METODE GEOLOGI
LAPANGAN
i
i
DAFTAR ISI
Judul ................................................................................. i
Daftar isi .......................................................................... ii
BAB I Pengenalan Kondisi Lapangan dan Alat - Alat
Dasar Geologi
1.1 Pengenalan Kondisi Lapangan Geologi ............. 1
1.2 Perlengkapan Alat - Alat Dasar Geologi ............ 3
1.3 Penggunaan Kompas Geologi ............................ 6
1.4 Penggunaan Palu Geologi .................................. 6
1.5 Teknik Konvoi Sepeda Motor ............................ 7
1.6 Pembuatan Bivouac Sederhana .......................... 9
1.7 Pembuatan Tandu Darurat ................................. 13
1.8 Hal – Hal yang Harus Dilakukan Jika Tersesat
atau Terjebak ..................................................... 16
BAB II BCL dan Sketsa
2.1 BCL (Buku Catatan Lapangan)........................... 17
2.2 Sketsa .................................................................. 20
2.3 Dasar-dasar Pembuatan Sketsa
Singkapan Geologi ............................................. 23
2.4 Tahap dalam Membuat Sketsa
Singkapan Geologi ............................................. 24
BAB III Navigasi Darat
3.1 Pendahuluan ........................................................ 31
3.2 Orientasi Peta ...................................................... 31
3.3 GPS Receiver ...................................................... 33
BAB IV Peta Lintasan
4.1 Pendahuluan ........................................................ 48
4.2 Prinsip Dasar Pembuatan Peta Lintasan.............. 49
4.3 Jenis Peta Lintasan .............................................. 50
ii
4.4 Metode Pengukuran Peta Lintasan ...................... 52
4.5 Koreksi Peta Lintasan ......................................... 54
4.6 Pembuatan Kontur .............................................. 56
BAB V Peta Topografi
5.1 Pengertian Peta Topografi ................................... 59
5.2 Jenis Peta Topografi Berdasarkan Skala ............. 59
5.3 Interpretasi Peta Topografi.................................. 60
5.4 Hubungan Kedudukan Lapisan Batuan dengan
Peta Topografi .................................................... 63
5.5 Metode Pembuatan Pola Penyebaran Singkapan. 67
5.6 Penampang Geologi ............................................ 69
BAB VI Stratigrafi Terukur
6.1 Pengertian ........................................................... 73
6.2 Tujuan ................................................................. 73
6.3 Metode Penyusunan Kolom Litologi .................. 74
4.4 Metode Pembuatan
Penampang Stratigrafi Terukur .......................... 74
6.5 Penentuan Lokasi Pengukuran ............................ 83
6.6 Teknik Menggambar
Penampang Startigrafi Terukur .......................... 84
BAB VII Pemetaan Geologi
7.1 Pendahuluan ........................................................ 89
7.2 Teknik dan Pengukuran di Lapangan.................. 92
7.3 Strategi Pemetaan................................................ 95
7.4 Kartografi Peta Geologi Skala 1:25.000 ............. 99
iii
BAB I
PENGENALAN KONDISI LAPANGAN DAN
ALAT-ALAT DASAR GEOLOGI
1
3. Kesalahan Pribadi :
Tidak membawa alat tulis dan alat bantu lapangan
geologi;
Tidak membawa topi;
Tidak membawa jas hujan atau semacamnya;
Tidak membawa pengaman data lapangan;
Tidak membawa perlengkapan P3K;
Tidak menggunakan pakaian standar;
Tidak peregangan sebelum kegiatan;
Tidak membawa minum yang cukup.
Untuk mengurangi segala potensi negatif tersebut,
maka kegiatan lapangan harus direncanakan secara
matang. Secara umum kegiatan lapangan geologi dibagi
menjadi tiga tahap yaitu :
1. Pra Kegiatan Lapangan Geologi (Perencanaan)
Studi pustaka;
Pembuatan peta;
Pengamatan geomorfologi peta;
Penentuan pengambilan jenis data;
Penentuan titik penting pada peta;
Reconnaissance;
Perencanaan kesampaian daerah;
Pembuatan rencana rute dan waktu berdasarkan
kondisi medan;
Sesuaikan logistik dengan rute.
2. Kegiatan Lapangan Geologi (Eksekusi Lapangan)
Pengambilan data usahakan sesuai dengan
rencana;
Selalu perbaharui rencana waktu dan rute kegiatan
lapangan;
2
Simpan dan rapikan data sesaat setelah selesai
kegiatan lapangan;
Jaga kondisi tubuh;
Sesuaikan kemampuan fisik dan mental dengan
kondisi lapangan serta selalu perhitungkan risiko
yang akan dihadapi.
3. Pasca Kegiatan Lapangan Geologi (Evaluasi dan
Pembuatan Laporan)
Lakukan konsultasi dengan pembimbing;
Catat bila ada kekurangan data lapangan
berdasarkan hasil konsultasi;
Bila perlu, kembali ke lapangan untuk
menyempurnakan data;
Proses data dengan metode analisis yang sesuai;
Susun laporan dan atau poster;
Kembali konsultasi dengan pembimbing;
Sempurnakan laporan dan atau poster.
3
Penghapus;
Pulpen;
Peta;
Kertas HVS;
Papan ujian (utamakan berbahan plastik) dan mika;
Kompas geologi;
Palu geologi;
Kantong sampel + Label;
HCl;
Lup;
Alat dokumentasi;
Penunjuk waktu;
Alat navigasi digital;
Helm lapangan;
P3K (minimal plester, perban dan larutan anti
infeksi);
Alat komunikasi dengan kartu sim yang memiliki
jaringan luas;
Jas hujan (diutamakan ponco);
Pisau lipat atau semacamnya;
Tali plastik (rafia);
Alat penerangan atau semacamnya;
Pemantik api atau semacamnya;
Makanan dan minuman (diutamakan membawa
lebih);
4
2. Keperluan Opsional
Pensil warna;
Drawing pen;
Komparator batuan;
Kuas;
Pahat;
Pita ukur;
Penggaris;
Busur derajat;
Kalkulator;
Tongkat Jacob;
Kacamata safety
Payung;
Power bank;
Pakaian ganti;
Alas kaki ganti;
Parang;
Tali Webbing;
Pasak;
Tandu darurat (tali
pramuka atau
sejenisnya dan
bambu atau
sejenisnya);
Kendaraan dengan
bahan bakar cukup;
Helm motor.
5
1.3 Penggunaan Kompas Geologi
Penggunaan kompas geologi merupakan kemampuan
yang sangat dasar bagi seorang ahli geologi. Maka dari itu
sangat penting bagi setiap ahli geologi untuk menguasai
teknik dasar penggunaan kompas geologi.
Makna dari menguasai penggunaan kompas geologi
bukan hanya bisa menggunakannya, tetapi juga sudah
terbiasa. Seorang ahli geologi yang sudah terbiasa
menggunakan kompas untuk pengukuran akan
membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat sehingga
dapat menambah efektivitas pengambilan data. Kompas
geologi memiliki fungsi yang beragam yaitu :
Penunjuk arah Utara;
Membidik suatu obyek, yaitu untuk menentukan nilai
azimuth suatu obyek terhadap kedudukan kita;
Mengukur kedudukan batuan;
Mengukur kedudukan struktur bidang;
Mengukur kedudukan struktur garis;
Mengukur kemiringan lereng.
6
Alat pertahanan diri.
Cara pengambilan sampel tidak selalu memiliki
standar baku seperti yang tertulis pada banyak literatur.
Prinsip dari pengambilan sampel adalah mendapatkan
sampel batuan sebaik-baiknya (ukuran, komposisi
internal, orientasi) dengan menggunakan tenaga sekecil-
kecilnya. Namun sebagai dasarnya, penggunaan palu
geologi untuk pengambilan sampel dibagi menjadi
beberapa tahap yaitu :
Tentukan titik pengambilan (segar, titik lemah);
Buat rekahan yang cukup pada titik lemah singkapan
menggunakan ujung runcing palu;
Lakukan sampai rekahan sudah cukup terbuka;
Pukul bagian singkapan yang sudah merekah dengan
arah yang masuk akal menggunakan ujung kotak palu.
7
2. Mematuhi peraturan rambu lalu lintas dan arahan
petugas. Tata cara di lampu lalu lintas atau di
persimpangan :
Saat lampu lalu lintas menyala kuning untuk
menghindari putusnya konvoi kapten atau
vorijder wajib mengurangi kecepatan;
Tetap dalam konvoi kecuali ditentukan lain oleh
kapten;
Tidak menerobos lampu merah sekalipun konvoi
harus terputus.
3. Tidak bercanda atau mengobrol dengan sesama peserta
(apabila tidak diperlukan).
4. Tidak melakukan manuver yang membahayakan diri
sendiri, peserta lain juga pengguna jalan lain.
Dilarang saling mendahului antar sesama peserta
konvoi;
Dilarang berkendara secara ugal-ugalan;
Salah satu motor dalam konvoi menemani peserta
yang mengalami masalah (trouble) di jalan.
5. Tidak membunyikan klakson terhadap hal yang tidak
perlu atau sudah diwakili oleh kapten kecuali pada
saat-saat yang memang sangat diperlukan.
Bunyi panjang = konfirmasi siap berangkat
(hanya sweeper);
Bunyi berulang sering = permintaan emergency
stop;
Bunyi pendek dua kali = salam brotherhood.
6. Mengikuti semua petunjuk dari kapten, serta wajib
meneruskan semua petunjuk tadi ke seluruh barisan
hingga barisan yang paling belakang.
8
Gambar 1.1 Isyarat standar saat melakukan konvoi motor
9
diajarkan kepada mahasiswa Teknik Geologi Universitas
Diponegoro.
10
Gambar 1.3 Simpul Pangkal
11
Gambar 1.5 Simpul Delapan
12
4. Pasang tali pramuka/webbing ke pohon dan atau ke tanah dengan
simpul pangkal dan simpul jangkar;
5. Letakkan ponco di atas tali yang sudah terpasang;
6. Kencangkan seluruh bagian tepi ponco menggunakan tali plastik
ke pohon dan atau ke tanah;
7. Jika dibutuhkan, buatlah parit untuk mengalihkan pola aliran;
8. Jika diperkirakan akan bermalam dan cuaca akan hujan maka
buatlah bivouac serapih mungkin.
13
Dalam pembuatan tandu darurat dibutuhkan penguasaan membuat
simpul pangkal, jangkar dan ikatan palang.
14
Tahap pembuatan tandu :
1. Letakkan tongkat secara sejajar pada lantai, dengan jarang antar
tongkat minimal 50 cm;
2. Palangkan tongkat pendek pada kedua tongkat pramuka;
3. Mulailah simpul pangkal pada tongkat pramuka untuk
mengikatkan tali pada tongkat;
4. Ikatlah pertemuan tongkat pendek dan tongkat pramuka dengan
menggunakan ikatan palang;
5. Setelah keempat ikatan palang selesai, sisa ikatan palang dari
salah satu sisi saling silangkan antara bagian atas dan bawah di
tengah. Tali dari atas ditarik ke arah atas kembali, begitu juga
sebaliknya;
6. Buatlah simpul jangkar pada masing-masing tongkat induk
tandu;
7. Ulangi langkah 5 dan 6 sampai selesai dengan jarak masing-
masing simpul jangkar antara 20 – 25 cm;
8. Untuk mengakhiri pembuatan tandu, gunakan kembali simpul
pangkal pada ujung tandu;
9. Tambahkan bahan lunak di bagian kepala tandu untuk
melindungi kepala korban (bisa menggunakan jaket, kain atau
semacamnya).
16
BAB II
BCL DAN SKETSA
Sifat Untuk Di
Batuan beku
Deskripsi
Warna Segar, Lapuk
Besar Butir Afanit, Fanerik, Ukuran
Bentuk Butir Granular, Bladed, Prismatik
Hubungan Antar Butir Euhedral, Anhedral, Subhedral
Kemas
Homogenitas Equigranular, Inequigranular
Tekstur Aliran, Jatuhan
Karakteristik Diabasik, Vesikular, dll.
Komponen Komposisi Mineral, Ciri, Presentase
17
Batuan Sedimen
Bx Cglt Tuf Sds Sts Cys Serpih Napal Cbnt
Campuran V V V V V V V V V
Fragmen V V V V V V
Mx V V V V V V V V V
Semen V V V V V V V V V
Warna V V V V V V V V V
Sortasi V V V V V
Ukuran V V V V V V V V V
Bentuk btr V V V V V
Kemas V V V V
Porositas V V V V V
Kompaksi V V V V V V V V V
Tx/Comp
V V V V V V V V V
Maturity
Struktur V V V V V V V V V
Batuan Metamorf
Sifat Untuk Di
Batuan Metamorf
Deskripsi
Warna Segar, Lapuk
Besar Butir Ukuran, Faneritit, Afanitit
Foliasi Foliasi/ Non Foliasi
Struktur Schistose, Gneis, Slaty
Bentuk Kristal Idioblastik (euhed), Xenoblastik (anhed)
Ketahanan Relict / Kristaloblastik
Bentuk Mineral Granuloblastik, Lepido,Nemato,Grano
Karakteristik
Komposisi Mineral Mineral penyusun, Kondisi, Presentase
18
Struk. Primer : Struktur Sedimen, Ichno / Trace Fossil, Variasi
Lapisan, Pola Perlapisan, Struktur Aliran.
