Anda di halaman 1dari 17

TAHAP III.

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

1. FUNGSI HOLISTIK
a. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas pasien (Tn.W 51 tahun), yang tinggal dengan istri
pasien (Ny.P 46 tahun), dua anak pasien (Sdr.M 25 tahun & Nn.L 20
tahun), serta satu cucu (An.P 7 tahun) yang tinggal bersama dalam satu
rumah. Pasien memiliki anak satu lagi (Ny.A 28 tahun) yang tinggal tidak
bersama pasien.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan perhatian
satu sama lain.
c. Fungsi Sosial
Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa.
Hubungan dengan masyarakat terkesan tertutup dengan sekitar.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penderita bekerja sebagai buruh serabutan. Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari pasien menggunakan uang hasil bekerja tersebut dan mendapat
bantuan pula dari anak pasien. Kesan ekonomi kurang.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan
diselesaikan dengan cara dimusyawarahkan bersama-sama.

1
2. FUNGSI FISIOLOGIS
Tabel 3. APGAR score keluarga Tn. W
Kod APGAR Tn. W Ny. P Sdr.M Nn.L An.P
e
A Saya puas bahwa saya 2 2 2 2 2
dapat kembali ke keluarga
saya bila saya mendapat
masalah.
P Saya puas dengan cara 2 2 2 2 2
keluarga saya membahas
dan membagi masalah
dengan saya.
G Saya puas dengan cara 2 2 2 2 2
keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara 2 2 2 2 2
keluarga saya
mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon
emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll.
R Saya puas dengan cara 2 2 2 2 2
keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-
sama.
Total (kontribusi) 10 10 10 10 10
Rata-rata APGAR score keluarga Tn. W = 10 + 10 + 10 + 10 + 10= 10
5
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn. W = baik
3. FUNGSI PATOLOGIS
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn.W
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi kurang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. -
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak -
tradisi budaya yang masih diikuti.
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, -
ketaatan ibadah cukup baik
Economic Penghasilan keluarga kurang ( di bawah UMR) +
Education Tingkat pendidikan keluarga kurang (tidak menempuh wajib +
belajar 9 tahun)
Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan kurang. Jika sakit -
pasien tidak segera berobat ke dokter, puskesmas, rumah
sakit.
Kesimpulan : terdapat fungsi patologis dalam keluarga Tn.W yaitu Economic
dan Education.

2
4. GENOGRAM

Gambar 1. Genogram keluarga Tn. W


Keterangan :

: laki-laki : pasien TB

: perempuan : tinggal serumah

: laki-laki, perempuan meninggal

Kesimpulan: Pada keluarga pasien yang tinggal dalam satu rumah belum
pernah ada riwayat pengobatan TB sebelumnya dan belum pernah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Kesan penyakit yang diderita pasien tidak ditemukan
pada anggota keluarganya. Dari genogram tersebut tidak ada penyakit yang
diturunkan maupun penyakit menular lain.

3
5. POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn.W

Ny.P
Sdr.M

Nn.L An.P

Keterangan :

: Hubungan baik

: Hubungan tidak baik

Gambar 2. Pola interaksi keluarga Tn. W


Kesimpulan : Pola interaksi dua arah antar anggota keluarga berjalan baik
dan harmonis.
6. FAKTOR PERILAKU
a. Pengetahuan
Tingkat pendidikan keluarga kurang. Tn.W dan Ny.P mengenyam
pendidikan hanya sebatas SD kelas 6 dan SMP kelas 3. Namun ketiga
anak pasien berpendidikan hingga lulus SMA kelas 3.
b. Sikap
Pasien memiliki pengetahuan tentang hidup sehat yang kurang. Saat sakit
pasien tidak segera periksa ke dokter, puskesmas atau rumah sakit. Pasien
tidak menggunakan masker saat beinteraksi dengan orang di lingkungan
rumah pasien dan tetangga.

4
c. Tindakan
Penderita memiliki kesadaran kurang untuk segera datang berobat ke dokter
atau puskesmas jika sakit. Pasien mengetahui sakit TB saat periksa karena
batuk lama dan berdarah.

