STROKE
Oleh :
Silvia Handika Anggraeni
G991902052
0
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok
gangguan cerebro vasculer, termasuk infark cerebral, perdarahan intracerebral dan
perdarahan subarahnoid. Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa
gangguan fungsi otak secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain
kecuali gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke pada prinsipnya terjadi secara
tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila
karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila gangguan
pembuluh darah otak disebabkan karena hipertensi, maka dapat disebut stroke.
Klasifikasi stroke dibagi ke dalam stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Dimana stroke iskemik memliki angka kejadian 85% terhadap
seluruh stroke dan terdiri dari 80% stroke aterotrombotik dan 20% stroke
kardioemboli. Stroke hemoragik memiliki angka kejadian sebanyak 15%
dari seluruh stroke, terbagi merata antara jenis stroke perdarahan
intraserebral dan stroke perdarahan subaraknoid. Stroke adalah salah satu
penyebab kematian tertinggi, yang berdasarkanlaporan tahunan 2006 di RS dr.
Saiful Anwar, Malang, angka kematian iniberkisar antara 16,31% (462/2832) dan
menyebabkan 4,41% (1356/30096) pasien dirawat inapkan. Angka-angka tersebut
tidak membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi
otak secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau
kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali
gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke pada prinsipnya terjadi secara tiba-
tiba karena gangguan pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila
karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila
gangguan pembuluh darah otak disebabkan karena hipertensi, maka dapat
disebut stroke.
B. EPIDEMIOLOGI
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung
dan keganasan.Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per
tahunnya. Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun.
Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan stroke non hemoragik (±
53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke embolik) dengan angka
kematian stroke trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%. Presentase
stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-35%.± 10-20% disebabkan oleh
perdarahan atau hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan
subarachnoid.Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum
ditemukannya CT scan mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan
mencapai 20-30%.
C. ETIOLOGI
2
aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain
seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes
mellitus atau penyakit vascular perifer.
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke
iskemik maupun stroke hemorragik.
a. Stroke iskemik
yaitu penderita dengan gangguan neurologik fokal yang mendadak karena
obstruksi atau penyempitan pembuluh darah arteri otak dan menunjukkan
gambaran infark pada CT-Scan kepala. Aliran darah ke otak terhenti
karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh
darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke
otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke
jenis ini. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah
arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis
interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari
lengkung aorta jantung.
Macam – macam stroke iskemik :
i. TIA
didefinisikan sebagai episode singkat disfungsi neurologis yang
disebabkan gangguan setempat pada otak atau iskemi retina yang
terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark, serta
meningkatkan resiko terjadinya stroke di masa depan.
ii. RIND
Defisit neurologis lebih dari 24 jam namun kurang dari 72 jam
iii. Progressive stroke
iv. Complete stroke
v. Silent stroke
b. Stroke hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
3
merusaknya contoh perdarahan intraserebral, perdarahan subarachnoid,
perdarahan intrakranial et causa AVM. Hampir 70 persen kasus stroke
hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
E. PATOFISIOLOGI
4
adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat
mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat
bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang
embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
2. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua
penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan
merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan
intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi
darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang
terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini mengiritasi
jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar
perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan
sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah
akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak
yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami
nekrosis.
H. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat
dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke).
Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2
hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan
periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau
terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari
bagian otak yang terkena.
Beberapa gejala stroke berikut:
Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
Kesulitan menelan.
Kesulitan menulis atau membaca.
5
Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
Kehilangan koordinasi.
Kehilangan keseimbangan.
Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.
Mual atau muntah.
Kejang.
Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
I. DIAGNOSIS
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non
hemoragis. antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis neurologis, algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah
berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke
hemoragis atau stroke non hemoragis. Untuk keperluan tersebut, pengambilan
anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat
ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis
6
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila
dibandingkan antara keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Infark berdasarkan
tanda-tandanya.
7
Gambar 1. Algoritma Stroke Gadjah Mada
8
Bila skor > 20 termasuk stroke hemoragik, skor < 20 termasuk
stroke non-hemoragik. Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini 91.3%
9
untuk stroke hemoragik, sedangkan pada stroke non-hemoragik 82.4%.
Ketepatan diagnostik seluruhnya 87.5%
Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangi suatu
stroke akut dengan obat untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada
bagian otak. Pasien memerlukan evaluasi yang sesuai dan stabilisasi
sebelum obat penghancur bekuan darah apapun dapat digunakan.
