Anda di halaman 1dari 19

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Bahan Kuliah

METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN


PPTP6437 : 3 (2-1) sks

POKOK BAHASAN:
PROSEDUR PENELITIAN ILMIAH
DAN TIPOLOGI PENELITIAN

Semester Gasal
Tahun Akademik 2023/2024

Oleh:
Dr. Ir. Bambang Dwiloka, M.S.

Staf Dosen pada Laboratorium Rekayasa Pangan dan Hasil Pertanian


Program Studi S1 Teknologi Pangan, Departemen Pertanian
Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro
September 2023

1
I. PROSEDUR PENELITIAN ILMIAH

A. Pengantar
Suatu penelitian ilmiah dilaksanakan dengan metode ilmiah. Penelitian adalah
suatu proses, yaitu serangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana
dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang
dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang
dilakukan mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan simpulan-
simpulan yang tidak meragukan. Langkah-langkah penelitian itu umumnya dapat
dijabarkan sebagaimana tersebut di bawah ini.

B. Langkah-langkah Penelitian Ilmiah

1. Pemilihan Tema, Topik, dan Judul


Tema penelitian berkaitan dengan bidang atau disiplin ilmu yang diminati,
sedang topik merupakan garis besar pembahasan. Tema dan topik berawal dari
kemampuan dan minat peneliti.
Topik/masalah adalah pokok pembicaraan (Widya-martaya dan Sudiati
1997:31; Sudarmoyo 2000:11; Arifin 2003:8). Topik banyak tersedia dan melimpah di
sekitar kita, misalnya persoalan kemasyarakatan, pertanian, manajemen, akuntansi,
sumberdaya manusia, kedokteran, teknik, industri, hukum, pariwisata, perhotelan,
lingkungan hidup, dan sebagainya.
Dalam hubungan dengan pemilihan topik yang akan diangkat ke dalam
skripsi atau karya ilmiah lain, Keraf (1980:111) menyebutkan, penyusun karya ilmiah
lebih baik menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang
benar-benar diketahui daripada menulis pokok-pokok yang tidak menarik atau tidak
diketahui sama sekali. Sehubungan dengan isi pernyataan itu, Arifin (2003:8)
menyampaikan hal-hal berikut yang patut dipertimbangkan dengan saksama oleh
penyusun skripsi atau karya ilmiah lain.
(1) Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita
maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari diri kita
karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
(2) Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
(3) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas.
Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang
beraneka ragam.
(4) Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik yang
bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
(5) Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba
sedikit. Artinya, topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
(6) Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan
yang akan memberikan informasi tentang pokok masalah yang akan ditulis.
Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur,
surat keputusan, situs web, atau undang-undang.

2
Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk,
kita tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan
terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang.
Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul skripsi bukanlah hal yang sulit
ditentukan, karena pada dasarnya, langkah-langkah yang ditempuh dalam
pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul.
Perbedaannya, pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan skripsi,
sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan
skripsi. Jika sudah ada topik yang terbatas, skripsi sudah dapat dimulai digarap
walaupun judul belum ada, paling tidak sampai dengan bab metode penelitian.
Selain dengan pembatasan topik, menurut Arifin (2003:9) penentuan judul
skripsi dapat pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah
apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan. Tentu saja, tidak semua
pertanyaan itu harus dijawab pada penentuan judul.
Perhatikan contoh penentuan judul dengan cara ber-tanya sebagai berikut!
Pertama-tama, kita bertanya dengan masalah apa. Jawaban yang kita
temukan bermacam-macam. Kita tentu memilih masalah yang terdekat dengan
kita, yang paling menarik perhatian kita. Contoh masalah itu adalah,
a. industri mebel;
b. greeter hotel;
c. gas karbon monoksida (CO).
Setelah masalahnya ditentukan, kita dapat bertanya dengan mengapa.
Jawaban yang dapat timbul untuk pertanyaan ini adalah,
a. mengembang;
b. melayani;
c. mencemari.
Judul karya haruslah berbentuk frasa, bukan berbentuk kalimat. Oleh karena
itu, kata-kata di atas dapat kita jadikan kata benda agar dapat dijadikan judul
karya, seperti:
a. mengembang menjadi pengembangan;
b. melayani menjadi pelayanan;
c. mencemari menjadi pencemaran.
Dapat pula kata-kata tersebut tetap kata kerja asalkan judul yang dibuat
bukan berupa kalimat. Dengan dua pertanyaan itu, kita memiliki judul sebagai
berikut.
a. Pengembangan Industri Mebel atau Mengembangkan Industri Mebel;
b. Pelayanan Greeter Hotel;
c. Pencemaran Gas Karbon Monoksida.
Agar karya ilmiah dapat berpijak pada suatu masalah yang terbatas dan
ruang lingkup yang tidak terlalu mengambang, judul karya ilmiah tersebut harus
dibatasi lagi, misalnya dengan menyebut suatu tempat. Pertanyaan di mana akan
memberikan jawaban mengenai tempat objek yang sedang diteliti, misalnya
a. di Kabupaten Jepara;
b. di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta;
c. di Kota Semarang.

