Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

1. Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus


Varisela-zoster yang bersifat terlokalisir, terutama menyerang orang dewasa
dengan ciri berupa nyeri radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel yang
tersebar sesuai dermatom yang diinervasi 1,2 oleh satu ganglion saraf
sensoris.Insidensi HZ 1,5-3 orang per 1000 penduduk pada semua usia dan 7-11
orang per 1000 penduduk per tahunnya pada usia lebih 160 tahun di Eropa dan
Amerika Utara. Terdapat lebih dari 1 juta kasus HZ di Amerika Serikat setiap
tahunnya, dengan rata-rata 3-4 kasus per 1000 penduduk. Beberapa penelitian
menyebutkan terjadinya peningkatan insidensiHZ. Pasien yang tidak mendapat
vaksin yang berusia sekitar 85 tahun memiliki risiko; mengalami HZ sebanyak
50%, dan kurang lebih 3% 2pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.
1.Faktor risiko terjadinya HZ adalah usia tua dan disfungsi imunitas
seluler. Pasien dengan supresi imun memiliki risiko 20-100 kali lebih besar
dibanding pasien imunokompeten. Keadaan imunosupresi yang berhubungan
dengan risiko terjadinya HZ adalah infeksi HIV (Human immunodeficiency
virus), pasien yang menjalani transplantasi organ, leukemia, limfoma, radioterapi,
kemoterapi, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Faktor lain yang
dilaporkan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya HZ adalah jenis kelamin
perempuan, adanya trauma fisik pada 1dermatom yang terkena dan tindakan
pembedahan.Episode kedua HZ jarang terjadi pada pasien imunokompeten, episode
ketiga lebih jarang.
2.HZ cenderung menyerang orang pada usia lanjut dan penderita penyakit
imunosupresif seperti penderita HIV/AIDS, leukemia, lupus, limfoma, dan orang berusia
diatas 60 tahun. Kejadian HZ meningkatseiring dengan bertambahnya usia, di mana lebih
dari 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan kurang dari 10% di bawah 20
tahun. Kira-kira 30% populasi (1 dari 3 orang) akan mengalami HZ selama hidupnya,
bahkan pada usia 85 tahun, 50% (1 dari 2 orang) akan mengalami HZ. Insiden HZ pada
anak-anak adalah 0,74 per 1000 orang per tahun. Insiden ini meningkat menjadi 2,5 per
1000 orang di usia 20-50 tahun, 7 per 1000 orang di usia lebih dari 60 tahun dan
mencapai 10 per 1000 orang per tahun di usia 80 tahun.Meningkatnya usia setelah
terinfeksi cacar air menimbulkan reduksi pada imunitas terhadap VZV yang berhubungan
dengan kemampuan proteksi terhadap HZ
3. Salah satu komplikasi tersering dan serius adalah neuralgia pascaherpetika,
yaitu nyeri yang menetap setelah 3 bulan lesi herpes zoster sembuh, atau lebih dari 120
hari sejak pertama kali munculnya lesi herpes zoster.3 Neuralgia pascaherpetika dapat
menetap
selama bertahun-tahun, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, dan menurunkan kualitas
hidup. Penggunaan obat antivirus dapat mengurangi beratnya gejala dan durasi,
akan tetapi tidak dapat mencegah timbulnya neuralgia pascaherpetika.4 Analgetika sering
tidak adekuat untuk mengatasi neuralgia pascaherpetika. Sering timbulnya efek
samping pada orang tua turut membatasi penggunaan obat-obat tersebut.5 Vaksinasi
herpes zoster menjadi strategi efektif untuk mengurangi insidens herpes zoster serta
komplikasinya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi.
Herpes zozter atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan
manifestasi erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematosa
disertai nyeri radukuler unilateral yang umumnya terbatas di satu
dermatom. Herpes zoster merupakan manifestasi rekativitas infeksi laten
endoge virus varisela zoster didalam neuro ganglion sensorik radiks
dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf autonomik yang
menyebar kejaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama. 4

2. Epidemiologi
Penyakit herpes zoster terjadi sporadis sepanjang tahun tanpa mengenal
musim. Insidensinya 2-3 kasus per-1000 orang/tahun. Insiden dan
keparahan penyakit meningkat dengan bertambah usia. Lebih dari
setengah jumlah keseluruhan kasus dilaporkan terjadi pada usia lebih dari
60 tahun dan komplikasi terjadi hampir 50% di usia tua. Jarang dijumpai
pada usia dini, bila tejadi, kemungkinan dihubungkan dengan varisela
maternal saat kehamilan, resiko penyakit meningkat dengan adanya
keganasan, atau dengan transplasntasi sumsum tulang/ginjal atau infeksi
HIV. Tidak terdapat predileksi gender. Penyakit ini bersifat menular
namun daya tularnya kecil bila dibandingkan dengan varisela.4
3. Etiologi
Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air (chicken
pox) dan herpes zoster (shingles). VZV memiliki klasifikasi taksonomi sebagai
berikut:8
Kelas : Kelas I (dsDNA)
Famili : Herpesviridae
Upafamili : Alphaherpesvirinae
Genus : Varicellovirus
Spesies : Human herpes zoster
Varicella zoster adalah virus yang hanya dapat hidup di manusia dan
primata (simian). Pertikel virus (virion) varicella zoster memiliki ukuran 120-300
nm. Virus ini memiliki 69 daerah yang mengkodekan gen tertentu sedangkan
genom virus ini berukuran 125 kb (kilo-basa). Komposisi virion adalah berupa
kapsid, selubung virus, dan nukleokapsid yang berfungsi untuk melindungi inti
berisi DNA double stranded genom. Nukleokapsid memiliki bentuk ikosahedral,
memiliki diameter 100-110 nm, dan terdiri dari 162 protein yang dikenal dengan
istilah kapsomer. Virus ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan
menjadi tidak berbahaya apabila bagian amplop virus ini rusak. Penyebaran virus
ini dapat terjadi melalui pernapasan dan melalui vesikel pada kulit pada penderita

4. Patogenesis.

Kemakanisme reaksivitas virus varicella zoster laten belum jelas dideuga


berhubungan dengan imunosupresi, stres, emosional, trauma lokal. Yang
paling penting adalah penurunan imunitas seluler spesifik terhadap virus
varisela zoster seiring menigkatnya usia. Virus melakukan multiplikasi
dan menyebar melalui gangglion menyebabkan nekrosis saraf dan
menyababkan inflamasi, bersama dengan dengan neuralgia berat. Virus
kemudian menyebar ke saraf sensorik menyebabkan neuritis dan keluarn
melalui ujung saraf sensorik menuju kulit menyebabkan vesikel
berkelompok yang khas. Reaksi virus varisela zoster dapat terjadi lebih
banyak pada orang dewasa dengan infeksi HIV.5
Patogenesis dari herpes zoster belum diketahui secara pasti. Ketika
terinfeksi varisella, VZV menyebar dari lesi di kulit dan mukosa ke saraf
sensoris akhir dan dibawa secara sentripetal dari serabut sensorik ke
ganglion sensorik. Di dalam ganglion infeksi laten terjadi di neuron
sensorik dan virus bertahan dengan tenang dan tidak merusak (tidak
infeksius dan bermultiplikasi). Herpes zoster optlamika disebabkan oleh
reaktivasi virus varisela zoster, dari infeksi yang biasa terjadi pada anak –
anak. Sebagian besar anak (dan dewasa) yang pernah mengalami cacar air
tidak sembuh sempurna dari infeksi virus ini. Virus menjadi dorman,
berdiam di satu atau lebih ganglion saraf dalam tubuh. Pada banyak orang,
virus tetap dorman selamanya tanpa pernah menimbulkan masalah. Pada
beberapa orang, virus mengalami reaktivasi. Pada poin ini, virus berjalan
menuju bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut. Setelah
mencapai kulit, virus menyebabkan nyeri, dan vesikel. Ciri khas
penampakkan dari lesi ini adalah batas pada area yang tegas pada kulit,
berbeda dengan cacar air, yang menyebar ke seluruh kulit. Bila proses ini
terjadi pada saraf yang mengurus kulit daerah kelopak mata atas, kepala
depan, dan kulit kepala, maka kondisi ini dinamakan herpes zoster
optalmika. Kadang – kadang reaktivitas virus zoster tanpa sebab yang
jelas, sementara dapat juga karena akibat dari kondisi yang lain. Kondisi
yang dapat mengakibatkan reaktivasi dari virus herpes ini termasuk,
bertambahnya usia, AIDS, atau imunosupresi karena sebab yang lain.6

Varicella dan herpes zoster A. Selama infeksi (varicella dan cacar air) primer
varicella-zoster virus (VZV) virus menginfeksi ganglia sensoris. B. VZV tetap
dalam fase laten dalam ganglia untuk kehidupan C. Indiviual dengan fungsi
kekebalan tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam ganglia sensoris, turun
melalui saraf sensorik, dan direplikasi di kulit.(3)
5. Manifestasi Klinik
Gejala Prodromal
Berlangsung 1-5 hari. Keluhan biasanya diawali
dengan nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi dan
dapat berlangsung dalam waktu yang bervariasi. Nyeri bersifat
segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau sebagai
serangan yang hilang timbul. Keluhan bervariasi dari rasa
gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi sampai rasa
ditusuk-tusuk7
 Selain nyeri, dapat didahului dengan cegukan atau
sendawa. Gejala konstitusi berupa malaise, sefalgia,yang
biasanya akan menghilang setelah erupsi kulit timbul.
Kadang--kadang terjadi limfadenopati regional7

Erupsi kulit
 Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang di persarafi oleh suatuganglion sensorik.
 Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-
-papul dan dalam waktu 12--24 jam lesi berkembang menjadi vesikel.
Pada hari ketiga berubah

. Stadium krustasi :
Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam
waktu 1-2 minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada
orang tua yang dapat berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat
sementara.

Dermatome Wajah

Anda mungkin juga menyukai