Struk.Sekunder : Kontak Batuan, Kekar, Sesar, Lipatan, Belahan,
Foliasi, Lineasi.
Morfologi : Kelerengan Van Zuidam, Lokasi Pengamatan (
Meander Sungai, Channel Bar )
Tata Guna Lhn : Hutan, Perkebunan, Tegalan, Pemukiman, dll.
Dokumentasi : Tanggal, Sampel Batuan, Foto, Sketsa Dekat, Sketsa
Jauh, Arah Utara, Skala Pembanding.
19
Gambar 2.1 Contoh halaman pertama buku catatan lapangan (Angela L. Coe,
dkk, 2010)
2.2 Sketsa
Sketsa geologi bertujuan untuk mengambil data berupa gambar
melalui pengambilan visual secara aktual di lapangan, hal ini
dilakukan karena tidak semua hal dapat diterangkan dengan baik
melalui foto. Sketsa juga berfungsi untuk penggambaran bentuk
lahan dan morfologi. Sketsa yang baik harus informatif dan
20
menunjukkan hal yang ingin diterangkan dan dijelaskan lebih detail,
seperti gambar dibawah ini.
21
Gambar 2.3. Sketsa Kaldera Rinjani dengan gunung api sekunder G. Barujari,
disketsa dari tepi danau dekat outlet Kokok Putih (Dokumentasi Ekspedisi
Cincin Api KOMPAS)
Gambar 2.4. Sketsa Gunung Paras (Punggungan Sinklin) disketsa dari Lok
Ulo (Dokumentasi Pribadi Budi Brahmantyo)
22
dengan cara digambar dari tampak samping. Berikut contoh
sketsanya :
23
Gambar 2.6. Contoh sketsa menggunakan unsur-unsur dasar pada buku
catatan lapangan Angela L. Coe (Angela L. Coe, dkk, 2010)
24
6. Beri anotasi atau label dari masing-masing fitur geologi
(lihat Gambar 2.11).
7. Masukan sentuhan akhir seperti tanggal, referensi grid,
judul, orientasi, skala, jenis litologi dan strike/dip
25
Gambar 2.9 Membuat garis terluar dari obyek (Williams M.,
2011)
26
2.4.2. Pembuatan Sketsa Singkapan Secara Detail oleh Angela
L. Coe
1. Amati singkapan (lihat Gambar 2.12).
2. Gambar garis terluar (lihat Gambar 2.13).
3. Gambar Major Geological Boundaries atau kontak dua
litologi (lihat Gambar 2.14).
4. Gambar Bidang Batas pada tiap Satuan Litologi (lihat
Gambar 2.15).
5. Sketsa secara Detail pada Setiap Satuan Litologi (lihat
Gambar 2.16).
6. Tambahkan sentuhan akhir ((lihat Gambar 2.17).
27
Gambar 2.13 Tahap penggambaran garis terluar dalam
pembuatan sketsa (Angela L. Coe, dkk, 2010)
28
Gambar 2.15 Tahap pembuatan pelapisan pada tiap satuan
litologi (Angela L. Coe, dkk, 2010)
Gambar 2.16 Tahap sketsa secara detail pada tiap satuan litologi
(Angela L.Coe, dkk, 2010)
29
Gambar 2.17 Tahap penyelesaian sketsa singkapan (Angela L.
Coe, dkk, 2010)
30
BAB III
NAVIGASI DARAT
3.1 Pendahuluan
Menurut (Yudiawan,2002) navigasi darat merupakan salah satu
bagian dari orientasi medan yang digunakan sebagai penentuan
posisi atau letak suatu objek dan arah perjalanan serta
menggambarkan kondisi suatu wilayah baik dalam peta maupun
kondisi sebenarnya. Ruang lingkup navigasi ini meliputi perbukitan
maupun pegunungan yang membutuhkan kemampuan dan kondisi
khusus untuk mengenali medan tersebut. Dalam hal ini,
kemamampuan membaca dan memahami peta seperti
memperkirakan waktu dan rute perjalanan menjadi hal dasar yang
harus dimiliki bagi seorang penggiat alam. Sebagai orang yang
dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta
penggunaannya mutlak harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat
jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi
darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk
usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau
tersesat digunung dan hutan, serta bencana alam.
3.2 Orientasi Peta
Orientasi peta adalah teknik untuk menyamakan kedudukan di
lapangan atau medan sebenarnya terhadap peta. Untuk keperluan
orientasi, perlu adanya pengenalan terhadap objek yang dapat
terlihat pada peta seperti sungai, bukit, nama gunung, lembah
ataupun tanda-tanda medan lainnya. Berikut merupakan dasar
dalam orientasi berupa teknik penggunaan peta dan kompas.
3.2.1 Azimuth dan Back Azimuth
merupakan teknik yang digunakan untuk mengetahui
kedudukan dengan bantuan objek tertentu yang menjadi
suatu objek bidikan. Seseorang akan membidik suatu bukit
31
yang ada didepannya, maka hal tersebut dapat disebut
dengan azimuth, jika dilihat sebaliknya yaitu posisi bukit
terhadap pembidik maka dapat dinamakan dengan back
azimuth. Untuk mengetahui nilai back azimuth, jika nilai
azimuthnya kurang dari 180⁰ ditambahkan 180⁰ ,
sebaliknya jika azimuthnya lebih dari 180⁰ dikurangkan
180⁰ .
3.2.2 Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik
(benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda
medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan
untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang
terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada
intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta.
Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan
orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek
yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta;
d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di
peta, lakukan langkah b dan c; e) perpotongan garis
perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
obyek yang dimaksud.
3.2.3 Resection
Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta
dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang
dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang
terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu
tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi
sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan,
maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.
Langkah-langkah resection :
a) Lakukan orientasi peta;
32
b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan
di peta, minimal dua buah;
c) Dengan penggaris buat perpotongan sumbu pada pusat
tanda-tanda medan itu;
d)Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi
kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth;
e) pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung
sudut pelurusnya;
f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus
tersebut adalah posisi kita di peta.
34
3.3.1.2 Cara Kerja GPS
GPS Setiap daerah di atas permukaan bumi ini
minimal terjangkau oleh 3-4 satelit. Pada prakteknya, setiap
GPS terbaru bisa menerima sampai dengan 12 chanel satelit
sekaligus. Kondisi langit yang cerah dan bebas dari
halangan membuat GPS dapat dengan mudah menangkap
sinyal yang dikirimkan oleh satelit. Semakinbanyak satelit
yang diterima oleh GPS, maka akurasi yang diberikan juga
akan semakin tinggi. Cara kerja GPS secara sederhana ada
5 langkah, yaitu:
• Memakai perhitungan “triangulation” dari satelit.
• Untuk perhitungan “triangulation”, GPS mengukur
jarak menggunakan travel time sinyal radio.