3
Kalau dengan pertanyaan di mana diperoleh jawaban yang masih dirasakan
terlalu luas, pertanyaan kapan dapat mempersempit suatu judul karya ilmiah.
Pertanyaan kapan akan memberikan jawaban, antara lain
a. Tahun 2004;
b. Trimester I/2004;
c. Dewasa Ini.
Setelah menggunakan pertanyaan masalah apa, mengapa, di mana, dan
kapan, kini kita memiliki judul karya ilmiah sebagai berikut.
a. Pengembangan Industri Mebel di Kabupaten Jepara Tahun 2004
b. Pelayanan Greeter di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Trimester I/2004
c. Pencemaran Gas Karbon Monoksida di Kota Semarang Dewasa Ini
Adakalanya pertanyaan di mana tidaklah diperlukan, tetapi pertanyaan
kapan diperlukan, atau sebaliknya.
Contoh judul “Inseminasi Buatan di Peternakan Sapi ‘Budi Mix Farming’
Grobogan, Jawa Tengah” merupakan jawaban pertanyaan masalah apa,
mengapa, dan di mana, tanpa pertanyaan kapan.
Contoh judul “Persaingan Bisnis Tradisional dengan Bisnis Modern Saat Ini”,
merupakan jawaban pertanyaan masalah apa, mengapa, dan kapan, tanpa
pertanyaan di mana.
Contoh judul berikut ini sudah cukup sempit walaupun tanpa menjawab
pertanyaan di mana dan kapan.
1) Hidroponik Bercocok Tanam tanpa Tanah
2) Pembudidayaan Suplir sebagai Tanaman Hias
Adakalanya pembatasan judul itu dilakukan dengan memberikan subjudul.
Subjudul itu selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelasan atau
keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu, antara judul utama dan subjudul
harus dibutuhkan titik dua (:) seperti:
1) PENINGKATAN PRODUKSI SAPI POTONG DI JAWA TENGAH: SEGI KUALITAS DAN
KUAN-TITAS
2) KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA DAGING AYAM BROILER: STUDI KASUS PADA
DAGING AYAM BROILER YANG DIJUAL DI PASAR TRA-DISIONAL KOTA SEMARANG

2. Latar Belakang Masalah


Masalah dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan (gap) antara rencana
(sesuatu yang diinginkan, das Sollen) dengan keadaan yang ada (realitas, das Sein)
saat penelitian dilakukan.
Pada bagian ini, dijelaskan situasi dan kondisi yang melatarbelakangi
terjadinya masalah tersebut. Hal yang dipermasalahkan perlu memiliki unsur yang
menggerakkan peneliti agar peneliti dapat membahasnya, perlu tampak penting
dan berguna, perlu realitis jika dilihat melalui sudut pandang yang kritis dan kreatif.

3. Identifikasi Masalah
Tahap ini merupakan suatu kegiatan berupa mencari sebanyak-banyaknya
masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian. Pencarian
masalah-masalah ini bertumpu pada masalah pokok yang tercermin pada bagian

4
“Latar Belakang Masalah”. Masalah-masalah yang akan ditulis dalam pada bagian
ini umumnya disajikan dalam bentuk kalimat tanya.

4. Cakupan Masalah
Bagian ini berkaitan erat dengan bagian “Identifikasi Masalah”. Jika peneliti
memiliki keterbatasan, maka masalah-masalah yang diidentifikasi mungkin tidak
semuanya diteliti, melainkan hanya beberapa saja. Penulisannya tetap
menggunakan kalimat tanya.

5. Rumusan Masalah
Pada bagian ini diformulasi secara ringkas, jelas dan tajam permasalahan
utama yang pada Latar Belakang Masalah dan Cakupan Masalah, dalam satu
paragraf dengan menggunakan kalimat biasa. Perumusan masalah yang baik
adalah : (1) singkat, dan (2) ada petunjuk untuk memecah-kannya, dan ada lebih
dari satu alternatif pemecahan.

6. Tujuan Penelitian
Ada beberapa macam tujuan penelitian, antara lain sebagai berikut.
a) Mengetahui deskripsi (statistik atau parameter) suatu populasi tertentu.
Contoh judul: Tingkat Kesukaan (Preferensi) Siswa Sekolah Dasar di Kota Semarang
terhadap Susu Kedele

b) Mengetahui pengaruh suatu variabel bebas terhadap parameter variabel


takbebasnya.
Contoh judul: Pengaruh Kosentrasi Daun Sirih terhadap
Daya Awet Daging Sapi Segar

c) Mengetahui perbedaan satu atau lebih parameter populasi.


Contoh judul: Perbedaan Kualitas Susu Sapi Perah Berdasar Tinggi Tempat
Pemeliharaan

d) Mengetahui (menduga) nilai suatu variabel takbebas, berdasar variabel


bebasnya.
Contoh judul: Pendugaan Bobot Karkas Ayam Kampung Berdasar Persamaan
Alometri

d) Mengetahui alokasi berbagai sumberdaya dengana masukan yang minimum


dan keluaran yang optimum.
Contoh judul: Penyusunan Adonan Bakso dengan Lima Bahan Dasar
Menggunakan Program Linear

7. Studi Pustaka
Bagian ini ada yang menyebutkan Tinjauan Pustaka, Kajian Pustaka, Kerangka
Teoretis, dan Kajian Teoretis. Tujuan studi pustaka adalah untuk menemukan teori
(hukum, dalil, hipotesis) dan menemukan metodologi (ukuran sampel, teknik
pengolahan data, model penelitian) yang sesuai dengan penelitian yang akan

5
dilakukan. Studi pustaka juga diperlukan untuk membandingkan temuan hasil
penelitian (data) dengan teori, atau hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti yang lain. Karena itu studi pustaka dilakukan baik sebelum maupun sesudah
data dikumpulkan.
Dalam studi pustaka, peneliti dituntut bersikap jujur, dalam arti selalu
menyebut sumber (acuan) yang digunakan meskipun hanya sedikit saja yang
dikutip.
Untuk melakukan studi pustaka, ada beberapa syarat mengenai pustaka yang
akan dipejari tersebut yaitu sebagai berirkut.
a) Relevan dengan tema, topik dan judul; hanya pustaka yang relevan saja yang
dipakai. Kualitas penelitian tidak ditentukan oleh jumlah sumber pustaka yang
dipakai.
b) Informasinya mutakhir.
c) Berbobot ilmiah.
Beberapa sumber pustaka yang dapat digunakan, antara lain (a) buku teks,
(b) laporan penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi, dan (c) jurnal, abstrak, makalah
seminar. Dalam buku-buku teks dapat diperoleh hukum atau teori, dari laporan
penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi dapat dibaca metode penelitian beserta
model analisisnya. Dari jurnal dapat dibaca temuan-temuan mutakhir ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.