7. FAKTOR NON PERILAKU


a. Lingkungan
Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn. W tinggal di sebuah rumah yang
tertata kurang bersih. Keadaan di dalam rumah pada beberapa bagian
rumah kurang bersih dan kurang rapi terutama di bagian dapur dan teras.
kondisi tembok masih berupa batu bata sudah diplaster dan dicat. Atap
belum tertutup plafon. Bagian di luar rumah kurang bersih karena terdapat
kadang ayam di teras rumah. Sumber air pasien menggunakan sumber air
sumur, sanitasi cukup baik, pencahayaan dan ventilasi kurang. Jumlah
jendela kurang dan hanya terdapat beberapa ventilasi. Kondisi di halaman
rumah cukup bersih.
b. Keturunan
Tidak terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit penderita.
c. Pelayanan Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oleh keluarga ini jika sakit adalah
Puskesmas, dokter dan rumah sakit. Pasien memiliki kartu BPJS Kesehatan
kelas 3 PBI.

8. LINGKUNGAN INDOOR
Keluarga Tn.W tinggal di sebuah rumah berukuran 15x6 m2 dengan
posisi rumah menghadap ke selatan. Rumah terdiri dari satu lantai, tertata
kurang rapi di beberapa ruangan. Ruangan yang terdiri atas ruang tamu yang
cukup luas digabung dengan ruang keluarga, 2 kamar tidur permanen, 1 kamar
tidur yang hanya disekat dengan lemari, dapur yang digabung dengan gudang
penyimpanan, dan satu kamar mandi. Dinding rumah terbuat dari batu bata
yang sebagian sudah diplaster dan dicat. Lantai rumah semuanya telah dilapisi

5
keramik kecuali dapur dan gudang. Atap rumah terbuat dari genteng dan
belum ditutupi langit-langit. Rumah penderita juga dilengkapi dua pintu
keluar, yaitu pintu depan ruang tamu dan pintu depan dapur. Ventilasi dan
pencahayaan kurang baik, jumlah jendela sangat sedikit, hanya terdapat
beberapa ventilasi. Pada beberapa kamar memiliki ranjang dan kasur yang
cukup layak. Perabotan rumah tangga cukup. Secara keseluruhan kebersihan
rumah kurang baik. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.
Sumber air berasal dari sumur.

S
Gambar 3. Denah Rumah Tn. W

9. LINGKUNGAN OUTDOOR
Lingkungan sekitar rumah berupa perkampungan dengan kondisi
masyarakat akrab dan baik. Rumah satu dengan yang lainnya saling
berdempetan. Terdapat selokan untuk menyalurkan limbah rumah yang
terdapat di depan rumah alirannya lancar. Rumah berhadap-hadapan dengan
rumah tetangga dengan kondisi jalan yang sudah beraspal.

6
RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : Ekonomi
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : Baik
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : Terdapat fungsi patologis (economic dan
education)
4. Fungsi Genogram Keluarga : Baik, tidak ada faktor keluarga terhadap
penyakit pasien
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : Baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : Sikap pasien menggunakan alat pelindung
diri ketika keluar rumah dan didalam rumah pasien jarang menggunakan
masker, pasien masih kurang kesadaran jika saat untuk segera berobat ke
puskesmas, dokter atau ke rumah sakit.
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : baik
8. Fungsi Lingkungan Indoor : Tidak Baik
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : Baik

DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
Tuberkulosis Paru Aktif
2. Masalah Nonmedis
a. Sikap pasien menggunakan alat pelindung diri (masker saat dirumah)
yang kurang
b. Kondisi rumah pasien yang kurang memadai dari segi kebersihan rumah.
c. Kesadaran pasien masih kurang untuk segera memeriksakan diri ke
puskesmas, dokter atau rumah sakit saat sakit.
d. Pengetahuan yang kurang
e. Ekonomi yang kurang

7
PRIORITAS MASALAH
Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1. Sikap pasien menggunakan alat pelindung 5 5 5 5 3 3 5 28.125 (II)
diri (masker dirumah) yang kurang
2. Kondisi rumah pasien yang kurang 5 5 5 4 5 4 4 40.000 (I)
memadai dari segi kebersihan rumah.
3. Kesadaran pasien masih kurang untuk 5 4 3 2 2 2 2 960 (V)
segera memeriksakan diri ke puskesmas,
dokter atau rumah sakit saat sakit.
4. Pengetahuan yang kurang 5 4 4 3 3 2 4 5.760 (III)
5. Ekonomi yang kurang 4 2 3 3 3 2 3 1.296 (IV)
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (tehnologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)

DIAGRAM PERMASALAH PASIEN

V. Kesadaran pasien masih kurang untuk segera


memeriksakan diri ke puskesmas, dokter atau rumah
sakit saat sakit.

