Anda di halaman 1dari 26

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PSAK PENGARUH PERUBAHAN KURS


10 VALUTA ASING

Hak cipta CI 2014, Ikatan Akuntan Indonesia


Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang menerjemahkan, mencetak
ulang, memperbanyak, atau menggunakan sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik, mekanik atau can
lainnya, yang saat ini diketahui atau nanti ditemukan, termasuk
menggandakan dan mencatat, atau menyimpan dalam sistem penyimpanan
dan penyediaan informasi, tanpa izin tertulis dari Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia tidak bertanggungjawab atas kerugian yang dialami
oleh pihak yang melakukan atau menghentikan suatu tindakan dengan
mendasarkan pada materi dalam buku ini, baik kerugian yang disebabkan
oleh kelalaian atau hal lainnya.
Sanksi Pelanggaran Pasal 72:
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat I (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta sebag-ai mana dimaksud dalam ayat (1),
dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Hak Cipta © 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


PENGANTAR

PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing telah disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 23 Maret 2010.
PSAK 10 ini merevisi PSAK 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing
yang telah dikeluarkan pada tanggal 7 September 1994.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

Jakarta, 23 Maret 2010


Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Rosita Uli Sinaga Ketua
Roy Iman Wirahardja Wakil Ketua
Etty Retno Wulandari Anggota
Merliyana Syamsul Anggota
Meidyah Indreswari Anggota
Setiyono Miharjo Anggota
Saptoto Agustomo Anggota
Jumadi Anggota
Ferdinand D. Purba Anggota
Irsan Gunawan Anggota
Budi Susanto Anggota
Ludovicus Sensi Wondabio Anggota
Eddy R. Rasyid Anggota
Liauw She Jin Anggota
Sylvia Veronica Siregar Anggota
Fadilah Kartikasasi Anggota
G. A. Indira Anggota
Teguh Supangkat Anggota

Hak Cipta © 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


PENGANTAR PENYESUAIAN

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian atas


PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing pada tanggal 27
Agustus 2014.

Jakarta, 27 Agustus 2014


Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Rosita Uli•Sinaga Ketua
Danil S. Handaya Wakil Ketua
Djohan Pinnarwan Wakil Ketua
Setiyono Miharj o Anggota
Irsan Gunawan Anggota
Budi Susanto Anggota
Sylvia Veronica Siregar Anggota
Patricia Anggota
Lianny Leo Anggota
Teguh Supangkat Anggota
I. B. Aditya Jayaantara Anggota
P. M. John L. Hutagaol Anggota
Kristianto Andi Handoko Anggota

Hak Cipta © 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


PERBEDAAN DENGAN IFRSs

PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing mengadopsi seluruh


pengaturan dalam IAS 21 The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates per
efektif 1 Januari 2014, kecuali:

1. IAS 21 paragraf 3 tentang ruang lingkup tidal( mengadopsi acuan ke


SIC 7 Introduction of the Euro karena SIC 7 tidak diadopsi.

2. IAS 21 paragraf 19 tentang laporan keuangan tersendiri dengan


menambahkan pengaturan laporan keuangan tersendiri sebagai lampiran
sesuai dengan pengaturan dalam PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri.

3. IAS 21 paragraf 38 tentang translasi ke mata uang penyajian dengan


menambahkan kalimat "pada umumnya mata uang penyajian di
Indonesia adalah rupiah" untuk disesuaikan dengan kondisi di Indonesia
karena mata uang nasional adalah rupiah.

4. IAS 21 paragraf 58 tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi.

5. IAS 21 paragraf 58A, 60A, dan 60B tentang tanggal efektif tidak
diadopsi karena tidak relevan.

6. PSAK 10 paragraf 60a tentang ketentuan transisi untuk kapitalisasi


kerugian selisih kurs akibat devaluasi atau depresiasi luar biasa.

7. PSAK 10 paragraf 60a dan 60b tentang tanggal efektif penyesuaian.

8. IAS 21 paragraf 62 tentang penarikan tidak diadopsi karena tidak relevan.

Hak Cipta © 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


PERBEDAAN DENGAN PSAK 10 (2010)

Berikut adalah perbedaan antara PSAK 10 (2010): Pengaruh Perubahan


Kurs Valuta Asing dengan PSAK 10 (Penyesuaian 2014): Pengaruh
Perubahan Kurs Valuta Asing yang mengadopsi IAS 21 The Effects of
Changes in Foreign Exchange Rates per efektif 1 Januari 2014:

Perihal PSAK 10 (2010) PSAK 10 (Penyesuaian


2014)
Mencakup penjabaran laporan Adopsi PSAK 66 :
keuangan entitas dari kegiatan Pengaturan bersama
Ruang lingkup usaha luar negeri dengan cara menghapus opsi metode
konsolidasi , konsolidasi konsolidasi proposional
(Paragraf 3) proposional , atau metode (huruf b).
ekuitas (huruf b).

Definisi kegiatan usaha luar Definisi kegiatan usaha


negeri mencakup ventura luar negeri mencakup
bersama sesuai definisi PSAK pengaturan bersama
12 : Bagian Partisipasi dalam sesuai definisi PSAK 66.
Ventura Bersama

Definisi Nilai wajar adalah harga


Definisi nilai wajar adalah yang akan diterima
(Paragraf 08) jumlah suatu aset untuk menjual suatu aset
dipertukarkan, atau liabilitas atau harga yang akan
disesuaikan, antara pihak-pihak dibayar untuk
yang berkeinginan dan mengalihkan suatu
memiliki pengetahuan liabilitas dalam transaksi
memadai dalam suat transaksi teratur antara pelaku
yang wajar . pasar pada tanggal
pengukuiran. (Lihat
PSAK 68 : Pengukuran
Nilai Wajar.)
Konteks
entitas pelapor Entitas pelapor dalam konteks Entitas pelapor dalam
dalam PSAK ini mencakup ventura bersama konteks ini mencakup
10 (Paragraf sesuai definisi PSAK 12. pengaturan bersama
11) dan sesuai definisi PSAK 66.
Ringkasan
Pendekatan
yang
Diisyaratkan
Pernyataan ini
(Paragraf 18)
Acuan Laporan
Keuangan Tersendiri
Acuan Laporan Keuangan sesuai dengan PSAK 4 :
Tersendiri sesuai dengan PSAK Laporan Keuangan
4 : Laporan Keuangan Tersendiri. Hal ini
(Paragraf 19) Konsolidasian dan Laporan merupakan dampak
Keuangan Tersendiri adopsi PSAK 65 :
Laporan Keuangan
Konsolidasian dan revisi
PSAK 4.
Hasil dan posisi keuangan
entitas …. Prosedur sebagai Perubahan konsep
berikut : laporan laba rugi
Penjabaran (b) penghasilan dan beban komprehensif atau
dalam Mata untuk setiap laporan laba rugi laporan laba rugi
Uang komprehensif atau laporan laba terpisah menjadi laporan
Penyajian rugi terpisaha yang disajikan laba rugi dan
(termasuk komparatif) penghasilan
(Paragraf 39) dijabarkan menggunakan kurs komprehensif lain,
pada tanggal transaksi; dan sesuai PSAK 1 :
Penyajian
Laporan Keuangan.