• Untuk mengukur travel time, GPS memerlukan
memerlukan akurasi waktu yang tinggi.
• Untuk perhitungan jarak, kita harus tahu dengan pasti
posisi satelit dan ketingian pada orbitnya.
• Terakhir harus menggoreksi delay sinyal waktu perjalanan
di atmosfer sampai diterima receiver.
38
Timing, dapat dijadikan dasar penentuan jam seluruh
dunia, karena memakai jam atom yang jauh lebih
presesi di banding dengan jam biasa.
39
harus memutar ke selatan terlebih dahulu, maka
heading A pada saat itu adalah selatan.
40
Gambar 3.4. Menu GPS Garmin 76 CSx
Sumber : Buku GPSMAP 76 CSx, 2007
41
kita sekarang (my location) maka kita harus menekan
tombol quit agar pointer kembali ke my location.
b. Gantilah waypoint name dan waypoint symbol sesuai
keinginan anda, dengan cara menekan enter pada
waypoint name dan symbol.
c. Setelah semua selesai pilih OK lalu tekan ENTER.
3.3.2 Maverick
3.3.2.1 Pengertian Maverick
Maverick merupakan salah satu alat navigasi yang
digunakan dalam smartphone pada zaman modern ini.
Aplikasi ini memiliki system yang sama dengan GPS
Receiver yang menggunakan data satelit untuk mengetaui
medan atau keadaan di lapangan. Navigasi smartphone
terlihat lebih praktis dan fleksibel dalam penggunaannya di
lapangan karena pencatat atau logger dapat membawanya
kemanapun.
45
3.3.2.4 Waypoints
Waypoint pada Maverick maupun GPS Receiver
memiliki fungsi yang sama yaitu membuat suatu titik atau
tempat tertentu pada medan. Berikut merupakan langkah
pembuatan waypoint pada Maverick :
a. Fokuskan lokasi pada peta.
b. Klik tanda lokasi yaitu warna hijau yang berada di
bagian bawah peta> add waypoint.
c. Klik waypoint 1>edit, maka akan muncul kotak dialog
yang berfungsi sebagai tempat untuk pendeskripsian
secara singkat>save
d. Lakukan hal yang sama untuk membuat waypoint baru.
46
3.3.2.5 Track atau Rute
Fungsi track pada maverick tidak jauh berbeda dengan
GPS Receiver. Berikut Merupakan pembuatan track pada
maverick :
a. Buka menu utama Maverick>Track>Record
b. Langkah lain secara cepat dengan menekan rec yang
terletak pojok kanan bawah pada layar.
47
BAB IV
PETA LINTASAN
4.1 Pendahuluan
Lintasan adalah suatu seri titik pengamatan (station/stasiun)
yang terukur dalam arah dan jarak tertentu. Dari satu atau beberapa
lintasan yang dibuat dapat dirangkum menjadi satu dalam bentuk
peta lintasan. Dari peta lintasan tersebut dapat membantu seorang
geolog dalam interpetasi kondisi permukaan geologi yang dimuat
dalam bentuk peta geologi.
Pemetaan lintasan atau pembuatan peta lintasan adalah proses
pengamatan yang dilakukan pada sejumlah titik dan antar titik
sepanjang suatu lintasan yang terukur. Sehingga hasilnya akan
menunjukkan kondisi geologi yang nampak pada sepanjang lintasan
yang dilalui (Rahardjo, 2007). Kondisi geologi tersebut berupa:
a. Macam satuan batuan yang ada dan kedudukannya sepanjang
lintasan.
b. Penyebaran satuan tersebut sepanjang lintasan.
c. Lokasi, macam dan arah kontak antar satuan pada lintasan.
d. Macam dan lokasi potensi geologi yang ada pada lintasan.
Dalam pelaksanaan pembuatan peta lintasan harus
mempersiapkan peralatan-peralatan untuk menunjang pekerjaan
pembuatan peta lintasan. Berikut adalah perlatan yang harus
dipersiapkan dalam pembuatan peta lintasan:
a. Pensil dan penghapus
b. Ballpoint
c. Kertas HVS
d. Buku Lapangan
e. Papan (clipboard)
f. Palu Geologi
g. Kompas Geologi
48
h. Pita Ukur
i. Protaktor
j. Lup
k. Kantong Sampel
l. Ransel
m. Kamera
49
macam variasi batuan dan banyak singkapan geologi, lintasan
tidak diharuskan melalui area yang sulit ditempuh.
e. Kelima, dalam pencatatan atau pemerian suatu titik stasiun harus
dicatat secara rinci agar dapat mempermudah penggambaran
peta lintasannya.
f. Keenam, dalam pembuatan peta lintasan jangan lupa untuk
mencatat nomor titik stasiun pengamatan, simbol struktur
geologi maupun simbol jurus perlapisan batuan dan simbol
warna dan batas batuan.
50
Gambar 4.1 Peta Lintasan terbuka
51
Gambar 4.2 Peta Lintasan Tertutup
52
Metode pengukuran langkah merupakan metode
pembuatan peta lintasan dengan menggunakan langkah kaki
sebagai media alat ukur jarak antar titik stasiun pengamatan pada
lintasan yang sudah direncanakan. Untuk ketelitiannya
menggunakan media ini tergantung dari besar langkah kaki tiap
orang yang digunakan. Umumnya tiap tiga langkah memiliki
besaran jarak satu meter. Namun dalam penggunaan metode ini
alangkah baiknya dilakukan pengukuran awal langkah kaki
sepanjang satu meter agar lebih tepat ketelitiannya dan
penggambaran peta lintasan mendekati sebenarnya atau nilai
eror semakin kecil. Dalam penggunaan metode ini baiknya
hanya menggunakan langkah kaki satu orang saja agar tidak
membingungkan dalam pengolahan data pengukurannya dan
penggambarannya bisa mendekati sebenarnya. Untuk
pembacaan arah metode pengukuan langkah ini tetap
menggunakan kompas geologi.
2. Metode Pengukuran Pita Ukur
Metode pengukuran pita ukur merupakan metode
pembuatan peta lintasan dengan menggunakan pita ukur atau
meteran sebagai media alat ukur jarak antar titik stasiun
pengamatan pada lintasan yang sudah direncanakan. Untuk
ketelitian pita ukur yang digunakan adalah 10 sentimeter dengan
gulungan pita ukur yang digunakan maksimal memiliki panjang
100 meter dan minimal memiliki panjang 10 meter untuk
mempermudah dalam penggambaran peta lintasan. Penggunaan
metode ini lebih mudah dilakukan area terbuka seperti area
sungai dan dataran yang panjang. Apabila area yang ditemui
berupa perbukitan dengan jalan yang agak terjal penggunaan
metode ini kurang efektif karena akan memakan waktu lama
karena jangkauannya tidak fleksibel seperti metode pengukuran
langkah. Untuk penggunaan pita ukur sendiri tidak perlu adanya
pengecekan panjang seperti metode pengukuran langkah.
53
Karena penggunaan alat pita ukur sendiri sudah memiliki nilai
ketelitian 10 sentimeter sehingga untuk pengukuran jaraknya
sudah mendekati sebenarnya saat dilakukan penggambaran.
54
lakukan koreksi selanjutnya. Sedangkan pada kasus lintasan
terbuka jika titik akhir pengukuran tidak berimpit pada titik
akhir yang sebenarnya hitung jarak selisih antara titik akhir
pengukuran dengan titik akhir sebenarnya dan lakukan
koreksi selanjutnya.
Lakukan koreksi dengan rumus sebagai berikut
segmen ke−n
Koreksi = x selisih panjang titik akhir-
Ʃ segmen
titik awal
Gambar 4.3 (i) Koreksi Jarak Lintasan Tertutup, (ii) Koreksi Jarak
Lintasan Terbuka
2. Koreksi Sudut
Sama dengan koreksi jarak, koreksi sudut dapat dilakukan
apabila terjadi kesalahan dalam pembuatan lintasan geologi.
Koreksi ini juga dapat dilakukan dalam metode lintasan
tertutup maupun metode lintasan terbuka. Hal yang
membedakannya adalah pada langkah pengerjaannya yakni
sebagai berikut:
55
Plotkan masing-masing titik lokasi
Pada kasus lintasan tertutup, jika titik terakhir pengukuran
tidak berimpit dengan titik awal pengukuran, lakukan
perhitungan jarak yang dibutuhkan (D-A) dengan jarak
awal (D-E) lihat gambar 5.4, kemudian hitung sudut yang
terbentuk diantara kedua garis tersebut (garis D-A dengan
D-E) dan lakukan koreksi selanjutnya. Sedangkan pada
kasus lintasan terbuka jika titik akhir pengukuran tidak
berimpit pada titik akhir yang sebenarnya, lakukan
perhitungan jarak yang dibutuhkan (E-A) dengan jarak awal
(F-A) lihat gambar 5.4, kemudian hitung sudut yang
terbentuk diantara kedua garis tersebut (garis E-A dengan
F-A) dan lakukan koreksi selanjutnya.
Faktor koreksi untuk koreksi sudut
(AD – ED)
(k*) = ED
x 100%...lihat gambar 5.4 (i)
Jarak terkoreksi = jarak terukur + (k*)
57
Gambar 4.5 Prinsip Pitagoras dalam Koreksi Elevasi
58
BAB V
PETA TOPOGRAFI
59
5.3 Interpretasi Peta Topografi
Peta topografi dapat di lakukan beberapa interpretasi, antara
lain interpretasi seperti jurus dan kemiringan perlapisan batuan,
morfologi, litologi, struktur geologi dan pola pengaliran dari sungai.
a. Interpretasi jurus dan kemiringan perlapiasan batuan
Interpretasi jurus perlapisan batuannya didasarkan pada
arah kecenderungan dari garis kontur dan spasi konturnya.
Dimana arah kemiringan umumnya mengarah ke arah spasi
kontur yang renggang.
b. Interpretasi Morfologi
Morfologi dari suatu daerah pada peta topografi dapat
terlihat sehingga dapat dilakukan interpretasi. Hal tersebut
fdapat dilihat berdasarkan pada rapat dan renggangnya suatu
kontur pada peta topografi.
Apabila terdapat suatu bentuk morfologi perbukitan dimana
pada salah satu lereng bukitnya landai (kerapatan kontur
jarang) dan dibagian sisi lereng lainnya terjal, maka
ditafsirkan kemiringan (arah “dip”) lapisan tersebut ke arah
bermorfologi lereng yang landai, morfologi yang demikian
dikenal sebagai Hog back.
Apabila suatu daerah bermorfologi perbukitan, dimana
punggungan bukitnya saling sejajar dan dipisahkan oleh
lembah sungai, maka kemungkinan daerah tersebut
merupakan perbukitan struktural lipatan-anjakan.
Apabila suatu daerah bermorfologi pedataran, maka batuan
penyusunnya dapat berupa aluvium atau sedimen lainnya
yang mempunyai kemiringan bidang lapisan relatif
horizontal. Kondisi ini umumnya menunjukan bahwa umur
batuan masih muda dan relatif belum mengalami derformasi
akibat tektonik (lipatan dan sesar belum berkembang).
60
c. Interpretasi Struktur Geologi
Peta topografi dapat digunakan untuk interpretasi
struktur geologi, seperti struktur patahan/sesar dan perlipatan.
Interpretasi Patahan/Sesar
Patahan / Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya
pola kontur rapat yang menerus lurus, kelurusan sungai dan
perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan perbukitan
atau sungai, dan pola aliran sungai parallel dan rectangular.
61
Gambar 5.3. Kenampakan pergeseran bukit sebagai indikasi
sesar pada peta topografi (Djauhari Noor, 2012)
Interpretasi Perlipatan
Perlipatan umumnya ditunjukan oleh pola aliran
sungai trellis atau parallel, dan adanya bentuk-bentuk dip-
slope, yaitu suatu kontur rapat dibagian depan yang
merenggang makin kearah belakang. Jika setiap bentuk dip-
slope ini diinterpretasikan untuk seluruh peta, muka sumbu-
sumbu lipatan akan dapat diinterpretasikan.
62
Gambar 5.5. Contoh garis kontur sebagai indikasi lipatan
antiklin pada peta topografi
Sumber : Google Maps
63
sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batas‐ batas
lapisan akan mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan
terhadap peta topografi. Aturan yang dipakai adalah, bahwa suatu
batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut
merupakan perpotongan antara ketinggian (dalam hal ini dapat
dipakai kerangka garis kontur) dengan lapisan batuan (dalam hal ini
dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian yang sama.
Gambar 5.6. Aturan kedudukan lapisan batuan pada peta topografi (Djauhari
Noor, 2012)
64
Aturan ini dapat dipakai untuk menggambarkan penyebaran
batuan dipermukaan dengan mencari titik‐ titik tersebut, apabila
jurus‐ jurus untuk beberapa ketinggian dapat ditentukan.
Sebaliknya, dari suatu penyebaran singkapan dapat pula ditentukan
kedudukan lapisan dengan mencari jurus - jurusnya. Sehubungan
dengan ini terdapat suatu keteraturan antara bentuk topografi,
penyebaran singkapan dan kedudukan lapisan. Pada suatu bentuk
torehan lembah, keteraturan ini mengikuti Hukum V.
65
(Sumber : Buku Structural Planes and Topography, 1985)
66
Gambar 5.8. Kenampakan Kedudukan lapisan batuan pada penampang
(Djauhari Noor, 2012)
67
tersebut berada di atas batulempung. Petatopografi dan posisi x
diketahui.
