PENDAHULUAN
sedang tumbuh atau sudah dewasa. Upaya yang diberikan antara lain
berakibat ketidaksesuaian antara ukuran palatum dan relasi gigi yang dapat
1
Tulang maksila terhubung dengan tulang palatum melalui sutura yang
pertumbuhan. Lengkung maksila menjadi lebih tinggi dan lebih lebar akibat
gigi maksila dan konfigurasi fosa kranial anterior berkaitan dengan palatum.
berhenti pada usia sekitar 15 tahun untuk perempuan dan sekitar usia 17
posterior. Pada bentuk palatum yang dalam atau tinggi secara klinis dapat
2
Banyak ditemukan berbagai macam kasus maloklusi pada klinik
bagian Ortodonsia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
panjang lengkung gigi dan tinggi palatum dengan tipe maloklusi pada pasien
lengkung gigi dan tinggi palatum dengan tipe maloklusi pada pasien
3
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
yang paling banyak dari pasien yang dirawat di RSGM FKG UNHAS.
FKG UNHAS.
antara lain :
yang berkaitan dengan ukuran lebar, panjang lengkung gigi dan tinggi
4
palatum dengan tipe maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG
UNHAS.
yang terkait dalam hal ini RSGM FKG UNHAS khususnya mengenai
ukuran lebar, panjang lengkung gigi dan tinggi palatum dengan tipe
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pertumbuhan awal sesudah lahir, kemudian menurun dan terdapat growth spurt lagi
pada usia 6-7 tahun. Percepatan petumbuhan ini berlangsung kurang lebih 3-4 bulan
akan terjadi lagi pada usia kurang lebih 12 tahun pada perempuan dan 14 tahun pada
laki-laki yang disebut prepubertal growth spurt. Beberapa pustaka yang lain
pertama. Hal ini berarti bahwa bila seorang anak perempuan telah menstruasi dia
yang penting bagi ilmu ortodontik dalam merencanakan perawatan untuk pasien
6
karena dengan memanfaatkan percepatan pertumbuhan perawatan ortodontik
2.2.1 Maksila
sfenoid melalui sutura yang berisi jaringan ikat. Arah sutura ini menyerong sehingga
secara menyerong ke depan dan ke bawah. Maksila tumbuh ke segala dimensi karena
tulang alveolar yang menyangga gigi. Maksila yang bertambah besar ukurannya
dewasa pada usia kurang lebih 7 tahun. Palatum ikut turun sesuai dengan
pertumbuhan maksila ke bawah yang diikuti oleh aposisi pada permukaan yang
menghadap ke rongga mulut dan resorpsi pada permukaan yang menghadap kedasar
7
rongga hidung. Lengkung palatal bertambah dalam dengan adanya prosesus
Palatum merupakan salah satu bagian dari kraniofasial yang juga merupakan
pembentuk dari sepertiga tengah wajah. Palatum dibentuk sekitar 5-6 minggu intra
uterine, pertumbuhan palatum terdiri dari tiga bagian yaitu: satu bagian anterior
medial dan dua bagian lateral prosesus palatina. Bagian medial palatum disebut
palatum primer dan terus tumbuh ke arah dasar dari nasal pits, sedangkan prosesus
palatina tumbuh ke arah lateral luar dari maksila dan tumbuh ke arah garis tengah
atau midline. 3
fronto nasalis. Prosesus maksilaris membentuk palatum keras atau palatum durum
pada tiga perempat bagian anterior sedangkan bagian posterior palatum tidak terjadi
panjang palatum setelah kelahiran berhubungan dengan tepi posterior maksila yang
untuk tempat erupsi gigi molar. Pada periode gigi sulung, pertumbuhan palatum ada
palatum itu sendiri. Pada periode ini pertumbuhan palatum lebih pesat ke arah sagital
8
Palatum memperlihatkan hubungan antara kranium dan fasial. Bentuk
palatum akan berpengaruh jika terjadi asimetri pada basis kranium. Palatum ikut
turun sesuai pertumbuhan maksila kebawah yang diikuti oleh aposisi pada
dan parafungsi oral. Disamping itu ditemukan pula adanya variasi pertumbuhan
tinggi palatum antara laki-laki dan perempuan, dapat dikatakan bahwa jenis kelamin
2.2.2 Mandibula
Pada saat bayi dilahirkan, mandibula sangat kecil dan terdiri dari dua bagian
yang sama dan dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Saat bayi baru lahir prosesus
berkembang dengan baik sehingga mandibula tersebut hanya terlihat sebagai tulang
tulang panjang dengan dua prosesus untuk perlekatan otot dan prosesus alveolaris
9
bentuknya.9 Arah pertumbuhan mandibula ke bawah dan ke depan. Pertambahan
panjang mandibula disebabkan adanya aposisi di sisi posterior ramus dan terjadi
resorpsi di sisi anterior ramus. Pertambahan tinggi korpus mandibula sebagian besar
anterior sangat cepat, posisi dagu menjadi lebih menonjol karena mandibula
memanjang dan terdapat sedikit penambahan tulang pada dagu. Tetapi dengan
Menurut Hagg dan Pencherz menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat
antara pertumbuhan maksimal pada masa pubertas dalam hal tinggi badan dan
pertumbuhan mandibula akan berlanjut kira-kira dua tahun lebih lama daripada
maksila. Perbedaan pertumbuhan antara kedua rahang ini sangat mempunyai peranan
TINGGI PALATUM
Lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi geligi.
Menurut Moyers, lengkung gigi merupakan refleksi gabungan dari ukuran mahkota
gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah.4 Variasi bentuk lengkung gigi
10
anterior secara kualitatif adalah oval, tapered, atau square sedangkan secara
intermolar dan tinggi molar.5 Rakosi membagi lebar lengkung gigi ke dalam dua
bagian yaitu lebar anterior dan posterior. Lebar lengkung anterior adalah jarak yang
diukur dari titik kontak premolar pertama dan kedua kiri dan kanan. Sementara, lebar
lengkung posterior adalah jarak yang diukur dari tonjol distobukal molar pertama kiri
dan kanan4
Analisis pont adalah salah satu analisis yang banyak digunakan untuk
golongan lengkung gigi, apakah tergolong sempit, lebar atau normal. Pengukuran
dengan menggunakan indeks Pont hanya di lakukan pada lengkung gigi maksila.
Pengukuran lebar lengkung gigi dengan menggunakan indeks Pont dapat dilihat pada
Poosti dan Jalali berpendapat bahwa lebar lengkung gigi dibagi menjadi lebar
daerah bukal dan palatal. Pada daerah bukal, lebar antarkaninus diukur 5 mm apikal
dari pertengahan mesiodistal margin gingiva gigi kaninus di satu sisi ke titik yang
sama pada sisi yang berlainan. Pada daerah lingual, lebar antarkaninus diukur dari
titik tengah servikal gigi kaninus di satu sisi ke titik yang sama pada sisi yang
11
Titik pengukuran lebar lengkung gigi dapat dilihat pada Gambar 2.1 di
bawah ini.
Gambar 2.1 Pengukuran lebar lengkung gigi daerah bukal dan lingual
intermolar.
Sumber: Poosti M, Jalali T. Tooth size and arch dimension in uncrowded
versus crowded class I maloclussion. The Journal of Contemporary Dental
Practice [serial online] 2007 Mar;8(1):[internet]. Available
from:URL:http://orthofree.com/resources/1/218.pdf. Accessed December 3,
2011.
lengkung gigi dapat dilakukan dengan mengukur jarak dari titik paling anterior
permukaan labial gigi insisivus pertama maksila tegak lurus dengan garis yang
Indeks panjang lengkung gigi = jumlah mesiodistal keempat insisivus maksila × 100
12
Menurut Poosti dan Jalali panjang lengkung gigi diukur dari garis tegak lurus
titik kontak antara gigi insisivus sentral permanen ke garis yang menghubungkan
Titik pengukuran panjang lengkung gigi dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.