Pengakuan
Selisih Kurs
(Paragraf 33) Mengizinkan metode
dan konsolidasi, konsolidai Adopsi PSAK 66
Penjabaran proposional, dan metode menghapus opsi metode
Kegiatan ekuitas konsolidasi proposional.
Usaha Luar
Negeri
(Paragraf 44)
Acuan prosedur konsolidai
(Paragraf 45) normal adalah PSAK 4 : Acuan prosedur
Laporan Keuangan konsolidasi normal
Konsolidasian dan Laporan adalah PSAK 65 :
Keuangan Tersendiri dan Laporan Keuangan
PSAK 12 : Bagian Partisipasi Konsolidasian
dalam Ventura Bersama.

Acuan terhadap PSAK lain


(Paragraf 46) adalah PSAK 4 : Laporan Acuan terhadap PSAK
Keuangan Konsolidasian dan lain adalah PSAK 65 :
Laporan Keuangan Tersendiri, Laporan Keuangan
PSAK 15 : Investasi pada Konsolidasian dan
Entitas Asosiasi dan Ventura PSAK 15: Investasi pada
Bersama dan PSAK 12 : Entitas Asosiasi dan
Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama.
Ventura Bersama

Selain pelepasan seluruh


Pelepasan atau kepentingan entitas pada Sebagai tambahan
Pelepasan kegiatan usaha luar negeri, hal pelepasan seluruh
Sebagian berikut ini dicatat sebagai kepentingan entitas pada
Kegiatan pelepasan walaupun entitas kegiatan usaha luar
Usaha Luar masih memiliki kepentingan negeri, pelepasan parsial
Negeri pada entitas anak, entitas berikut ini dicatat
asosiasi, atau pengendalian sebagai pelepasan :
(Paragraf bersama entitas terdahulu :
48A) a) Hilangnya pengendalian a) Kegiatan pelepasan
pada entitas anak yang sebagian melibatkan
mencakup kegiatan usaha hilangnya
luar negeri; pengendalian pada
b) Hilangnya pengaruh entitas anak yang
signifikan pada entitas mencakup kegiatan
asosiasi yang mencakup usaha luar negeri,
kegiatan usaha luar negeri; terlepas dari apakah
dan entitas masih
c) Hilangnya pengendalian memiliki
bersama pada pengendalian kepentingan
bersama entitas yang nonpengendali pada
mencakup kegiatan usaha entitas anak setelah
luar negeri. pelepasan parsial;
dan
b) Ketika kepentingan
yang masih dimiliki
setelah pelepasan
parsial atas
kepentingan dalam
pengaturan bersama,
atau pelepasan
parsial atas
kepentingan dalam
entitas asosiasi yang
mencakup kegiatan
operasi liar negeri,
merupakan aset
keuangan yang
mencakup kegiatan
operasi luar negeri.

Hak Cipta © 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


DAFTAR ISI
Paragraf
PENDAHULUAN 01-06
Tujuan 01
Ruang lingkup 01-02
Definisi 02-06
Penguraian definisi 03-05
Mata uang fungsional 03-04
Investasi neto dalam kegiatan usaha muar negeri 04-05
Pos moneter 06

RINGKASAN PENDEKATAN YANG DISYARATKAN


PERNYATAAN INI 06-07

PELAPORAN TRANSAKSI VALUTA ASING


ICE DALAM MATA UANG FUNGSIONAL 07-11
Pengakuan awal 07
Pelaporan pada akhir periode pelaporan berikutnya 08-09
Pengakuan selisih kurs 09-11
Perubahan dalam mata uang fungsional 11

PENGGUNAAN MATA UANG PELAPORAN SELAIN


MATA UANG FUNGSIONAL 11-15
Penjabaran dalam mata uang penyajian 11-13
Penjabaran kegiatan usaha luar negeri 13-14
Pelepasan atau pelepasan sebagian kegiatan usaha luar negeri 14-15

PENGARUH PAJAK SELURUH SELISIH KURS 15


PENGUNGKAPAN 16-17
TANGGAL EFEKTIF DAN KETENTUAN TRANSISI 17-18
PENARIKAN 18

Hak Cipta © 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING PSAK 10

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 10


PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 10: Pengaruh Perubahan Kurs


Valuta Asing terdiri dari paragraph Seluruh paragraf dalam Pernyataan
ini memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak
dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK
10 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25: Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan memberikan
dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada
panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-
unsur yang tidak material.

PENDAHULUAN

Tujuan

01. Entitas dapat melakukan aktivitas luar negeri dalam dua cara. Entitas
mungkin memiliki transaksi dalam valuta asing atau memiliki kegiatan
usaha luar negeri. Sebagai tambahan, entitas dapat menyajikan laporan
keuangannya dalam valuta asing. Tujuan dari Pernyataan ini menjelaskan
bagaimana memasukkan transaksi dalam valuta asing dan kegiatan usaha luar
negeri ke dalam laporan keuangan entitas dan bagaimana menjabarkan
laporan keuangan Ice dalam mata uang penyajian.

02. Permasalahan utama adalah kurs mana yang digunakan dan bagaimana
melaporkan pengaruh dari perubahan kurs dalam laporan keuangan.

Ruang Lingkup

03. Pernyataan ini diterapkan pada:


(a) akuntansi transaksi dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan
saldo derivative yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
(b) penjabaran hasil dan posisi keuangan dan kegiatan usaha luar negeri
yang termasuk dalam laporan keuangan entitas dengan cara
konsolidasi atau metode ekuitas; dan
(c) penjabaran hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam
mata uang penyajian.