4. Pemeriksaan Penunjang
jenis patologi
10
lokasi lesi
ukuran lesi
menyingkirkan lesi non vaskuler
11
diinjeksikan sementara foto sinar-x secara bersamaan diambil. Meskipun
angiogram memberikan gambaran anatomi pembuluh darah yang paling detail,
tetapi ini juga merupakan prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benar-
benar diperlukan. Misalnya, angiogram dilakukan setelah perdarahan jika sumber
perdarahan perlu diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-kadang
dilakukan untuk evaluasi yang akurat kondisi arteri carotis ketika pembedahan
untuk membuka sumbatan pembuluh darah dipertimbangkan untuk dilakukan.
Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa
injeksi atau penempatan pipa) yang menggunakan gelombang suara untuk
menampakkan penyempitan dan penurunan aliran darah pada arteri carotis (arteri
utama di leher yang mensuplai darah ke otak)
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering
dilakukan pada pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram
adalah tes dengan gelombang suara yang dilakukan dengan menempatkan
peralatan microphone pada dada atau turun melalui esophagus (transesophageal
achocardiogram) untuk melihat bilik jantung. Monitor Holter sama dengan
electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap menempel pada dada selama
24 jam atau lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung yang abnormal.
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein
yang dilakukan untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk
adanya arteri yang mengalami peradangan. Protein darah tertentu yang dapat
meningkatkan peluang terjadinya stroke karena pengentalan darah juga diukur.
Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stroke yang dapat diterapi atau
untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening mencari
infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal dan abnormalitas elektrolit mungkin juga
perlu dipertimbangkan.
12
Tabel 6. Gambaran CT-Scan Stroke Infark dan Stroke Hemoragik
13
J. PENATALAKSANAAN
14
- Breathing
- Blood
- Brain
- Bladder
- Bowel
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
• Stroke iskemik
• Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
• Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
• Proteksi neuronal/sitoproteksi
• Stroke Hemoragik
• Pengelolaan konservatif
• Perdarahan intra serebral
• Perdarahan Sub Arachnoid
• Pengelolaan operatif
1.b. Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera
diturunkan, karena dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan
darah sistolik > 220 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg (stroke
iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 100 mmHg (stroke
hemoragik). Penurunan tekanan darah maksimal 20 %.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 – 6 mcg/kg/menit
infus kontinyu), Diltiazem (5 – 40 g/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 –
10 g/Kg/menit infus kontinyu), nitrogliserin (5 – 10 g/menit infus
kontinyu), labetolol 20 –80 mg IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25 – 25
mg oral / sub lingual.
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diawasi
15
Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk
outcome pasien stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur
dengan dosis GD > 150 – 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL
dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai dengan kadar GD > 400 mg/dL dosis
insulin 12 unit.
1.d . Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine
sebaiknya dipasang kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine,
pada laki laki pasang kondom kateter, pada wanita pasang kateter.
16
& sisanya infus kontinyu dalam 60 menit). Sayangnya bahwa
pengobatan dengan obat ini mempunyai persyaratan pemberian
haruslah kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien yang masuk
rumah sakit dengan onset awal dan dapat penyelesaian
pemeriksaan darah, CT Scan kepala dan inform consent yang cepat
saja yang dapat menerima obat ini.
Cara lain memperbaiki aliran darah antara lain dengan
memperbaiki hemorheologi seperti obat pentoxifillin yang yang
mengurangi viskositas darah dengan meningkatkan deformabilitas
sel darah merah dengan dosis 15 mg/kgBB/hari. Obat lain yang
juga memperbaiki sirkulasi adalah naftidrofuril dengan
memperbaiki aliran darah melalui unsur seluler darah dosis 600
mg/hari selama 10 hari iv dilanjutkan oral 300 mg/hari.
17
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara
lain aspirin dosis 80 – 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan
menghambat jalur siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi
dengan aspirin aspirin 25 mg + dipiridamol SR 200 mg dua kali
sehari dengan menghambat jalur siklooksigenase, fosfodiesterase
dan ambilan kembali adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg
mekanisme kerja menghambat aktifitas fosfodiesterase III,
ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin
difosfat dan thyenopyridine dan clopidogrel dosis 1 x 75 mg
dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan
thyenopyridine.
- Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok
ini karena diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik
sehingga dapat mencegah kerusakan lebih lanjut neuron. Obat-
obatan tersebut antara lain :
o CDP-Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel
dengan cara menambah sintesa phospatidylcholine,
menghambat terbentuknya radikal bebas dan juga
menaikkan sintesis asetilkolin suatu neurotransmiter untuk
fungsi kognitif. Meta analisis Cohcrane Stroke Riview
Group Study(Saver 2002) 7 penelitian 1963 pasien stroke
iskemik dan perdarahan, dosis 500 – 2.000 mg sehari
selama 14 hari menunjukkan penurunan angka kematian
dan kecacatan yang bermakna. Therapeutic Windows 2 –
14 hari.
o Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui,
diperkirakan memperbaiki integritas sel, memperbaiki
fluiditas membran dan menormalkan fungsi membran.
Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4 x 3 gr iv sampai hari ke
empat, hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr peroral sampai
18
minggu ke empat, minggu ke lima sampai minggu ke 12
diberikan 2 x 2,4 gr per oral,. Therapeutic Windows 7 – 12
jam.
o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat
neuroprotektif untuk iskemia otak dan stroke. Mempunyai
efek anti oksidan “downstream dan upstream”. Efek
downstream adalah stabilisasi atherosklerosis sehingga
mengurangi pelepasan plaque tromboemboli dari arteri ke
arteri. Efek “upstream” adalah memperbaiki pengaturan
eNOS (endothelial Nitric Oxide Synthese, mempunyai sifat
anti trombus, vasodilatasi dan anti inflamasi), menghambat
iNOS (inducible Nitric Oxide Synthese, sifatnya
berlawanan dengan eNOS), anti inflamasi dan anti oksidan.
o Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat
anti calpain, penghambat caspase dan sebagai neurotropik
dosis 30 – 50 cc selama 21 hari menunjukkan perbaikan
fungsi motorik yang bermakna.
19
mg IM pada umumnya diperlukan untuk menghilangkan
nyeri kepala pada pasien sadar.
o Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan
Calcium Channel Blockers dengan dosis 60 – 90 mg oral
tiap 4 jam selama 21 hari atau 15 – 30 mg/kg/jam selama 7
hari, kemudian dilanjutkan per oral 360 mg /hari selama 14
hari, efektif untuk mencegah terjadinya vasospasme yang
biasanya terjadi pada hari ke 7 sesudah iktus yang berlanjut
sampai minggu ke dua setelah iktus. Bila terjadi
vasospasme dapat dilakukan balance positif cairan 1 – 2
Liter diusahakan tekanan arteri pulmonalis 18 – 20 mmHg
dan Central venous pressure 10 mmHg, bila gagal juga
dapat diusahakan peningkatan tekanan sistolik sampai 180
– 220 mmHg menggunakan dopamin.
- Pengelolaan operatif
Tujuan pengelolaan operatif adalah : Pengeluaran bekuan
darah, Penyaluran cairan serebrospinal & Pembedahan mikro pada
pembuluh darah.
Yang penting diperhatikan selain hasil CT Scan dan arteriografi
adalah keadaan/kondisi pasien itu sendiri :
Faktor faktor yang mempengaruhi :
1. Usia
Lebih 70 th tidak ada tindakan operasi
60 – 70 th pertimbangan operasi lebih ketat
Kurang 60 th operasi dapat dilakukan lebih aman
2. Tingkat kesadaran
Koma/sopor tak dioperasi
Sadar/somnolen tak dioperasi kecuali kesadaran
atau keadaan neurologiknya menurun
Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya
memuaskan walaupun kesadarannya koma
3. Topis lesi
• Hematoma Lobar (kortical dan Subcortical)
Bila TIK tak meninggi tak dioperasi
Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi
(klinis menurun) operasi
20
• Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang tak
dioperasi
Bila hematoma lebih dari 3 cm tak
dioperasi, kecuali kesadaran atau defisit
neurologiknya memburuk
• Perdarahan talamus
Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada
hidrocepalusnya akibat perdarahan dengan VP shunt
bila memungkinkan.
• Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu
pertama maka operasi
Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara
medisinal dengan pengawasan
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda
penekanan batang otak operasi
4. Penampang volume hematoma
Bila penampang hematoma lebih 3 cm atau volume lebih
dari 50 cc ------------- operasi
Bila penampang kecil, kesadaran makin menurun dan
keadaan neurologiknya menurun ada tanda tanda
penekanan batang otak maka ---------- operasi
5. Waktu yang tepat untuk pembedahan
Dianjurkan untuk operasi secepat mungkin 6 – 7 jam
setelah serangan sebelum timbulnya edema otak , bila tak
memungkinkan sebaiknya ditunda sampai 5 – 15 hari
kemudian.
