Rupa-rupa
Kita suka bingung setiap kali membaca nama dokter dengan berbagai gelar. Agar
lebih mudah memahami, mari kita coba pelajari.
Pendidikan tinggi dibagi dua: akademik dan profesi. Dulunya, untuk jenjang
akademik hampir semua lulusan sarjana S-1, diberi gelar Drs dan Dra. Yang
berbeda misalnya SH, SE, Ir. Khusus fakultas kedokteran, diberi gelar
Drs/Dra.Med.
Sejak 9 Februari 1993, ada SK Mendikbud 036/U/1993 mengatur gelar dan sebutan
bagi lulusan perguruan tinggi. Sejak saat itu, gelar sarjana diberikan sesuai
bidangnya. Muncullah kemudian:
Setelah lulus profesi memperoleh gelar dr., maka dokter bisa melanjutkan ke
jenjang profesi lebih tinggi yaitu spesialisasi. Sebelum adanya SK Mendikbud
tersebut, sebutan spesialisasi ditulis sesuai bidangnya. Setelah keluar SK tersebut
terjadi perubahan sebagai berikut, misalnya:
dr. xxx, DSOG menjadi xxx, dr., SpOG (Obstetri dan Ginekologi)
dr. yyy, DSA menjadi yyy, dr., SpA (Anak)
dr. zzz, DSB menjadi zzz, dr., SpB (Bedah)
dr. zzz, DSJP menjadi zzz, dr., SpJP (Jantung dan Pembuluh darah)
Tetapi ada juga pengelompokan atas dasar pengakuan organisasi profesi sebagai
Konsultan (baik dengan atau tanpa pendidikan khusus). Misalnya:
xxx, dr., SpPD-KGH (Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi)
xxx, dr., SpOG-KFM (Spesialis Obstetri Ginekologi Konsultan Feto-Maternal)
zzz, dr., SpPD-KHOM (Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi
Medik)
zzz., dr., SpAn-KIC (Spesialis Anesthesi Konsultan Intensive Care)
zzz, dr., SpPD-KAI (Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Immunologi)
zzz, dr., SpPK-KH (Spesialis Patologi Klinik Konsultan Hematologi)
zzz., dr., SpPD-KGer (Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri)