Dahulu gelar akademik lulusan perguruan tinggi dalam negeri umumnya hanya dua macam, yakni
Drs. (doktorandus) dan Dra. (doktoranda). Doktorandus untuk laki-laki, sedangkan doktoranda untuk
perempuan. Kedua gelar yang berasal dari bahasa Belanda ini diberikan tanpa memandang disiplin
keilmuan yang pernah diikuti.
Namun, sejak keluarnya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
036/U/1993 tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi, pemberian dan cara penulisan
gelar seperti di atas tidak berlaku lagi. Pemberian gelar kini mengikuti keputusan tersebut dan
penulisannya mengikuti ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD).
Dr (doktor)
4. Gelar Diploma
Cara Penulisan:
Cara penulisan gelar akademik mengikuti aturan yang berlaku dalam EYD, yaitu pada aturan tentang
penulisan singkatan, pemakaian tanda titik (.), dan pemakaian tanda koma (,). Ketentuan lengkapnya
sebagai berikut:
1. Setiap gelar ditulis dengan tanda titik sebagai antara antar huruf pada singkatan gelar yang
dimaksud.
2. Antara nama orang dan gelar yang disandangnya, dibubuhi tanda koma.
3. Jika di belakang nama orang terdapat lebih dari satu gelar, maka di antara gelar-gelar
tersebut disisipi tanda koma.
Contoh: Muhamad Ilyasa, S.H., S.E., M.M. Di antara nama dan gelar, terdapat tanda koma. Di
antara ketiga gelar, juga terdapat tanda koma. Di antara huruf-huruf singkatan gelar, diberi tanda titik.
Jika di antara nama dan gelar tidak dibubuhi tanda koma, maka penulisan gelar tersebut salah dan
singkatan tersebut tidak bermakna gelar, melainkan bisa bermakna nama keluarga, marga, dan
sebagainya. Jadi, Muhamad Ilyasa SH (tanpa koma di antara nama dan SH) bisa berarti Muhamad
Ilyasa Sutan Harun atau Muhamad Ilyasa Saleh Hamid, dan sebagainya.