palatum. Palatum yang tinggi merupakan gambaran dari penyempitan bagian apikal
prosesus alveolaris maksila yang biasanya terjadi pada kasus dengan kebiasaan
menghisap jari atau bernafas melalui mulut. Tinggi palatum berdasarkan Korkhaus
didefinisikan sebagai garis vertikal yang tegak lurus terhadap raphe palatina yang
13
berjalan dari permukaan palatum ke permukaan oklusal pada garis intermolar
menurut Pont. Jarak intermolar menurut Pont adalah 64 mm. 4 Rumus indeks tinggi
Jarak intermolar
Kebiasaan menghisap ibu jari biasanya dimulai pada usia 3-4 tahun. Tetapi
dapat juga terjadi pada minggu pertama setelah kelahiran, hal ini biasanya dikaitkan
menyebabkan maloklusi. Jenis maloklusi yang akan terjadi tergantung dari posisi ibu
jari, kontraksi otot orofasial yang terkait, posisi mandibula selama menghisap,
morfologi skeletal wajah, serta lamanya menghisap. Selama menghisap ibu jari,
terjadi kontraksi dinding bukal, sehingga lengkung maksila menjadi sempit, dasar
14
2. Anak dengan kebiasaan bernafas melalui mulut
memiliki hambatan pada saluran pernafasannya. Hal ini biasanya terjadi karena
melalui mulut biasanya tidak sadar akan kebiasaanya, kebiasaan ini biasanya terjadi
pada malam hari pada saat tidur. Kebiasaan bernafas melalui mulut bisa total atau
hanya sebagian dan terus-menerus atau intermiten. Bernafas melalui mulut total
terjadi jika jalan pernafasan benar-benar tersumbat. Bila jalan pernafasan hanya
tersumbat sebagian saja, maka bernafas melalui hidung akan disertai bernafas
melalui mulut.11
pernafasan yang paling sering pada anak-anak adalah pembesaran jaringan limfoid
yang terletak pada daerah faring yaitu pembesaran adenoid dan tonsil. Faktor
pernafasan, oleh sebab itu akan terjadi kurangnya perkembangan dari rongga hidung
dan rahang atas sehingga akan terlihat lengkung rahang atas yang sempit atau
Faktor utama dalam menentukan keadaan lengkung gigi adalah ukuran gigi
dan pertumbuhan tulang alveolar. Pada rahang atas bila ada gangguan baik bersifat
15
mengakibatkan bentuk palatum dalam atau tinggi, terjadi gigitan silang posterior,
2.5 MALOKLUSI
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang
menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal,
Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa
Etiologi dari maloklusi terbagi menjdi dua yaitu faktor lingkungan dan faktor
lokal. Faktor lokal yang mempengaruhi terjadinya maloklusi antara lain yaitu:
ukuran gigi dan ukuran rahang yang dapat menjadi penyebab maloklusi
2. Kelainan gigi
gigi, kelebihan jumlah gigi, dan kelainan bentuk atau ukuran gigi.6
16
3. Jenis kelamin
dalam hal lengkung gigi. Rata-rata lebar mesio distal gigi insisif anterior
rahang atas dan rahang bawah laki-laki lebih besar daripada perempuan.
sebagai berikut:
1. Trauma
Terbagi menjadi trauma sebelum lahir, trauma saat dilahirkan, dan trauma
sesudah lahir.11
Persistensi gigi sulung adalah apabila gigi permanen penggati gigi sulung
sudah tumbuh sedangkan gigi sulung belum tanggal padahal sudah waktunya
4. Kebiasaan buruk
17
5. Malnutrisi
Nutrisi yang baik adalah penting untuk memperoleh pertumbuhan oral yang
kualitas gigi dan tulang. Adanya malnutrisi dapat berakibat langsung pada
organ-organ tubuh. 2
klas I, klas II dan klas III. Tiap-tiap kelompok maloklusi tersebut memiliki
2. Maloklusi klas II
3. : relasi molar pertama rahang bawah lebih ke distal daripada molar pertama
rahang atas.6
gigit besar (overjet), tumpang gigit besar (overbite), dan curve of spee
positif.5
18
Divisi 2 : insisivus sentral atas retroklinasi, insisivus lateral atas
proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau
sedikit bertambah.5
4. Maloklusi klas III : relasi molar pertama rahang bawah lebih ke mesial
daripada molar pertama rahang atas dan terdapat anterior crossbite (gigitan
silang anterior).12
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Klas I
Tipe Maloklusi
Klasifikasi Angle Klas II
Klas III
Keterangan:
20
3.2 RANCANGAN PENELITIAN
Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari hingga bulan April tahun 2012.
