TABIB
Pada hakekatnya ada. Kalau saja yang mulia menghendaki, ada sebuah keterangan baru yang
saya peroleh.
MARI
Apa itu?
MAHRIT
Sudah kita duga.
TABIB
Kedua bintang itu meledak!
MAHRIT
Sudah sewajarnya begitu!
TABIB
Matahari telah kehilangan energi panasnya sekitar 50 dan 75 persen
MAHRIT
Sesuai dengan hokum alam.
TABIB
Matahari telah mencairkan salju di kutub utara. Bintang susu tampak seperti carian kental
yang basi! Bintang berekor tampaknya lelah sekali, jelas usianya telah tua, ekornya pun
dipelintirkan seperti anjing sedang sekarat.
MARI
Itu bohong! Kau Cuma melebih-lebihkannya! Pasti! Ya, pasti kau Cuma merekayasa!
TABIB
Maaf, jika yang mulia berkenan, silakan lihat sendiri lewat teropong bintang ini.
TABIB
Kemarin sore seharusnya masih musim tanam. Kemudian 2 jam 30 menit yang lalu segalanya
telah berubah sama sekali. Sekarang sepertinya sudah panen! Di luar batas Negara kita
rumput-rumput tumbuh subur dan hijau, pohon-pohon pun sama. Semua sapi melahirkan
bayinya dua kali sehari. Sekali waktu dipagi hari, sekali lagi sore hari sekitar jam 5 atau lebih
30 menit. Tapi di negeri kita, daun-daun kering jatuh meranggas. Pohon-pohon mengeluh dan
sekarat. Bumi mengalami gempa sedikit lebih banyak daripada bisaanya.
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Departemen Meteorologi dan geofisika keRajaan, meminta perhatian rakyat atas cuaca buruk
keRajaan kita!
MARI
Ya, aku rasakan getaran-getaran gempa itu. ya, aku dengar gemuruh gempa itu. ya, aku tidak
bisa mengakhiri semua kenyataan ini.
MAHRIT
TABIB
Kilat tertahan di angkasa. Awan menurunkan hujan kodok. Guntur Cuma bergumam. Itulah
sebabnya kita tidak bisa mendengarnya. 25 orang penduduk negeri kita telah lebur mencair.
12 orang telah kehilangan kepala. Dipotong tepat pada lehernya. Kali ini kematian-kematian
itu tanpa campur tangan profesiku sebagai tabib sekaligus algojo.
MAHRIT
Semua itu tanda-tanda yang pasti!
TABIB
Selain itu…..
MAHRIT
Tidak perlu dilanjutkan! Selalu demikian gejala yang menjadi firasat untuk peristiwa yang
satu ini. Kita semua sudah tahu.
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Paduka yang mulia Tuanku Raja!
(TERDENGAR SUARA MUSIK PENGIRING)
Semua perhatian tujukan kepada Tuanku Raja! Hidup Raja kita!
MAHRIT
Nah, dimana dia menyimpan sandalnya?
JULIET
Sandal itu ada pada saya, yang mulia.
MAHRIT
Itu kebisaaan buruk! Berjalan dengan kaki telanjang!
MAHRIT
Tidak penting lagi bagi dia masuk angin atau tidak. Tapi ini betul-betul buruk!
MAHRIT
Semua itu tidak ada isinya lagi, kecuali Cuma kata-kata formal belaka.
JULIET
Sudah saya bersihkan semuanya, tadi ketika Tuanku masih tidur nyenyak. Aku betul-betul
tidak mengerti darimana mereka muncul. Datang lagi dan datang lagi!
RAJA
Matamu tampak merah. Engkau menangis? Ada apa?
MARI
Ya, Tuhan!
MAHRIT
Itu Cuma ungkapa saja (KEPADA JULIET) Pergi dan bersihkan sarang laba-laba itu
JULIET
Sapu saya sudah lapuk, saya butuh sapu baru, 12 sapu, baru mencukupi kebutuhan.
JULIET PERGI
RAJA
Kenapa aku dipandangi dengan sorot mata yang aneh? Ada yang kacau? Sekarang tidak ada
lagi yang disebut rawan. Bahkan sudah tergolong wajar jika ada kekacauan. Nah, soalnya
sudah beres sekarang!
MARI
Kakimu sakit, mari kutolong!
RAJA
Tidak sakit. Kenapa mesti sakit? Ya, memang, sakit sedikit, tidak apa-apa. (KEPADA MARI)
aku tidak membutuhkan pertolongan. Tapi kalau kau, ya, aku senang kalau kau yang
menolongku.
MARI
Jangan! Diamlah!
MAHRIT
Kau sendiri yang diam!
RAJA
Berita apa? Apa yang jangan dipercaya? Mari, kenapa kau tiba-tiba tampak sedih? Ada apa?
TABIB
Duh! Ya, benar. Tuanku!
MAHRIT
Sekarang sudah tengah hari.
RAJA
Belum. Memangnya kenapa!? Tidak apa! Untukku hari ini masih pagi. Aku belum sarapan
apa-apa. Bawakan sarapanku kemari. Tapi terus terang saja aku sebenarnya belum mau
makan apa-apa. Tabib, kau mesti memberiku pil penambah selera dan nafsu makan, dan
penambah darah. Lidahku jadi tebal, ya enggak?
TABIB
Ya, memang. Tuanku benar.
RAJA
Darahku tidak lancar. Aku tidak minum apa-apa tadi malam. Tapi ada rasa tidak enak pada
darahku.
TABIB
Tuanku, ratu Mahrit telah mengutarakan berita yang benar. Tuanku sedang menuju ke
ambang kematian.
RAJA
Apa lagi? Kau menggangguku! Aku akan mati? Ya, benar. Aku akan mati itu memang benar.
Dalam waktu 40 tahun, 50 atau 300 tahun yang akan datang? Atau malah mungkin jauh
sesudah itu semua! Kalau aku sudah ingin mati, kalau sampai waktuku, kalau aku
memutuskannya. Sementara ini marilah kita selesaikan masalah yang menyangkut
pemerintahan kita.
(IA MENDAKI TANGGA MENUJU SINGGASANANYA)
Aduh, kakiku! punggungku! Aku masuk angin. Istana ini suhunya buruk. Penuh dengan
angin jahat. Bagaimana halnya dengan kaca jendela yang rusak itu? dan genteng-genteng
yang bocor itu, belum juga ada yang mau menggantinya? Ya, tak ada lagi orang yang mau
bekerja. Aku harus menangani segalanya ini secara langsung, tapi bagaimana, aku sibuk
dengan masalah-masalah berbeda! Orang lain tak bisa lagi diharapkan! (KEPADA MARI
YANG BERUSAHA MENOLONGNYA) jangan, aku bisa! (DENGAN TONGKAT
KEBESARANNYA, DITOLONGNYA DIRINYA BERDIRI TEGAK) ada juga gunanya
tongkat kebesaran ini.
(RAJA PUN BERHASIL DUDUK, TAPI DENGAN SUSAH PAYAH DAN KESAKITAN.
CUMA KEBERHASILAN INI ADALAH BANTUAN MARI)
Tidak, tidak. Aku bisa melakukannya sendiri. nah! Akhirnya! Singgasana ini rasanya terlalu
keras. Mestinyya singgasana ini diberi karet busa. Nah, bagaimana keadaan negeriku pagi
ini?
MAHRIT
Yang masih ada….
JULIET
Mereka sedang cuti besar. Tapi mereka tidak bepergian jauh karena negeri kita sudah menciut
sempit. Mereka tepat berada di ujung negeri, atau dengan kata lain mereka sekarang berada di
tepi hutan dekat sungai, sedang mincing ikan. Ya, mudah-mudahan bisa menangkap beberapa
ekor, untuk kemudian dibagikan kepada penduduk.
RAJA
Pergilah ke hutan, iringkan mereka kemari.
RAJA
Tidak punya disiplin!
JULIET
Aduh! Mereka jatuh ke dalam sungai itu!
MARI
Jala mereka dan angkat keluar dari sungai itu!
JULIET KELUAR
RAJA
Jika saja negeri ini bisa menghasilkan politikus lainnya, sudah kupecat menteri yang dua
orang itu!
MARI
Kita akan mengangkat menteri lain yang baru.
TABIB
Kita sudah sia-sia mendapatkan sumber daya manusia lainnya, yang mulia.
MAHRIT
Engkau tidak akan lagi mendapatkan tenaga baru!
MARI
Kita akan mendapatkannya, pasti. Dan anak-anak sekolah, nantinya kalau mereka sudah
dewasa. Kita cukup menunggu sebentar, tapi sementara dua menteri sudah cukup untuk
menggerakan roda pemerintahan kita berputar lancar.
RAJA
Rupanya kesehatan penduduk kita sangat parah. Usahakanlah menolong mereka. Tabib,
paling tidak cobalah perbaiki kondisi mereka. Paling sedikit nantinya mereka bisa memelajari
empat atau lima huruf yang ada dalam alphabet. Pada zaman dahulu hukuman mati selalu
dijatuhkan pada mereka yang cacat macam begini.
TABIB
Untuk saat ini, jangalah hukuman mati jenis itu dilaksanakan lagi, Tuanku. Kalau
dilaksanakan, wah, betul-betul tidak punya penduduk sama sekali nanti!
RAJA
Berbuatlah sesuatu untuk kebaikan mereka, Tabib.
MAHRIT
Tak ada sesuatu pun yang hisa kita perbaiki lagi sekarang ini. Kita sudah tidak mungkin lagi
menolong siapa pun. Bahkan dirimu sendiri sudah tidak bisa tertolong lagi.
TABIB
Tuanku, engkau sudah tidak bisa disembuhkan lagi!
RAJA
Aku tidak dalam keadaan sakit!
MARI
Ia merasa betul-betul sehat. (KEPADA RAJA) betul tidak?
RAJA
Cuma sedikit kejang. Itulah seluruhnya. Dan ini bukan apa-apa. Sekarang malah sudah jauh
lebih enakan rasanya.
MARI
Ia mengatakan, tidak apa-apa. Kau dengar? Kau dengar?
RAJA
Betul. Aku merasa baik-baik saja!
MAHRIT
Engkau akan mati dalam waktu satu jam setengah mendatang. Kau akan mati di akhir
pertunjukan ini.
RAJA
Apa katamu? Itu tidak lucu!
MAHRIT
Kau akan mati diakhir pertunjukan ini!
TABIB
Ya, Tuanku. Engkau akan mati. Tidak ada lagi sarapan besok pagi. Tidak juga makan malam
nanti. Tukang masak sudah mematikan kompor-kompornya. Mereka sudah meninggalkan
seragam dapur mereka. Semua taplak meja dan serbet telah dilipat rapi-rapi, disimpan dalam
lemari, lalu ditutup untuk selama-lamanya.