I. Kondisi rumah pasien yang kurang


IV. Ekonomi yang kurang
memadai dari segi kebersihan rumah.

II. Sikap pasien menggunakan Tn.W, 51 tahun dengan


alat pelindung diri (masker) Tuberculosis paru III. Edukasi yang kurang
dirumah) yang kurang

Diagram 1. Diagram permasalahan pasien

8
PROGRESS NOTE
Tanggal Hasil Pemeriksaan

4 Februari S:Pasien batuk jarang, tidak terdapat, sesak nafas yang dialami sudah
2020 berkurang. Keluhan lain seperti demam sudah tidak dikeluhkan pasien, BAB
14.00 dan BAK normal.

O: Kesadaran: Compos mentis


KU : lemas dan sesak
Tanda vital :
a. TD:120/80 mmHg
b. HR: 100 x/menit
c. RR: 24 x/menit
d. Suhu: 37,2 oC
Kepala:Mesosefal
Leher: KGB teraba disebelah kiri bawah bagian belakang (regio 5)
Mata:Conjungtiva anemis (-/-), sklera Ikterik (-/-)
Hidung:Sekret (-), darah (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut: Bibir kering (-),T1/T1, hiperemis (-)
Thorax:Cor : BJ I>II reguler,
Pulmo: SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+) 3 detik sekali normal
Ekstremitas: Akral hangat,CRT <2 detik, edema (-)

A: TB Paru

P: Tablet FDC fase intensif 1 x 3 tab


Edukasi Penggunaan masker, etika batuk dan gaya hidup sehat

7 Februari S:Pasien batuk jarang, tidak terdapat, sesak nafas yang dialami sudah
2020 berkurang. Keluhan lain seperti demam sudah tidak dikeluhkan pasien, BAB
10.00 dan BAK normal.

O: Kesadaran: Compos mentis


KU : lemas dan sesak
Tanda vital :
e. TD:125/80 mmHg
f. HR: 80 x/menit
g. RR: 24 x/menit
h. Suhu: 36,2 oC
Kepala:Mesosefal
Leher: KGB teraba disebelah kiri bawah bagian belakang (regio 5)
Mata:Conjungtiva anemis (-/-), sklera Ikterik (-/-)
Hidung:Sekret (-), darah (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut: Bibir kering (-),T1/T1, hiperemis (-)
Thorax:Cor : BJ I>II reguler,
Pulmo: SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+) 3 detik sekali normal
Ekstremitas: Akral hangat,CRT <2 detik, edema (-)

9
A: TB Paru

P: Tablet FDC fase intensif 1 x 3 tab


Edukasi Penggunaan masker, etika batuk dan gaya hidup sehat

TAHAP IV. HUBUNGAN LINGKUNGAN PENDERITA MENGENAI


FAKTOR RESIKO PENULARAN PENYAKIT TB PARU DENGAN
KEJADIAN TB PARU

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ lainnya. Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam,
berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak
berkapsul.1,2
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang
tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar
karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada
lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah. Pengobatan
Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan
selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena
pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya
yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (Multi
Drugs Resistance), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam
pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu
demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia.2,3
Penyakit TB disebut juga silent disease, yaitu penderita sering kali tidak
menyadari kalau sudah tertular dan baru menyadari ketika gejala dan tanda yang
dirasakan sudah kronis. Adapun gejala dari penyakit ini adalah demam sub febril
menyerupai influenza, dan panas terkadang dapat mencapai 40-41 0C, batuk
disertai sputum, bercak darah, sesak nafas, nyeri dada, serta gejala malaise yang

10
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan semakin kurus,
sakit kepala, nyeri otot, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan. 1,3,4,5
Sumber penularan penyakit ini adalah penderita tuberkulosis dengan BTA
positif. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara
inhalasi, sehingga TB Paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering
dibanding organ lainnya.Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi
basil yang terkandung dalam percikan dahak ( droplet nuclei ), khususnya yang
didapat dari pasien TB Paru dengan batuk berdahak yang mengandung BTA.1,6
Penyakit TB paru disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang dipengaruhi
oleh pengetahuan, prilaku dan sikap. Dari sudut pandang biologis, prilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung. Prilaku diartikan sebagai suatu aksi-
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni disebut rangsangan.
Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu
pula.5.6.7
Kondisi rumah berperan penting dalam penularan penyakit TB. Risiko
untuk menderita TB paru 9 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada
rumah yang pencahayaannya tidak memenuhi syarat kesehatan karena kuman TB
sendiri mati oleh cahaya matahari. Kuman TB yang ditularkan melalui droplet
nuclei, dapat melayang di udara karena memiliki ukuran yang sangat kecil, yaitu
sekitar 50 mikron. Apabila ventilasi rumah memenuhi syarat kesehatan, maka
kuman TB dapat terbawa keluar ruangan rumah, tetapi apabila ventilasinya buruk
maka kuman TB akan tetap ada di dalam rumah. Kelembaban rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan menjadi media yang baik bagi
pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, spiroket, ricketsia, virus
dan mikroorganisme lainyang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pernapasan pada penghuninya.
Kepadatan hunian rumah merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan
jumlah anggota keluarga penghuni tersebut.7 Pada pasien ini kondisi dan

