TINJAUAN PUSTAKA
Laju produksi perlu dipertahankan agar pompa tetap bekerja pada effisiensi
maksimum, agar pemakaian pompa dapat bertahan lama. Laju produksi terlalu
besar dari kemampuan ESP akan menyebabkan up thrust kerusakan terjadi pada
bantalan (washer) atas. Sedangkan laju produksi terlalu kecil dari kapasitas ESP
akan menyebabkan down thrust yang akan merusak bantalan bawah. (Manajemen
Produksi Hulu Pertamina, 2003).
3. Brake Horse Power (Daya yang diperlukan)
Kurva BHP adalah kurva yang di plot berdasarkan data tes performa atau
kinerja aktual.
4. Operating Range
Merupakan range yang diperbolehkan suatu unit pompa untuk bekerja.
Pompa yang dipasang, diharapkan agar tidak melebihi batas operasi tersebut
untuk mencapai efisiensi pompa tertinggi. Operasi pompa yang diluar range nya
(terlalu sedikit atau terlalu banyak aliran) menyebabkan masalah karena efisiensi
yang rendah sehingga menimbulkan pemanasan dan keausan mekanis antara
impeller dan diffuser. Range nilai ini akan berbeda untuk tiap jenis atau tipe
pompa ESP.
PI = ..................................................(3)
3. Penentuan Qb
Qb = PI (Ps-Pb) ..........................................(4)
4. Penentuan laju produksi maksimum (Qmax)
Tubing Friction Loss (Hf) = Friction Loss (F) x PSD (MD) ................ (12)
8. Menentukan Tubing Head ( Ht)
Tubing Head = Tubing Pressure (psi)/Gf(psi/ft) ............ (13)
9. Menentukan Total Dynamic Head (TDH)
10. Total Dynamic Head (TDH) = HD + HF+HT ........................................... (14)
11. Hitung jumlah stages yang digunakan
................................................... (15)
Head capacity didapatkan dari grafik pompa dari perusahaan berdasarkan laju
alirnya.
2.3 TROUBLESHOOTING
Tujuan dari pengerjaan ini adalah untuk membantu engineer atau teknisi
dalam pengecekan operasi electic submersible pump untuk mengetahui penyebab
permasalahan pada komponen dan menyediakan rekomendasi agar mengurangi
atau mencegah.
sedikit diatas atau dibawah ampere name plate tetapi selama kurva simetris dan
konsisten dari hari ke hari, sistem ini beroperasi dengan benar, contoh pada
gambar 2.3
B. Gassy
Kondisi ini biasanya terjadi pada sumur yang mengandung gas ringan
(associated gas), dimana minyak yang mengandung gas atau emulsi gas, minyak
atau air masuk ke dalam pompa. Hal ini dapat diatasi dengan memasang gas
separator pada rangkaian pompa, sebagai pengganti pump intake. Pada gambar
2.4 terlihat kurva ampere bergerak secara tidak teratur mulai dari awal
C. Beban Rendah
Grafik pada gambar 2.5, yaitu menunjukkan pompa dijalankan (distart)
dengan normal tetapi diikuti dengan penurunan harga ampere secara bertahap,
selanjutnya terjadi keadaan tanpa beban untuk beberapa saat dan akhirnya terjadi
kerusakan pada unitnya dan pompa berhenti karena overload (beban berlebih).
Grafik ini menandakan pompa yang salah desain (ukurannya), atau salah
melakukan penyetelan pelindung beban rendahnya (underload protection relay),
kesalahan tersebut mengakibatkan tertahannya fluida produksi, sehingga motor
bekerja pada keadaan tanpa beban. Selanjutnya karena tidak ada aliran maka tidak
terjadi pendinginan motor sehingga timbul panas dan ini menyebabkan overload
(beban berlebih) dan akhirnya motor mati.
D. Beban berlebih.
Grafik pada gambar 2.6, titik A pada gambar adalah saat dijalankan;
biasanya menunjukkan harga ampere yang meningkat, B adalah pada keadaan
pompa bekerja normal, C menunjukkan kenaikan beban hingga mencapai batas
tertinggi (overload) dan akhirnya pompa mati.
2. Kesalahan pembacaan chart, hal ini terjadi jika dalam menentukan batas
atas sumur dan batas level fluida dalam sumur terjadi kesalahan.
3. Adanya kebocoran pada tubing atau tubing leak.
4. Tidak terconnect nya cable dari gas gun ke leptop sehingga pembacaan
chart tidak dapat dilakukan.