MARI
Jangan bicara terlalu cepat, jangan bicara terlalu keras.
RAJA
Dan siap yang akan memberikan perintah-perintah tanpa ada pengesahan dariku? Aku dalam
keadaan sehat wal afiat. Kau memerolok aku! Bohong! (KEPADA MAHRIT) kau selalu
menginginkan kematianku (KEPADA MARI) ia selalu menghendaki kematianku (KEPADA
MAHRIT) aku akan mati kalau aku sudah menginginkannya. Aku sang Raja. Aku satu-
satunya maujud yang memberikan keputusan!
TABIB
Engkau telah kehilangan daya kemampuanmu untuk memberikan keputusan apa yang berlaku
atas dirimu, Tuanku Raja.
MAHRIT
Sekarang bahkan tidak mampu lagi melarang dirimu untuk tidak jatuh sakit.
RAJA
Aku tidak sakit! (KEPADA MARI) barusan kan kau juga bilang aku ini tidak sakit? Aku
masih tetap segar bugar seperti sedia kala.
MAHRIT
Lalu rasa kelu yang ada di kakimu itu tadi?
RAJA
Sudah hilang
MAHRIT
Coba bergerak sedikit. Kau akan lihat nanti.
MAHRIT
KeRajaan!? Hah, betapa kacau balaunya keadaan keRajaan ini. Kau sudah tidak bisa lagi
mengendalikan pemerintahan. Sungguh, kau sudah tidak mampu, tapi kau tidak mau
mengakuinya. Sekarang engkau telah kehilangan kekuasaan, kekuasaan atas dirimu sendiri
MARI
Kau senantiasa punya kekuasaan atas diriku
MAHRIT
Tidak juga atas dirimu!
JULIET MASUK
JULIET
Terlambat, kedua menteri itu tidak bisa dijala lagi! Sungai tempat mereka jatuh tadi, termasuk
juga tepi-tepinya dan pohon-pohon yang tumbuh, sudah hilang terbenam ke dalam lobang
yang tidak berdasar.
RAJA
O, begitu? apa ini sebuah boikot? Kalian ingin menurunkan aku dari tahta?
MAHRIT
Itulah jalan terbaik. Turunlah dari tahtamu dengan ikhlas.
TABIB
Turun tahta? Aku?
MAHRIT
Ya. Turun dari tahta secara rohaniah juga secara resmi.
TABIB
Secara jasmaniah
MARI
Tolak semua usul-usul itu! jangan dengarkan ocehan mereka.
RAJA
Mereka gila! Aa….tentunya mereka ini penghianat
JULIET
Tuanku, Rajaku. Tuanku yang malang
MAHRIT
Kau lihat sekarang, kenyataanya dia tidak bisa bergerak. Seluruh otot-ototnya menderita
keram.
PENGAWAL
Aku…. Engkau…. Atas nama engkau… aku engkau….
TABIB
Tuanku lihat sendiri, dia tidak bisa lagi bergerak, bahkan sepotong otot pun tidak bisa
digerakannya lagi. Tidak satu patah kata pun bisa diucapkannya lagi. Sudah kaku membatu.
Tuli terhadap printah-perintahmu. Dan ini betul-betul gejala yang sangat jelas sekali. Sangat
jelas bagi seorang tabib.
RAJA
Akan kuperlihatkan aku ini punya kemauan, dan kuperlihatkan aku ini bisa karena aku ada
kemauan.
MARI
Pertama berdirilah tegak
RAJA
Aku mau berdiri (DIKERAHKAN SELURUH SISA TENAGANYA)
MARI
Lihat, betapa netengnya kau melakukannya!
RAJA
Kau lihar, kalian semua lihat tadi, betapa entengnya! Jelas sudah kau berdua adalah sepasang
komplotan penjahat! Gestapu!
(RAJA MELANGKAH KE ARAH MARI YANG INGIN MENOLONG)
Jangan…. Jangan…. Jangan….sendiri saja. aku masih tetap bisa dengan diriku sendiri
(RAJA JATUH, JULIET BURU-BURU MENDAPATKANNYA, MENOLONGNYA)
Aku bisa berdiri kembali tanpa pertolongan siapa-siapa
PENGAWAL
Panjang usia Raja kita!
PENGAWAL
Raja sedang sekarat!
(DENGAN SUSAH PAYAH, AKHIRNYA RAJA BERDIRI KEMBALI DENGAN
PERTOLONGAN TONGKAT KEBESARAN)
Hidup Raja kita!
(RAJA KEMBALI JATUH)
Raja kita sudah mati!
MARI
panjang usia Raja kita! Hidup Raja kita!
MAHRIT
Benyolan apa ini?
PENGAWAL
Raja sedang sekarat!
MARI
Tidak! Hidup Raja kita! Berdirilah tegak, hidup Raja kita!
JULIET (MUNCUL LAGI, TAPI NANTI PERGI LAGI SELAMA RAJA BERDIRI
TEGAK)
Hidup Raja kita!
PENGAWAL
Hidup Raja kita!
MAHRIT
Ini Cuma sisa terakhir tenaganya. Betul tidak, Tabib?
RAJA
Aku Cuma kesandung tadi, itulah soalnya. Ketersandungan bisa saja terjadi atas diri siapaun.
Mahkotaku!
(MAHKOTANYA TERJATUH TADI. MARI MEMASANG KEMBALI MAHKOTANYA)
Ini tanda buruk lainnya lagi.
MARI
Jangan percaya terhadap tahayul.
(MARI MEMBERIKAN TONGKAT ITU KEMBALI PADA RAJA)
Pegang ini kokoh-kokoh dalam genggamanmu! Cengkeram kuat-kuat!
PENGAWAL
Hidup…. Raja….
RAJA
Itu namanya kesalahan teknis
TABIB
Tapi, Tuanku Raja, sebelum ini tidak pernah terjadi apa yang disebut dengan kesalahan teknis
itu!
MAHRIT
Kejayaanmu sudah sirna. Kau harus menyadari hal ini.
TABIB
Rasa sakitmu, rasa kelumu…..
RAJA
Sebelum ini, aku tidak pernah merasakan. Ini yang pertama.
TABIB
Tepat! Itulah tandanya. Semuanya itu terjadi dengan tiba-tiba, betul tidak?
MAHRIT
Kau mestinya sudah tahu semua ini akan terjadi atas dirimu.
TABIB
Segalanya sangatlah tiba-tiba, dan sejak itu engkau tidak lagi menguasai dirimu. Kau
mestinya sudah tahu hal ini, Tuanku Raja. Coba dan beranikan dirimu menghadapi kenyataan
ini. Hadapilah!
RAJA
Aku masih sanggup menegakkan diriku sendiri. kau bohong! Kau lihat betapa aku betul-betul
berhasil tadi!
TABIB
Sakitmu betul-betul sudah tidak tertolong lagi. Kau tidak akan pernah berhasil lagi.
RAJA
Hanya, memang, aku tidak pernah memergunakan tekadku, segalanya jadi berantakan. Itu
namanya kelengahan murni. Segalanya masih bisa diperbaiki. Segalanya akan mendapat
perhatian yang cermat dan segalanya akan kembali jadi baru. Kalian akan saksikan tindakan-
tindakan cepatku nanti.
Pengawal! Maju dua langkah!
MAHRIT
Pengawal, mundur dua langkah!
RAJA
Penggal kepala pengawal itu! potong lehernya!
(KEPALA PENGAWAL GOYANG KE KANAN DAN KE KIRI, SEDIKIT SEKALI)
Kepalanya akan jatuh! Kepalanya akan jatuh!
MAHRIT
Bukan. Kepalanya Cuma goyang-goyang sedikit. Tidak beda sejak dulunya.
RAJA
Penggal kepala Tabib itu! penggal sekarang juga!
MAHRIT
Itukan kepala yang potongannya baik dan otaknya encer. Kepala-kepala macam itu terpacak
kukuh di lehernya, kokoh pada pundak yang sehat.
TABIB
Maafkan saya, Tuanku Raja. Seperti Tuanku telah memakluminya, saya merasa malu.
RAJA
Copot mahkota dan kepala ratu Mahrit! Remukan mahkota itu ke lantai!
MAHRIT
Akan kupasangkan kembali.
RAJA
Terima kasih! Apa maknanya semua ini? Sihir? Bagaimana aku kehilangan kekuasaan atas
dirimu? Jangan kau kira segalanya akan kubiarkan berjalan terus seperti ini! Akan kuselidiki
sampai ke akar-akarnya. Mestilah ada sekrup-sekrup yang berkaraat di dalam susunan mesin
ini, yang menyebabkan roda tidak lagi bisa berputar.
RAJA
Bisakah engkau mendengar suaraku?
MARI
Bisa. Aku akan melakukan perintahmu
RAJA
Datanglah padaku
MARI
Aku mau. Aku akan. Aku mau melaksanakannya. Tapi kedua tanganku jadi lumpuh.
RAJA
Kalau begitu, menarilah!
(MARI TIDAK BISA BERGERAK)
Menarilah! Atau setidaknya gerakkanlah kepalamu. Pergilah ke jendela, bukakan tingkapnya,
lalu katubkan kembali.
MARI
Aku tidak bisa
RAJA
Lehermu jadi kelu rupanya. Majulah dan mendekatlah padaku
MARI
Ya Tuhan!
MARI
Aku tidak tahu bagaimana melaksanakan semua itu, aku tidak bisa melangkah. Aku tiba-tiba
saja lupa segalanya itu!
MAHRIT
Ambil berapa langkah, mendekatlah.
MAHRIT
Karena dia mendengarkan aku (Pada Mari) Stop! Berhenti di sana!
MARI
Maafkan aku, Tuanku. Ini bukan kesalahanku.
RAJA
Aku perintahkan agar muncul tumbuh sebatang pohon di lantai ini!
PAUSE
PAUSE
PAUSE
IA PERGI KE JENDELA
Apa? Tidak terjadi apa-apa? Aku perintahkan engkau Juliet datanglah lewat pintu besar!
Bukan lewat pintu itu, tapi lewat pintu ini! Pergilah ke luar lewat pintu ini!
Terompet, bunyikanlah! Dan deringkanlah semua bel! Sebuah salut kebesaran 121 meriam
dentumkanlah untuk menghormatiku!
RAJA MENDENGARKAN
Tidak ada apa-apa? Tunggu!.... ya! Aku bisa mendengar sesuatu!