21
2. Fase Pasca Akut
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan
rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.
Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru
stroke, dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko
stroke:
Untuk stroke infark diberikan :
a Obat-obat anti platelet aggregasi
b Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya
c Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin
Menghindari rokok, obesitas, stres
Berolahraga teratur
Rehabilitasi
22
Hari 1-3 (di sisi tempat tidur) Kurangi penekanan pada daerah yang
sering tertekan (sakrum, tumit)
Modifikasi diet, bed side, positioning
Komunikasi, menelan
2-3 minggu Team/family planing
Ketika seorang pasien stroke telah siap untuk pulang ke rumah, seorang
perawat sebaiknya datang ke rumah selama periode waktu tertentu sampai
keluarga terbiasa dengan merawat pasien dan prosedur untuk memberikan
bermacam obat. Terapi fisik dapat dilanjutkan di rumah.
Pada akhirnya pasien biasa ditinggalkan di rumah dengan satu atau lebih
orang yang menjaganya, yang sekarang mendapati hidupnya telah sangat berubah.
Merawat pasien stroke di rumah dapat sangat mudah atau sangat tidak mungkin.
Pada waktunya, ini akan menjadi jelas bahwa pasien harus ditempatkan pada
fasilitas perawatan yang terlatih karena perawatan yang sesuai tidak dapat
diberikan di rumah walaupun keluarga bermaksud baik untuk merawatnya.
Macam-macam rehabilitasi fisik yang dapat diberikan adalah :
1. Bed exercise
23
2. Latihan duduk
3. Latihan berdiri
4. Latihan mobilisasi
5. Latihan ADL (activity daily living)
6. Latihan Positioning (Penempatan)
7. Latihan mobilisasi
8. Latihan pindah dari kursi roda ke mobil
9. Latihan berpakaian
10. Latihan membaca
11. Latihan mengucapkan huruf A,I,U,E,O
BAB II
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. H
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Alamat : Serengan, Surakarta
B. ANAMNESA
24
1. Keluhan Utama
Lengan dan tungkai sebelah kiri terasa lemah
25
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat tumor : (-)
Riwayat penyakit jantung : (-)
Riwayat kencing manis : (-)
Riwayat hipertensi : (+) ibu penderita
2. STATUS PSIKIATRI
Emosi : normal
26
Proses berpikir : normal
Kecerdasan : Daya ingat : dbn
Menghitung : dbn
Pengertian : dbn
Persamaan : dbn
Perhatian : dbn
3. STATUS NEUROLOGIS
1. Kesan Umum dan Fungsi Luhur
a. Kepala : bentuk dbn
b. Kesadaran : kompos mentis
c. Cara Berbicara : disartria
d. Fungsi Psikosensorik :
Agnosia sensorik : (-)
Visual : dbn
e. Fungsi Psikomotorik : dbn
2. Tanda-tanda Perangsangan Selaput Otak
Kaku Kuduk : (-)
Tanda Brudzinki I : (-)
Tanda Brudzinki II : (-)
Tanda Brudzinki III : (-)
Tanda Brudzinki IV : (-)
Lasseque : (-)
Tanda Kernig : (-)
3. Kolumna Vertebralis
Kelainan Bentuk : tidak ditemukan
Nyeri tekan/ketok lokall : tidak ada
Tanda Patrick : negatif
27
Tanda Anti Patrick : negatif
Tanda Nafzinger : negatif
Gerakan Vert. Servikal : dbn
Gerakan tubuh : membungkuk tidak dilakukan, ekstensi
tidak dilakukan, deviasi lateral tidak
dilakukan.