01
04. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran diterapkan
pada beberapa derivatif valuta asing dan, sejalan dengan hal tersebut, hal itu
tidak termasuk dalam ruang lingkup Pernyataan ini. Akan tetapi, derivatif
dalam valuta asing yang tidak termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55,
contohnya (beberapa derivatif dalam valuta asing yang melekat pada kontrak
lain), termasuk dalam ruang lingkup Pernyataan ini. Pernyataan ini juga
diterapkan ketika entitas menjabarkan jumlah yang terkait dengan derivatif
dari mata uang fungsionalnya ke dalam mata uang penyajiannya.

05. Pernyataan ini tidak diterapkan pada akuntansi lindung nilai atas
valuta asing, termasuk lindung nilai investasi neto dalam kegiatan usaha luar
negeri. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
diterapkan pada akuntansi lindung nilai.

06. Pernyataan ini diterapkan pada penyajian laporan keuangan entitas


dalam valuta asing dan mengatur persyaratan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang dideskripsikan sebagai patuh pada Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Untuk penjabaran informasi keuangan ke dalam valuta
asing yang tidak memenuhi persyaratan tersebut, Pernyataan ini
menentukan informasi apa saja yang diungkapkan.

07. Pernyataan ini tidak diterapkan pada penyajian laporan arus kas
untuk arus kas yang timbul dari transaksi dalam valuta asing, atau
penjabaran arus kas dari kegiatan usaha luar negeri (lihat PSAK 2:
Laporan Arus Kas).

Definisi

08. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam


Pernyataan ini:

Investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri adalah jumlah


kepentingan entitas pelapor dalam aset neto dari kegiatan usaha
luar negeri tersebut.

Kegiatan usaha luar negeri adalah entitas yang merupakan


entitas anak, entitas asosiasi, pengaturan bersama atau cabang
dari entitas pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu
negara atau mata uang selain negara atau mata uang entitas
pelapor.

Kelompok usaha adalah suatu entitas induk dan seluruh entitas


anaknya. Kurs adalah rasio pertukaran untuk dua mata uang.
02
Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan. Kurs
spot adalah kurs untuk realisasi segera.

Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan


ekonomi utama dimana entitas beroperasi.

Mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan


dalam penyajian laporan keuangan.

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual


suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan
suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar
pada tanggal pengukuran. (Lihat PSAK 68: Pengukuran Nilai
Wajar.)

Pos moneter adalah unit mata uang yang dimiliki serta aset dan
liabilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit
mata uang yang tetap atau dapat ditentukan.

Valuta asing adalah mata uang selain mata uang fungsional entitas.

Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran


sejumlah tertentu satu mata uang ke dalam mata uang lain pada
kurs yang berbeda.

Penguraian Definisi

Mata Uang Fungsional

09. Lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi adalah


Iingkungan entitas tersebut utamanya menghasilkan dan
mengeluarkan kas. Entitas mempertimbangkan faktor berikut dalam
menentukan mata uang fungsionalnya:
(a) mata uang:
(i) yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa (mata
uang ini seringkali menjadi mata uang yang harga jual
barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan
(ii) dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya
sebagian besar menentukan harga jual barang dan jasa entitas.
(b) mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku,
dan biaya lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali
menjadi mata uang yang mana biaya tersebut didenominasikan dan
diselesaikan).
03
10. Faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti mengenai
mata uang fungsional:
(a) mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan
dihasilkan (yaitu penerbitan instrumen utang dan instrumen
ekuitas).
(b) mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada
umumnya ditahan.

11. Faktor-faktor berikut ini dipertimbangkan dalam menentukan mata


uang fungsional dari kegiatan usaha luar negeri, serta apakah mata
uang fungsionalnya sama dengan mata uang entitas pelapor (entitas
pelapor dalam konteks ini, merupakan entitas yang memiliki
kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas
asosiasi, atau pengaturan bersama):

(a) apakah aktivitas kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan


sebagai perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan
dengan tingkat otonomi signifikan. Contoh aktivitas kegiatan
usaha luar negeri yang dilaksanakan sebagai perpanjangan dari
entitas pelapor adalah ketika kegiatan usaha Iuar negeri hanya
menjual barang yang diimpor dari entitas pelapor dan
mengirimkan hasilnya ke entitas pelapor. Contoh aktivitas
kegiatan usaha luar negeri yang dilaksanakan dengan tingkat
otonomi signifikan adalah ketika kegiatan usaha luar negeri
mengalcumulasikan kas dan pos moneter lain, menimbulkan
beban, menghasilkan penghasilan, dan mengatur pinjaman
yang secara substansial menggunakan mata uang lokalnya.
(b) apakah transaksi dengan entitas pelapor memiliki proporsi yang
tinggi atau rendah dari kegiatan usaha luar negeri.
(c) apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung
mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan siap tersedia untuk
dikirimkan ke entitas pelapor.
(d) apakah arus kas dari aktivitas kegiatan usaha luar negeri
cukup untuk membayar kewajiban utang yang ada ataupun
yang diperkirakan dapat terjadi tanpa adanya dana yang
disediakan oleh entitas pelapor.

12. Jika indikator tersebut bercampur dan mata uang fungsional


tidak jelas, maka manajemen menggunakan pertimbangannya untuk
menentukan mata uang fungsional yang paling tepat
menggambarkan pengaruh ekonomik dari transaksi, peristiwa,
dan kondisi yang mendasari. Sebagai bagian dari pendekatan ini,
manajemen memberikan prioritas pada indikator utama di paragraf 09
04
sebelum mempertimbangkan indikator di paragraf 10 dan 11 yang
dibuat untuk memberikan tambahan bukti pendukung dalam
menentukan mata uang fungsional.

13. Mata uang fungsional entitas mencerminkan transaksi,


peristiwa, dan kondisi mendasari yang relevan. Sejalan dengan hal
tersebut, sekali ditentukan, mata uang fungsional tidak berubah
kecuali ada perubahan pada transaksi, peristiwa, dan kondisi
mendasari tersebut.

14. Jika mats uang fungsional adalah mata uang dari ekonomi
hiperinflasi, maka laporan keuangan entitas disajikan kembali
sesuai dengan PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi
Hiperinflasi. Entitas tidak dapat menghindari penyajian kembali sesuai
dengan PSAK 63 dengan cara, sebagai contoh, pemakaian sebagai
mata uang fungsionalnya suatu mata uang selain mata uang
fungsional yang ditentukan sesuai dengan Pernyataan ini (seperti mata
uang fungsional entitas induknya).

Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri

15. Entitas mungkin memiliki pos moneter yang merupakan tagihan


dari atau utang kepada kegiatan usaha Iuar negeri. Pos yang
penyelesaiannya tidak direncanakan ataupun mungkin tidak akan
terjadi di masa depan, pada hakekatnya adalah bagian dari
investasi neto entitas dalam kegiatan usaha luar negeri, dan
diperlakukan sesuai dengan paragraf 32 dan 33. Pos moneter
tersebut dapat berupa piutang atau utang jangka panjang. Pos
moneter ini tidak mencakup piutang usaha atau utang usaha.

15A. Entitas yang memiliki pos moneter yang merupakan tagihan


dari atau utang kepada kegiatan usaha Juan negeri seperti
dideskripsikan di paragraf 15, dapat merupakan entitas anak mana
pun dari suatu kelompok usaha tertentu. Sebagai contoh, entitas
memiliki dua entitas anak yaitu A dan B. B adalah kegiatan usaha luar
negeri. A memberikan pinjaman ke B. Piutang tagihan A atas B akan
menjadi bagian dari investasi neto entitas induk dalam entitas anak B
jika penyelesaian pinjaman tidak direncanakan ataupun
penyelesaian tidak akan terjadi di masa mendatang. Ini juga berlaku
apabila entitas anak A itu sendiri adalah kegiatan usaha luar negeri.

05
Pos Moneter

16. Fitur utama pos moneter adalah hak untuk menerima (atau
kewajiban untuk menyerahkan) sejumlah unit mata uang yang tetap
atau dapat ditentukan. Sebagai contoh mencakup: pensiun dan
imbalan kerja lain yang dibayar dalam kas, provisi yang diselesaikan
secara kas, dan dividen kas yang diakui sebagai liabilitas. Serupa
dengan hal tersebut, kontrak untuk menerima (atau menyerahkan)
jumlah bervariasi dari instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas
atau jumlah bervariasi dari aset yang nilai wajarnya diterima (atau
diserahkan) setara dengan sejumlah unit mata uang yang tetap atau
dapat ditentukan merupakan pos moneter. Sebaliknya, fitur utama
pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau
kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang
tetap atau dapat ditentukan. Sebagai contoh mencakup: uang muka
untuk barang dan jasa (contohnya sewa dibayar di muka),
goodwill, aset takberwujud, persediaan, aset tetap, dan provisi
yang diselesaikan dengan penyerahan aset nonmoneter.

RINGKASAN PENDEKATAN YANG DISYARATKAN PERNYATAAN


INI

17. Dalam menyiapkan laporan keuangan setiap entitas, balk


entitas yang berdiri sendiri, entitas dengan kegiatan usaha luar
negeri (seperti entitas induk), ataupun kegiatan usaha luar negeri
(seperti entitas anak atau cabang) menentukan mata uang
fungsionalnya sesuai dengan paragraf 09-14. Entitas menjabarkan
pos valuta asing ke dalam mata uang fungsionalnya dan
melaporkan pengaruh dari penjabaran tersebut sesuai dengan
paragraf 20-37 dan 50.

18. Beberapa entitas pelapor terdiri dari sejumlah entitas


individual (contohnya kelompok usaha terdiri dari satu entitas induk
dan satu atau lebih entitas anak). Berbagai jenis entitas, terlepas dari
entitas tersebut adalah anggota dari suatu kelompok usaha ataupun
bukan, mungkin memiliki investasi dalam entitas asosiasi atau
pengaturan bersama. Entitas mungkin dapat juga memiliki cabang.
Pernyataan ini mensyaratkan agar hasil dan posisi keuangan dari
setiap entitas individual yang tercakup dalam entitas pelapor
dijabarkan ke dalam mata uang yang digunakan entitas pelapor dalam
menyajikan laporan keuangannya. Pernyataan ini mengijinkan mata
uang (atau beberapa mata uang) selain mata uang fungsionalnya
sebagai mata uang penyajian entitas pelapor. Hasil dan posisi
keuangan dari setiap entitas individual yang tercakup dalam entitas

06
pelapor, jika mata uang fungsional berbeda dari mata uang
penyajiannya, dijabarkan sesuai dengan paragraf 38-50.

19. Pernyataan ini juga memperkenankan entitas berdiri sendiri


yang menyiapkan laporan keuangannya, atau entitas yang
menyiapkan laporan keuangan tersendiri sebagai Iampiran dari
laporan keuangan konsolidasian sesuai dengan PSAK 4: laporan
Keuangan Tersendiri, untuk menyajikan laporan keuangannya
dalam mata uang (atau beberapa mata yang) selain mata uang
fungsionalnya. Jika mata uang penyajian entitas berbeda dari mata
uang fungsional, maka hasil dan posisi keuangannya juga dijabarkan
ke dalam mata uang penyajian sesuai dengan paragraf 38-50.

PELAPORAN TRANSAKSI VALUTA ASING ICE DALAM MATA UANG


FUNGSIONAL

Pengakuan Awal

20. Transaksi valuta asing adalah transaksi yang didenominasikan


atau memerlukan penyelesaian dalam valuta asing, termasuk transaksi
yang timbul ketika entitas:

(a) membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya


didenominasikan dalam valuta asing;
(b) meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang
merupakan utang atau tagihan didenominasikan dalam valuta asing;
atau
(c) memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau
menyelesaikan liabilitas, yang didenominasikan dalam valuta asing.

21. Pada pengakuan awal, transaksi valuta using dicatat dalam


mata uang fungsional. Jumlah valuta using dihitung ke dalam mata
uangfungsional dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan
valuta asing pada tanggal transaksi.

22. Tanggal transaksi adalah tanggal pada saat pertama kali


transaksi memenuhi kriteria pengakuan sesuai dengan SAK. Untuk
alasan praktis, kurs yang mendekati kurs aktual pada tanggal transaksi
sering digunakan, sebagai contoh, kurs rata-rata untuk seminggu atau
sebulan dapat digunakan untuk seluruh transaksi dalam valuta
asing yang terjadi selama periode tersebut. Akan tetapi, jika kurs
berfluktuasi secara signifikan, maka penggunaan kurs rata-rata untuk
suatu periode adalah tidak tepat.

