banyak sekali topeng. Berserakan di kolong tempat tidur, menumpuk di atas lemari, ada beberapa yang dipasang di tembok. Topeng bapak bermacam-macam jenisnya, tidak ada yang sama. Mulai dari topeng semar, batman, sampai topeng yang mirip dengan muka presiden yang sering kutonton di televisi. Ada juga topeng yang tidak mirip siapa-siapa. Bapaklah yang kemudian memberi topeng-topeng itu nama.
Bapak membuat sendiri topeng-topeng itu. Dia
menatah kayu mahoni, membentuk ukiran hidung, mata, dan mulut. Meskipun hanya sebuah topeng yang bentuknya sama-sama bulat, Bapak selalu membuat bentuk hidung, mata dan mulut yang berbeda. Setelah kayu berbentuk wajah, Bapak menggosoknya dengan ampelas. Setelah halus, dia mengambil cat, memberi warna pada wajah yang baru dibuatnya.
Dulu, Bapak membuat topeng-topeng itu untuk
orang lain. Tapi setahun terakhir ini Bapak tidak hanya membuat topeng. Dia sekarang juga memainkan topeng-topeng yang dibuatnya. Setiap sore, Bapak membuat pertunjukan di depan balai desa. Dengan muka bertopeng, Bapak duduk bersila di atas tikar. Aku ikut menemaninya. Duduk di belakang Bapak, lalu menabuh gendang. Di depan kami ada baskom kosong, tempat orang-orang biasa menaruh uang usai pertunjukan.
Saat pertunjukkan seperti ini, dia sudah tak lagi
menjadi bapakku, melainkan Semar, Petruk, Batman, Presiden, atau orang-orang bermulut besar, berhidung pesek atau berhidung mancung, dan rupawan atau jelek. Bapak juga mengubah suaranya. Bukan lagi suara yang setiap hari kudengar, tapi bisa suara cempreng, suara kakek- kakek, suara perempuan, bahkan suara anak- anak. Meski berganti suara dan rupa yang Bapak mainkan selalu menjadi peran orang baik.
Diadaptasi dari: Pemain Topeng, karya Okky Madasari
Setelah membaca cerpen tersebut, terdapat pesan
tersirat dalam cerpen yang sesuai dengan kejadian di kehidupan nyata. Manakah ilustrasi yang sesuai dengan isi dalam cerpen tersebut?
Benar
Emir merasa kasihan kepada bapak tua
yang mendorong gerobak rongsok dengan susah payah.
Wati bersama teman-temannya
mengadakan pertunjukan drama tentang musibah tsunami di Aceh.
Andin sedang sedih karena gagal dalam
ujian, tetapi menghibur Dini yang menangis karena kehilangan dompet.
Bersama teman-temannya, Sari mengikuti
perlombaan tari daerah dengan menampilkan tarian topeng dari Jawa Barat.
Lukisan Andin bercerita mengenai skenario
hidup manusia di dunia nyata dalam sebuah panggung sandiwara.
Penjelasan
Prosa sebagai karya sastra biasa menggambarkan
persoalan atau berkaitan dengan kejadian dalam kehidupan nyata. Potret persoalan tersebut dapat ditemukan baik secara tersurat maupun tersirat sebagai sebuah pesan atau amanat dalam cerpen tersebut.
Cuplikan cerita tersebut bercerita mengenai seorang
Bapak yang gemar membuat topeng karakter dengan peran baik lalu memainkan karakter topeng tersebut dalam sebuah pertunjukan balai desa. Dari cerita tersebut, Saat pertunjukkan seperti ini, dia sudah tak lagi menjadi bapakku, melainkan Semar, Petruk, Batman, Presiden, atau orang-orang bermulut besar, berhidung pesek atau berhidung mancung, rupawan atau jelek. Bapak juga mengubah suaranya. Bukan lagi suara yang setiap hari kudengar, tapi bisa suara cempreng, suara kakek- kakek, suara perempuan, bahkan suara anak-anak. Meski berganti suara dan rupa yang Bapak mainkan selalu menjadi peran orang baik, tokoh Aku menggambarkan bahwa sang Bapak ketika memerankan sebuah karakter topeng-topengnya tidak lagi menjadi dirinya sendiri melainkan mengikuti karakteristik topeng tersebut. Apa pun yang ditampilkannya, bukanlah sifat Bapak melainkan sifat dari karakteristik topeng tersebut.
Berdasarkan cuplikan tersebut, terdapat pesan
tersirat yang ditemukan, apa pun perasaan yang Bapak alami di kehidupan nyatanya (sedih, senang, marah, dsb) akan ia sembunyikan ketika ia sedang menghibur penonton dalam pertunjukan topengnya dengan menjadi tokoh lain. Penonton tidak perlu tahu apa yang dirasakannya, tetapi dapat terhibur dari tokoh yang bapak perankan.
Dengan demikian, ilustrasi yang sesuai dengan isi
cerpen tersebut adalah Andin sedang sedih karena gagal dalam ujian, tetapi menghibur Dini yang menangis karena kehilangan dompet.
Ilustrasi tersebut tepat menggambarkan isi cerpen
karena Andin, walaupun suasana hatinya sedang baik, tidak menampilkan sisi tersebut di depan sahabatnya yang butuh dihibur, melainkan menjadi sosok yang gembira agar dapat menghibur Dini yang menangis karena kehilangan dompet.