8. Penyusunan Model dan Hipotesis


Model adalah imajinasi peneliti tentang variabel-variabel (atau faktor-faktor)
yang mempengaruhi variabel takbebas serta hubungan antarberbagai variabel
tersebut. Jadi, ada dua kegiatan dalam penyusunan model yaitu menemukan
macam variabel dan menemukan hubungan antara variabel.
Imajinasi ini diperoleh bukan hanya berdasar intuisi, tetapi harus berdasar
logika yang menghubungkan berbagai teori dan pengetahuan secara logis. Artinya,
model harus disusun secara deduksi berdasar teori yang relevan. Berikut adalah
contoh model.
Model Yij = a + bX1 + cX2 + Gij, berarti peneliti menganggap bahwa yang
mempengaruhi variabel terikat Y adalah variabel bebas X 1, X2 dan galat (G). Model
pada contoh tersebut menunjukkan bahwa ada tiga variabel yang mempengaruhi
variabel takbebas. Selain itu, hubungan antara variabel adalah linier (dengan tanda
+);
Setelah menyusun model, kemudian peneliti membuat hipotesis, yaitu
jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Baik model maupun
hipotesis berada pada tingkat (aras) populasi.
Fungsi hipotesis adalah untuk (1) mengarahkan macam dan jumlah variabel
yang akan diteliti, (2) mengetahui variabel takbebas yang harus dikontrol, dan (3)
mempermudah pengumpulan dan analisis data.
Sehubungan dengan itu, maka hipotesis harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut.
a) Berasal dari teori/konsep yang sudah ada (yang diperoleh melalui studi pustaka).
Ini berarti bahwa hipotesis harus relevan dengan fakta yang ada.
b) Dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) dan sederhana.
6
c) Berlaku dalam tingkat populasi, sehingga mempunyai kekuatan ramal (daya
ramal).
d) Melibatkan minimum dua variabel.
e) Variabelnya dapat diamati, diukur dan diuji.
Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, rumusan hipotesis dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif,
dan hipotesis asosiatif (Sugiyono 2003).

8.1 Hipotesis Deskriptif


Hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak
membuat perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh bila rumusan masalahnya
adalah:
a. Seberapa tinggi produktivitas susu sapi perah di Kabupaten Boyolali?
b. Berapa daya awet abon merek A dan B?
maka rumusan hipotesisnya adalah:
a. Produktivitas susu sapi perah di Kabupaten Boyolali 15 l per ekor.
b. Daya awet abon merek A = 3 bulan dan merek B = 4 bulan.
Dalam penyusunan rumusan hipotesis, ada dua bentuk hipotesis yaitu hipotesis
penelitian atau hipotesis empirik (yang berupa pernyataan) dan hipotesis statistik.
Hipotesis statistik merupakan penjabaran dari hipotesis penelitian. Penjabaran ini
akan mempermudah pengambilan keputusan karena hipotesis statistik mempunyai
kaidah (kriteria) pengujian yang jelas, yakni kapan hipotesis statistik tersebut ditolak
atau harus diterima.Hipotesis statistik terdiri atas hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis
alternatif (H1). Hipotesis yang telah dirumuskan, selanjutnya perlu dilakukan
pengujian. Terdapat dua cara pengujian hipotesis, yaitu uji dua arah dan uji satu
arah. Uji satu arah dibedakan menjadi dua macam, yaitu uji pihak kiri dan uji pihak
kanan.

8.1.1 Uji dua arah (two-tail test)


Ciri uji dua arah yaitu tanda “sama dengan (=)” untuk Ho dan tanda “tidak
sama dengan (≠)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya: “Berapa daya awet
abon merek A?”, maka rumusan dan uji hipotesisnya adalah sebagai berikut.

Hipotesis empirik:
Ho : daya tahan abon merek A sama dengan 3 bulan
H1 : daya tahan abon merek A tidak sama dengan 3 bulan

Hipotesis statistik:
Ho : µA = 3 bulan
H1 : µA ≠ 3 bulan
µA (dibaca myu A), yaitu rata-rata (dalam hal ini rata-rata daya tahan abon
merek A) sama dengan 3 bulan (untuk Ho) dan tidak sama dengan 3 bulan (untuk
H1).