Subjek penelitian ini adalah semua model cetakan awal rahang atas
dan rahang bawah dari pasien yang dirawat di klinik Ortodonsia di RSGM
FKG UNHAS tahun 2009-2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
1) Model cetakan awal rahang atas dan rahang bawah dari pasien yang
21
2. Kriteria eksklusi
1. Lebar lengkung gigi adalah lebar lengkung anterior dan lebar lengkung
Pont.
2. Panjang lengkung gigi adalah suatu garis tegak lurus dari titik kontak antara
3. Tinggi palatum adalah garis tegak lurus terhadap raphe palatina yang
4. Tipe maloklusi adalah maloklusi menurut klasifikasi Angel yang terdiri dari
22
antara fossa distal M1 kanan ke M1 kiri. Pengukuran lebar interpremolar di
ukur dengan menghitung jarak antara fossa mesial M1 kanan ke fossa mesial
panjang lengkung gigi Korkhaus. Indeks panjang lengkung gigi adalah 160.
palatum Korkhaus. Jarak intermolar menurut Pont adalah jarak antara fossa
23
4. Penilaian tipe maloklusi
Penilaian tipe maloklusi adalah menurut klasifikasi Angle yang terdiri dari
2. Jangka sorong
3. Penggaris
4. Alat tulis
3.8 DATA
1. Dilakukan pengambilan sampel yaitu model cetakan awal dari pasien yang
Klasifikasi Angel.
24
3. Dilakukan perhitungan lebar lengkung gigi dengan menggunakan indeks
Pont, yaitu dengan menghitung lebar lengkung muka dan lebar lengkung
PENGUKURAN SAMPEL
PENGOLAHAN DATA
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN
dan tinggi palatum berdasarkan tipe maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG
UNHAS. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara distributif menggunakan
program SPSS (versi 16). Hasilnya sebagaimana tampak pada tabel 5.1 di bawah ini:
model studi sebanyak 125 model. Terlihat pada tabel 5.1 sebanyak 37 model studi
laki-laki (29,6%) dan 88 perempuan (70,4%) menjadi sampel dalam penelitian ini.
Secara keseluruhan, rata-rata usia sampel dalam penelitian ini adalah 19 tahun,
dengan rata-rata lebar mesiodistal gigi sebesar 30,73 mm, LLM indeks pont sebesar
38,44 LLB indeks Pont sebesar 48,06 LLM hasil ukur sebesar 37,14 mm, LLB hasil
ukur sebesar 50,33 mm, panjang lengkung gigi sebesar 20,19 mm, dan tinggi
tinggi palatum berdasarkan kategori panjang lengkung gigi. Terlihat baik jenis
lengkung gigi sempit, yaitu sebanyak 25 model (67,6%) untuk laki-laki dan 59 model
(67%) untuk perempuan. Adapun dari segi maloklusi, hampir tidak ada klas
maloklusi dengan kategori panjang lengkung gigi sedang, kecuali klas 1 tipe 1
panjang lengkung gigi berdasarkan tinggi palatum. Pada tabel 5.3 terlihat bahwa baik
28
laki-laki maupun perempuan memiliki tinggi palatum rendah yang paling banyak,
yaitu 28 model (75,7%) laki-laki dan 67 model (70,5%) perempuan. Pada tabel 5.2
klas maloklusi paling sedikit memiliki kategori tinggi palatum sedang. Klas 1 tipe 1,
tipe 2, tipe 6 dan klas 2 divisi 1 paling banyak memiliki kategori tinggi palatum
rendah. Klas 1 tipe 3 dan klas 3 memiliki kategori tinggi palatum dalam yang paling
banyak. Distribusi panjang lengkung gigi dan tinggi palatum memiliki nilai yang
Tabel 5.4 Distribusi rata-rata lebar mesiodistal gigi, LLM, LLB Pont dan hasil ukur
Lebar
LLM LLB LLM Hasil LLB Hasil
Karakteristik mesiodistal
Pont(mm) Pont(mm) Ukur(mm) Ukur(mm)
sampel gigi (mm)
Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD
Jenis kelamin
Laki-laki 31,58±2,51 39,45±3,13 49,31±3,92 38,81±3,53 48,52±3,81
Perempuan 30,44±3,67 38,295±2,79 47,52±5,93 37,25±2,83 51,09±42,69
Klas Maloklusi
Klas 1 tipe 1 31,73±1,98 39,64±2,46 49,52±3,09 36,74±2,73 45,57±3,13
Klas 1 tipe 2 29,89±8,17 39,65±3,23 49,56±4,04 37,35±3,67 48,34±4,78
Klas 1 tipe 3 33,8 42,2 52,8 36,5 46,5
Klas 1 tipe 6 29,96±1,99 37,26±2,58 45,88±6,55 39,03±2,68 55,39±53,2
Klas 2 divisi 1 31,96±2,42 39,92±3,02 50,43±4,17 36,06±3,25 46,01±4,23
Klas 3 30,78±2,62 39,5±3,25 49,4±4,1 35,7±4,24 43,95±3,61
Kategori panjang
lengkung gigi
Sempit 29,91±3,51 37,72±2,3 46,81±5,64 37,9±2,55 52,26±43,53
Sedang 30,67±1,88 38,26±2,34 47,83±2,95 34,96±2,87 44,4±2,45
Lebar 32,73±2,30 40,68±3,23 50,83±4,06 37,52±4,09 46,5±5,13
Kategori tinggi
palatum
Rendah 30,68±3,72 38,66±2,93 48,01±5,91 38,20±2,86 51,90±40,98
Sedang 31,46±2,54 39,27±3,18 49,1±3,97 39,24±4,23 47,71±5,32
Dalam 30,97±2,07 38,33±2,97 47,91±3,72 35,2±2,54 44,63±2,94
Total 30,78±3,40 39,64±2,93 48,05±5,45 37,71±3,11 50,33±35,84
Tabel 5.4 memperlihatkan distribusi rata-rata lebar mesiodistal gigi, LLM dan
LLB indeks pont, LLM dan LLB hasil ukur berdasarkan jenis kelamin, klas
29
maloklusi, panjang lengkung gigi dan tinggi palatum. Terlihat pada tabel 5.4, hampir
seluruh nilai rata-rata laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Klas maloklusi 2
divisi 1 memiliki lebar mesio distal gigi yang paling besar, yaitu 31,96 mm, dan
diikuti dengan klas 1 tipe 1 dengan 31,73 mm. Klas 1 tipe 2 memiliki lebar
mesiodistal gigi yang paling kecil, yaitu 29,89 mm. LLM dan LLB indeks Pont yang
paling besar adalah klas 2 divisi 1 dengan nilai rata-rata 39,92 mm (LLM) dan 50,43
mm (LLB), serta yang paling sedikit adalah klas 1 tipe 6 dengan nilai rata-rata 37,26
mm (LLM) dan 45,88 mm (LLB). Sebaliknya, dari segi hasil ukur, LLM dan LLB
klas 1 tipe 6 yang paling besar, yaitu 39,03 mm (LLM) dan 55,39 mm (LLB), serta
yang paling kecil nilainya adalah klas 2 divisi 1. Hal ini menunjukkan bahwa klas 1
penyempitan ruang.