TABIB
Itu hanya suara dengung di dalam telingan Anda sendiri, Tuanku Raja.
TABIB
Benar, Tuanku. Dalam waktu satu jam 24 menit 50 detik lagi.
MAHRIT
Satu jam 24 menit 42 detik (PADA RAJA) Bersiap-siaplah untuk itu.
MARI
Jangan menyerah!
MAHRIT
Jangan ganggu lagi dia! Jangan kau bentangkan kedua tanganmu lagi untuknya. Dia sudah
jatuh tersungkur. Tak mungkin lagi ditolong. Acara resmi mesti diikuti ditel demi ditel.
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Upacara akan dimulai!
ISTIRAHAT
(Atau dicari kemungkinan lain menjelang perpindahan ini)
RAJA
Kita putar mundur jarum sang waktu
MARI
Kembali ke dalam masa 20 tahun yang silam!
RAJA
Kembali pada satu minggu yang lewat!
MARI
Kembali ke saat senja yang kemarin itu! mundurlah sang waktu! Mundurlah! Mundurlah!
Waktu! Berhentilah!
MAHRIT
Waktu sudah tidak ada. Waktu telah meleleh dari tangannya.
MARI
O, tengok! Rambutnya tiba-tiba putih semuanya!
MARI
Keriput menggaris dahinya, mencoreng wajahnya. Dia betul-betul telah menjadi 14 abad
lebih tua dibandingkan tadi!
TABIB
Jadinya betul-betul antik! Betul-betul serba mendadak!
RAJA
Raja haruslah abadi!
MAHRIT
Mereka memang abadi. Untuk waktu yang terbatas
RAJA
Telah dijanjikan padaku untuk diberikan kesempatan waktu yang kupilih untuk waktu
kematianku
MAHRIT
Tapi kau tidak pernah memiliki waktu untuk kematianmu. Kau bahkan lupa, karena
keasyikanmu mengendalikan pemerintahan Negara dan menggenggam kekuasaan di
tanganmu. Itu sebabnya kau sekarang dipaksa harus memilih waktu ini untuk kematianmu.
Kau telah tertawan di dalam lumpur kehidupan ini. Kau merasa hangat dan nikmat.
(DENGAN TAJAM) sekarang engkau sedang berangkat menuju kebekuan yang amat dingin!
RAJA
MAHRIT
Sudah sering kali aku mengingatkan hal itu kepadamu.
RAJA
Tapi peringatan-peringatanmu terlalu pagi kau utarakan kepadaku. Aku tidak mau mati….
Aku tidak bersedia! Seseorang mestilah menjadi juru selamatku, sebab aku sendiri tidak bisa
lagi menyelamatkan diri sendiri.
MAHRIT
Ini adalah kesalahanmu, padahal kau mestinya bersiap-siap sejak dulu kala! Kau tidak pernah
menyediakan waktu untuk persiapan diri. Kau sudah dijatuhi kutukan, bahwa kau mesti mati
suatu ketika dank au mestinya sudah memikirkan hal itu sejak hari pertama. Pikirkanlah
setiap lima menit setiap harinya, lalu kau bisa kembangkan menjadi sepuluh menit,
seperempat jam, setengah jam dan seterusnya. Itulah caranya berlatih diri.
RAJA
Aku pernah memikirkan hal itu.
MAHRIT
Tapi kau tidak serius memikirkannya, tidak dengan seluruh perasaan dan jiwamu
MARI
Dia masih sehat walafiat waktu itu.
MAHRIT
Justru itu! (PADA RAJA) kau mestinya memikirkan hal itu secara permanen di dalam lubuk
kesadaranmu itu.
TABIB
Ia tidak pernah melihat ke depan. Ia selalu Cuma hidup dari satu hari ke satu hari lainnya,
seperti umumnya orang-orang bisaa.
MAHRIT
Kau selalu menawar sang waktu. Pada usia 20 tahun kau mengatakan akan menunda sampai
kau mencapai usia 40 tahun, baru kau akan memulai latihan-latihan persiapan diri itu. ketika
umurmu sudah 40 tahun…..
RAJA
Aku sehat wal afiat, aku begitu muda belia!
MAHRIT
Pada usia 40 tahun, kenapa tidak tunggu saja usia 50? Pada 50….
RAJA
Aku penuh dengan cahaya kehidupan. Hidupku sangatlah indah!
MAHRIT
RAJA
Tapi rasanya aku seperti baru mulai saja! oh, jika saja aku bisa memiliki seluruh abad-abad
kehidupan ini, barulah rasanya aku mantap untuk memulai latihan-latihan persiapan diri ini.
TABIB
Waktu yang tersisa Cuma tinggal satu jam, Tuanku Raja. Kau tidak mau tapi kau ahrus
melaksanakan segalanya dalam waktu satu jam terakhir ini
JULIET MASUK
JULIET
Kasihan. Tuanku yang malang memang suka membolos
RAJA
Ya, seperti anak sekolah yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, yang duduk di
bangkunya menghadapi ujian tulis tapi tidak siap untuk mengisikan jawaban apa pun atas
pertanyaan-pertanyaan di kertas ujiannya….
MAHRIT
Sudahlah!
RAJA
….atau seorang aktor pada saat pertama kali naik pentas ia lupa akan baris-baris kalimat yang
mesti diucapkannya dan ia pun jadi kosong, kosong. Seperti seorang tukan pidato yang
dipaksa naik ke podium dan tidak tahu sama sekali kepada siapa pidatonya itu akan
diucapkannya. Aku tidak tahu siapa hadirin yang sedang kuhadapi ini. Dan lebih-lebih lagi
aku tidak pernah menginginkannya. Aku tidak punya apa-apa untuk kuucapkan kepada
mereka. Dalam situasi macam apa aku ini!
PENGAWAL
Sang Raja mencemoohkan situasi negaranya!
MAHRIT
Situasi kebodohan!
JULIET
Ia akan terus-terusan membolos meski pun, seluruh abad-abad yang akan datang diberikan
kepadanya.
RAJA
Aku mau mengulang ujian itu
TABIB
Tidak ada lagi yang bisa kau perbuat, Tuanku. Kami juga tidak. Kami hanyalah memraktekan
ilmu pengobatan, kami tidak melahirkan sebuah mukjizat
RAJA
Apakah rakyat sudah diberi pengumuman? Sudah kau peringatkan mereka? Aku mau seluruh
rakyat mengetahui Raja mereka sedang sekarat!
RAJA
Rakyatku! Rakyat tercinta! Aku sedang sekarat! Dengarkan aku! Rajamu sedang sekarat!
RAJA
Jangan ganggu aku Raja kalian! Aku mau setiap rakyatku mengetahui aku ini sedang sekarat!
RAJA
Kalian dengar itu?
MARI
Ya, aku dengar. Aku bisa mendengarnya
RAJA
Mereka menjawabku. Tidak akan mustahil mereka akan datang menolongku!
JULIET
Tidak ada seorang pun di sana.
TABIB
Itu Cuma suara pantulan. Sedikit terlambat datangnya.
MAHRIT
Terlambat seperti biasanya. Seperti halnya segala sesuatu di dalam negeri ini. Tak ada yang
berjalan dengan lancer dan cekatan
MARI
Tak seorang pun pernah mati sebelumnya
MAHRIT
Ini semua menyakitkan!
JULIET
Dia menangis! Sama seperti orang-orang lainnya
MAHRIT
Apa kau belum merasa cukup, Tuanku!? Itu Cuma buang-buang tenaga percuma!
MARI
Biarkanlah dia mencoba segalanya sekali ini
JULIET
Kenapa tak ada lagi seorang pun di negeri ini yang mendengarkannya. Ya, kenapa tidak?
MAHRIT
Mata-mata masih berada di lingkungan kita
TABIB
Telinga-telinga musuh dipasang di batas Negara
MAHRIT
Betul-betul memalukan ini! Masa jadi panic macam begini!
TABIB
Tak ada lagi suara-suara pantulan. Suaranya sudah tidak sekeras tadi lagi. Biarkan saja dia
berteriak seberapa banyak dia mau. Suaranya tidak akan bisa mencapai jauh dari dinding
belakang.
RAJA
Aku kedinginan, aku merasakan kengerian yang luar bisaa.
MARI
Seluruh kakinya jadi kejang
TABIB
Rematiknya benar-benar sudah tidak ketulungan (KEPADA MAHRIT) coba diurut
barangkali menenangkan yang mulia
MAHRIT
Duduk di kursi itu, atau engkau akan terjungkir jatuh.
JULIET
Kau akan merasa enakan, Tuanku. Jauh lebih nyaman rasanya nanti jika selimut ini sudah
menyelimuti lutu-lututmu apalagi dtambah dengan botol-botol berisi air hangat.
RAJA
Tidak. Aku ingin berdiri tegak pada kaki-kakiku. Aku ingin menjerit! Aku ingin menjerit!
RAJA MENJERIT-JERIT
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Paduka Tuanku Raja sedang menjerit-jerit!
MAHRIT
Duduklah, cepat duduklah!
RAJA
Aku menolak!
RAJA
Aku tidak berdaya lagi. Aku hampir jatuh tersungkur.
JULIET YANG SELAMA INI TERUS SAJA MEMBUNTUTI RAJA DENGAN BENDA-
BENDA TADI DI TANGANNYA, MELETAKKAN BARANG-BARANG ITU PADA
KURSI RODA.
JULIET
Ini nilainya sama dengan mahkota, tapi tidak berat
RAJA
Berikan tongkat itu
MAHRIT
Kau tidak akan kuat lagi.
TABIB
Kami akan meletakkan kau pada kursi roda itu dan mendorongnya
RAJA
Aku mau tongkat itu
MAHRIT
Ya, berikan.
RAJA
Pastilah! Ini bukan kenyataan. Ini mimpi buruk. Pasti!
RAJA
Pastilah ada satu diantara sepuluh kemungkinan. Sebuah kemungkinan diantara seribu.
MAHRIT
Kau mesti dengarkan, Tuanku.
RAJA
Aku menolak! Kata-katamu menimbulkan ngeri! Diamlah! (PADA MARI YANG SEDANG
MENDEKAT) jangan mendekat! Kau juga mengerikan aku dengan segala kasihanmu itu!
MARI
Seperti anak kecil. Ia kembali jadi anak-anak.
MAHRIT
Anak laki-laki yang jelek, janggotan, wajahnya keriput (PADA MARI) kau terlalu memberi
hati padanya.
JULIET
Kedua kakinya hampir-hampir tidak bisa lagi menjalankan fungsinya.
RAJA
Sakit juga kalau tangan ini kugerakkan. Apakah ini artinya segalanya sudah mulai? Tidak.