7
8.1.2 Uji satu arah (one-tail test)
a) Uji pihak kiri
Ciri uji pihak kiri adalah tanda “lebih besar atau sama dengan (≥)” untuk Ho
dan tanda “lebih kecil (<)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya “Berapa
daya awet abon merek A?”, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.
Hipotesis empirik:
Ho : daya tahan abon merek A lebih besar atau sama dengan (paling sedikit) 3
bulan
H1 : daya tahan abon merek A kurang dari 3 bulan
Hipotesis statistik:
Ho : µA ≥ 3 bulan
H1 : µA < 3 bulan

a) Uji pihak kanan


Ciri uji pihak kanan adalah tanda “lebih kecil atau sama dengan (≤)” untuk Ho
dan tanda “lebih besar (>)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya “Berapa
daya awet abon merek A?”, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.
Hipotesis empirik:
Ho : daya tahan abon merek A lebih kecil atau sama dengan (paling lama) 3 bulan
H1 : daya tahan abon merek A lebih dari 3 bulan
Hipotesis statistik:
Ho : µA ≤ 3 bulan
H1 : µA >3 bulan

8.2 Hipotesis Komparatif


Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai
dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Sebagaimana hipotesis
deskriptif, hipotesis ini juga dapat disusun dalam bentuk hipotesis: (a) hipotesis
empirik dan (b) hipotesis statistik. Contoh rumusan masalah komparatif: “Adakah
perbedaan daya awet abon merek A dan merek B?”, sedangkan rumusan
hipotesisnya adalah: “Abon merek A lebih awet dibandingkan dengan abon merek
B”. Pengujiannya adalah sebagai berikut.

8.2.1 Uji dua arah (two-tail test)


Ciri uji dua arah yaitu tanda “sama dengan (=)” untuk Ho dan tanda “tidak
sama dengan (≠)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya: “Adakah perbedaan
daya awet abon merek A dengan abon merek B?”, maka rumusan dan uji
hipotesisnya adalah sebagai berikut.

Hipotesis empirik:
Ho : tidak terdapat perbedaan daya tahan abon merek A dengan abon merek B
H1 : terdapat perbedaan daya tahan abon merek A dengan abon merek B

Hipotesis statistik:
Ho : µA = µB
H1 : µ A ≠ µ B
8
8.2.2 Uji satu arah (one-tail test)
a) Uji pihak kiri
Ciri uji pihak kiri adalah tanda “lebih besar atau sama dengan (≥)” untuk Ho
dan tanda “lebih kecil (<)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya “Adakah
perbedaan daya awet abon merek A dan merek B?”, maka rumusan hipotesisnya
adalah sebagai berikut.

Hipotesis empirik:
Ho : daya tahan abon merek A lebih besar atau sama dengan (paling sedikit sama
dengan) abon merek B
H1 : daya tahan abon merek A kurang dari abon merek B
Hipotesis statistik:
Ho : µA ≥ µB
H1 : µ A < µ B

a) Uji pihak kanan


Ciri uji pihak kiri adalah tanda “lebih kecil atau sama dengan (≤)” untuk Ho
dan tanda “lebih besar (>)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya “Adakah
perbedaan daya awet abon merek A dan merek B?”, maka rumusan hipotesisnya
adalah sebagai berikut.
Hipotesis empirik:
Ho : daya tahan abon merek A lebih kecil atau sama dengan (paling lama) abon
merek B
H1 : daya tahan abon merek A lebih dari abon merek B
Hipotesis statistik:
Ho : µA ≤ µB
H1 : µ A > µ B

8.3 Hipotesis Asosiatif


Hipotesis asosiatif (hubungan), adalah suatu per-nyataan yang menunjukkan
dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh rumusan
masalahnya adalah: “Adakah hubungan antara metode pemasakan dengan rasa
topside steak daging sapi lokal”, rumusan hipotesisnya adalah: “Tidak ada
hubungan antara metode pemasakan dengan rasa topside steak daging sapi
lokal”.
Pengujian hipotesis itu dapat dijabarkan sebagai berikut.

8.3.1 Uji dua arah (two-tail test)


Ciri uji dua arah yaitu tanda “sama dengan (=)” untuk Ho dan tanda “tidak
sama dengan (≠)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya: “Adakah hubungan
antara metode pemasakan dengan rasa topside steak daging sapi lokal?”, maka
rumusan dan uji hipotesisnya adalah sebagai berikut.

9
Hipotesis empirik:
Ho : tidak terdapat hubungan antara metode pemasakan dengan rasa topside
steak daging sapi lokal
H1 : terdapat hubungan antara metode pemasakan dengan rasa topside steak
daging sapi lokal

Hipotesis statistik:
Ho : ρ = 0
H1 : ρ ≠ 0
ρ (rho) adalah simbol yang menunjukkan kuat atau tidaknya hubungan.

8.3.2 Uji satu arah (one-tail test)


a) Uji pihak kiri
Ciri uji pihak kiri adalah tanda “lebih besar atau sama dengan (≥)” untuk Ho
dan tanda “lebih kecil (<)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya “Adakah
hubungan antara metode pemasakan dengan rasa topside steak daging sapi
lokal?”, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.

Hipotesis empirik:
Ho : metode pemasakan memberikan lebih besar atau sama dengan (paling tidak
sama dengan) terhadap rasa topside steak daging sapi lokal
H1 : metode pemasakan kurang memberikan rasa topside steak daging sapi lokal
Hipotesis statistik:
Ho : ρ ≥ 0
H1 : ρ < 0

a) Uji pihak kanan


Ciri uji pihak kanan adalah tanda “lebih kecil atau sama dengan (≤)” untuk Ho
dan tanda “lebih besar (>)” untuk H1. Contoh, jika rumusan masalahnya “Adakah
hubungan antara metode pemasakan dengan rasa topside steak daging sapi
lokal?”, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.
Hipotesis empirik:
Ho : metode pemasakan memberikan kurang atau sama dengan (paling tinggi
sama dengan) rasa topside steak daging sapi lokal
H1 : metode pemasakan memberikan rasa lebih pada topside steak daging sapi
lokal

