Laporan Interpretasi Peta
Laporan Interpretasi Peta
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
ACARA I : INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI
LAPORAN
OLEH :
UMAR AL AMIR
D061191100
GOWA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
mempunyai bentuk khas sebagai akibat pengaruh dari proses dan struktur batuan
bentuk lahan tidak lain adalah usaha menggolongkan bentuk-bentuk yang terdapat
golongan.
Sebuah permukaan bumi ini memiliki berbagai jenis beragam atau bentuk rupa
Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata
muka bumi.
Perlu kita ketahui bahwa bentuk permukaan bumi tidak rata. Ada yang berupa
dataran tinggi, dataran rendah, dan perairan. Oleh karena itu, pada praktikum
interpretasi peta topografi kami akan menafsirkan berbagai jenis batuan dan
Adapun maksud dari praktikum acara Interpretasi Peta Topografi adalah agar
berdasarkan litologinya.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
b. Kertas grafik A3
c. Peta topografi
d. Pensil Warna
e. Penggaris 30 cm
f. Kertas A4
1.5 Prosedur Praktikum
Langkah langkah dalam praktikum kali ini dibagi menjadi dua yaitu
c. Peserta membuat garis batas dengan mengikuti pola kontur agar dapat
d. Setelah batas jenis litologi telah dibuat maka peserta mewarnai peta topografi
cara:
a. Pertama memberi garis pada peta topografi pada litologi yang mencakup atau
b. Membuat diagram penampang dan memasukkan nilai garis kontur sesuai yang
topografi. Untuk setiap ujung peta topografi diberi tanda A dan B pada kertas
grafik.
d. Tandai setiap kotur yang ada pada garis beserta dengan nilai konturnya dan
bedakan daerah untuk setiap jenis litologi. Apabila terdapat sungai besar diberi
tanda huruf “u” dan apabila terdapat sungai kecil diberi tanda “v”.
Peta Topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan
dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk
garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta
topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi,
apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu.
Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan
variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar).Peta
daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi.Peta topografi juga
kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi
yang benar.Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi
spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas
bumi.Dari peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat secara
secara jelas bentuk dan ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi.Untuk
membuat sebuah penampang melintang maka harus tersedia peta topografi sebab
Secara umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola bumi
yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang datar melalui satu bidang
a. Judul Peta, diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu sheet
peta. Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping untuk peta buatan
ini adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam
c. Skala Peta, bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan medan
sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka. Dalam peta
d. Garis Koordinat, jaring-jaring dalam peta yang terdiri dari garis vertikal dan
garis horisontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan koordinat.
Koordinat peta dikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat
yang terdiri garis lintang untuk horizontal dan garis bujur untuk vertical.
(Contoh : 940 15 114,4) biasanya disertakan L untuk Lintang dan B untuk Bujur.
Koordinat grid adalah jaring jaring koordinat lokal yang dipakai untuk acuan
pengkoordinatan dalam peta. Biasanya hanya disebutkan dengan angka saja dan
dikenal dengan koordinat 8 angka atau 12 angka. Untuk peta Indonesia ada 2
acuan pokok dalam koordinat ini yaitu dengan dikenal dengan sistem UTM/UPS
e. Garis Kontur, adalah garis yang menyerupai sidik jari yang menunjukkan titik
ketinggian yang sama dalam peta. Karena merupakan tanda dari ketinggian yang
sama, maka garis ini tidak akan pernah saling memotong tapi bisa
bersinggungan. Lokasi yang lebih rendah akan melingkari lokasi yang lebih
tinggi, itulah ciri garis kontur. Atau bisa juga disebutkan garis sebelah dalam
adalah lebih tinggi dari garis sebelah luar. Garis kontur dengan pola huruv V atau
terakhir peta tersebut diperbaharui. Hal ini sangat penting karena kondisi
g. Sudut Deklinasi, yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan
Utara Magnetik (Utara Kompas). Deklinasi ini direvisi tiap 5 tahun sekali.
Kenapa ada perbedaan antara Utara peta dan Utara sebenarnya dan Utara
Magnetik. Seperti kita ketahui Utara Bumi kita ditunjukan oleh di Kutub Utara.
dekat dataran Green Land. Setiap tahun karena rotasi Sumbu bumi ini mengalami
pergeseran rata-rata 0,02 detik bisa ke timur dan ke barat. Jadi utara sebenarnya
bisa ditentukan dari mengkonversi antara utara magnetik dengan utara Peta.
pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola
aliran sungan dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Pola
dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat
contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap
erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan
yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur
sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian?
Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat
resisten cenderung akan lebih mudah di-erosi membentuk alur-alur sungai. Jadi
suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten
akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau
bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam
kubah (domes) dan laccolith. Pada bentangalam ini pola aliran sungainya
mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya
jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan
rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi,
seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan
oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk
pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan
berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-
pagar.Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis)
dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai
trellis dicirikan oleh saluransaluran air yang berpola sejajar, mengalir searah
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama
Pola aliran centripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola
radial, dimana aliran sungainya mengalir kesatu tempat yang berupa cekungan
(depresi). Pola aliran centripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di
bagian barat dan baratlaut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir
ke suatu cekungan, dimana pada musim basah cekungan menjadi danau dan
mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau
mengering.
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali
bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi
loccolith.
g. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh
lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk
cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada
morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel
daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk
dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pola
oleh proses pensesaran. Cara ini dilakukan melalui penafsiran peta topografi,
foto udara dan citra indraja.Penjelasan rinci dari point ini adalah sebagai
sebagai berikut:
pada salah satu lereng bukitnya landai (kerapatan kontur jarang) dan
dibagian sisi lereng lainnya terjal, maka ditafsirkan kemiringan (arah “dip”)
perbukitan dengan arah dan jalur yang sama, namun pada bagian tertentu
menunjukan bahwa umur batuan masih muda dan relatif belum mengalami
3.1 Hasil
sebagai berikut.
jenis batuan, yaitu: batuan metamorf yang berada pada posisi disebekah kiri
warna (orange).
Gambar 3.2 Etiket Peta Litologi
yang memiliki berbagai simbol keterangan yang tertera pada gambar tersebut
yakni: simbol batuan piroklastik, batuan metamorf, garis kontur, titik ketinggia,
a. Warna Orange
Gambar 3.3 Bagian peta yang menunjukkan warna orange
b. Warna Ungu
3.2 Pembahasan
warna ungu dengan area peta tertera berada di sebelah kiri yang penyebarannya
mencakup sekitar 30%. Serta penyebarannya di daerah barat peta menyebar dari
utara ke selatan peta litologi. Penamaan dari batuan metamorf ini dapat dilihat dari
ciri garis kontur yang rapat, garis kontur yang melidah, serta memiliki titik
ketinggian yang banyak. Pada peta litologi ini dapat di interpretasikan bahwa batuan
A. Batuan piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari hasil
membeku dalam berbagai ukuran mulai dari debu (ash) hingga bongkah (boulder).
Fragmen-fragmen tersebut berasal dari batuan yang telah ada yang membentuk
pipah tubuh gunung berapi tersebut, dan yang berasal dari magma yang turut
terseret ketika gas dengan tekanan yang kuat menghembus keudara. Piroklastika
dapat diangkut oleh udara, yang kasar kemudian dijatuhkan disekitar tubuh gunung
api, sedangkan yang halus akan dibawa angin ketempat yang lebih jauh bahkan
dapat berada di udara hingga mencapai beberapa hari. Jika dilihat dari peta yang
berikut:
terendah terdekat dan secara tak langsung membentuk pola seperti bunga.
Disamping itu, karena jenis batu ini merupakan batuan beku ekstrusif yang
terbentuk dari hasil erupsi. Maka, fragmen-fragmen dari ukuran debu sampai
dengan bongkah tersebut terlempar pada saat erupsi vulkanik dan menyebar ke
segala arah. Sedangkan ketebalan penyebarannya dari hasil perhitungan dengan
rumus:
Dalam peta litologi yang kami interpretasi terdapat pula jenis batuan
pirokastik. Dimana pada peta litologi diatas disimbolkan dengan warna orange dan
Penyebaran batuan ini terletak pada bagian timur peta dan tersebar penuh dari utara
ke selatan. Batuan piroklastik pada peta litologi ini dapat di interpretasikan melalui
ciri garis kontur yang membunga dan melidah serta adanya pola aliran sungai radia
atau sentripetal.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
berdasarkan litologinya.
4.2 Saran
Rosilawati, Iros. 2015. Interpretasi Peta Topografi. Jawa barat: UPI bandung
Pamungkas, Aditya Arief. 2013. Metode Geologi Lapangan. Semarang:
Universitas Diponegoro
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Bogor : Fakultas Teknik
Geologi, Universitas Pakuan
Noor, Djauhari. 2010. Geomorfologi. Bogor : Faktultas Teknik Geologi,
Universitas Pakuan