Tabel 5.5 Distribusi rata-rata panjang lengkung gigi dan tinggi palatum
Panjang lengkung
Tinggi palatum(mm)
Karakteristik sampel gigi(mm)
Mean ± SD Mean ± SD
Jenis kelamin
Laki-laki 20,16±2,48 18,40±2,07
Perempuan 20,20±2,24 17,83±2,25
Klas Maloklusi
Klas 1 tipe 1 18,79±1,90 17,07±1,95
Klas 1 tipe 2 21,44±2,43 18,40±2,21
Klas 1 tipe 3 22,5 20,1
Klas 1 tipe 6 20,34±1,79 18,16±2,15
Klas 2 divisi 1 21,35±3,11 18,63±2,52
Klas 3 19,5±0,71 19,90±0,14
Total 20,19±2,30 18,01±2,20
tinggi palatum berdasarkan jenis kelamin dan klas maloklusi. Terlihat pada tabel 5.5,
laki-laki dan perempuan memiliki rata-rata panjang lengkung gigi yang hampir sama,
30
yaitu 20,16 mm untuk laki-laki dan 20,20 mm untuk perempuan. Adapun tinggi
palatum laki-laki sebesar 18,40 mm dan untuk perempuan sebesar 17,83 mm. Dari
segi klas maloklusi, klas 1 tipe 2 memiliki rata-rata panjang lengkung gigi yang
paling besar, yaitu sebanyak 21,44 mm diikuti dengan klas 2 divisi 1, yaitu sebesar
21,35. Rata-rata tinggi palatum yang paling besar adalah klas 3, yaitu 19,9 mm,
31
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui ukuran lebar, panjang lengkung
gigi dan tinggi palatum dengan tipe maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG
UNHAS. Pada penelitian ini, didapatkan 125 model gigi yang sesuai dengan kriteria
seleksi sampel penelitian, yang terdiri dari 37 model studi laki-laki (29,6%) dan 88
Dari hasil penelitian yang ditunjukkan bahwa distribusi tipe maloklusi dalam
penelitian ini, tipe maloklusi yang paling banyak adalah klas 1 tipe 6, sebanyak 56
model studi (44,8%) dan yang paling sedikit adalah klas 1 tipe 3, sebanyak 1 model
studi (0,8%). Pada penelitian ini, tidak ditemukan klas 1 tipe 4, klas 2 divisi 2, dan
pembagian klas 3, hal ini dimungkinkan karena tipe maloklusi ini bukan menjadi
prasyarat tipe maloklusi yang harus ditangani atau dilakukan perawatan oleh
keseluruhan, kategori panjang lengkung gigi yang paling banyak adalah kategori
panjang lengkung sempit, yaitu sebanyak 84 model studi (67,2%) dan kategori tinggi
palatum yang paling banyak adalah kategori palatum rendah, yaitu sebanyak 95
Pada penelitian yang dilakukan dari jumlah sampel model yang di teliti paling
banyak adalah model studi dengan kasus maloklusi klas 1 tipe 6. Kasus maloklusi
klas 1 tipe 6 merupakan kasus maloklusi yang lebih mudah untuk ditangani
kasus maloklusi klas 3. Menurut Ramara yang dikutip oleh Susanti crossbite
merupakan salah satu kasus yang kompleks dan sulit untuk dilakukan perawatan.
pertumbuhan rahang agar didapatkan hasil perawatan yang maksimal dan stabil.14
Oleh karena itu untuk pasien crossbite di RSGM FKG UNHAS sangat kurang
dengan mengingat alat yang dipergunakan hanya alat ortodontik lepasan sehingga
Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa klas 1 tipe 1 paling banyak
memiliki kategori panjang lengkung gigi lebar, yaitu sebanyak 23 model (67,6%).
Klas 1 tipe 2, tipe 3, tipe 6, klas 2 divisi 1, dan klas 3 memiliki kategori panjang
lengkung gigi sempit yang paling banyak. Hasil ini ditunjukkan pada tabel 5.2 yang
lengkung gigi sempit yang paling banyak. Menurut Pont yang dikutip oleh
insisivus permanen dengan panjang lengkung gigi maksila, hal ini dapat diartikan
panjang lengkung maksila semakin besar pula, perbedaan ras juga dikaitkan dengan
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebar mesio distal laki-laki lebih
besar jika dibandingkan dengan lebar mesio distal perempuan, hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Desi pada tahun 2000 di Universitas Airlangga. Rata-
rata ukuran mesio distal gigi insisif rahang atas laki-laki lebih besar dari perempuan.