Hipotesis statistik:
Ho : ρ ≤ 0
H1 : ρ > 0

9. Penjabaran Variabel
Variabel adalah suatu kategori pengamatan yang berubah-ubah nilainya. Variabel
yang ada di dalam hipotesis harus dijabarkan dengan tajam dan konkrit, sehingga
dapat diamati dan diukur. Dengan kata lain, harus disusun batasan (definisi)
operasional variabel.
10
Dalam pengukuran variabel, yang perlu diperhatikan adalah skala datanya.
Skala data dapat berupa: (a) nominal, (b) ordinal, (c) interval, dan (d) rasio.
Skala nominal memiliki sifat (a) nilainya hanya merupakan lambang saja dan
(b) nilai variabel tidak memiliki urutan tertentu. Contoh: jenis kelamin (laki-laki,
perempuan), agama (Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha), warna (merah, kuning,
hijau, biru), berat bahan (ringan, sedang, berat).
Skala ordinal, memiliki sifat (a) nilai variabel memiliki urutan tertentu, (b) urutan
itu hanya menunjukkan peringkat, bukan nilai mutlak, dan (c) jarak antara nilai-nilai
skala tidak sama. Contoh: bobot (ringan, sedang, berat), suhu (dingin, sedang,
panas), golongan gaji (I, II, III, IV), pangkat militer (Letkol, Kolonel, Brigjen).
Skala interval, memiliki sifat (a) nilai variabel mempunyai urutan tertentu, (b)
urutan itu hanya menunjukkan peringkat, bukan nilai mutlak, dan (c) antara nilai-nilai
skala ordinal sama jaraknya. Contoh: bobot (1,0 – 2,0 g; >2,0 – 3,0 g, >3,0 – 4,0 g),
jarak (1 – 2 km, >2 – 3 km, >3 – 4 km), suhu (0,5 – 5 C, > 5 – 10 C, > 10 – 15 C).
Skala rasio, memiliki sifat (a) nilai variabel mempunyai urutan tertentu, (b)
nilainya menunjukkan suatu angka absolut (mutlak), dan (c) antara nilai-nilainya
sama jaraknya. Contoh: harga ( Rp1.500,00/kg), bobot (56 kg), jarak (1.500,5 m), sisa
hasil usaha (Rp0,00, berarti tidak ada sisanya), kadar protein (12,5%), daya iris daging
sapi (15,5 Newton), jumlah mikroba (105 cFU).

10. Perancangan Analisis Data


Sebelum data terkumpul, terlebih dahulu harus dibuat rancangan untuk
menganalisis data. Tujuan membuat rancangan analisis data ini adalah untuk:
a) mengendalikan variabel antara yang dapat menimbulkan bias terhadap hasil
pengamatan,
b) memilih macam statistik dan statistik uji yang sesuai, dan
c) memilih alat atau metode perhitungan.
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih rancangan analisis data
adalah:
a) tujuan penelitian,
b) keberlakuan hasil penelitian (penelitian deskriptif atau inferensial),
c) model distribusi data (parametrik atau nonparametrik), yang akan menentukan
statistik uji, dan
d) taraf kepercayaan (signifikansi) yang akan dipakai dalam proses pengambilan
keputusan.

11. Penentuan Ukuran dan Cara Menarik Sampel


Dalam suatu penelitian, mengamati seluruh anggota populasi amat tidak
lazim, mahal dan membuang waktu. Oleh karena itu, biasanya hanya diamati
anggota sampel saja. Ada dua aspek yang berpengaruh, yaitu ukuran sampel dan
cara atau prosedur menarik sampel.
Tujuan menentukan ukuran dan cara menarik sampel adalah (1) agar sampel
benar-benar mewakili populasi, (2) proses penarikan simpulannya sahih (valid), dan
(3) ada efisiensi penggunaan sumber daya (tenaga, biaya dan waktu).

11
Ukuran sampel bergantung kepada: (1) ragam dan anggota populasi, (2) nilai
peluang kesalahan simpulan yang boleh terjadi, (3) pengelompokan populasi atau
subpopulasi atau subsubpopulasi, dan (4) sumber daya yang tersedia.
Mengenai cara menarik sampel, ada dua metode yaitu cara acak (random)
dan takacak (nonrandom). Penarikan sampel takacak dilakukan jika tidak ingin
melakukan per-hitungan kesalahan menarik kesimpulan atau jika populasinya
seragam.

12. Pengamatan
Pengamatan (atau pengumpulan data) adalah suatu kegiatan yang
dilakukan baik dengan cara membangkitkan data (percobaan) atau dengan cara
mengumpulkan data (survai). Ada data primer dan ada data sekunder. Data primer
dapat diperoleh dengan cara: (a) survai, dan (b) percobaan, sedangkan data
sekunder diperoleh melalui: (a) dokumen atau rekaman, dan (b) informasi langsung
dari seseorang. Data yang baik harus memenuhi syarat: (a) relevan dengan variabel
penelitian (valid), dan (b) reliabel.

13. Analisis Data dan Penarikan Simpulan


Setelah data terkumpul, tahapan kerja selanjutnya adalah melakukan analisis
data. Ada lima tahap dalam analisis data, yaitu sebagai berikut.
a) Validasi data.
b) Menata data (tabulasi).
c) Menghitung statisitik yang relevan.
d) Menguji hipotesis.
e) Menafsirkan hasil uji hipotesis dan menarik simpulan.
Penarikan simpulan adalah penafsiran atas hasil uji statistik yang dihubungkan
dengan teori yang relevan. Oleh karena itu, simpulan harus sesuai dengan:
a) tema, topik, dan judul;
b) model matematika dan hipotesis yang diajukan;
c) penerimaan atau penolakan hipotesis; dan
d) teori ilmu yang relevan.