07
Pelaporan pada Akhir Periode Pelaporan Berikutnya

23. Pada akhir setiap periode pelaporan:


(a) pos moneter valuta using dijabarkan menggunakan kurs penutup;
(b) pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta
using dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
(c) pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta
using dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar
diukur.

24. Jumlah tercatat dari suatu pos ditentukan sejalan dengan


Pernyataan lain yang relevan. Sebagai contoh, aset tetap dapat diukur
dengan nilai wajar atau biaya historis sesuai dengan PSAK 16: Aset
Tetap. Jumlah tercatat tersebut ditentukan baik berdasarkan biaya
historis ataupun nilai wajar jika jumlahnya ditentukan dalam
valuta asing, maka jumlah tercatat tersebut dijabarkan ke dalam
mata uang fungsional sesuai Pernyataan ini.

25. Jumlah tercatat beberapa pos ditentukan dengan membandingkan


dua jumlah atau Iebih dari pos tersebut. Sebagai contoh, jumlah
tercatat persediaan adalah nilai yang lebih rendah antara biaya
perolehan dan nilai realisasi neto sesuai dengan PSAK 14:
Persediaan. Serupa dengan hal tersebut, sesuai dengan PSAK 48:
Penurunan Nilai Aset, jumlah tercatat aset yang terdapat indikasi
penurunan nilai adalah nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat
sebelum mempertimbangkan kemungkinan rugi penurunan nilai dan
jumlah terpulihkannya. Jika aset adalah aset nonmoneter dan diukur
dalam valuta asing, maka jumlah tercatatnya ditentukan dengan
membandingkan:

(a) biaya perolehan atau jumlah tercatat (mana yang sesuai),


dijabarkan dengan kurs pada tanggal ketika jumlah itu ditentukan
(yaitu nilai pada tanggal transaksi untuk pos yang diukur dalam biaya
historis); dan

(b) nilai realisasi neto atau jumlah terpulihkan (mana yang sesuai),
dijabarkan dengan kurs pada tanggal ketika nilai itu ditentukan
(contohnya kurs penutup pada akhir periode pelaporan).
Pengaruh perbandingan ini mungkin merupakan rugi penurunan
nilai yang diakui dalam mata uang fungsional tetapi tidak akan
diakui dalam valuta asing, atau sebaliknya.

08
26. Ketika tersedia beberapa kurs, kurs yang digunakan adalah kurs
yang mana arus kas masa depan digambarkan oleh transaksi atau saldo
dapat diselesaikan jika arus kas tersebut telah terjadi pada tanggal
pengukuran. Jika kemungkinan pertukaran antar dua mata uang
untuk sementara tidak cukup, maka kurs yang digunakan adalah
kurs pertama berikutnya pada saat pertukaran dapat dilakukan.

Pengakuan Selisih Kurs

27. Seperti dijelaskan di paragraph 03(a) dan 05, PSAK 55:


Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran diterapkan untuk
akuntansi lindung nilai atas pos valuta asing. Penerapan akuntansi
lindung nilai mensyaratkan entitas untuk menghitung beberapa
selisih kurs secara berbeda dari perlakuan selisih kurs yang
disyaratkan Pernyataan ini. Sebagai contoh, PSAK 55
mensyaratkan bahwa selisih kurs pada pos moneter yang
memenuhi kualifikasi sebagai instrumen lindung nilai dalam Iindung
nilai arus kas diakui pada awalnya dalam penghasilan komprehensif
lain sepanjang lindung nilai tersebut efektif.

28. Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau
pada proses penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari
kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan, pada pengakuan awal
selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya,
diakui dalam laba rugi pada periode saat terjadinya, kecuali
sebagaimana dideskripsikan dalam paragraf 32.

29. Jika pos moneter timbul dari transaksi valuta asing dan terdapat
perubahan dalam kurs antara tanggal transaksi dan tanggal
penyelesaian, maka mengakibatkan timbulnya selisih kurs. Jika
transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi yang sama dengan
terjadinya transaksi, maka seluruh selisih kurs diakui dalam
periode tersebut. Akan tetapi, ketika transaksi diselesaikan pada
periode akuntansi berikutnya, maka selisih kurs yang diakui dalam
setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian ditentukan dengan
perubahan kurs selama masing-masing periode.

30. Jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam


penghasilan komprehensif lain, maka setiap komponen kurs dari
keuntungan atau kerugian tersebut diakui dalam penghasilan
komprehensif lain. Sebaliknya, jika keuntungan atau kerugian pos
nonmoneter diakui dalam laba rugi, tnaka setiap komponen kurs dari
keuntungan atau kerugian tersebut diakui dalam laba rugi.

09
31. SAK lain mensyaratkan keuntungan atau kerugian diakui
dalam penghasilan komprehensif lain. Sebagai contoh, PSAK 16:
Aset Tetap mensyaratkan beberapa keuntungan atau kerugian yang
timbul dari revaluasi aset tetap diakui dalam penghasilan
komprehensif lain. Ketika aset diukur dalam valuta asing, paragraf
23(c) mensyaratkan jumlah revaluasian dijabarkan menggunakan
kurs pada tanggal nilai tersebut ditentukan, menghasilkan selisih
kurs yang juga diakui dalam penghasilan komprehensif lain.

32. Selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang membentuk
bagian dari investasi neto entitas pelapor dalam kegiatan usaha
!liar negeri (lihat paragraf 15) diakui dalam laba rugi pada
laporan keuangan tersendiri entitas pelapor sesuai dengan PSAK 4:
Laporan Keuangan Tersendiri atau laporan keuangan individual
kegiatan usaha luar negeri, mana yang tepat. Dalam laporan
keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan
entitas pelapor (contohnya laporan keuangan konsolidasian
ketika kegiatan usaha luar negeri adalah entitas anak), selisih
kurs diakui awalnya dalam penghasilan komprehensif lain dan
direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi pada saat pelepasan
investasi neto sesuai dengan paragraf 48.

