Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL FEBRUARI 2020

“HEMIPARESE”

Disusun Oleh:

Afanny Bijak PAwindu

N 111 17 153

Pembimbing:

dr. Alfrida, M.Kes, Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2020
LEARNING OBJECTIVE

1. Bagaimana penilaian skor gajah mada untuk menentukan stroke?


Jawab:
Algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM), suatu strategi klinik untuk
membedakan stroke perdarahan intraserebral dengan stroke iskemik akut atau infark
pada stroke fase akut. Pada Algoritma stroke Gadjah Mada, mempunyai validitas
eksternal yang tinggi sebagai suatu strategi klinik untuk membedakan stroke
perdarahan intraserebral dengan stroke iskemik akut atau stroke infark.
Algoritma Stroke Gadjah Mada merupakan suatu strategi klinik untuk
membedakan stroke perdarahan intraserebral dengan stroke iskemik pada fase akut
yang pada dasarnya bahwa Algoritma Stroke Gadjah Mada menilai 3 variabel.
Ketiga variable yang dinilai adalah: Tingkat kesadaran, nyeri kepala dan
refleks babinski.

Gambar 1. Algoritma Stroke Gadjah mada

Perdarahan intraserebri jika :


 Terdapat 2 atau 3 dari variable yang dinilai.
 Penurunan kesadaran (+), nyeri kepala dan refleks babinski (-)
 Penurunan kesadaran dan refleks babinski (-), nyeri kepala (+)

Infark serebri jika :

 Penurunan kesadaran dan nyeri kepala (-), refleks babinski (+)


 Penurunan kesadaran, nyeri kepala dan refleks babinski (-)
2. Bagaimana penatalaksanaan kasus stroke hemorragik dan stroke non hemorragik?
Jawab:
Terapi umum :
 Antihipertensi (indikasi = AH tahap 1 untuk HT ringan, sedang, berat; terpilih
untuk HT dengan DM, dislipidemia, nefropati DM)
ACE inhibitor : captopril 25-100 mg per hari 2x1
 Piracetam (vasodilatasi dengan cara memodulasi neurotransmisi serebral;
antiiskemik dan dapat mengembalikan perfusi yang abnormal pada kasus
stroke dan demensia; menurunkan kerusakan sel yang diinduksi oleh suatu
jejas iskemik lokal; meningkatkan efektifitas dari fungsi telensefalon otak
melalui peningkatan fungsi neurotransmiter kolinergik)
 Asetylsalisilat acid (NSAID) (hambat sintesis tromboksan A-2 (TXA-2;
menginaktivasi enzim pada trombosit tersebut secara permanen,
penghambatan inilah yang merupakan cara kerja aspirin dalam pencegahan
stroke dan TIA; pada endotel pemb. darah menghambat pembentukan
prostasiklin yg berguna untuk mengurangi agregasi trombosit pada pemb.
darah yg rusak).
Oral 1300 mg/h dibagi 2 atau 4 kali pemberian
Sebagai anti trobosit dosis 325 mg/h cukup efektif dan efek samping sedikit.
 Citicoline (meningkatkan aktivitas pembentukan dari retikular dalam otak
khususnya pada aktivasi sistem retikuler ascending yg erat kaitannya dengan
proses kesadaran, meningkatkan aktivitas dari sistem piramidal dan
memperbaiki paralisis motorik dan meningkatkan aliran oksigen dan
metabolisme serebral).
Dosis 100 mg sampai 500 mg, 1-2 kali IV
Neurodex (pencegahan dan penyembuhan def. Vitamin, neurotropik,
gangguan pada sistem saraf seperti neuralgia, neuritis perifer, polineuritis,
parestesia).

Tatalaksana SPESIFIK (STROKE ISKEMIK)


 Tatalaksana HT (sebagian besar 70-90% pasien stroke mengalami peningkatan
TD sistolik 140/90 mmHg; maka harus diturunkan 15-20%
 Tatalaksana pengaturan gula darah (hindari kadara gula darah > 150 mg/dL;
hindari pemberian larutan glukosa dlm 24 jam pertama setelah stroke;
pemberian insulin drip IV kontinyu selama 2-3 hr pertama)
 Trombolitik (rTPA; dosis 0.9 mg/kg to a 90 mg max; 10% bolus
direkomendasikan untuk pasien dgn presentasi stroke antara 3-4,5 jam)
 Antitrombosit (aspirin; dosis 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan
stroke; pada pasien alergi aspirin dapat diganti klopidogrel 75 mg/hr)
 Neuroprotektor (citikolin; dosis awal 2x1000 mg IV selama 3 hari
dilanjutkan 2x1000 mg PO selama 3 minggu)

Tatalaksana spesifik (STROKE HEMORRAGIC)


 Tatalaksana medik perdarahan intrakranial (penggantian faktor koagulasi
dan trombosit jika pasien mengalami defisiensi; jika ada gang. Koagulasi
berikan Vit. K 10 mg IV atau fresh frozen plasma 2-6 unit; heparin
subkutan dapat diberikan jika perdarahan telah berhenti sbg pencegahan
tromboemboli vena)
 Kontrol TD dan gula darah
 Pemberian anti epileptik bila kejang (diazepam 5-20 mg bolus lambat IV,
diikuti fenitoin 15-20 mg/kg bolus dg kecepatan max 50 mg/mnt )
 Rawat ICU jika vol. Hematom > 30 ml
 Perdarahan intraventrikuler dengan hirosephalus
 Keadaan klinis yg cenderung memburuk

Anda mungkin juga menyukai