Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ASSESMEN PEMBELAJARAN FISIKA

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TES OBJEKTIF

KELOMPOK 4

SARAH KIRANA

06111381722050

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIIDKAN FISIKA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tes merupakan alat pengukur untuk megetahui kemampuan siswa. Bentuk tes yang
digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan
menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes subjektif (Sudijono, Anas. 2007)
Tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban
atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah
disediakan oleh penyusun butir soal.
Rumusan Masalah
a) Bagaimana pengertian dari tes objektif ?
b) Apa saja jenis-jenis tes objektif ?
c) Bagaimana penyusunan tes objektif ?
d) Jelaskan keunggulan dan kelemahan tes objektif ?
Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian tes objektif
b) Untuk mengetahui jenis-jenis tes objektif
c) Untuk mengetahui dan memahami cara penyusunan tes objektif
d) Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan tes objektif

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Tes Objektif


Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respons
yang harus dipilih oleh peserta tes. Pemeriksaan atau penskoran jawaban/respons peserta tes
sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa dan dapat menggunakan alat
bantu (Arikunto, 1995: 165).
Sementara itu menurut Hidayat, dkk (1994:63) tes objektif adalah tes yang terdiri dari
item-item (stem) yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif (option) yang
benar dan alternatif yang tersedia atau mengisi jawaban yang benar dengan beberapa kata
atau sandi.
Jenis-Jenis Tes Objektif
1. Tes Objektif Bentuk Benar-Salah (true-false test)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar ada
yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan tersebut
dengan melingkari (B) untuk pernyataan yang betul menurutnya dan (S) untuk pernyataan
yang salah (Azwar, Saifuddin. 2012).
Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam membedakan antara fakta dan pendapat (Arifin, 2009:137).
Keunggulan tes objektif bentuk benar-salah (true-false test)
a) Mudah dalam menyusun/pembuatannya mudah
b) Dapat digunakan berulang kali
c) Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas/tempat karena biasanya
pertanyaan-pertanyaannya singkat saja
d) Mampu mencakup bahan pelajaran yang luas
e) Bagi testee, cara mengerjakannya mudah
f) Bagi tester, cara mengkoreksinya juga mudah
Kelemahan tes objektif bentuk benar-salah (true-false test)
a) Mudah ditebak dan diduga
b) Membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban
c) Sifatnya terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkap daya
ingat dan pengenalan kembali, jadi lebih bersifat hafalan
d) Umumnya tes objektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir
soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak sekali
e) Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif ini tidak dapat dijawab dengan dua
kemungkinan saja, yaitu betul atau salah
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal benar-salah menurut Arifin
(2009:137) adalah sebagai berikut :
1. Dalam menyusun item bentuk benar-salah ini hendaknya jumlah item cukup banyak
di atas 50 soal, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
2. Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
3. Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat yang
sederhana.
4. Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, kompleks, dan negatif.
5. Hindarkan penggunaan kata yang dapat memberi petunjuk tentang jawaban yang
dikehendaki. Misalnya: biasanya, umumnya, selalu.
2. Tes Objektif Bentuk Menjodohkan (Matching Test)

Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan,


memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri
jawaban. Tugas murid adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai
atau cocok dengan pertanyaannya (Arifin, 2009:144).

Keunggulan tes objektif bentuk menjodohkan (Matching Test) :

a) Pembuatannya mudah
b) Dapat dinilai dengan mudah, cepat, dan objektif
c) Tes jenis ini berguna untuk menilai berbagai hal, seperti:
1. Antara problem dan penyelesaiannya
2. Antara teori dan penemunya
3. Antara sebab dan akibatnya
4. Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya
5. Antara istilah dan definisinya

Kelemahan tes objektif bentuk menjodohkan (Matching Test) :

a) Cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja
b) Karena mudah disusun, maka tes ini kadang dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu
digunakan apabila pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain
c) Tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat
tafsiran (interpretasi)
d) Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap hal-hal yang sebenarnya
kurang perlu untuk diujikan

Untuk menyusun soal bentuk ini, Arifin (2009:145) memberikan beberapa kriteria, yaitu:

1. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.


2. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator.
3. Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, sedangkan jawabannya di sebelah
kanan.
4. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah soal.
5. Susunlah item-ietm dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu. Mislanya,
sebelum pokok persoalan, didahului dengan stem, atau bisa juga langsung pada
pokok persoalan.
6. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
7. Gunakanlah kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.
3. Tes Objektif Bentuk Melengkapi (Completion Test )

Completion test biasa disebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang
dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini merupakan
pengertian yang kita minta dari murid.

Keunggulan tes objektif bentuk melengkapi (Completion Test):

a) Tes model ini mudah dalam penyusunannya


b) Jika dibandingkan dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif jenis ini lebih
menghemat tempat
c) Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam, maka
persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini
d) Tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak
sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja

Kelemahan tes objektif bentuk melengkapi (Completion Test) :

a) Pada umunya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk
mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja
b) Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk
diujikan
c) Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang berhati-hati
dalam menyusun kalimat-kalimat soalnya
4. Tes Objektif Bentuk Isian (Fill in test)
Tes objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting
dalam cerita beberapa diantaranya dikosongkan, dan tugas testee adalah mengisi bagian-
bagian yang telah dikosongkan tersebut.

Keunggulan tes objektif bentuk Isian (Fill in test):

a) Cara penyusunannya mudah


b) Masalah yang dujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya
c) Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu
hal/bidang

Kelemahan tes objektif bentuk Isian (Fill in test):

a) Karena tertuang dalam bentuk rangkaian cerita, maka test jenis ini umumya
banyak memakan tempat
b) Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja
c) Terbuka peluang bagi testee untuk tebak terka
d) Kurang komprehensif, sebab hanya dapat mngungkap sebagian saja dari bahan
yang semestinya diteskan

Petunjuk menyusun butir-butir item tes Fill in:

a) Sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis pada lembar jawaban


tersendiri/tempat yang terpisah
b) Ungkapan cerita hendaknya disusun secara ringkas dan padat
c) Usahakan butir-butir item yang disajikan tidak hanya mrngungkap pengetahuan
atau pengenalan, tetapi dapat mengungkap taraf kompetensi yang lebih mendalam
lagi
5. Tes Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Tes ini terdiri dari keterangan (stem) dan bagian
kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu
jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distructor).
Adapun kemampuan yang dapat diukur oleh bentuk soal pilihan ganda antara lain:
mengenal istilah, fakta, prinsip, metode, dan prosedur; mengidentifikasi penggunaan fakta
dan prinsip; menafsirkan hubungan sebab-akibat dan menilai metode prosedur (Arifin,
2009:138-139).

Berikut beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan-ganda


menurut Arifin (2009:143), yaitu:

1. Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.


2. Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.
3. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari
peserta didik.
4. Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas dan berarti.
5. Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.
6. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogen dan logis.
7. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada itemnya.
8. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan.
9. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistematis.
10. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.

BAB III
KESIMPULAN

Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respons
yang harus dipilih oleh peserta tes. Jenis-Jenis Tes Objektif : Tes Objektif Bentuk Benar-
Salah (true-false test), Tes Objektif Bentuk Menjodohkan (Matching Test), Tes Objektif
Bentuk Melengkapi (Completion Test ), Tes Objektif Bentuk Isian (Fill in test) dan Tes
Pilihan Ganda.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin. 2012. Tes Prestasi : Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Hidayat, Kosadi, dkk. 1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam
Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafika
Persada.

Anda mungkin juga menyukai