11
lingkungan rumah baik. Pencahayaan serta ventilasi dirasa cukup sehingga risiko
penularan TB di rumah rendah.
Selain itu faktor kebiasaan menentukan faktor risiko terjadinya penyakit
gangguan pernapasan, termasuk TB. Bila terdapat faktor seperti paparan asap
rokok, debu dan lain-lain mempengaruhi terjadinya gangguan pada
saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dan asap rokok dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan
dan umumnya TB paru. Pasien mengaku adalah sorang perokok berat dengan
sehari dapat menghabiskan 2 bungkus rokok, pasien baru mencoba untuk tidak
merokok setelah terdiagnosis TB paru pada 5 bulan yang lalu.

12
TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Diagnosis Holistik :
1. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis Paru Aktif
2. Diagnosis Psikologis
Penderita tidak memiliki beban pikiran maupun mental akan
penyakitnya. Hubungan antar anggota keluarga yang serumah harmonis
dan saling mendukung.
3. Diagnosis Sosial
Hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan baik karena pasien aktif
dalam kegiatan masyarakat sekitar, kondisi lingkungan dan rumah
kurang dari segi kebersihan ataupun kondisi bangunan rumah,
pendidikan penderita dan keluarganya kurang karena tidak mengikuti
wajib sekolah 9 tahun, penderita kurang menyadari arti pentingnya
segera memeriksakan kesehatan saat sakit, dan penderita belum mampu
menerapkan pola hidup sehat di lingkungan rumah. Pasien dapat
memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya dengan kurang.
B. SARAN
Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah
sebagai berikut:
1. Promotif
Edukasi penderita dan keluarga mengenai penyakit tuberkulosis,
penularan,faktor risiko, pengobatan dan komplikasinya. Edukasi kepada
keluarga mengenai TBC paru yang diderita Tn. W sehingga keluarga
dapat membantu mengawasi faktor resiko penularan penyakit Tn. W
serta mengontrol rutin penyakitnya dan kepatuhan minum obat.

13
2. Preventif
a. Menghindari kontak dengan penggunaan masker
b. Tidak membuang dahak di sembarang tempat
c. Mengendalikan stres
d. Asupan makan gizi seimbang
e. Menjaga pencahayaan rumah agar tidak lembab

3. Kuratif
Pasien meminum OAT KDT Kategori 1, 3 tablet 4 KDT setiap
harinya selama 2 bulan dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 4 bulan,
minum obat setiap 3 kali seminggu 3 tablet 2 KDT. Saat ini pasien sudah
pengobatan bulan ke 1.

4. Rehabilitatif
a. Minum obat teratur agar tidak terjadi gagal pengobatan.
b. Makan makanan dengan gizi seimbang.
c. Berolahraga secara rutin dan teratur setiap hari misalnya dengan jalan
sehat untuk mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin, Zulkifli, Bahar, Asril. 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam buku : Aru W.
Sudoyo, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jakarta : FKUI. 988 – 993.

2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia . 2006. Tuberkulosis . Jakarta : PDPI.

3. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

4. Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan WHO. 2008. Lembar Fakta


Tuberkulosis.

5. Suradi. 2001. Diagnosis dan Pengobatan TB Paru. Dalam buku : Temu


Ilmiah Respirologi. Surakarta.

6. Corwin, E.J . 2009. Patofisiologi . Jakarta : EGC.

7. Daud Imanuel. 2011. Faktor-Faktor Penentu Kejadian Tuberkulosis Paru


Pada Penderita Anak Yang Pernah Berobat. NTT: Program Pascasarjana,
Universitas Nusa Cendana.

15
LAMPIRAN

Sumur dan Tempat Mencuci Pakaian Ruang Tamu, Ruang Keluarga dan Mushola
Tampak Atap Tanpa Plafon

Dapur dan Gudang Penyimpanan Selokan Pembuangan Air


Tampak tak berkeramik dan tanpa plafon

16
Pemeriksaan Fisik Terhadap Pasien Teras Rumah Tampak Kandang Ayam

Anamnesis Pasien di Teras Depan Rumah

17

Anda mungkin juga menyukai