Ukuran gigi pria lebih besar dari ukuran gigi wanita. Menurut Desi hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor kekuatan fungsional, kebiasaan makan, sikap tubuh dan
trauma.13
Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa rata-rata panjang lengkung gigi
antara laki-laki dan perempuan didapatkan hasil yang hampir sama. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Paramesthi didapatkan hasil bahwa rata-rata panjang
lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda bermakna. Menurut
pernyataan Burris dan Harris yang dikutip dari Paramesthi bahwa perbedaan panjang
lengkung gigi lebih cenderung disebabkan oleh karena faktor ras dari pada jenis
kelamin.4
Pada penelitian ini juga didapatkan rata-rata tinggi palatum laki-laki lebih
besar dari pada tinggi palatum perempuan. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Agustini menemukan bahwa meskipun rata-rata tinggi palatum laki-
laki lebih besar dari pada perempuan namun menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna, hal ini juga dinyatakan oleh Paramesthi bahwa rata-rata tinggi palatum
laki-laki lebih besar daripada perempuan pada suku jawa , namun setelah dilakukan
uji t tidak berpasangan ternyata tiak berbeda bermakna. Menurut Agustini hasil
penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian Lebret yang menunjukkan adanya
perbedaan tinggi palatum antara laki-laki dan perempuan tetapi tidak bermakna.3,4
34
BAB VI
PENUTUP
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada model studi pasien
1. Lebar mesio distal gigi laki-laki lebih besar dibandingkan dengan lebar
2. Laki-laki memiliki ukuran panjang lengkung gigi yang hampir sama dengan
perempuan.
perempuan.
4. Kategori panjang lengkung gigi yang paling banyak adalah panjang lengkung
gigi yang sempit sedangkan kategori tinggi palatum yang paling banyak
5. Tipe maloklusi klas 1 tipe 1 paling banyak memiliki panjang lengkung gigi
yang lebih lebar dan tipe maloklusi klas 1 divisi 6 memiliki panjang lengkung
gigi yang sempit serta tipe maloklusi klas 1 tipe 1, tipe 2, tipe 6 dan klas 2
6. Tipe maloklusi klas 2 divisi 1 memiliki lebar mesio distal gigi yang paling
35
6.2 SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi dalam menilai ukuran lebar dan
panjang lengkung gigi serta tinggi palatum dengan tipe maloklusi karena pada
penelitian ini tipe maloklusi yang diteliti masih terbatas dan belum mencakup
keseluruhan dari tipe maloklusi yang ada dikarenakan evaluasi atau data yang
diambil juga terbatas tiga tahun terakhir, diharapkan selanjutnya tipe maloklusi
yang diteliti lebih kompleks lagi dengan rentan waktu yang lebih lama.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
8. Poosti M, Jalali T. Tooth size and arch dimension in uncrowded versus
crowded class I maloclussion. The Journal of Contemporary Dental Practice
[serial online] 2007 Mar;8(1):[internet]. Available from:URL:
http://orthofree.com/resources/1/218.pdf. Accessed December 3, 2011.
10. Foster TD. Buku ajar Ortodonsia. Penerjemah: Yuwono L. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 1999, p. 1-20
12. Proffit WR. Fields HW. Contemporary orthodontics 3rd ed. St. Louis (MO):
Mosby; 2000. p.2-4
13. Desi FK, Sylvia M, Kristiani S. Hubungan lebar mesio distal gigi insisif
dengan lengkung geligi pada kasus bedesakan anterior. Jurnal PDGI
2007;57(2): 52-5
14. Susanti R, Idris W. Perawatan maloklusi klas III disertai crowding berat.
Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Trisakti 2005;20(59):19-25
38