14. Laporan
Laporan (ilmiah) adalah tulisan (karangan) yang dibuat sesuai dengan urutan
tahap penelitian ilmiah. Uraian secara rinci mengenai tulisan ilmiah, dibahas
tersendiri.
Cara penulisan laporan penelitian (skripsi, tesis, disertasi, makalah, dan
laporan) dapat dilihat pada buku lain yang disusun oleh penulis buku ini bersama
dengan Dra. Rati Riana, diterbitkan oleh PT Rineka Cipta, Jakarta (September 2005).

12
II. TIPOLOGI PENELITIAN

A. Pengantar
Dalam melakukan penelitian, orang dapat menggunakan berbagai macam
metode, dan sejalan dengannya rancangan penelitian yang digunakan juga dapat
bermacam-macam. Untuk menyusun suatu rancangan penelitian yang baik perlu
mempertimbangkan berbagai persoalan. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini adalah
pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam setiap usaha untuk
menyusun suatu rancangan penelitian.
a. Cara pendekatan apa yang akan dipakai?
b. Metode apa yang akan dipakai?
c. Strategi apa yang kiranya paling efektif?
Keputusan mengenai rancangan apa yang akan dipakai akan tergantung
kepada tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap, dan berbagai alternatif
yang mungkin digunakan. Apabila tujuan penelitian telah dispesifikasikan, maka
penelitian itu telah mempunyai ruang lingkup dan arah yang jelas, dan karenanya
perhatian dapat diarahkan kepada “target area” yang terbatas. Selanjutnya, sifat
masalah akan memainkan peranan utama dalam menentukan cara-cara
pendekatan yang cocok, yang kemudian akan menentukan rancangan
penelitiannya.

B. Jenis-jenis Penelitian
Pada saat ini bermacam-macam penelitian telah dikembangkan orang, dan
untuk mengikhtisarkan berbagai macam rancangan tersebut, berbagai cara
penggolongan telah pula diusulkan. Berdasar tolok ukur tertentu, penelitian ilmiah
dapat dibagi menjadi beberapa golongan, misalnya berdasarkan ketersediaan
data (survai dan percobaan), berdasar tujuan dan manfaat (penelitian dasar dan
penelitian terapan), berdasar lokasi pengamatan (penelitian laboratorium,
penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan), berdasar bidang ilmu (penelitian
ilmu-ilmu pasti, penelitian ilmu-ilmu sosial, dan penelitian gabungan ilmu pasti dan
ilmu sosial), berdasar pengukuran data (penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif).
Donald T. Campbell dan Julian C. Stanley (1966) mem-bagi metode penelitian
seperti berikut.
a. Historical research
b. Descriptive research
c. Inference research
d. Developmental research
e. Case study
f. Correlational research
g. Causal-comparative research
h. Quasi experimental research
i. Pure experimental research :
1) One shot case study
2) One group pretest-posttest

13
3) Static group comparison
4) Randomized control group pretest-posttest
5) Randomized solomon four group
6) Factorial
Berikut ini akan dibahas secara ringkas jenis-jenis penelitian dimaksud.

1. Survai dan Percobaan


Survai adalah penelitian yang datanya langsung dapat diamati, sedang percobaan
adalah penelitian yang datanya harus dibangkitkan terlebih dahulu (Nasoetion dan
Barizi 1979). Pada prinsipnya, survai relatif tidak ketat dalam mengontrol faktor-faktor
variabel antaranya, sehingga hasil pengamatannya dapat dibias oleh berbagai
faktor luar, sedangkan pada percobaan ada upaya untuk membuat agar hanya
variabel bebas saja yang bekerja mempengaruhi variabel tak bebasnya. Baik survai
maupun percobaan dapat dilakukan di laboratorium maupun lapangan.

2. Penelitian Historis (Historical Research)


Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat rekronstruksi kejadian masa lalu,
dengan cara mengumpulkan data, mengevaluasi, dan memeriksa kebenaran data
(Sudarmoyo 2000; Suryabrata 2003).
Biasanya penelitian ini tergantung pada data yang dikumpulkan oleh orang
lain, sehingga yang diolah adalah data sekunder, meskipun data primer juga ada.
Untuk memeriksa kualitas data, perlu dilakukan dua kritik, yaitu kritik internal dan kritik
eksternal. Kirtik eksternal menanyakan keaslian (otentitas) data, sedang kritik internal
menanyakan relevansi dan akurasi data.

3. Penelitian Dekriptif (Descriptive Research)


Menurut Travers (dalam Umar 1997), penelitian deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang telah berlangsung pada saat penelitian
dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
Penggambaran sifat tersebut dilakukan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tetentu (Suryabrata 2003).
Penelitian ini pada umumnya tidak menguji hipotesis, membuat peramalan, atau
mencari implikasi (akibat) hubungan (korelasi) antarvariabel. Karena akan
memberikan gambaran mengenai sifat suatu populasi tertentu, maka di dalam
penelitian ini diperlukan data yang dianggap representatif (mewakili) populasi; dan
agar gambaran populasi tersebut objektif, maka perlu diperhatikan ukuran
sampelnya.

4. Penelitian Inferensial (Inference Research)


Berbeda dengan penelitian deskriptif, penelitian inferensial (inference
research) tidak hanya akan membuat deskripsi sifat suatu populasi saja, melainkan
juga akan menguji hipotesis, membuat peramalan, atau implikasi, dan mencari
hubungan antarvariabel. Dalam penelitian ini dapat dihitung peluang kesalahan
suatu penarikan sampel.

