Anda di halaman 1dari 7

BPKP dalam buku SPKN yang telah disebut di muka, telah menyusun strategi preventif,

detektif dan represif yang perlu dilakukan, sebagai berikut :

1. Strategi Preventif

Strategi preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara


menghilangkan atau meminimalkan faktor -faktor penyebab atau peluang
terjadinya korupsi. Strategi preventif dapat dilakukan dengan:

Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat;

Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya

Membangun kode etik di sektor publik ;

Membangun kode etik di sektor Parpol, Organisasi Profesi dan Asosiasi Bisnis.

Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.


Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan
kesejahteraan Pegawai Negeri ;

Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan laporan akuntabilitas kinerja


bagi instansi pemerintah;

Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen;

Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara (BKMN)

Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat ;

Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti korupsi secara nasional;

Strategi Detektif

Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya perbuatan korupsi.


Strategi detektif dapat dilakukan dengan :

Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat;

Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu;

Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik;

Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
masyarakat internasional ;

Dimulainya penggunaan nomor kependudukan nasional ;

Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.


Strategi Represif

Strategi represif diarahkan untuk menangani atau memproses perbuatan korupsi


sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Strategi represif
dapat dilakukan dengan :

Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi ;

Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar (Catch some


big fishes);

Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk


diberantas ;

Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik ;

Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem


peradilan pidana secara terus menerus ;

Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana korupsi


secara terpadu ;
Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya;

Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik tindak
pidana korupsi dengan penyidik umum, PPNS dan penuntut umum.

Pelaksanaan strategi preventif, detektif dan represif sebagaimana tersebut di atas akan
memakan waktu yang lama, karena melibatkan semua komponen bangsa, baik
legislatif, eksekutif maupun judikatif. Sambil terus berupaya mewujudkan strategi di
atas, perlu dibuat upaya-upaya nyata yang bersifat segera. Upaya yang dapat segera
dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi korupsi tersebut antara lain adalah
dengan meningkatkan fungsi pengawasan, yaitu sistem pengawasan internal (built in
control), maupun pengawasan fungsional, yang dipadukan dengan pengawasan
masyarakat (wasmas) dan pengawasan legislatif (wasleg).

Salah satu usaha yang dilakukan dalam rangka peningkatan pengawasan internal dan
fungsional tersebut, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
ditugaskan menyusun petunjuk teknis operasional pemberantasan KKN sesuai surat
Menteri PAN Nomor : 37a/M.PAN/2/2002 tanggal 8 Februari 2002. Petunjuk teknis ini
diharapkan dapat digunakan sebagai petunjuk praktis bagi Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP)/ Satuan Pengawasan Internal (SPI) BUMN/D dan
Perbankan dalam upaya mencegah dan menanggulangi korupsi di lingkungan kerja
masing-masing.

Pengertian Umum

Dalam buku ini yang dimaksud dengan:

Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk


meminimalkan penyebab dan peluang untuk melakukan korupsi ;

Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-
kasus korupsi dengan cepat, tepat dengan biaya murah, sehingga dapat segera
ditindaklanjuti ;

Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang
telah diidentifikasi dapat diproses secara cepat, tepat, dengan biaya murah,
sehingga kepada para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan
perundangan yang berlaku ;
Keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang
dipisahkan atau yang tidak dipisahkan termasuk di dalamnya segala bagian
kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul, karena :

berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat


lembaga Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah ;

berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan Usaha


Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, Badan Hukum, dan
perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang
menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.

Sumber daya alam adalah segala kekayaan alam yang terdapat di atas, di
permukaan dan di dalam bumi yang dikuasai oleh Negara.
6. Instansi Pengelola adalah unit organisasi pemerintahan
(Departemen/LPND/BUMN/BUMD/Lainnya) yang ditunjuk Pemerintah Republik
Indonesia untuk mewakili Pemerintah dalam penguasaan/ pemanfaatan sumber
daya alam.

Kontrak Kerjasama adalah kontrak perjanjian antara Instansi Pengelola dengan


pihak ketiga (kontraktor) dalam rangka pengelolaan/eksploitasi sumber daya alam
yang penguasaannya dialihkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada
Instansi Pengelola tersebut.

Tujuan dan Sasaran

Buku ini berisi panduan upaya-upaya praktis yang dapat dilakukan untuk mencegah,
mendeteksi dan menindaklanjuti secara represif perbuatan korupsi di bidang
pengelolaan sumber daya alam.

Sasarannya adalah:

Terwujudnya sistem pengendalian manajemen yang efisien dan efektif dalam


pengelolaan sumber daya alam yang memiliki daya tangkal terhadap praktek--
praktek korupsi ;

Meningkatkan efektifitas sistem pengendalian manajemen dalam pengelolaan sumber


daya alam ;

Menurunnya perbuatan korupsi dalam pengelolaan sumber daya alam ;

Menurunnya jumlah kerugian keuangan negara sebagai akibat perbuatan korupsi


dalam pengelolaan sumber daya alam ;

Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menginformasikan perbuatan korupsi


dalam pengelolaan sumber daya alam ;

Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut kasus-kasus yang berindikasi korupsi dalam


pengelolaan sumber daya alam ;

Menempatkan tenaga yang andal dalam pelaksanaan tugasnya serta mempunyai


komitmen yang tinggi dalam menegakkan peraturan.

Anda mungkin juga menyukai