Buat apa aku ini dilahirkan kalau tidak bisa hidup selama-lamanya? Sialan orangtua yang
melahirkanku. Lelucon macam apa ini? Dagelan konyol! Aku datang ke dunia 5 menit lalu,
kemudian kawin 3 menit yang lalu
MAHRIT
283 tahun!
MAHRIT
277 lebih 3 bulan!
RAJA
Tak pernah ku punya waktu sekedar mengucapkan up! Tak punya waktu untuk mengetahui
apa ini hidup!
MAHRIT
Tak pernah dicobanya
MARI
Yang lampau itu begitu indahnya, bagaikan bunga-bunga, kini jadi layu. Segalanya
berlangsung begitu singkatnya.
RAJA
Aku tidak pernah memiliki waktu!
MAHRIT
Bisaanya kau mengatakan kau yang memiliki seluruh waktu yang ada ini!
RAJA
Aku tidak pernah. Tidak punya waktu.
JULIET
Kembali lagi dia pada masalah yang satu ini
TABIB
segala ini memerlihatkan perkembangan-perkembangan maju. Betapa pun dia mengerang dan
mengeluh, dia sebenarnya sedang menyelidiki sebab-sebab di balik segala yang ada kini. Dia
mengeluh, memrotes, melampiaskan apa saja yang ada di dalam dirinya. Itu artinya dia
sedang mulai menyabar-nyabarkan dirinya.
RAJA
Tak pernah aku menyabarkan diriku
TABIB
MAHRIT
Ya! Itulah akhirnya!
TABIB
Tuanku, engkau telah mengadakan peperangan sebanyak 108 kali. Memimpin bala tentaramu
ke dalam 2000 medan pertempuran. Pertama di atas kuda putih yang berhiaskan bulu burung
yang merah menyala dan putih bersih. Engkau tidak kenal rasa takut. Lalu kau modernisir
angkatan perangmu dan engkau pun berdiri tegak di atas tank, atau bahkan pada sayap kapal
terbang yang memimpin formasi penyerangan.
MARI
Seorang pahlawan!
TABIB
Sudahs seringkali kau berada di sisi sang maut, ribuan kali!
RAJA
Ya, berada di sisi, hanya di sisinya saja. itu bukan apa-apa.
MARI
Kau seorang pahlawan. Ingat ini!
MAHRIT
Dengan dibantu oleh tabib pribadimu yang merangkap algojo keRajaan, kau pun
memerintahkan pembunuhan-pembunuhan.
RAJA (MEMOTONG)
Hukuman mati!. Bukan pembunuhan!
TABIB
Tuanku memang berpendapat – mereka toh akan mati juga kalau tidak kemarin, tentu besok –
RAJA
MAHRIT
Kau juga akan mati
RAJA
Tapi aku ini adalah Negara
JULIET
Betapa buruknya situasi yang ada kini
MARI
Dia adalah undang-undang. Dia bahkan di atas undang-undang!
RAJA
Aku bukanlah undang-undang lagi sekarang
TABIB
Nah, dia menerima kenyataan itu! makin maju!
MAHRIT
Segalanya akan jadi lebih lancer
RAJA MENGERANG
RAJA
Aku tidak di atas undang-undang. Tidak di atas undang-undang
PENGAWAL
Tuanku paduka Raja tidak lagi berada di atas undang-undang
JULIET
Orang tua yang malang, dia tidak lagi berada di atas undang-undang. Ia tidak bedanya lagi
dengan kita, boleh disamakan juga dengan kakekku.
MAHRIT
Kalau dia telah bersedia menerima nasibnya yang terakhir, dan pergi untuk selama-lamanya.
RAJA
Pergi untuk selama-lamanya!
Lalu mereka akan tertawa riang, melahap makanan sekuat mereka sambil menari di atas
kuburanku. Bagaikan aku ini tidak pernah ada. O, buatlah mereka meratapi diriku dengan
kalap, kenangkanlah aku dalam buku-buku sejarah mereka! Buat semua orang memelajari
dan jangan lupa menghapalkan sejarah hidupku. Buat merka menghidupi dengan sungguh-
sungguh isi buku tentang hidupku itu. ajarkan anak-anak sekolah serta sarjana-sarjana untuk
tidak lagi memelajari apa-apa, kecuali tentang diriku, kerjaanku, peristiwa bersejarah itu!
ajarkan pada mereka untuk membakar buku-buku yang ada, kecuali buku-buku berisikan
tentang diriku, hancurkan semua patung yang ad, lalu pasanglah patung-patung diriku yang
berukuran raksasa di setiap taman-taman umum. Jangan lupa potret-potretku di tiap kantor
Jadikanlah setiap orang memakai namaku sbagai nama depan mereka dan juga sebagai nama
keluarga mereka. Tempatkanlah gambaran wujud diriku pada semua akar-akar suci. Ciptakan
nyanyian suci sebagai nyanyian pujian untukku.
Buatlah peraturan yang mewajibkan setiap jendela memasang kaca yang warnanya persis
dengan warna mataku, juga lengkungannya mewujudkan lengkungan mataku.
Janganlah mereka menyebut atas nama Tuhan lagi, tapi menyebutlah atas namaku, untuk
selama-lamanya. Ajukanlah doa-doa pada diriku, adukanlah untung nasib baik dan nasib
buruk mereka pada diriku.
MARI
Mungkinkah kami bisa b erdoa meminta engkau agar kembali lagi pada kami?
RAJA
Mungkin aku akan kembali lagi. Simpanlah jasad tubuhku di dalam sebuah istana negeri
berseri. Di atas sebuah singgasana yang agung, dan berikanlah sesajen berupa makanan-
makanan kontemporer yang enak-enak. Jangan lupa pemain suling dan gamelan memainkan
musiknya yang syahdu untukku. Di samping itu sekelompok perawan-perawan suci bersujud
tepat dekat kakiku yang telah dingin.
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Paduka yang mulia Raja kita dalam keadaan sudah edan!
MAHRIT
belum. Masih terlalu banyak kebenaran di dalam ucapan-ucapannya. Terlalu banyak. Itu
sbabnya belum cukup.
JULIET
Sebisa kami tentu saja
RAJA
Mungkin! Aku tidak mau dibalsem! Aku tidak mau jadi mayat! Aku tidak mau dibakar! Aku
tidak mau dikuburkan! Aku tidak mau dijadikan mangsa binatang-binatang buas atau burung
nasar! Aku mau merasakan lengan-lengan merangkumku, tangan-tangan hangat, tangan-
tangan yang sejuk nyaman, tangan-tangan yang lembut dan tangan-tangan yang cukup kukuh.
JULIET
Ia tidak punya kepastian apa yang diinginkannya
MAHRIT
Ada lagi! Keduanya sama saja!
RAJA
Kalau aku jadi yang dikenang, berapa lama kenangan itu? jadikanlah mereka mengenangkan
aku sampai ujung waktu dan jatuh sesudah itu, 2000 tahun, 255 juta tahun… sampai akhirnya
tak ada lagi yang tersisa untuk jadi peengenang orang lain. Tapi mereka sudah akan lupa
sebelum saat ini tiba. Mereka akan Cuma memikirkan lingkungan hidup masing-masing yang
serba sempit, Cuma memikirkan kesehatan kulit tubuh mereka sendiri-sendiri. tak akan ada
lagi yang memikirkanku.
Kalau seluruh dunia sudah tua renta dan rapuh, atau bumi ini akan meleleh jadi cairan. Ya,
akan terjadi! Kalau seluruh alam semesta akan meledak! Meledaklah seluruhnya! Semuanya
sama saja. terjadinya itu besok atau terjadi pada waktu yang tak terhingga yang akan datang.
Akan yang mesti fana, sudah fana sekarang ini.
MAHRIT
Segalanya masuk menjadi kemarin
JULIET
Jangan lupa hari ini juga akan jadi kemarin
TABIB
Yang lewat pun jadi daluarsa
MARI
Rajaku yang tercinta, tidak ada yang lampau, tidak ada masa yang akan datang. Ingatlah itu!
ingatlah; hanya ada hari ini. Hari ini yang akan terus berlangsung sampai ke ujungnya di
akhir hari. Segalanya adalah kini. Jadilah yang kini.
RAJA
Aku hanya hadir di masa yang lalu.
MARI
Salah!
MAHRIT
tidak salah. Kau benar. Teruskanlah memaklumi segalanya dengan kebenaran-kebenaran yang
telah kau peroleh itu.
MARI
Ya, maklumilah segalanya dengan betul, Tuanku. Ada dan tiada Cuma kata-kata belaka.
Cuma simbol-simbol untuk fantasi-fantasi kita. Sekali kau mengerti symbol-simbol itu, tak
ada yang bisa menyakitimu lagi. Buanglah klise-klise kosong jauh-jauh. Kita ini tdak akan
Boleh saja engkau bertanya dan bertanya tak habis-habis, tapi kalau pada akhirnya engkau
tidak menemukan jawaban, maka penemuanmu itu adalah jawabannya. Jadi, jawabannya
adalah tiada jawaban. Itulah engkau, dirimu dan seluruh kehidupan dirimu sendiri.
Engkau di dalam kehidupan, engkau yang berusaha ingin keluar, bagaikan engkau ini berada
di dalam sebuah labirin tak berujung. Menyelamlah terus ke dalam teka-teki yang tak habis-
habisnya itu, maka kamu sendiri akhirnya selalu akhirnya aka nada tanpa akhir. Tataplah
semua itu, biarkanlah dirimu jadi takjub dan bingung untuk selama-lamanya. Patahkanlah
jeruji-jeruji penjara, runtuhkanlah dinding-dindingnya! Lupakanlah berpikir tentang definisi
dan engkau pun akan bisa bernapas lega kembali.
TABIB
Dia sedang sesak napasnya
MAHRIT
Ketakutan telah menyempitkan pandangannya.
MARI
Bukakanlah pintu dam agar membanjirlah cahaya kesukariaan dan ketakjuban dan biarkan
semua memberikan kebingungan. Rasakanlah getaran-getaran suka cita sampai betul-betul
mengisi kelenjar-kelenjar tubuhmu dengan ketakjuban yang memebrikan rasa nikmat luar
bisaa. Kalau kau mau, kau bisa, junjunganku.
JULIET
Tentu saja dia mau
Kalau engkau pernah mengenalnya sekali saja, maka engkau pun bisa dengan mudah
merasakannya kembali sekarang ini. Cahaya gemerlapan itu telah menjadi milikmu yang
abadi, di dalam dirimu sendiri! sekali engkau telah menangkap itu, maka tidak sulit lagi
bagimu untuk menangkapnya kapan saja.