14
5. Penelitian Perkembangan (Developmental Research)
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
perkembangan suatu objek tertentu dalam waktu tertentu, misalnya penelitian
tentang metode pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan.
Menurut Umar (1997), ada dua cara yang saling melengkapi dalam
melakukan penelitian perkembangan ini, yaitu: (1) longitudinal method (perubahan
berdasarkan fungsi waktu) dan (2) cross sectional method (perubahan berdasarkan
bukan fungsi waktu). Longtitudinal method adalah mempelajari sampel peserta
dalam jangka waktu yang lama, misalnya objek penelitian adalah 10 orang
mahasiswa yang dipantau terus sejak semester pertama sampai dengan semester
kedelapan, sehingga waktu yang dibutuhkan adalah empat tahun. Sedangkan
cross-sectional method adalah mempelajari sampel berbagai strata pada waktu
bersamaan, misalnya bahan penelitian adalah beberapa mahasiswa dari tiap
semester, mulai semester satu sampai dengan semester kedelapan.

6. Penelitian Korelasional (Correlational Research)


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan matematis (korelasi)
antara berbagai variabel. Hubungan yang dimaksud bukanlah hubungan sebab-
akibat. Penelitian dapat dipakai jika variabel terikat (dependent variable) yang
diamati tidak dapat dikontrol dengan percobaan atau tidak dapat dimanipulasikan.
Dengan penelitian ini dapat diketahui besarnya kontribusi variabel-variabel
bebas (independent variable) terhadap variabel takbebasnya, serta besarnya arah
hubungan yang terjadi.

7. Penelitian Kausal-komparatif (Causal-comparative Research)


Tujuan penelitian ini adalah untuk menyidik (meng-analisis) kemungkinan
hubungan sebab-akibat. Caranya adalah dengan mengamati variabel takbebas,
kemudian berusaha mencari variabel bebas yang menjadi penyebabnya, dengan
mempelajari data tertentu atau membandingkannya (Sudarmoyo 1993). Penelitian
ini sebaiknya digunakan jika metode percobaan tidak dapat dipergunakannya.
Penelitian kausal-komparatif ini bersisfat ex-post facto, artinya data
dikumpulkan setelah semua kejadian berlangsung (Sumarga 1996). Peneliti
mengamati satu atau lebih akibat (sebagai variabel takbebasnya), kemudian
memeriksanya apakah ada kaitannya dengan data lain yang diduga merupakan
variabel bebas.

8. Penelitian Eksperimental Semu (Quasi-experimental Research)


Penelitian ini dilakukan jika tidak dapat dilakukan kontrol yang ketat terhadap
semua variabel yang berpengaruh. Kontrol hanya dapat dilakukan terhadap
sebagian variabel bebas.
Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi
yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.

15
a. One Shot Case Study
Penelitian ini, terhadap sekelompok objek penelitian dikenakan perlakuan
tertentu. Setelah itu, dilakukan pengamatan terhadap nilai variabel takbebasnya.

b. One Group Pretest Posttest


Penelitian ini dipakai suatu kelompok objek. Mula-mula dilakukan pengamatan
awal (pretest) terhadap variabel takbebasnya, kemudian dikenakan suatu
perlakuan. Setelah itu, dilakukan pengamatan akhir (posttest). Perbedaan antara
pengamatan awal dengan pengamatan akhir, dianggap sebagai pengaruh
perlakuan.

c. Static Group Comparisson


Penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa dari suatu populasi diambil dua
kelompok secara acak. Salah satu kelompok dijadikan pembanding (kontrol).
Kelompok yang bukan pembanding diberi perlakuan tertentu. Pada akhir
percobaan dilakukan pengamatan terhadap kedua kelompok tersebut. Perbedaan
hasil pengamatan antara kelompok perlakuan dengan kelompok pembanding
dianggap sebagai pengaruh perlakuan.

d. Randomized Control Group Pretest Posttest


Pada penelitian percobaan ini, juga terdapat kelompok pembanding dan
kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan dikenakan perlakuan. Pengamatan
dilakukan pada awal dan akhir penelitian pada kedua kelompok tersebut. Untuk
meingkatkan validitas, dapat dipakai instrumen yang terbaku atau pewawancara
yang terlatih.

e. Randomized Solomon Four Group


Pada rancangan ini, baik kelompok pembanding maupun kelompok
perlakuan diberi perlakuan maupun tanpa perlakuan. Pengamatan dilakukan pada
awal dan akhir percobaan.

f. Factorial
Rancangan faktorial adalah suatu penelitian yang digunakan untuk
membandingkan dua atau lebih faktor serta interaksinya. Rancangan faktorial yang
paling sederhana mempergunakan dua faktor, setiap faktor memakai dua kategori.
Dengan rancangan ini dapat diketahui pengaruh perlakuan baik yang utama (main
effect) maupun yang sederhana (simple effect) serta interaksinya.

9. Penelitian Eksperimental
Prinsip dasar dari penelitian ini adalah adanya replikasi, randomisasi, dan
kontrol lokal. Replikasi merupakan pengulangan eksperimen agar menghasilkan
taksiran yang lebih baik. Randomisasi memungkinkan peneliti untuk melanjutkan
langkah-langkah berikutnya dengan asumsi bahwa masalah independensi
merupakan suatu kenyataan. Kontrol lokal merupakan langkah-langkah yang
berbentuk penyeimbang, pengkotakan, dan pengelom-pokan unit-unit.

16
DAFTAR PUSTAKA
Aly, A. dan E. Rahma. 2000. Ilmu Alamiah Dasar. Bumi Aksara, Jakarta.

Arifin, E. Z. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. PT Grasindo, Jakarta.

Brotowidjojo, M.D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Akademika Presindo, Jakarta.

Campbell, D.T. and J.C. Stanley. 1966. Experimental And Quasi-experimental Designs
For Research. Rand MacNally & Company, Chicago.

Chang, L.C. 1972. The “Concept of Statistics in Connection with Experimentation”.