Penyelesaian:
Lihat gambar 11.18 dan urutan penyelesaian sebagai berikut:
1. Buat garis SS’ yang sejajar dengan jurus (Strike) lapisan
batuan yang melewati titik X.
2. Buat garis tegak lurus SS’ sebagai garis AB dan berpotongan
di C (Ketinggian 800 meter)
3. Buat garis melalui C dan menyudut terhadap garis AB dengan
sudut sebesar kemiringannya (dip = 200), dan kemudian buat
gars CE
4. Pada garis SS’ buat skala sesuai dengan ketinggiannya, mulai
dari titik C dan ke arah luar semakin kecil sesuai dengan skala
peta tersebut
5. Buat garis melalui titik-titik ketinggian tersebut sejajar dengan
garis AB dan berpotongan dengan garis CE pada titik-titik
tertentu
6. Dari titik tersebut buat garis sejajar jurus (strike) lapisan
hingga berpotongan dengan garis kontur
7. Buat titik perpotongan garis tersebut dengan kontur yang
mempunyai ketinggian yang sama sebagai titik sama tinggi
8. Hubungkan titik-titik tersebut dari masing-masing ketinggian
sehingga membentuk pola penyebaran singkapan
68
Gambar 5.9. Mencari pola singkapan (Billings, 1977). Diketahui
kedudukan lapisan batuan di X adalah N900E/200. Pola sebaran singkapan
yang diharapkan (tanpa adanya gangguan struktur) akan diperlihatkan oleh
garis tebal yang melewati garis-garis kontur
70
4. Tepat di titik per potongan antara garis
penampang dan kontur pada peta, tarik garis ke
bawah untuk dihubungkan ke grafik/diagram,
sehingga dihasilkan titik per potongan
ketinggian pada grafik ketinggian.
71
5. Hubungkan titik-titik per potongan pada grafik
ketinggian sehingga dihasilkan pola bentuk bumi
sesungguhnya.
72
BAB VI
STRATIGRAFI TERUKUR
6.1 Pengertian
Penampang stratigrafi terukur (measured
stratigraphic section) adalah suatu penampang atau kolom
yang menggambarkan kondisi stratigrafi suatu jalur, yang
secara sengaja telah dipilih dan telah diukur untuk
mewakili daerah tempat dilakukannya pengukuran
tersebut. Jalur yang diukur tersebut dapat meliputi satu
formasi batuan atau lebih.
Sebaliknya pengukuran dapat pula dilakukan
hanya pada sebagian dari suatu formasi, sehingga hanya
meliputi satu atau lebih satuan lithostratigrafi yang lebih
kecil dari formasi, misalnya anggota atau bahkan hanya
beberapa perlapisan saja .
6.2 Tujuan
Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan
stratigrafi.
Mendapatkan data litologi terperinci dari urutan-urutan
perlapisan suatu satuan stratigrafi.
Menandai posisi stratigrafi (tepat & akurat) per contoh
batuan dan fosil.
Mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi
antar satuan batuan dan urutan-urutan sedimentasi
dalam arah vertikal secara detail, untuk menafsirkan
lingkungan pengendapan.
73
6.3 Metode Penyusunan Kolom Litologi
Macam Metode :
1. Hasil pengamatan di lapangan (Data Primer)
2. Menyusun kembali hasil pemboran (Data Sekunder) :
Core (Inti Pemboran)
Cutting Pemboran
74
tongkat sampai pada posisi yang diinginkan yaitu
posisi tongkat tegak lurus pada bidang perlapisan.
Tandai arah bidikian clinometer pada singkapan
kemudian catat tebal lapisan pada buku lapangan.
Perhatikan kenampakan khusus pada singkapan,
misal endapan placer, batubara dan lain-lain.
Lakukan hal yang sama sampai titik paling akhir
yang ditentukan.
Ketebalan keseluruhan penyusun kolom litologi
adalah jumlah ketebalan masing-masing segmen.
Pengukuran dengan tongkat jacob dapat dilakukan
sendiri namun lebih baik dilakukan berdua.
75
Gambar 6.2 Aktivitas pengukuran stratigrafi terukur (Djauhari
Noor, 2012)
2. Rentang Tali
Metode ini juga sering disebut dengan istilah
Brunton and Tape (Coumpton, 1985). Metode ini
sangat sederhana dengan menggunakan tali meter 5
meter atau lebih. Pada metode ini, rentangan tali
sebagai pengganti jacob dan kompas geologi sebagai
pengganti klinometer.
Pengukuran dengan metoda ini akan langsung
menghasilkan ketebalan sesungguhnya hanya apabila
dipenuhi syarat sebagai berikut:
Arah rentangan tali tegak lurus pada jalur
perlapisan.
76
Arah kelerengan dari tebing atau rentangan tali
tegak lurus pada arah kemiringan.
Diantara 2 ujung rentangan tali tidak ada
perubahan jurus maupun kemiringan.
Prosedur Pengukuran :
Melakukan orientasi lapangan.
Memilih jalur lintasan yang arah yang tegak lurus
strike perlapisan (singkapan dengan keadaan baik
dan fresh).
Pengukuran penampang stratigrafi dapat
dilakukan pada topografi bagian atas atau bawah.
Untuk efektivitas dilakukan pada topografi bawah
(patokan awal).
77
Gambar 6.5 Posisi pengukuran pada daerah datar (Djauhari
Noor, 2012)
78
Gambar 6.6 Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan
kemiringan (Djauhari Noor, 2012)
79
Gambar 6.7 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan
dengan kemiringan lapisan (Djauhari Noor, 2012)
80
Gambar 6.8 Cara pengukuran arah dan penunjaman lineasi
(struktur garis)
3. Data Sekunder
Dalam kasus ini pembuatan kolom litologi
dilaksanakan memanfaatkan data sekunder yaitu
dengan melakukan pemboran dangkal ataupun
pemboran dalam. Proses coring harus selalu dilakukan
pada interval kedalaman tertentu. Apabila hal ini
dilakukan maka akan memakan waktu yang cukup
lama sehingga akan memperbesar biaya eksplorasi.
Untuk mengatasi hal tersebut (terutama apabila
terpaksa dilakukan dengan pemboran dalam, seperti
dalam eksplorasi minyak dan gas bumi atau panas
bumi). Maka penyusunan kolom litologi dilakukan
berdasarkan atas hasil pemeriksaan cuting (keratan
hasil pemboran) yang terbawa ke permukaan bersama
dengan lumpur bor. Dalam eksplorasi minyak dan gas
bumi serta panas bumi, tugas ini dilaksanakan oleh
81
wellsite geologist yang bertugas untuk menyusun log
litologi dari sumur eksplorasi.
