Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Untuk menjawab tujuan yang telah ditetapkan, Setelah dilakukan
pengamatan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sesuai dengan jenis
permasalahan yang dipraktikkan, yaitu sebagai berikut:

5.1.1 Pompa Air


Dalam rangkaian pompa secara seri nilai head yang dihasilkan akan lebih
besar dari pada pompa yang di pasang secara pararel, Pada tabel hasil perhitungan
nilai head total pada pompa yang di rangkai secara seri sebesar 19,54𝑚 sedangkan
pada tabel hasil perhitungan pompa pararel nilai head total yang diperoleh sebesar
12,64𝑚. Maka dari itu disimpulkan bahwa tujuan pompa dipasang secara seri untuk
mencari head (ketinggian) dari rangkaian pompa.
Dalam rangkaian pompa secara pararel nilai debit yang dihasilkan lebih
besar namun nilai head yang diperoleh tidak akan bertambah. Pada tabel hasil
perhitungan pompa pararel nilai debit total yang dihasilkan sebesar 0,0040 𝑚3/𝑠,
sedangkan pada tabel hasil perhitungan pompa seri nilai debit total yang diperoleh
sebesar 0,0033 𝑚3/𝑠. Rangkaian pompa pararel sering digunakan untuk aplikasi
sistem pompa booster yang tujuannya untuk sistem pompa ini adalah melayani
kebutuhan debit air yang bervariasi tiap waktunya dan untuk mendapatkan debit air
yang lebih banyak.

5.1.2 Turbin Air


Besar sudut turbin dengan nozzle 90° dan 60° memiliki pengaruh terhadap
nilai usaha yang dibutuhkan, serta juga terhadap hasil dari air yang keluar dari
nozzle. Air yang keluar dari nozzle 90° hanya bisa mengenai seluruhnya dari
permukaan sudu – sudu pada turbin, sedangkan air yang keluar dari nozzle 60° dapat
mengenai sebagian permukaan dari sudu - sudu turbin. Hal ini menyebabkan

64
65

putaran yang dihasilkan oleh nozzle 60° lebih cepat dibandingkan dengan nozzle
90°.
Pada hasil grafik hasil debit air terhadap efesiensi, terlihat bahwa efesiensi
terbesar yang dihasilkan yaitu pada nozzle 60° dengan nilai efesiensi sebesar 7,48%.
Sedangkan nilai efesiensi pada nozzle 90° nilai efesiensi yang dihasilkan sebesar
5,04%. Hal ini disebabkan nilai usaha pada nozzle 60° lebih besar yaitu 145,93
N.m/Joule dibandingkan dengan nozzle 90° yaitu 98,66 N.m/, namun gaya yang
dibutuhkan nozzle 60° sebesar 1,03N lebih kecil dibandingkan dengan 90° sebesar
1,22 N.

5.1.3 Refrigerator
Sistem kerja dari rangkaian refrigerator yaitu kompresor yang ada pada
sistem refrigerator AC (Air Conditioner) berfungsi sebagai alat untuk menempatkan
fluida kerja (refrigerant), jadi refrigerant yang masuk kedalam kompresor dialirkan
ke kondensor yang kemudian dimampatkan akan berubah fase dari refrigerant fase
uap menjadi fase cair. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondensor
adalah jumlah dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil
dari evaporator dari substansi yang akan didinginkan. Pada kondensor tekanan
refrigerant yang berada dalam pipa – pipa kondensor relative jauh lebih tinggi
dibandingkan tekanan refrigerant yang berada pada pipa - pipa evaporator. Setelah
refrigerant lewat kondensor melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase cair
maka refrigerant masuk melalui katup ekspansi, dikatup ini refrigerant diturunkan,
sehingga pada refrigerant berubah kondisi dari fase cair ke fase uap yang kemudian
dialirkan lagi menuju evaporator.
Didalam evaporator, refrigerant akan berubah keadannya dari fase cair ke
fase uap, perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigerant dibuat
sedemikian rupa sehingga refrigerant menjadi sangat turun. Dengan adanya
perubahan refrigerant dari fase cair ke fase uap untuk merubahnya dari fase cair ke
refrigerant uap maka proses ini membutuhkan energi yaitu energi penguapan.
66

5.1.4 Motor Bakar


Motor bakar adalah sebuah mesin yang menggunakan energi thermal
untuk melakukan kerja mekanik. Motor bakar dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin
pembakaran luar (external combistion engine) yaitu proses pembakaran yang terjadi
diluar mesin, energi thermal dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja
mesin melalui dinding pemisah sebagai contohnya adalah turbin uap. Sedangkan
mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yaitu pembakarannya
berlangsung didalam ruang bakar, gas hasil pembakaran tersebut berfungsi sebagai
fluida kerja untuk menghasilkan kerja mekanik, contohnya motor diesel dan motor
bensin.
Pada motor bakar dengan system spark ignition nilai BHP (Break Horse
Power) yang dihasilkan sebesar 708,8 𝑊𝑎𝑡𝑡. BHP (Break Horse Power)
merupakan daya yang dihasilkan keluaran poros. Nilai BFC (Fuel Consumtion
Break) yang dihasilkan sebesar 0,000723 𝐿/𝑠. BFC (Fuel Consumtion Break)
merupakan ukuran efesiensi bahan bakar dari setiap mesin yang membakar bahan
bakar yang menghasilkan output daya rotasi. Nilai SFC (Spesific Fuel Consumtion)
and power) yang dihasilkan sebesar 0,00000102 𝐿/𝐽. SFC (Spesific Fuel
Consumtion and power) merupakan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi per
satuan daya.

5.2 Saran
Dari pelaksanaan praktikum, maka beberapa saran yang dapat
disampaikan antara lain:
1. Materi ataupun rangkaian yang dipraktekkan lebih divariasikan agar
praktikan lebih mengetahui macam-macam aplikasi sistem pada prestasi
mesin.
2. Data ataupun spesifikasi komponen agar dijelaskan dan dipaparkan secara
jelas, agar praktikan dapat dengan mudah melakukan analisa dan
perhitungan.

Anda mungkin juga menyukai