4. Saraf Otak
a. Nervus Olfaktorius
Kanan Kiri
Anosmia (-) (-)
Parosmia (-) (-)
Halusinasi (-) (-)
b. Nervus Optikus
Kanan Kiri
Visus > 2/60 >2/60
Kacamata (-) (-)
Lapang Pandang dbn dbn
Warna dbn dbn
Funduskopi dbn dbn
28
R. Cahaya tak langsung (+) (+)
Konvergensi (+) (+)
Akomodasi (+) (+)
Rangsang Nyeri (+) (+)
5. Pemeriksaan Sistem Koordinasi Ekstremitas
a. Gerakan Abnormal : tidak ada
b. Uji Jari-jari Tangan : normal / sde
c. Uji Jari-Hidung : normal / sde
d. Uji Pronasi dan Supinasi : normal / sde
e. Uji hidung-jari-hidung : normal /sde
f. Tapping jari-jari tangan : normal / sde
g. Uji Tumit-lutut : normal / sde
h. Tapping jari-jari kaki : normal / sde
i. Cara berjalan : sulit dilakukan
j. Uji Romberg : sulit dilakukan
6. Pemeriksaan Sistem Sensorik
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Rasa Exteroseptik
Rasa nyeri superfisial normal normal normal normal
Rasa suhu normal normal normal normal
Rasa raba ringan normal normal normal normal
Rasa Proprioseptik
Rasa getar dbn dbn
Rasa tekan dbn dbn
Rasa nyeri tekan dbn dbn
Rasa gerak dan posisi dbn dbn
Rasa Kortikal
Stereognosis dbn dbn
Baragnosis dbn dbn
Pengenalan 2 titik dbn dbn
29
7. Pemeriksaan sistem Otonom
a. Miksi : dbn
b. Defekasi : dbn
c. Salivasi : dbn
d. Sekresi Keringat : dbn
b. Tungkai
Atas Bawah Kaki
Ka Kiri Ka Kiri Ka Kiri
Pertumbuhan N N N N N N
Tonus N ↑ N ↑ N ↑
Kekuatan
Fleksi +5 +4 +5 +4 +5 +4
Ekstensi +5 +4 +5 +4 +5 +4
30
Klonus
Lutut (-) (-)
Kaki (-) (-)
c. Reflek
Atas Bawah Kaki
Ka Kiri Ka Kiri Ka Kiri
Reflek Patela +2 +3
Reflek Achiles +2 +3
Reflek Babinski (-) (-)
Reflek Chaddok (-) (-)
Reflek Openheim (-) (-)
Reflek Gordon (-) (-)
Reflek Schaefer (-) (-)
Reflek Mendel B (-) (-)
Reflek Rosolimo (-) (-)
Reflek kulit
Reflek Dinding perut Normal/ menurun
Reflek Kremaster tidak dilakukan
d.Reflek Primitip
Reflek Memegang (-)
Reflek Snout (-)
Reflek Menghisap (-)
Reflek Palmo Mental (-)
31
Trombosit : 358. 103 µl Kolesterol total: 206 mg/dl
GDS : 76 mg/dl Natrium : 142 mmol/l
Ureum : 19 mg/dl Kalium : 3,6 mmol/l
Creatinin : 1,1 mg/dl Kalsium : 1,18 mmol/l
Asam Urat : 3,9 mg/dl
SGOT : 27 mg/dl
SGPT : 29 mg/dl
Pemeriksaan Penunjang Lain
Foto Thorax: cor dan pulmo dalam batas normal
CT Scan Kepala polos : lesi hipodense di daerah kapsula interna dekstra.
V. RESUME
A. RESUME ANAMNESA
Kelemahan lengan dan kaki kiri
Pelo
Mulut mencong
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat stroke (+)
B. RESUME PEMERIKSAAN
Vital Sign : Tensi : 140/80 Nadi : 72x/mnt
Suhu: 36,6 oC Respirasi: 20x/mnt
Status Interna : dbn
St.Psikiatri : dbn
Status Neurologis
Fungsi Luhur : dbn
Cara bicara : disartria
Fungsi Vegetatif : dbn
Fungsi Sensoris : dbn
Fungsi Motorik : Atas : +5 / +3
Bawah : +5 / +4
Reflek Fisiologis : meningkat Reflek Pathologis : (-)
32
Nn. Cranialis : parese N. VII sinistra sentral
Parese N. XII sinistra sentral
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : hiperkolesterolemia
Pemeriksaan radiologi:
Foto Thorax : dbn
CT Scan : hipodense di kapsula interna dekstra
VI. DIAGNOSA
Diagnosa Klinik : hemiparese sinistra dengan derajat kekuatan
motorik berbeda antara lengan dan tungkai,
disartria, parese N. VII dan XII sinistra sentral
Diagnosa Etiologik : STROKE INFARK (trombotik)
Diagnosa Topis : kapsula interna dekstra
E. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
Bed rest tidak total
Head Up 30 derajat
Edukasi pasien dan keluarga untuk tidak terlalu banyak bergerak,
mengonsumsi obat dengan rutin, dan apabila keluhan semakin
memberat untuk dibawa ke dokter segera.