Carilah segalanya itu di dalam dirimu sendiri.
RAJA
Aku tidak mengerti
MARI
Kau tidak bisa mengerti lagi semua ini?
MARI
Kontrolah dirimu sendiri!
RAJA
Bagaimana bisa? Tak seorang pun bisa menolongku. Aku sendiri tidak bisa menolong diri
sendiri. matahari! Tolonglah aku! Matahari! Usirlah kegelapan dan malam klam! Matahari-
matahari, terangilah setiap lorong kuburan, cahayailah setiap lubang, setiap pojok, setiap
tempat-tempat sempit ke dalam diriku!
Menyelinaplah masuk ke dalam diriku! Ah! Kakiku malah jadi dingin. Datanglah,
hangatkanlah tubuhku, merasuklah sampai ke bawah kulitku dan semburlah mataku.
Kembalikanlah cahaya yang memancar dari mataku, biarkanlah aku melihat, melihat,
melihat!
Matahari, matahari pernahkah kau merindukan daku? Matahari kecil yang baik, lindungilah
diriku. Kalau kau minta korban kecil dariku, ambilah dunia dan jadikanlah sampai kering
kerontang. Biarlah semua manusia mati, asal aku tetap hidup selama-lamanya, tak peduli
apakah aku Cuma sendiri hidup di gurun yang tak bertepi. Aku bersedia hidup sendiri sunyi
dan sepi. Aku akan simpan hidup-hidup di dalam diriku semua kenangan-kenangan tentang
orang lain, aku akan merindukan mereka dengan rasa rindu dendam yang dalam. Aku bisa
hidup dalam kekosongan, di tanah yang tak berharga, yang luas dan Cuma udara melulu
dimana-mana. Rasanya lebih enak merindukan orang lain daripada dirindukan orang lain.
Apalagi, pada akhirnya tak ada lagi orang yang akan merindukan aku. Wahai cahaya hari-hari
siang, datanglah dan selamatkanlah diriku.
TABIB (PADA MARI)
Yang dikatakannya cahaya, bukalah cahaya yang kau maksudkan
MAHRIT(MENUNJUK MARI)
Bujukan yang sia-sia. Pengarahannya tidak cocok.
RAJA
Aku mau hidup sepanjang masa dari abad kea bad, meski pun dengan sakit gigi yang selalu
kumat tak henti-hentinya.
TABIB
Nah, Tuanku. Apalagi yang dirisaukan?
MAHRIT
Tinggal lagi pidato-pidatonya yang belum habis (PADA MARI DAN JULIET) Dan kedua
perempuan cengeng ini. Mereka Cuma menyebabkan dia terbenam lebih dalam ke lumpur,
menjebaknya, menawannya dan berusaha membokongnya.
RAJA
Belum cukup itu sedu sedan mereka, belum cukup kadar derita dalam ratap tangis mereka
(PADA MAHRIT) biarkanlah mereka makin keras menangis sampai meraung-raung.
Sebenarnya aku juga kasihan pada mereka, betapa mereka nanti akan merindukan aku,
ditinggalkan sendirian dalam sunyi.
Aku orangnya yang selalu memikirkan orang lain. Kalian semua jadilah diriku, masuklah
berdiam di balik diriku. Aku sedang sekarat, kau dengar, aku berusaha menjelaskan padamu,
aku sedang sekarat, tapi aku tidak bisa mengekspresikannya secara total, kecuali, kalau saja
aku mampu berbicara seperti buku-buku sastra.
MAHRIT
Rupanya ocehannya sejak tadi mengandung ambisi kesastrawanan!
TABIB
Tidak ada yang perlu dicatat. Tidak ada yang baru.
RAJA
Ternyata mereka asing bagiku. Tadinya kukira keluargaku. Aku sekarang betul-betul sangat
ketakutan! Rasanya seperti sedang tenggelam, jatuh terpelanting ke dalam kekosongan. Aku
tidak pernah eksis! Aku sedang sekarat.
MAHRIT
Nah! Itu baru bernilai sastra!
TABIB
Selamanya begini, tak habis-habisnya, sampai di hari akhir pun, segalanya kita jadikan
kesusastraan.
MARI
Kalau saja aku bisa melipur hatinya yang lara!
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Paduka Tuanku Raja menemukan pelipur lara di dalam kesusastraan!
RAJA
Tidak! Tidak! Aku tahu tak aka nada yang bisa melipur hatiku. Segalanya akan jadi baik. Itu
tergantung kepada diriku sendiri seorang. Keusastraan hanya memberikan kehangatan seperti
yang diberikan tahi ayam, cuma sebentar, setelah itu lenyap. Aduh… aduh…. Aduh….!
Tolonglah wahai engkau yang ribuan telah mati mendahuluiku! Katakanlah kepadaku
bagaimana kau bisa menerima kematian dan lalu mati. Ajarilah aku! Biarlah contoh
teladanmu menjadi pelipurku, biarkan aku bersandar padamu. Bagaikan orang pincang
mengenakan tongkat dikepit di bawah ketiaknya, seperti juga tangan-tangan para sahabat.
Bimbinglah aku melintasi gerbang yang pernah kau lintasi! Kembalilah dari seberang sana
itu, dan tolonglah aku! Bantulah aku, engkau yang pernah merasakan kengerian dan tidak
mau menyebrang!
Bagaimanakah rasanya melintasi gerbang itu!? siapa yang membimbingmu, siapa yang
menyeretmu, yang mendorongmu!? Apakah engkau masih juga mengidap rasa takut di detik
yang terakhir itu?
JULIET
Kau para patung, engkau roh yang gelap atau gemerlapan bercahaya, kuno dan kelam….
MARI
Ajarkan kepadanya kesabaran!
PENGAWAL
Ajarkan kepadanya keikhlasan!
TABIB
Ajarkan kepadanya ketawakalan!
MAHRIT
Jadikanlah dia memaklumi semua ini. Tentramkanlah jiwanya.
RAJA
Engkau yang bunuh diri, ajarkanlah aku bagaimana bisa menjadi mual kepada kehidupan
ini!? Ajarkan kepadaku kebosanan! Obat macam apa yang mestinya kuminum?
TABIB
Aku bisa memberikanmu pil penenang, atau pil tidur.
MAHRIT
Dia sudah tidak bisa lagi menelan pil
JULIET
Engkau yang mengisi kenangan….
PENGAWAL
Engkau gambaran hari yang telah lewat…
JULIET
…. Yang tidak ada lagi, tinggal kenangan atas kenangan-kenangan kita
PENGAWAL
Catatan atas catatan-catatan….
MAHRIT
Dia mestinya sudah belajar bagaimana melepaskan sesuatu dan menyerah secara lengkap.
MARI
Engkau kabut dinihari dan embun pagi….
JULIET
Engkau asap senja hari dan awan petang hari….
MARI
Engkau orang-orang suci, engkau yang bijaksana atau yang bodoh, tolonglah dia! Aku sudah
tidak bisa lagi….
JULIET
Tolonglah dia!
RAJA
Engkau yang mati dnegan senang, wajah siapa yang kau lihat dengan jelas pada saat krisi itu,
senyuman siapa yang memberikan kau rasa senang dan menyebabkan kau jadi tersenyum?
Berkas cahaya apa yang terakhir yang melintasi matamu!?
JULIET
Tolonglah dia, wahai engkau seribu juta orang-orang yang telah mati….
PENGAWAL
Wahai engkau yang maha tiada, tolonglah Raja kami!
RAJA
Ribuan dan jutaan orang mati! Mereka melipat gandakan deritaku. Akulah seluruh rasa nyeri
mereka yang sedang menghadapi kematian. Kematianku pun jadi berganda-ganda.
MAHRIT
Hidup adalah tempat pembuangan
RAJA
Aku tahu. Aku tahu.
TABIB
Pendeknya, Tuanku Raja, kau akan kembali ke tempat asalmu.
MARI
Kau akan kembali ke tempat semula dimana kau lahir. Jangan takut, kau tentulah akan
berjumpa dengan sesuatu yang sudah kau kenal dengan baik di tempat itu.
RAJA
Aku lebih menyiukai tanah tempat pembuangan. Aku telah melarikan diri dari tempat
kelahiranku, aku tidak mau kembali ke sana. Bagaimana rupa tanah asalku itu?
MAHRIT
RAJA
Aku tidak melihat apa-apa
MAHRIT
Ingatlah! Pikirkanlah! Pikirlah dengan sungguh-sungguh! Pikir! Cuma dengan pikiran! Ah,
kau memang tidak pernah menggunakan otakmu!
RAJA
Tak ada lagi kenangan tentang tanah yang jauh itu
JULIET
Ia tidak bisa mengingat tanah asalnya.
TABIB
Kondisinya sudah tidak bisa mengijinkan. Dia terlalu lemah!
RAJA
Soalnya tidak ada kerinduan sedikit atau sekilas lintas pun!
TABIB
Nyatalah. Betul-betul sulit untuk membuat dia menyelami segalanya itu.
MAHRIT
Ia harus menyelaminya
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Tuanku Raja tidak pernah belajar ke dalam laut.
JULIET
Sayang dia tidak pernah belajar menyelam
MAHRIT
Itulah yang semestinya harus dia pelajari
RAJA
Dalam berhadapan dengan maut, meski pun dia cuma seekor semut lata, dia akan melawan
dan menentangnya! Tiba-tiba saja dia sendirian, terbuang dari kumpulannya. Betul-betul
tidak cocok dengan alam kematian ini, karena tidak ada seorang pun yang menyukainya. Aku
mau eksis!
JULIET
Itulah satu-satunya yang dikenalnya; dia mau eksis untuk selama-lamanya.
MAHRIT
Tidak akan mudah tapi kita bisa bersabar
TABIB
RAJA
Tabib, tabib. Aku sudah di tahap terakhir sekaratku? Tidak! Kau membuat kekeliruan!
Belum! Belum! (RAJA MENGELUH, SEMACAM NAPAS YANG RELAKS) Segalanya
bahkan belum lagi dimulai. Aku ada. Masih ada. Di sini. Aku masih bisa melihat. Ada
dinding dan peralatan di ruang ini. Ada udara untuk pernapasaan. Aku bisa mengetahui siapa-
siapa yang menatapku. Aku bisa mendengar suara mereka. Aku masih hidup. Aku bisa
berpikir. aku bisa melihat. Aku bisa mendengar. Aku bisa melihat dan mendengar. Bunyikan
terompet untukku.
PENGAWAL
Raja kita sedang melangkah! Panjang usia Raja kita!