Cuting merupakan keratan batuan, informasi yang
diperoleh darinya antara lain struktur sedimen, tebal
masing-masing lapisan batuan, warna batuan,
kandungan fosil, tidak selengkap seperti pada
singkapan yang ada di permukaan topografi. Cuting
telah berhasil dinaikkan bersama lumpur bor kemudian
dipisahkan dan ditempatkan pada kantong contoh
diberi label serta disusun secara stratigrafis pada kotak
kayu yang telah disediakan khusus untuk kepentingan
tersebut.
82
Gambar 6.9 Contoh Deskripsi Core Hasil Pemboran
83
Daerah sasaran tidak terganggu oleh struktur geologi.
Pengukuran dengan tegak lurus strike untuk melihat
adanya suatu variasi litologi dan menghindari koreksi
ketebalan.
Sesuaikan dengan kebutuhan dalam menggunakan
metode pengukuran stratigrafi baik tongkat jacob atau
rentangan tali.
84
85
86
87
Gambar 6.5 Sketsa kolom stratigrafi terukur yang menunjukkan
perlapisan dan struktur sedimen
88
BAB VII
PEMETAAN GEOLOGI
7.1 Pendahuluan
A Penelitian Lapangan
Penelitian Lapangan merupakan suatu kegiatan yang
paling penting karena berkaitan dengan pengumpulan
data lapangan yang merupakan data primer (data utama).
Kualitas dari Penelitian Lapangan dipengaruhi oleh :
2. Kompetensi Geologi (Keahlian Peneliti di Bidang
Geologi)
3. Alat yang Dipakai
4. Kondisi Alam
Pekerjaan geologi ini dilakukan karena beberapa
tujuan, yaitu:
1. Mendapatkan pengetahuan umum mengenai kondisi
geologi suatu daerah
2. Dapat Merekonstruksi sejarah geologi suatu daerah
3. Membuat Peta Geologi
4. Mendeterminasi lingkungan pengendapan
5. Mengetahui persebaran sumberdaya mineral
6. Merekam sejarah deformasi suatu daerah dll.
Oleh karena itu, dibutuhkan lokasi yang baik untuk
dilakukannya pengambilan data, seperti:
Dataran tinggi yang kering – semi kering (rendah
pelapukan)
Semua aliran sungai, terutama gradien sungai
Daerah tambang atau galian
Pemotongan jalan (tebing di sekitar jalan)
Bagian belakang tanah longsor
89
dll.
Untuk mengetahui atau mendeteksi lokasi kita
berada, kita dapat menggunakan metode plotting, atau
dengan bantuan GPS.
Pengamatan geologi perlu dilakukan dengan berbagai
skala, dari pengamatan berskala besar seperti geologi
regional, kemudian lanjut pada lokasi penelitian
mendeskripsi unit-unit pada singkapan, dan pada
akhirnya fokus pada pengamatan batuan conto. Oleh
karena itu, observasi geologi dapat dimulai dengan :
Pra Mapping
Reconnaissance
Melihat secara regional mengenai lokasi
penelitiannya Geologi Regional, Penelitian
terdahulu, Citra, dll)
Syn Mapping
Mendeskripsi unit-unit pada singkapan yang
terdapat pada lokasi penelitian, meliputi aspek
litologi, geomorfologi, struktur geologi, potensi
dan sebagainya.
Post Mapping*
Melakukan pengolahan data dan pembuatan
laporan, serta analisis lebih lanjut terhadap
litologi yang ditemui
Peta Geologi
Peta geologi adalah suatu peta khusus yang
menunjukkan gejala geologi yang ada di suatu daerah. Di
dalamnya terdapat satuan-satuan batuan yang
digambarkan dengan warna tertentu yang menunjukkan
90
dimana mereka tersingkap di permukaan bumi. Perlapisan
batuan dan unsur unsur struktur yang lain seperti sesar,
lipatan, foliasi ditunjukkan dengan simbul-simbul dan
jurus serta kemiringannya.
91
A Penggambaran Peta Geologi
1. Penggunaan warna harus kontras satu dengan yang
lain, tetapi tidak menutup latar belakang
2. Penyebaran semakin luas warna relatif muda, semakin
sempit warna relatif tua
3. Urutan ketebalan garis: batas satuan, jurus /
kemiringan, sumbu lipatan, sesar
4. Untuk peta detail, penggambaran batas supaya
memperhatikan hukum V dll.
92
2. Titik dimana terdapat perbedaan morfologi yang
menyolok
93
5. Titik yang menunjukkan potensi geologi positif dan atau
negatif
94
7. 3 Strategi Pemetaan
Dalam sebuah pemetaan ada baiknya kita menyiapkan
strategi-strategi agar dapat menyelesaikan pemetaan dengan
efisien. Namun, sebelum membuat strategi tersebut ada
baiknya melakukan studi dari penelitian terdahulu dan
kemudian melakukan Reconnaissance untuk mengetahui
persebaran litologi secara umum, struktur geologinya, dan
juga kondisi morfologi dari lokasi pemetaan tersebut.
Seperti yang kita ketahui terdapat tiga jenis batuan secara
umum yaitu:
1. Batuan Beku (Intrusif dan ekstrusif)
2. Batuan Sedimen (Klastik & Non-Klastik)
3. Batuan Metamorf (Foloasi & Non-Foliasi)
Sehingga strategi yang harus dimiliki tentu berbeda pula.
1. Batuan Beku
95
2. Lakukan observasi pada lembahan ataupun sungai
untuk mendapatkan lava ataupun breksi dan juga
dimungkinkan adanya perbedaan litologi
3. Perhatikan morfologi-morfologi yang menunjukkan
adanya sebuah intrusi
4. Dll
2. Batuan Metamorf
96
Strategi Pemetaan Pada Batuan Metamorf:
1. Lakukan Pengamatan Titik Serapat Mungkin dan
temukan kontak sebanyak mungkin
2. Lakukan observasi pada lembahan, galian warga
ataupun hal lain yang diperkirakan dapat
menyingkap batuan metamorf
3. Batuan metamorf merupakan batuan yang terbilang
ke dalam hardrock, sehingga ia akan membentuk
suatu morfologi yang menonjol dibandingkan
dengan yang lain
4. Perhatikan dengan detail dari satu singkapan ke
singkapan lain apakah ada kesamaan atau
perbedaan, baik komposisi atau jenis foliasinya
5. Lakukan pengukuran foliasi di beberapa titik
6. Dll
97
3. Batuan Sedimen
98
2. Tekstur batuannya (ukuran butir, tingkat kekerasan,
sortasi, dll)
3. Komposisi mineral
4. Hubungan dengan batuan samping atau disekitarnya
(kontak)
5. Orientasi bidang (strike/dip)
6. Tebal Setiap lapisan
7. Tingkat Pelapukan
8. Sketsa Singkapan
9. Dll
99
: warna hitam, ketebalan
0.1mm.