2. Medikamentosa
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Aspilet tab 80 mg
Penulisan Resep
RS UNS Surakarta
33
21 Januari2020
Dokter : dr. R. Aj. Hanindia Riani, Sp.S
RS UNS Surakarta
22 Januari2020
Dokter : dr. R. Aj. Hanindia Riani, Sp.S
34
Pro : Ny. H (38 tahun)
Alamat: Serengan
RS UNS Surakarta
23 Januari2020
Dokter : dr. R. Aj. Hanindia Riani, Sp.S
F. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam : dubia
35
BAB III
PEMBAHASAN
A. Piracetam
Piracetam adalah obat yang mengatur fungsi serebral yang diklaim dapat
meningkatkan kognitif pada otak yang menurun dengan bertambahnya usia.
Obat ini adalah suatu derivat siklik gamma amino-butyric acid(GABA),
tetapi tidak mempunyai sifat-sifat GABA.
Obat ini disebut suatu Nootropik (Obat Nootropik atau sering disebut obat
pintar, adalah senyawa yang meningkatkan kemampuan kognitif manusia
(fungsi dan kapasitas otak))yang berarti :
a. Tidak mempunyai vasoaktivitas yang langsung, yakni tidak
menyebabkan vasodilatasi atau vasokonstriksi, tidak
mempengaruhi aliran darah serebral total (total CBF)
b. Dan tidak menyebabkan suatu steal phenomenon.
c. Tidak menyebabkan perubahan pada aktivitas dasar EEG. Obat ini
tidak mengubah ritme dasar EEG, tetapi menurunkan jumlah
gelombang-gelombang delta.
d. Melewati sawar darah otak (blood brain barrier) dalam keadaan
normal maupun patologik
e. Mempunyai efek samping yang minimal tidak mempengaruhi
sistem kardiovaskuler maupun pernapasan.
Mekanisme kerja obat ini adalah sebagai berikut :
Aktivasi metabolik peredaran darah otak meningkatkan kecepatan metabolik
serebral oksigen dan glukosa regional menormalkan aliran darah ke daerah
iskemik, bukan dengan suatu aktivitas langsung tetapi sekunder menurunkan
rasio laktat/piruvat.
36
Dosis (penggunaan):
Kaplet:
Dewasa dosis rata-rata:
Dosis awal:
- 2 kapsul 400mg atau 1 kaplet 800mg 3x sehari. Jika efek yang
diinginkan telah tercapai secara bertahap, dikurangi 1 kapsul 400mg 3x
sehari atau ½ kaplet 800mg 3x sehari.
- Kaplet 1200mg digunakan pada penderita yang memerlukan dosis.
Dosis lazim: 1,2—4,8g per hari dalam dosis terbagi 2 atau 3 kali.
- Sirup: dewasa 1—2 sendok the 3x sehari; anak-anak 30—50 mg/kg
BB per hari.
- Ampul: dewasa dosis rata-rata 3x sehari 1 ampul iv/im
B. Infus NaCl
Pemberian infus pada kasus ini bertujuan untuk menambah elektrolit
tubuh untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit tubuh. Pemberian cairan
dan obat melalui pembuluh darah atau biasa disebut infus, telah menjadi
metode pengobatan efektif bagi pasien di rumah sakit yang berfungsi sebagai
pemelihara.
37
- E: sebagian besar melalui ginjal, sebagian kecil lewat keringay dan
empedu
Efek samping: Nyeri lambung, rasa terbakar, mual, perdarahan
gastrointestinal, hipersensitivitas
*Panduan American College of Chest Physicians (ACCP) untuk penggunaan
terapi antitrombolitik dalam pencegahan sekunder stroke iskemia dalam
stroke nonkardioemboli.
38
DOSIS :
1-2 tablet sekali sehari.
PENYAJIAN :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan
Pencegahan
39
Rekurensi dapat dicegah dengan memodifikasi factor resiko, tertuama
berhenti merokok dan manipulsi diet (rendah lemak hewani, rendah garam,
menghindari konsumsi alcohol yang berlebihan) dan penggunaan obat-obat
penurun koleterol.
40
DAFTAR PUSTAKA
41