RAJA TERJATUH
JULIET
Raja terjatuh!
PENGAWAL
Paduka Tuanku Raja jatuh! Tuanku Raja sekarat!
MARI
Raja bangkit kembali
PENGAWAL
Paduka Tuanku Raja sudah berdiri! Panjang usia Raja kita!
MARI
Raja sudah berdiri tegak!
PENGAWAL
Panjang usia Raja kita!
PENGAWAL
Paduka Tuanku Raja sudah mati!
MARI
Ia bangkit kembali!
MARI
PENGAWAL
Panjang usia Raja kita!
JULIET
Dia ingin duduk di singgasananya!
MARI
Raja masih memegang kekuasan! Raja kita masih sanggup mengendalikan pucuk
pemerintahan keRajaan!
TABIB
Dan sekarang tiba fase edannya!
RAJA
Tapi aku masih memiliki kedua kakiku
MARI
Coba terus!
MAHRIT
Kita hanya punya sisa waktu 32 menit lebih 30 detik.
RAJA
Aku masih sanggup berdiri
RAJA JATUH DIKURSI RODA YANG TEPAT PADA SAAT ITU DIDORONGKAN OLEH
JULIET. RAJA DITUTUPI DENGAN SELIMUT, DIBERINYA BOTOL BERISIKAN AIR
HANGAT
MARI
kau kehabisan napas. Kau sangat lelah. Istirahatlah, nanti kau akan bisa berdiri tegak
kembali.
MAHRIT
Engkau akan melupakan itu
JULIET
Aku sudah tidak pernah memikirkan semua itu lagi
RAJA
Kau tidak pernah lagi? Jadi apa yang kau pikirkan? Bicaralah! Apa yang dikerjakan
suamimu? Ceritakanlah bagaimana kau hidup sehari-hari. Macam apa hidup yang kau jalani
selama ini?
JULIET
Hidup yang tidak enak, Tuanku.
RAJA
Hidup tidak bisa tidak enak. Hidup dan tidak enak adalah dua istilah yang saling bertentangan
JULIET
Hidup tidaklah begitu indah
RAJA
Hidup adalah hidup
JULIET
Waktu aku bangun di musin dingin, hari masih gelap. Apakah engkau tidak suka dingin?
RAJA
Begitu juga aku. Tapi dinginnya yang tidak sama. Apakah kau tidak suka dingin?
JULIET
Waktu aku bangun di musim panas, fajar baru saja akan mulai. Secercah cahaya yang pucat!
RAJA
Ya, betul. Banyak yang tidak sempat kuperhatikan. Tak pernah kukenal sesuatu secara detail.
Aku tidak bisa begitu saja pergi ke tempat yang kuinginkan, yang bisa dikunjungi manusia-
manusia bisaa. Kalau saja bisa, hidupku mestinya betul-betul padat.
RAJA (TERCENGANG)
Tidak ada jendela? Kalau kau akan mencari cahaya, kau mesti keluar dulu. Nah, ketika kau
temukan cahaya itu, kau pun bisa tersenyum.
Untuk keluar dari kamarmu, kau pertama-tama memutar kunci pintu, lalu membukanya,
kemudian kau tutup kembali dan kau kunci untuk kedua kalinya. Omong-omong dimana kau
tinggal?
JULIET
Di loteng
RAJA
Untuk turun ke bawah pada waktu dini hari kau melewati jenjang-jenajng tangga, dari satu
anak tangga ke anak tangga yang lainnya di sebelah bawah dan begitulah seterusnya. Kalau
kau mengenakan pakaianmu, pertama-tama kau kenakan stoking lalu sepatumu.
JULIET
Tumit saja keduanya telah rusak
RAJA
Dan selembar baju! Luar bisaa!
JULIET
Baju murahan. Baju yang telah lapuk, Tuanku.
RAJA
Ah, kau tidak tahu apa yang kukatakan, Juliet. Betapa indahnya baju yang sudah lapuk itu!
JULIET
Sekali aku menderita sakit di mulutku, dicabutnya gigiku sebuah
RAJA
Kau rasakan sakit yang nyeri yang amat sangat. Tapi kemudian makin hilang sedikit demi
sedikit, sampai akhirnya betul-betul lenyap tak terasakan lagi. Wahai, berapa entangnya
perasaanmu setelah segalanya itu lenyap. Maka kau pun menerima sebuah kebahagiaan yang
besar!
JULIET
Saya betul-betul capek. Capek. Capek. Capek.
RAJA
Oleh karena itu kau pun beristirahat. Itu enak!
JULIET
Tak ada waktu beristirahat
RAJA
JULIET
Wah, pedagang itu betul-betul besar! Gendut sekali! Jelek sekali! Sampai-sampai burung bisa
ketakutan dan tidak mau mendekat!
RAJA
Luar bisaa! Kau keluarkan dompetmu, kau bayar. Akhirnya kau mendapatkan uang
kembalian. Pasar! Tempat yang penuh dengan komposisi warna-warna! Hijau sayur mayur
merahnya tomat, kuning emas jeruk bali, buah terong yang lemabyung! Dan banyak lagi
warna-warna lainnya, warna-warna yang ada pada bianglala! Luarbisaa! Seperti sebuah
dongeng saja!
JULIET
Akhirnya aku pulang lewat jalan yang sama
RAJA
Kau melangkah di atas sebuah jalan dua kali sehari! Langit biru di atas kepalanya, kau bisa
melihatnya dua kali sehari. Kau menghisap udara. Apakah engkau pernah meyadari kau ini
bernapas? Mestinya kau pikirkan hal ini. Jangan lupa. Tapi rupanya hal itu tak pernah
melintass dalam pikiranmu. Betul-betul mukjizat.
JULIET
Aku lupa mencuci piring-piring yang dipergunakan malam sebelumnya. Kotor dengan lemak.
Setelah itu aku masih harus memasak makanan di dapur.
RAJA
Mengasyikan sekali!
JULIET
Salah. Itu membosankan. Memualkan! Bikin muntah!
RAJA
Membosankan? Memang rupanya ada orang-orang yang tidak bisa dimengerti. Indah
memang jika kita bisa menjadi bosa terhadap semua itu, tapi juga adalah indah untuk bisa
tidak bosan. Atau menjadi marah sejadi-jadinya, disamping juga bisa menjadi tidak marah
sama sekali. Menjadi tidak senang, menjadi senang. Menyerah atau tidak menyerah.
Semuanya itu menjadikan kita bersemangat untuk berbicara. Sementara orang lain akan
menjawab kita, atau kita menyentuh mereka kemudian kita pun disentuh kembali oleh
mereka.
Ajaib sekali semua itu! bagaikan sebuah upacara yang tak akan punya akhir.
MAHRIT
Ya, hasrat hidup yang ada di dalam dirinya mesti kita paksa keluar! Semua simpul mesti kita
uraikan, jangan bisaakan jiwanya kusut masai. Kita mesti membuang gabah-gabah yang
melekat pada kemurnian dirinya
TABIB
Tidak mungkin
RAJA
Aku sekarat
TABIB
Dia meengganti sudut pandangnya. Kedudukannya sudah berubah
MARI
Jika engkau memang mau melihatnya dari kedua belah pihak, Tuanku. Kau juga mesti
melihat dari sudut pandangku
RAJA
Aku sekarat. Aku tidak bisa. Aku sekarat.
MARI
Pengaruhku sudah tidak berdaya lagi
PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Kemolekan ratu Mari tidak lagi berdaya memengaruhi Tuanku Raja!
RAJA
Aku di sini. Aku ada.
JULIET
Beliau tidak ingat lagi apa itu kuda
RAJA
Aku teringat pada kucing kecil yang belang-belang warnanya!
MARI
Ia ingat kucing itu!
RAJA
Aku ingat memiliki seekor kucing kecil, bulunya belang-belang. Namanya si petualan.
Kutemukan ia di sebelah lapangan, kucuri dari induknya, betul-betul asli kucing liar. Ia
berusia dua minggu, atau lebih sedikit, tapi sudah bisa menerkam dengan pintar dan juga
menggigit. Dia mahluk kecil menakutkan!
Kuberi dia makan, kuusap-usap dan kubawa pulang ke istanaku. Akhirnya dia menjadi kucing
yang paling jinak.
Sekali petualang kita itu masuk ke dalam lobang tangan baju nyonya yang menjadi tamu
Negara. Si belang itu betul-betul mahluk yang paling sopan, kesopanan yang dibuat-buat,
seperti umumnya dimiliki seorang pangeran.
Kalau dia pulang malam, ia bisaanya datang menyambut kedatangan kita dengan mata yang
sudah ngantuk. Setelah itu dia kembali lagi ke dalam kotak-kotak rumahannya yang khusus
kita buatkan untuknya.
Di waktu pagi hari dia selalu membangunkan kita, melompat ke atas tempat tidur kita. Sekali
kita tutup pintu kamar tidur. Pagi harinya ia berusaha dengan keras membukanya, mendorong
dengan pantatnya yang kecil, betul-betul naik marahnya dan membuat suara-suara keributan.
Dia takut suara sapu, sedikit pengecut memang. Dia tidak suka atau pandai berkelahi, seperti
penyair saja.
Sekali kami beli sebuah boneka tikus-tikusn. Dia mendekatinya, lalu dengan gugup
diciuminya. Setelah kami putar tombol tikus-tikusan itu, lalu melepaskannya bergerak,
kucing belang itu menyeringai, lalu melarikan diri, bersembunyi di bawah lemari.
Ketika sudah dewasa, pacarnya yang memanggil-manggil dia berkeliling di luar rumah telah
menyebabkan dia ketakutan, tidak berani berkutik sama sekali!
Kami mencoba memerkenalkan dia dengan dunia luar. Kita letakkan dia di pinggir jalan,
dekat jendela. Dia jadi ketakutan karena burung-burung dara berjingkat-jingkat di
sekelilingnya.
Itulah dia! Menempel pada tembok dan mengeong menangis kepadaku minta pertolongan.
Baginya binatang-binatang lain, atau kucing-kucing lain adalah mahluk-mahluk asing yang
Suatu hari yang cerah, dia keluar rumah, atas kehendaknya sendiri. anjing besar milik
tetangga hari itu membunuhnya! Itulah dia; seperti boneka kucing-kucingan, tersentak-sentak
melangkah bagaikan langkah-langkah maryonet, sedang sebuah matanya telah hilang,
berlumur darah, sebuah kakinya ternyata juga putus, berlumuran darah, persis sebuah boneka
yang dirusakan oleh anak kecil yang sadis!
MAHRIT
Aku benci pada binatang yang sentimental dan pengecut itu!