100
: Warna hitam,
panjang 2mm, tebal 0.2mm, panjang titik 0.2cm.
101
: Warna hitam,
magenta, dan kuning. Tebal 0.5 mm, panjang
garis kuning Jalan tol 15mm.
l) Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan
utama, dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh dan
kecepatan rata-rata tinggi.
: tebal garis
hitam 0.25mm, dan tebal garis magenta 0.5mm.
102
Simbol Bentuk Geologi
: Warna Hitam,
tebal 0,3 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
103
104
: Warna Hitam,
tebal 0,3 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
105
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
106
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
107
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
108
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,4 mm
109
: Warna Hitam,
tebal 0,3 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,3 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,3 mm
110
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
111
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,2 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
112
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
: Warna Hitam,
tebal 0,1 mm
113
7.4.2 Huruf
Jenis dan Ukuran Huruf
114
4 Nama daerah San Serif, Huruf besar, Ukuran 2,0mm
administrasi, yaitu : tegak, medium, hitam.
-kabupaten
5 Nama unsur diluar San serif medium, Ukuran maksimum
tersebut : huruf besar dan kecil, 2,0mm dan ukuran
1,2,3, dan 4 tegak, hitam. minimum 1,5mm.
Singkatan Huruf
Satuan kronostratigrafi pada peta geologi ditunjukkan
dengan singkatan hurup (Gambar 3.1).
1). Huruf pertama (hurup besar) menyatakan jaman, misalnya
P untuk Perem, TR untuk Trias, T untuk Tersier.
2) Huruf kedua (hurup kecil) menyatakan seri, misalnya Tm
berarti kala Miosen dalam jaman Tersier.
3) Huruf ketiga (hurup kecil) menyatakan nama formasi atau
satuan litologi, misalnya Tmc berarti Formasi Cipluk
berumur Miosen.
4) Hurup Keempat (hurup kecil) menyatakan jenis litologi atau
satuan peta yang lebih rendah (anggota), misalnya Tmcl
berarti anggota batugamping Formasi Cipluk yang berumur
Miosen.
5) Hurup kelima digunakan hanya untuk batuan yang
mempunyai kisaran umur panjang, misalnya Tpokc berarti
Anggota Cawang Formasi Kikim berumur Paleosen-
Oligosen.
6) Huruf pT (p kecil sebelum T besar ) digunakan untuk
singkatan umur batuan sebelum Tersier yang tidak diketahui
umur pastinya.
115
7) Untuk batuan yang mempunyai kisaran umur panjang,
urutan singkatan umur berdasarkan dominasi umur batuan,
misalnya QT untuk batuan berumur Tersier hingga Kuarter
yang didominasi batuan berumur Quarter; JK untuk batuan
berumur Jura hingga Kapur yang didominasi batuan
berumur Jura.
8) Batuan beku dan malihan yang tak terperinci susunan dan
umurnya cukup dinyatakan dengan satu atau dua buah
hurup, misalnya a untuk andesit, b untuk basal, gd untuk
granodiorit, um untuk ultramafik atau ofiolit dan s untuk
sekis.
9) Batuan beku dan malihan yang diketahui umurnya
menggunakan lambang hurup jaman, misalnya Kg berarti
granit berumur Kapur.
10) Pada peta geologi skala kecil, himpunan batuan cukup
dinyatakan dengan hurup di belakang lambang era, jaman
atau sub-jaman; misalnya Pzm berarti batuan malihan
berumur Paleozoikum, Ks berarti sedimen berumur Kapur,
Tmsv berarti klastika gunungapi berumur Miosen, Tpv
berarti batuan gunungapi berumur Paleogen, Tni berarti
batuan terobosan berumur Neogen. Satuan bancuh
dinyatakan dengan notasi m.
7.4.3 Warna
Warna dipakai untuk membedakan satuan peta
geologi, dipilih berasaskan jenis batuan, umur satuan
dan satuan geokronologi.
Tata Warna
116
Warna yang dipilih untuk membedakan satuan
batuan sedimen dan endapan permukaan
sepenuhnya menganut sistem warna berdasarkan
jenis litologi. Untuk membedakan beberapa satuan
seumur dapat digunakan corak .
Batuan malihan dibedakan berdasarkan (1) derajat
dan fasies serta (2) umur nisbi batuan pra-malihan
dan litologi. Tata warna batuan malihan sama
dengan batuan sedimen atau mengunakan bakuan
warna khusus.
Warna batuan beku menyatakan tingkat keasaman
atau juga dapat berupa luasan daerahnya.
Batuan gunungapi yang berlapis dan dan diketahui
umurnya, mengikuti tata warna untuk batuan
sedimen. Perbedaan litologi untuk lahar, breksi
gunungapi dan tuf dinyatakan dengan corak.
Atas dasar pertimbangan keilmuan atau prospek
ekonomi, beberapa hal yang menonjol seperti
batuan terubah, derajat pemalihan atau persifatan
khusus lainnya, pada peta geologi dapat disajikan
secara khusus, di luar yang diuraikan.
117
Gambar 7.1 Singkatan Huruf satuan
kronostratigrafi pada
peta geologi. (SNI Penyusunan Peta Geologi,
1998)
118
Penggunaan Aturan Warna
Aturan Warna yang digunakan Menurut USGS yaitu
menggunakan pengaturan warna CMYK (Cyan, Magenta,
Yellow, Key) dan juga RGB (Red, Green, Blue). CMYK
adalah proses pencampuran pigmen warna antara tinta cyan,
magenta, kuning, dan warna hitam. Dengan pengaturan
warna sebagai berikut :
119
Gambar 7.2 Cara Pengunaan Aturan Warna CMYK dengan
Perangkat Lunak CorelDraw
120
Warna Litologi
Batuan Beku
Pewarnaan Batuan beku berdasarkan tingkat
keasaman dan luas cakupan litologi. Semakin asam
batuan digunakan tingkat warna merah. Sedangkan
jika menurut luas daerah, batuan dengan area luasan
yang besar menggunakan warna jenuh (merah), dan
warna dengan area luasan kecil semakin berwarna
terang.
Batuan Sedimen
Pewarnaan Batuan sedimen berdasarkan Jenis
Litologi.
121
Gambar 7.5 Kode Warna RGB Batuan
Sedimen (USGS, 2004. Selection of Colors
and Patterns for Geologic Maps)
Batuan Metamorf
Pewarnaan Batuan metamorf berdasarkan (1)
derajat dan fasies serta (2) umur nisbi batuan pra-
malihan dan litologi.
122
Gambar 7.6 Kode Warna RGB
Batuan Metamorf
(USGS, 2004. Selection of Colors and
Patterns for Geologic Maps)
123
Gambar 7.7 Corak Dasar Peta Geologi
(SNI Penyusunan Peta Geologi, 1998)
124
125