33. Jika pos moneter membentuk bagian investasi neto entitas pelapor
dalam kegiatan usaha luar negeri dan didenominasikan dalam mata
uang fungsional entitas pelapor, maka selisih kurs muncul dalam
laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri sesuai
dengan paragraf 28. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam
mata uang fungsional dan kegiatan usaha luar negeri, maka selisih
kurs muncul dalam laporan keuangan tersendiri entitas pelapor sesuai
paragraf 28. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam mata
uang selain mata uang fungsional balk entitas pelapor atau kegiatan
usaha luar negeri, maka selisih kurs muncul dalam laporan
keuangan tersendiri entitas pelapor dan dalam laporan keuangan
individual kegiatan usaha luar negeri sesuai dengan paragraf 28.
Selisih kurs tersebut diakui dalam penghasilan komprehensif lain
dalam laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri
dan entitas pelapor (yaitu laporan keuangan yang mana kegiatan
usaha Iuar negeri dikonsolidasi atau dicatat menggunakan metode
ekuitas).

34. Jika entitas melaksanakan pembukuan dan pencatatannya


dalam mata uang selain mata uang fungsionalnya, maka pada
waktu entitas menyiapkan laporan keuangan seluruh jumlah
dijabarkan dalam mata uang fungsional sesuai dengan paragraf 20-
26. Hal ini menghasilkan jumlah yang sama dalam mata uang

10
fungsionalnya seperti yang seharusnya sudah terjadi seandainya pos
tersebut telah dicatat awalnya dalam mata uang fungsional. Sebagai
contoh, pos moneter dijabarkan dalam mata uang fungsional
menggunakan kurs penutup dan pos nonmoneter yang diukur
berdasarkan biaya historis dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal
transaksi saat diakuinya pos tersebut.

Perubahan dalam Mata Uang Fungsional

35. Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional,


entitas menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang
fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal perubahan itu.

36. Seperti yang dinyatakan di paragraph 13, mata uang


fungsional dari entitas mencerminkan transaksi, peristiwa, dan
kondisi mendasari yang relevan terhadap entitas. Sejalan dengan hal
tersebut, sekali ditentukan, mata uang fungsional dapat berubah
hanya jika terdapat perubahan pada transaksi, peristiwa, dan kondisi
mendasari tersebut. Sebagai contoh, perubahan dalam mata uang
yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa dapat
mengakibatkan perubahan dalam mata uang fungsional.

37. Dampak perubahan mata uang fungsional diperlakukan secara


prospektif. Dengan kata Iain, entitas menjabarkan seluruh pos ke
dalam mata uang fungsional yang baru menggunakan kurs pada
tanggal perubahan itu. Hash dari jumlah yang dijabarkan untuk pos
nonmoneter dianggap sebagai biaya historisnya. Selisih kurs yang
timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri yang diakui
sebelumnya dalam penghasilan komprehensif lain sesuai dengan
paragraf 32 dan 39(c) tidal ( direldasifikasi dari ekuitas ke laba rugi
sampai pelepasan kegiatan usaha tersebut.

PENGGUNAAN MATA UANG PENYAJIAN SELAIN MATA UANG


FUNGSIONAL

Penjabaran dalam Mata Uang Penyajian

38. Pada umumnya mata uang penyajian di Indonesia adalah rupiah.


Entitas dapat menyajilcan laporan keuangan dalam mata uang (atau
beberapa mata uang) selain mata uang fungsionalnya. Jika mata uang
penyajian berbeda dengan mata uang fungsional entitas, maka entitas
menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke dalam mata uang
penyajian. Sebagai contoh, jika suatu kelompok usaha berisi entitas
individual dengan mata uang fungsional yang berbeda, maka basil
dan posisi keuangan setiap entitas dinyatakan dalam suatu mata
uang bersama sehingga laporan keuangan konsolidasian disajikan. ,
11
39. Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang
fungsionalnya bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi
dijabarkan ke dalam mata uang penyajian yang berbeda, dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut:
(a) aset dan liabilitas untuk setiap laporan posisi keuangan
yang disajikan (yaitu termasuk komparatif) dijabarkan
menggunakan kurs penutup pada tanggal laporan posisi keuangan
tersebut;
(b) penghasilan dan beban untuk setiap laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain (yaitu termasuk komparatif)
dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
(c) seluruh selisih kurs yang dihasilkan diakui dalam penghasilan
komprehensif lain.

40. Untuk alasan praktis, kurs yang mendekati kurs pada tanggal
transaksi, sebagai contoh kurs rata-rata untuk periode itu, sering
digunakan untuk menjabarkan pos-pos penghasilan dan beban.
Akan tetapi, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, maka tidak tepat
menggunakan kurs rata-rata untuk suatu periode.

41. Selisih kurs yang mengacu paragraf 39(c) dihasilkan dari:


(a) penjabaran penghasilan dan beban dengan kurs pada tanggal
transaksi serta aset dan liabilitas dengan kurs penutup.
(b) penjabaran saldo awal aset neto dengan kurs penutup yang
berbeda dari kurs penutup sebelumnya. Selisih kurs ini tidak
diakui dalam laba rugi karena perubahan kurs memiliki sedikit atau
tidak memiliki pengaruh Iangsung terhadap arus kas sekarang dan
masa depan dari kegiatan usaha luar negeri. Jumlah kumulatif dari
selisih kurs disajikan dalam komponen ekuitas terpisah sampai
pelepasan kegiatan usaha luar negeri. Jika selisih kurs terkait dengan
kegiatan usaha luar negeri yang dikonsolidasikan tetapi tidak
sepenuhnya dimiliki, maka akumulasi selisih kurs yang timbul dari
penjabaran dan dapat diatribusikan pada kepentingan nonpengendali
dialokasikan pada, dan diakui sebagai bagian dari, kepentingan
nonpengendali dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.

42. Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang


fungsionalnya adalah mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi
dijabarkan ke dalam mata uang penyajian yang berbeda dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut:
a. seluruh jumlah (yaitu aset, liabilitas, pos ekuitas, penghasilan,
dan beban termasuk, komparatifnya) dijabarkan dengan kurs
penutup pada tanggal laporan posisi keuangan terkini, kecuali
bahwa
12
b. ketika jumlah tersebut dijabarkan ke dalam mata uang ekonomi
nonhiperinflasi, maka jumlah komparatif adalah jumlah yang
disajikan sebagai jumlah tahun berjalan dalam laporan keuangan
tahun sebelumnya yang relevan (yaitu tidak disesuaikan dengan
perubahan tingkat harga berikutnya atau perubahan kurs
berikutnya).