RAJA
Betapa aku merindukannya. Ia betul-betul baik, bijaksana dan indah sekali! Semua yang baik
ada padanya! Ia meninggalkanku. Meninggalkanku. Kucingku yang malang. Satu-satunya.
Yang kusayangi.
TABIB
Tahap-tahapnya berkembang lambat!
MAHRIT
Ya. Acara mengijinkan untuk diulur. Penguluran waktu juga termasuk hal yang telah diduga.
sudah tahu itu.
RAJA
Aku bermimpi tentang dia… dia terbaring di atas balik kayu pediangan yang terbakar, di atas
arang yang makin menyala, dan kucing itu tidak terbakar. Kukatakan padanya; kucing tidak
bisa terbakar, kucing anti apa. Kucing itu kemudian mengeong keluar dari pediangan yang
menyala itu melintas asap tebal. Tapi yang keluar bukanlah dia lagi.
Betapa berubah bentuknya! Kucing lain yang gemuk, tampak bodoh sekali! Induk kucing
yang amat besarKita, liar seperti induknya dulu, dan agak mirip dengan Mahrit
JULIET
Sayang sekali. Betul-betul sayang. Dia sebenarnya Raja kita yang baik budi.
MAHRIT
Gila pujian!
JULIET
Ada yang lebih buruk dari dia
MARI
Ia baik hati, ia lemah lembut.
PENGAWAL
Kita agak menyukai beliau
JULIET
Sudah kami lupakan
TABIB
Sudah berapa kali aku terpaksa datang padamu, untuk membujuk kau agar bersabar
MAHRIT
Tuanku Raja hanya mendengarkan kata-kata Mari
TABIB
Tuanku Raja memang keras dan disiplin. Tapi tidak adil.
JULIET
Kita hanya mengenalnya sebagian-sebagian. Memang benar kita semua selalu berdekatan
dengannya.
PENGAWAL
Dulu dia kuat. Betul-betul dia pernah memotong beberapa leher
JULIET
Hanya beberapa. Tidak banyak
PENGAWAL
Itu semua demi kebaikan masyarakat juga
JULIET
Kalau pun dia berhasil melepaskan diri, paling sedikit sepatunya tertinggal juga
MARI
Pegang erat-erat diriku. Aku juga memelukmu erat-erat. Tataplah aku, aku juga menatapmu!
TABIB
Menyerahlah. Tuanku. Turun tahta, Tuanku.
JULIET
Sebaiknya Tuanku turun tahta. Kalau Tuan pikir itu harus.
RAJA
Aku bisa mendengar, aku bisa melihat, tapi siapakah engkau? Ibuku? Saudaraku? Istriku?
Putriku? Keponakanku? Sepupuku?. Aku tahu…engkau….aku tahu engkau…. Aku yakin aku
tahu engkau.
MAHRIT
Engkau perempuan, engkau penuh kebencian, engkau perempuan laknat! Kenapa engkau
masih tetap bersamaku? Kenapa kau selalu mengawasiku? Pergilah! Pergi!
MARI
Jangan lihar dia. Berpalinglah tataplah aku saja, tatap dengan mata terbuka lebar-lebar.
Harapan! Ia di sini, ada padaku. Ingat-ingatlah siapa dirimu, Tuanku! Aku Mari!
RAJA
Mari?
MARI
Engkau tidak ingat lagi. Tapi tataplah aku terus dengan cermat. Belajarlah mulai sekarang.
Mari itu aku. Tataplah lurus-lurus ke dalam mataku, perhatikan baik-baik wajahku, rambutku,
lenganku. Cobalah dengan keras.
MAHRIT
Kau Cuma mengacaukan. Sekarang tidak ada waktu lagi untuk memulai belajar
MARI
Meski pun aku tidak akan bisa menahanmu tetap hidup, paling sedikit berpalinglah kepadaku
dan tataplah aku. Aku disini. Simpanlah gambaran wujud diriku ini di dalam lubuk hatimu
dan bawah gambaran itu pergi nanti bersamamu.
MAHRIT
Dia tidak mampu untuk itu. sudah terlalu berat rasanya. Rohnya yang sekarang ini tidak kuat
lagi untuk menduku roh lainnya. Beban selalu kau berikan padanya, padahal dia sendiri sudah
terlalu lemah, sampai-sampai jatuh terjerembab karena menahan rohnya sendiri. rohnya akan
penuh luka-luka berdarah sampai matinya nanti. Sudah berat sekali baginya untuk bergerak
TABIB
Sudah saat memang beban mesti ditanggalkan. Ringankanlah, Tuanku.
RAJA
Mari!?
RAJA
Mari!?
MARI
Dia menyebut namaku
TABIB
Diucapkan memang, tapi tanpa isi
MAHRIT
Seperti burung beo. Kata-katanya sudah mati
JULIET
Ia kenal makna kata tidak kenal
MAHRIT
Ia akan mula perjalanannya yang terakhir ini dengan mematrikan gambaran diriku di
dalamnya. Itu tidak akan menjadi beban baginya. Tapi kalau sampai waktunya nanti,
gambaran diriku itu akan hilang juga dari dalam dirinya. Semua itu akan jelas lewat control
jarak jauh (PADA RAJA) tatplah diriku terus
MARI
Ia sudah tidak bisa melihat lagi
MAHRIT
Benar. Tidak lagi bisa melihat engkau
RAJA
Masih ada…. Ada….
MAHRIT
Tak bisa lagi melihat yang ada
JULIET
Ia tak bisa melihat lagi
JULIET
Tidak bisa melihat lagi. Tabib telah mengeluarkan pernyataan
PENGAWAL
Yang mulia Tuanku Raja Barangze dengan resmi dinyatakan buta kedua matanya
MAHRIT
Penglihatannya makin terang jika diarahkan ke dalam dirinya sendiri
RAJA
Aku bisa melihat benda-benda dan wajah-wajah dan kota-kota dan hutan-hutan. Aku bisa
melihat ruang. Aku bisa melihat waktu.
MAHRIT
Teruslah capai yang lebih dalam lagi!
RAJA
Tidak bisa lagi
JULIET
Cakrawalanya menciut jadi sempit, menghalangi pendangannya.
MAHRIT
Tempatkan matamu dibalik apa yang tampak. Di balik jalan Raja melintasi gunung-gunung,
jauh di balik hutan belantara, di daerah yang belum pernah kau jelajahi sebelum ini
RAJA
Lautan samudera! Aku tidak berani melangkah lebih jauh lagi. Aku tidak bisa berenang
MAHRIT
Tapi itu Cuma permukaan belaka. Menukiklah jauh lebih dalam lagi!
RAJA
Ada kaca cermin di dalam ususku, memantulkan segala yang ada, ya aku bisa melihat hal-hal
lebih banyak lagi. Aku bisa melihat dunia-dunia, aku bisa lebih jauh lagi ke dalam!
MAHRIT
Lihatlah pula ke balik pantulan sesuatu itu!
RAJA
Aku melihat diriku sendiri. di balik segalanya ada aku. Yang lain kini jadi tiada. Akulah bumi
ini. Akulah langit. Aku angin, aku api. Apakah aku ini berada dalam setiap cermin? Ataukah
aku ini cermin itu seendiri dan memantulkan segala sesuatunya?
JULIET
Dia mencintai dirinya. Dengan cinta yang besar sekali!
TABIB
Penyakit jiwa yang tak asing lagi: narcisme!
MAHRIT
Datanglah mendekat
RAJA
Tak ada jalan walau sebuah
JULIET
Ia masih bisa mendengar. Ia memalingkan wajahnya ketika berbicara. Ia mencoba
mendengarkannya. Ia menggapaikan tangannya, dan lihat sebuah lagi tangannya yang lain!
PENGAWAL
Apa yang digapainya?
JULIET
Suatu pegangan
RAJA
Di mana dinding? Dimana tangan? Dimana pintu? Di mana jendela?
JULIET
Dinding ada di sini, Tuanku. Kami semua masih di sini. Marilah, ini tangan untukmu
JULIET
Ini
RAJA
Pengawal! Di mana engkau? Jawab aku!
PENGAWAL
Saya masih tetap abdi Tuanku. Abdi yang patuh taas
PENGAWAL
Ya. Ya. Saya di sini. Ya, ya. Saya di sini.
JULIET
Tempatmu lewat sebelah sini, Tuanku
PENGAWAL
Kami bersumpah tidak akan meninggalkan Tuanku
JULIET
Kami ada di sini. Di sebelahmu. Bersamamu
RAJA
Pengawal! Juliet! Jawablah aku! Aku tidak mendengar suaramu. Tabib! Tabib! Akapah aku
tuli!?
TABIB
Belum Tuanku
RAJA
Tabib!
TABIB
Maafkan saya, Tuanku. Saya minta diri
MAHRIT
Ia seorang tabib. Kesibukan pekerjaannya menantinya dib alai pengobata
RAJA
Mereka pergi semua. Aku dikunci di dalam
MAHRIT
Mereka Cuma mengganggu saja kerjanya. Mereka selalu menghalangi langkah-langkahmu.
Memberati langkah-langkahmu. Jadi bebanmu, harus kau akui kenyataan ini.
RAJA
Aku butuh banTuan-banTuan mereka
MAHRIT
Aku pengganti mereka semua. Aku siap meladenimu
RAJA
tak kuinginkan mereka meninggalkan aku. Panggil mereka kembali!
MAHRIT
Mereka tak ada hubungannya denganmu. Ini sesuai dengan keinginanmu
RAJA
Itu bukan keinginanku
MAHRIT
Tak mungkin mereka bisa pergi tanpa kau inginkan mereka pergi. keputusan yang telah kau
ambil tak akan bisa berubah. Kau telah mengusir mereka semua
RAJA
Bawa mereka kembali!
MAHRIT
Bahkan nama-nama mereka kau sudah lupa. Siapa-siapa mereka? Coba!
RAJA
Mereka? Siapa? ….. Aku tidak mau dikunci di sini. Buka semua pintu
MAHRIT
Sabarlah sedikit. Sebentar lagi semua pintu akan terbuka lebar-lebar.
MAHRIT
Pernahkah ada pintu? Pernahkah ada sebuah dunia? Pernahkah engkau hidup?
RAJA
Ya, aku hidup
MAHRIT
Diamlah. Gerak hanya akan menyebabkan engkau capek.