Extension Bulletin No. 13.Taipei. Food and Feltilizer Technology Center, Taiwan.

Cochran, W.G. dan G.M. Cox. 1957. Experimental Designs. 2nd Ed. John Wiley and
Sons Inc, New York.

Dwiloka, B. 1995. Falsafah Penelitian. Makalah disajikan pada Acara Penataran dan
Pelatihan Metodologi Penelitian bagi Dosen Universitas Semarang.
Bandungan: 15-17 Januari 1995.

---------. 2003. Metodologi Penelitian, Sebuah Pengantar. Makalah disajikan dalam


Penataran dan Lokakarya Metodologi Penelitian bagi Dosen-dosen Senior STIE
Surakarta. Surakarta, 13 Juni.

---------. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan
Laporan Penelitian. PT Rineka Cipta, Jakaarta.

Federer, W.T. 1955. Experimental Design. Theory and Application. Oxford and IBH
Publishing, New Delhi.

Hutabarat, J. 1997. Pengantar Umum Metodologi Penelitian Kuantitatif. Makalah


disajikan pada acara Pentaloka Metodologi Penelitian Dosen Senior PTS
Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah. Semarang, 24-27 September 1997.

Indarti, E. 2001. Social Research Method, Legal Constructivism in: Paradigma


Pendidikan Hukum dalam Membangun Masyarakat Madani. Majalah
Masalah-masalah Hukum. 30(3):39-153.

Keraf, G. 1980. Komposisi. Nusa Indah, Ende, Flores.

Kerlinger, F.N. 1986. Asas-Asas Penelitian Behavioral. (Terjemahan oleh Landung R.


Simatupang). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

17
Larmond, El. 1977. Laboratory Method for Sensory Evaluation of Foods. Publication
1637. Research Branch. Canada Department of Agriculture, Canada.

Mandan, A. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. PT Rajawali


Press, Jakarta.

Mardalis. 1989. Metode Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta.

Marzuki. 1977. Metodologi Riset. BPFE-UII, Yogyakarta.

Muhadjir, N. 2001. Filsafat Ilmu. Postivisme, Postpositivisme, dan Postmodernisme.


Rake Sarasin, Yogyakarta.

Mustansyir, R., dan M. Munir. 2004. Filsafat Ilmu. Cetakan IV. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Nasoetion, A.H. 1992a. Pengantar Ke Falsafah Sains. Litera Antarnusa, Jakarta.

------------. 1992b. Mengupam Kembali Kemampuan Meneliti. Makalah Semiloka


‘Membangkitkan Budaya Penelitian di Perguruan Tinggi’. Bogor, 20 April 1992.

------------ dan Barizi. 1979. Metode Statistika Untuk Penarikan Kesimpulan. Gramedia,
Jakarta.

Pollet, A. dan Nasrullah. 1994. Penggunaan Metode Statistika Untuk Ilmu Hayati.
Mada University Press, Yogyakarta.

Putrawan, I. M. 1990. Pengujian Hipotesis. Jakarta: PT Rineka Cipta, Jakarta.

Ritzer, G. 1975. Sociology a Multiple Paradigm Science. Boston Allyn and Bacon,
Boston.

Siswomihardjo, K.W. 1999. Filsafat Ilmu, Sejarah Kelahiran, Serta Perkembangannya.


Dalam M. Thoyibi (Editor). Filsafat Ilmu. P.16-25. Muhammadiyah University Press,
Surakarta.

Snedecor, G.W. and W.G. Cochran. 1980. Statistical Methods. 7th Ed. The Iowa State
University Press, Ames, Iowa USA.

Soedigdo, P. 1992. Identifikasi Permasalahan untuk Menentukan Judul Penelitian.


Makalah. Bandung: Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati, Institut Teknologi
Bandung.

Srigandono, B. 1983. Rancangan Percobaan. Universitas Diponegoro, Semarang.

18
Steel, R.G.D. dan J.H. Torie. 1980. Principles and Procedures Of Statistics. A Biometrical
Approach. Prinsip Dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik.
(Terjemahan oleh Bambang Sumantri, 1989). Gramedia, Jakarta.

Sudarmoyo, B. 1993. Metodologi Penelitian. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,


Semarang.

-------------. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan. Badan Penerbit Universitas


Diponegoro, Semarang.

Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabeta, Bandung.

Sumarga, Chr.H. 1997. Teknik Penyusunan Proposal dan Analisis Data Kualitatif.
Makalah disajikan pada acara Penataran dan Lokakarya Metodologi
Penelitian Tingkat Lanjut bagi Dosen PTS Anggota APTISI Wilayah VI Jawa
Tengah. Semarang, 24-27 September 1997.

-----------. 2000. Teknik Analisis Data. Makalah disajikan pada acara Penataran dan
Lokakarya Metodologi Penelitian Tingkat Lanjut bagi Dosen PTS Anggota APTISI
Wilayah VI Jawa Tengah. Surakarta, 26-28 Oktober 2000.

Suriasumantri, J.S. 1999. Hakikat Dasar Keilmuan. Dalam M. Thoyibi (Editor). Filsafat
Ilmu. P.1-15. Muhammadiyah University Press, Surakarta.

Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Timotius, K.H. 1997. Teknik Penyusunan Proposal dan Analisa Data Kuantitatif.
Makalah Penataran dan Lokakarya Metodologi Penelitian Dosen Senior
Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah. Semarang, 24-27
September.

Umar, H. 1997. Metodologi Penelitian, Aplikasi Dalam Pemasaran. PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Widyamartaya, Al. dan Veronica Sudiati. 1997. Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah.

19

Anda mungkin juga menyukai