43. Ketika mata uang fiingsional entitas adalah mata uang ekonomi
hiperinflasi, maka entitas menyajikan kembali laporan keuangannya sesuai
dengan PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
sebelum menerapkan metode penjabaran yang dijelaskan di paragraf 42,
kecuali untuk jumlah komparatif yang dijabarkan ke dalam mata uang
ekonomi bukan hiperinflasi (lihat paragraf 42(b)). Ketika ekonomi hiperinflasi
berakhir dan entitas tidak lagi menyajikan kembali laporan
keuangannya sesuai dengan PSAK 63, maka entitas menggunakan jumlah
yang disajikan kembali ke tingkat harga pada tanggal entitas berhenti
menyajikan kembali laporan keuangannya, sebagai biaya historis untuk
penjabaran ke dalam mata uang penyajian.

Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri

44. Paragraf 45-47, sebagai tambahan paragraf 38-43, diterapkan ketika hasil
dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri dijabarkan ke dalam mata
uang penyajian sehingga kegiatan usaha Iuar negeri dapat digabungkan ke
dalam laporan keuangan entitas pelapor dengan cara konsolidasi atau
metode ekuitas.

45. Penggabungan hasil dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri
dengan entitas pelapor mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti
eliminasi saldo dan transaksi intra kelompok usaha dari entitas anak (lihat
PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian). Akan tetapi, aset (atau
liabilitas) moneter intrakelompok usaha, baik jangka pendek atau jangka
panjang, tidak dapat dieliminasi dengan liabilitas (atau aset)
intrakelompok usaha tanpa menunjukkan basil fluktuasi mata uang dalam
laporan keuangan konsolidasian. Hal ini karena pos moneter
menggambarkan komitmen untuk mengkonversi suatu mata uang ke
dalam mata uang lain dan mengakibatkan entitas pelapor memiliki risiko
atas keuntungan atau kerugian melalui fluktuasi mata uang. Sejalan dengan
hal tersebut, dalam laporan keuangan konsolidasian entitas pelapor, selisih
kurs diakui dalam laba rugi atau, jika selisih kurs tersebut timbul dari
kondisi yang dideskripsikan di paragraf 32, maka selisih kurs diakui
dalam penghasilan komprehensif lain dan dialcumulasikan dalam komponen
ekuitas terpisah sampai pelepasan kegiatan usaha luar negeri.
13
46. Pica laporan keuangan kegiatan usaha Iuar negeri memiliki tanggal yang
berbeda dari entitas pelapor, maka kegiatan usaha luar negeri sering
menyusun laporan keuangan tambahan dengan tanggal yang sama dengan
laporan keuangan entitas pelapor. Ketika hal ini tidak dilakukan, PSAK 65:
Laporan Keuangan Konsolidasian memperkenankan untuk menggunakan
tanggal yang berbeda yang mana perbedaan tersebut tidak lebih dari tiga
bulan dan penyesuaian dilakukan atas dampak setiap transaksi atau peristiwa
signifikan lain yang terjadi antara tanggal yang berbeda tersebut. Dalam
kasus demikian, aset dan Iiabilitas kegiatan usaha luar negeri dijabarkan pada
kurs akhir periode pelaporan kegiatan usaha luar negeri tersebut. Penyesuaian
dilakukan atas perubahan yang signifikan pada kurs sampai akhir periode
pelaporan entitas pelapor sesuai dengan PSAK 65. Pendekatan yang sama
digunakan dalam penerapan metode ekuitas untuk entitas asosiasi dan
ventura bersama sesuai dengan PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi
dan Ventura Bersama.

47. Setiap goodwill yang timbal dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan
setiap penyesuaian nilai wajar jumlah tercatat aset dan liabilitas yang
timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri diperlakukan sebagai
aset dan liabilitas kegiatan usaha luar negeri tersebut. Dungan demikian,
aset dan liabilitas tersebut dinyatakan dalam mata uang fungsional kegiatan
usaha Iuar negeri dan dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup sesuai
dengan paragraf 39 dan 42.

Pelepasan atau Pelepasan Sebagian Kegiatan Usaha Luar Negeri

48. Dalam pelepasan kegiatan usaha luar negeri, jumlah


kumulatif selisih kurs yang terkait dengan kegiatan usaha luar
negeri tersebut, yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain
dan diakumulasi dalam komponen ekuitas yang terpisah,
direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi (sebagai penyesuaian
reklasifikasi) ketika keuntungan atau kerugian dari pelepasan
kegiatan usaha luar negeri diakui (lihat PSAK 1: Penyajian
Laporan Keuangan).

48A. Sebagai tambahan pelepasan seluruh kepentingan entitas pada


kegiatan usaha luar negeri, pelepasan parsial berikut ini dicatat sebagai
pelepasan:
(a) ketika pelepasan sebagian melibatkan hilangnya pengendalian
pada entitas anak yang mencakup kegiatan usaha luar negeri,
terlepas dari apakah entitas masih memiliki kepentingan
nonpengendali pada entitas anak setelah pelepasan parsial; dan

14
(b) ketika kepentingan yang masih dimiliki setelah pelepasan parsial
atas kepentingan dalam pengaturan bersama, atau pelepasan parsial
atas kepentingan dalam entitas asosiasi yang mencakup kegiatan
operasi luar negeri, merupakan aset keuangan yang mencakup
kegiatan operasi luar negeri.

48B. Pada pelepasan entitas anak yang mencakup kegiatan usaha


luar negeri, jumlah kumulatif selisih kurs yang terkait dengan
kegiatan usaha luar negeri yang telah diatribusikan pada kepentingan
nonpengendali dihentikan pengakuannya, tetapi tidak direklasifikasi
ke laba rugi.

48C. Dalam pelepasan sebagian dari entitas anak yang mencakup


kegiatan usaha luar negeri, entitas mereatribusi bagian yang
sebanding dari jumlah kumulatif selisih kurs yang diakui dalam
penghasilan komprehensif lain ke kepentingan nonpengendali pada
kegiatan usaha luar negeri tersebut. Dalam setiap pelepasan yang
lain atas sebagian kegiatan usaha luar negeri, entitas
mereklasifikasi hanya bagian proporsional dari jumlah kumulatif
selisih kurs yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain ke
laba rugi.

48D. Pelepasan sebagian kepentingan entitas pada kegiatan usaha


luar negeri adalah setiap pengurangan kepentingan kepemilikan
entitas dalam kegiatan usaha luar negeri, kecuali pengurangan di
paragraf 48A yang diperlakukan sebagai pelepasan.