RAJA
Aku adalah…. Suara-suara, gema-gema datangnya dari kejauhan yang amat jauh makin
sayup dan makin sayup, lalu lenyap. Aku tuli
MAHRIT
Kau masih bisa mendnegarku. Malah jauh lebih baik sekarang
MAHRIT
Sekali waktu engkau bermimpi. Engkau percaya kepada mimpi itu. di waktu pagi kalau
membuka mata kedua buah dunia itu masih ebrbaur jadi satu. Dunia mimpi dan dunia nyata.
Kau asyik sekali mengingatnya kembali. Kau ingin menguasai mimpi itu terus. Tapi wajah-
wajah malam dikaburkan oleh cahaya. Semuanya pergi menyelinap lewat sela-sela jarimu
tanganmu, dan kenyataan siang hari dengan ganas mengusir kenyataan yang ada di dunia
mimpi itu. apakah yang ada dalam dunia mimpiku itu, tanyaka kepada dirimu sendiri. apa
yang terjadi?
RAJA
Aku tidak tahu apa yang ada di dalam mimpiku itu. tapi aku tahu betul aku menjadi bagian
dari mimpiku itu. aku berada di dalamnya. Aku tahu betul aku ada di sana. Apa lainnya lagi
yang berada di dalam dunia itu. apa?
MAHRIT
Masih ada rupanya mengikat engkau. Aku belum melepaskan simpul-simpulnya, belum
kupotong, masih ada tangan-tangan yang menahanmu.
RAJA
Aku…aku…aku
MAHRIT
Engkau yang ini bukanlah yang sejati. Engkau yang ini adalah kumpulan tak karuan dari
macam-macam benda yang mengerikan. Benda-benda yang hidup parasit pada dirimu. Pohon
benalu yang menempel pada pohon bukanlah pohon. Pohon sirih-sirihan yang menempel
pada tembok bukanlah tembok. Kau terbungkuk-bungkuk karena berat beban para parasit ini.
Itulah sebabnya engkau tampak tua renta. Rantai besi yang mengikat kaki-kakimu
menyebabkan kau sukar melangkah.
MAHRIT
Berat satu ton, paling sedikit satu ton
MAHRIT
Sekarang enakan. Bagaimana mungkin kau menyertnya sepanjang hidupmu
MAHRIT
Aku heran dan selalu bertanya-tanya kenapa punggungmu bungkuk? Jelas sekaran; itu
karena karung-karung yang kau pikul!
MAHRIT
Dan ranselmu yang berat itu
MAHRIT
Dan sepatu boot itu, sepatu cadangan itu!
MAHRIT
Jangan gusar. Tenanglah. Kau toh tidak butuh sepatu ekstra lagi. Atau senjata itu dan senapan
mesin itu.
MAHRIT
Atau kotak yang pnuh peralatan segala macam itu
MAHRIT
Biarkan semuanya kusimpan. Jadilah anak manis
MAHRIT
Kau tidak membutuhkan perlindungan diri lagi. Tak ada yang bermaksud menyakitimu.
Semua duri-duri yang ada pada jubahmu itu, semua pohon sirih-sirihan itu, lumut dan daun-
daun basah yang melekat di dirimu itu. betapa semuanya ini ketat mencengkram dirimu. Tapi
aku akan menguncinya satu demi satu dan membuangnya jauh dari dirimu. Lihat, betapa
kotor bekas yang ditinggalkannya.
MAHRIT
Yang mimpi telah terjaga dari mimpinya. Nah, inilah engkau! Aku telah membungkam hal-
hal kecil yang selama ini menimbulkan rasa kuatir di dalam dirimu. Sekarang jubahmu
tampak lebih indah, lebih bersih.
Kau pun tampak lebih baikan sekarang. Nah, melangkahlah sedikit. Berikan tanganmu,
berikan padaku tanganmu. Jangan takut-takut lagi. Pasrahkanlah dirimu. Aku jaga kau. Kau
tidak berani!
MAHRIT
O! ia membayangkan ia adalah segalanya! Dikiranya kehadiran dirinya adalah segala sesuatu.
Aku harus membuang pikiran macam itu keluar dari kepalanya
MAHRIT
Tak ada lagi yang tersisa sekarang. Adalah selamat sentosa mereka yang tidak membutuhkan
kenangan. Sejumput garam akan melebur ke dalam air, tapi bukan berarti hilang; air malah
jadi asin. Ah, itulah! Diamlah sekarang. Nah, sekarang kau sudah tidak bungkuk lagi.
punggungmu tidak sakit lagi. Tak ada lagi rasa kelu pada dirimu. Berapa beratnya bahan-
bahan yang kau pikul selama ini. Betul tidak? Sekarang kau sudah jauh lebih baikan
dibanding yang sudah-sudah. Enteng. Ayolah, datang padaku, berikan kedua tanganmu
MAHRIT
Tanganmu….
MAHRIT
Betapa bandelnya. Jangan kepalkaan tinjumu seperti itu! kembangkanlah jari-jari tanganmu.
Apa sih yang kau genggam?
MAHRIT
Dia menggenggam seluruh kemahaRajaan di dalam tangannya dalam bentuk minatur….
Dalam biji yang kecil (PADA RAJA) biji itu tidak akan tumbuh lagi, biji yang busuk. Soalnya
biji-biji itu sudah berlumut! Buang semua itu. kembangkan jari-jari tanganmu! Lupakanlah
dataran-dataran rendah, lupakanlah gunung-gunung. Seperti ini! Semuanya hanyalah debu
belaka.
MAHRIT
Ayolah ikut! Masih tetap mencoba menolak. Dari mana dia mendapat semua semangat ini?
Jangan mencoba berbaring, jangan mencoba duduk. Tak ada alas an untuk tersandung. Aku
akan selalu menolongmu. Jangan takut.
MAHRIT
Kau bisa melakukannya sekarang. Betul tidak? Ini kan gampang. Betul tidak? Jalan sudah
kurambah, enak untukmu, berjalanlah terus. Makinlama jalan ini makin sedikit menanjak,
tapi itu bukan soal. Kau akan miliki kembali seluruh kekuatanmu pada akhirnya. Jangan
tolehkan kepalamu pada apa-apa yang tidak pernah kau lihat lagi. Pikirkanlah ini keras-
keras….
Pusatkan konsentrasi dirimu pada hatimu. Terus saja kau malah kau harus melangkah terus!
MAHRIT
Seberangi!
RAJA
Melewati 777 kutub
MAHRIT
Jelajahlah lebih jauh! Lebih jauh lagi! Majulah terus maju! Maju!
RAJA
Biru. Biru.
MAHRIT
Dia masih mengenal warna (PADA RAJA) lupakanlah kemahaRajaanmu. Dan juga
lupakanlah warna-warna itu. kau bisa salah jalan nanti. Kau tidak boleh dan tidak bisa
menunda lagi. Tidak mungkin untuk berhenti. Kau haruslah maju terus
MAHRIT
Ini bukanlah siang, bukanlah malam. Tidak ada siang tidak ada malam lagi. Cobalah terus
usahakan membuntuti roda yang terus berputar di depanmu itu. jangan berpaling
daripadanya. Buntuti terus! Tapi jangan terlalu dekat. Roda itu panas berapi-api. Salah-salah
kau bisa terbakar nanti. Majulah! Aku akan terus merambah jalan untukmu. Hati-hatilah.
Jangan sampai menabrak roh yang ada di sebelah kananmu itu….. tangan yang menggapai-
gapai, tangan yang memohon belas kasihan, tangan yang menimbulkan rasa sedih. Jangan
kembali. Teruslah melangkah maju.
(PADA ROH-ROH) jangan sentuh dia! Aku pukul kau!
(PADA RAJA) jangan berpaling. Jangan sampai jatuh ke dalam lubang di sebelah kirimu itu.
jangan takut kepada lolong serigala itu…. tari-tarinya Cuma terbuat dari karton. Mereka tidak
ada.
(PADA SERIGALA) serigala! Pergi! jangan takut pada tikus-tikus. Mereka tidak akan bisa
menggerogoti jari kakimu
(PADA TIKUS) tikus dan ular, jangalah berada di situ!
(PADA RAJA) Jangan kasihan pada pengemis yang menadahkan tangan mereka! Hati-hati
terhadap wanita tua yang datang menuju ke arahmu itu. jangan terima gelas yang berisikan
air yang dihadiahkannya kepadamu itu
(PADA WANITA TUA) Ia tidak membutuhkan air untuk kerongkongannya. Ia tidak haus,
Ibu. Jangan berdiri menghalangi jalannya. Lenyaplah!
(PADA RAJA) Panjat dan lewatilah pagar itu…. Truk besar itu tak akan menggilasmu. Itu
Cuma fatamorgana…. Menyebranglah sekarang juga. Tidak! Kembang-kembang tidaklah
menyanyi, meski pun di musim bunga. Aku bisa meredakan tangismu. Aku akan lenyapkan
mereka semua…. Berhentilah mendnegarkan suara air yang mengalir itu. segala sesuatu itu
bukanlah kenyataan, tapi hanya akan menipumu. Suara-suara yang menipu, diamlah kalian!
(PADA RAJA) Tak ada seorang pun yang memanggil namamu lagi. Ciumlah kembang itu
untuk kali terakhir. Kemudian lemparkanlah jauh-jauh! Lupakan baunya yang wangi itu.
MAHRIT
Tegaklah! Kau tidak memutuhkan tongkat. Di samping itu kau memang tidak punya tongkat.
Jangan terbungkuk. Apa pun yang terjadi, jangan terjatuh, jangan terjatuh, naik terus, naik!
MAHRIT
Naikah lebih tinggi! Lagi naik! Naik! Lebih tinggi!
MAHRIT
Sekarang palingkanlah mukamu ke arahku. Tataplah aku. Tembuskan aku dengan
pendanganmu itu! tataplah ke dalam kaca yang berupa diriku ini. Kaca yang tidak
emmantulkan apa-apa ini! Berdirilah tegak-tegak! Berikanlah kepadaku kedua kakimu! Yang
kanan lalu yang kiri!
MAHRIT
Berikan padaku jari tanganmu sebuah! Dua jari tanganmu…. Tiga…. Empat…. Lima seluruh
jarimu berjumlah sepuluh itu. sekarang biarkan lengan kananmu jadi milikmu. Lalu lengan
kirimu. Dadamu. Kedua pundakmu. Dan perutmu
MAHRIT
Nah, itulah dia! Sekarang kau telah kehilangan sama sekali daya untuk berbicara. Tak ada
gunanya labi jantungmu berdenyut, tak ada gunanya lagi paru-parumu bertahan bernapas.
Terlalu banyak suara-suara rebut dan suara-suara dendam, tapi maknanya tidak ada. Betul
tidak? Sekarang engkau telah berada di tempatmu yang sebenarnya
SELESAI