Tidak dipungkiri kita sering dibingungkan dengan penulisan gelar seseorang terlebih kini sudah
banyak gelar yang bisa digunakan dan tentunya ditempel di nama kita.
Meskipun hanya persoalan kecil namun sering kali dianggap sepele, sering kali kita harus
bertanya kepada orang lain bagaimana penulisan gelar ini, gelar itu padahal kalau kita cermati
hal itu adalah mudah sekali
Dahulu gelar akademik hasil lulusan perguruan tinggi dalam negeri umumnya hanya dua macam,
yakni Drs. (doktorandus) dan Dra. (doktoranda). Doktorandus untuk laki-laki, sedangkan
doktoranda untuk perempuan. Kedua gelar yang berasal dari bahasa Belanda ini diberikan tanpa
memandang disiplin keilmuan yang pernah diikuti.
Namun, sejak keluarnya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 036/U/1993 tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi, pemberian dan cara
penulisan gelar seperti di atas tidak berlaku lagi.
Pemberian dan cara penulisan gelar kini mengikuti keputusan tersebut dan penulisannya
mengikuti ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
1. Setiap gelar ditulis dengan tanda titik sebagai antara antar huruf pada singkatan gelar yang
dimaksud.
2. Gelar ditulis di belakang nama orang.
3. Antara nama orang dan gelar yang disandangnya, dibubuhi tanda koma.
4. Jika di belakang nama orang terdapat lebih dari satu gelar, maka di antara gelar-gelar tersebut
disisipi tanda koma.
Contoh: Muhamad Ilyasa, S.H., S.E., M.M. Di antara nama dan gelar, terdapat tanda koma. Di
antara ketiga gelar, juga terdapat tanda koma. Di antara huruf-huruf singkatan gelar, diberi tanda
titik.
Jika di antara nama dan gelar tidak dibubuhi tanda koma, maka penulisan gelar tersebut salah
dan singkatan tersebut tidak bermakna gelar, melainkan bisa bermakna nama keluarga, marga,
dan sebagainya. Jadi, Muhamad Ilyasa SH (tanpa koma di antara nama dan SH) bisa berarti
Muhamad Ilyasa Sutan Harun atau Muhamad Ilyasa Saleh Hamid, dan sebagainya.