49. Entitas dapat melepas seluruh atau sebagian kepentingannya pada


kegiatan usaha Iuar negeri melalui penjualan, likuidasi, pembayaran
kembali modal saham atau meninggalkan seluruh atau sebagian dari
entitas tersebut. Pengurangan jumlah tercatat kegiatan usaha luar
negeri, disebabkan kerugian usahanya sendiri atau penurunan nilai
yang diakui oleh investor, bukan merupakan pelepasan sebagian.
Sejalan dengan hal tersebut, tidak ada bagian dari keuntungan atau
kerugian kurs valuta asing yang diakui dalam penghasilan
komprehensif lain yang direklasifikasi ke laba rugi pada saat
terjadinya pengurangan nilai.

PENGARUH PAJAK DARI SELURUH SELISIH KURS


50. Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing dan selisih
kurs yang timbul dalam penjabaran hasil dan posisi keuangan
entitas (termasuk kegiatan usaha Iuar negeri) ke dalam mata uang
yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. PSAK 46: Pajak
Penghasilan diterapkan atas pengaruh pajak tersebut.
15
PENGUNGKAPAN

51. Dalam paragraf 53 dan 55-57, dalam kasus suatu kelompok usaha,
acuan ittata uang fungsional' berlaku pada mata uang fungsional dari
entitas induk.

52. Entitas mengungkapkan:

(a) jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk
selisih kurs yang timbut pada instrumen keuangan yang diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi sesuai dengan PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengalcuan dan Pengukuran; dan

(b) selisih kurs neto yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain
dan diakumulasikan dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta
rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periods.

53. Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional,
maka fakta tersebut dinyatakan bersama dengan pengungkapan
tentang mata uang fungsional dan alasan untuk menggunakan mata
uang penyajian yang berbeda.

54. Jika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional entitas


pelapor maupun kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, maka
fakta dan alasan perubahan dalam mata uang fungsional tersebut
diungkapkan.

55. Jika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang
berbeda dari mata uang fungsionalnya, maka entitas mende_skripsikan
bahwa laporan keuangan telah patuh pada SAK hanya jika entitas
mematuhi seluruh persyaratan SAK yang berlaku tertnasuk metode
penjabaran sebagaimana dijelaslcan di paragraf 39 dan 42.

56. Entitas kadang menyajikan laporan keuangan atau informasi


keuangan lain dalam mata uang yang bukan mata uang fungsionalnya
tanpa memenuhi persyaratan di paragraph 55. Sebagai contoh, entitas
mungkin mengkonversi hanya terhadap pos tertentu dari laporan
keuangannya. Atau, entitas yang mata uang fungsionalnya bukan
mata uang dari ekonomi hiperinflasi mungkin mengkonversi laporan
keuangannya ke dalam mata uang lain dengan menjabarkan seluruh
pos dengan kurs penutup terkini. Konversi tersebut tidak sesuai
dengan SAK dan disyaratkan untuk melakukan pengungkapan yang
dijelaskan dalam paragraf 57.

57. Jika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan


lain dalam mata uang yang berbeda, baik mata uang fungsional
maupun mata uang penyajian, dan persyaratan dari paragraf 55 tidak
terpenuhi, maka entitas: 16
(a) mengidentifikasi secara jelas informasi tersebut sebagai informasi
tambahan untuk membedakannya dengan informasi yang patuh pada
SAK;

(b) mengungkapkan mata uang yang digunakan dalam informasi


tambahan tersebut; dan

(c) mengungkapkan mata uangfungsional entitas dan metode penjabaran


yang digunakan untuk menentukan informasi tambahan tersebut.

TANGGAL EFEKTIF DAN KETENTUAN TRANSISI

58. Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun


buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.
Penerapan dini diperkenankan. Jika entitas menerapkan Pernyataan ini
untuk periode tahun buku yang dimulai sebelum tanggal 1 Januari
2012, maka fakta tersebut diungkapkan.

58A. Dikosongkan.

59. Entitas menerapkan paragraf 47 secara prospektif untuk seluruh


akuisisi yang terjadi setelah awal periode laporan keuangan ketika
Pernyataan ini pertama kali diterapkan. Penerapan secara retrospektif
paragraf 47 untuk akuisisi terdahulu diperkenankan. Untuk akuisisi
kegiatan usaha luar negeri yang diperlakukan secara prospektif tetapi
terjadi sebelum tanggal Pernyataan ini pertama kali diterapkan,
entitas tidak menyajikan kembali tahun-tahun sebelumnya. Sejalan
dengan hal tersebut, entitas dapat, jika tepat, memperlakukan
goodwill dan penyesuaian atas nilai wajar yang timbul pada akuisisi
sebagai aset dan liabilitas entitas dan bukan sebagai aset dan liabilitas
kegiatan usaha luar negeri. Sehingga, goodwill dan penyesuaian
nilai wajar tersebut sudah dinyatakan dalam mata uang fungsional
atau merupakan pos nonmoneter dalam valuta asing entitas, yang
dilaporkan menggunakan kurs pada tanggal akuisisi.

60. Seluruh perubahan lain yang dihasilkan dari penerapan


Pernyataan ini diperlakukan secara retrospektif.

60A-60H. Dikosongkan.

17
60a. Entitas yang sebelum penerapan Pernyataan ini pernah melakukan
kapitalisasi selisih kurs akibat devaluasi atau depresiasi Iuar biasa sesuai
dengan PSAK IO: Transaksi dalam Mata Uang Asing paragraf 20,
maka pada saat penerapan pertama kali Pernyataan ini tidak
mengukur dan menyajikan saldo terkait secara retrospektif.

60b. Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 3(b), 8, 11, 18, 33, 39,
44-46, 48A secara retrospektif dan definisi nilai wajar dalam paragraf
8 dan 23 secara prospektif untuk periode tahun buku yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

PENARIKAN

61. Pernyataan ini menggantikan:


(a) PSAK 10: Transaksi dalam Mata Uang Asing,
(b) PSAK 11: Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing;
(c) PSAK 52: Mata Uang Pelaporan;
(d) ISAK 4: Interpretasi atas Paragraf 20 PSAK 10 tentang Alternatif
Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Kurs.

62. Dikosongkan.

18
Hak Cipta © 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai